Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

“PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE DAN PROTEIN URINE”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. LATANIYA AULIYA RIZKY (1914301051)


2. YENI NUR JAMIL AZIZAH (1914301052)
3. SHINTIA LEGA UTAMI (1914301053)
4. DHIMAS OKTHAVIAN ARISANDHI (1914301054)
5. ELVA NUR SYAKINAH (1914301055)
6. TASYA DWINTA (1914301056)
7. SELPI TIARA ARISKA (1914301057)
8. PUTRI LESMANA (1914301058)
9. SERLI DIANI (1914301059)
10.GUSTIA MEGA NANDA (1914301060)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seluruh alam semesta, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami sebagai tim penyusun laporan praktikum yang berjudul “PEMERIKSAAN
GLUKOSA URINE DAN PROTEIN URINE” dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat
pada waktunya.

Di dalam pembuatan Laporan Praktikum ini selain berkat bantuan dan tuntunan Allah
Swt, tetapi juga bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan praktikum ini dapat dengan
mudah dimengerti, dapat menjadi sarana memperoleh ilmu serta mampu memberikan manfaat
bagi para pembacanya. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam laporan
praktikum ini terdapat banyak kesalahan serta perkataan yang tidak berkenan di hati.

Bandar Lampung, 8 April 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Tujuan.........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................

BAB III METODE KERJA ....................................................................................

3.1 Waktu dan Tempat......................................................................................

3.2 Alat dan Bahan ...........................................................................................

3.3 Langkah kerja .............................................................................................

BAB IV Hasil dan Pembahasan ............................................................................

4.1 Hasil ...........................................................................................................

4.2 Pembahasan ..............................................................................................

BAB V PENUTUP ...................................................................................................

5.1 Kesimpulan ................................................................................................

5.2 saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem urinaria adalah sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang akan di capai setelah dilakukannya praktikum kali ini yaitu
untuk mengetahui adanya glukosa dan protein di dalam urin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang cavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, julamhnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri
lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), adapun fungsi dari ginjal itu yaitu sebagai berikut;
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
2. Mempertahankan suasana keseim bangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, dan
amoniak.

B. Histofisiologi Ginjal
Ginjal mengatur komposisi kimia cairan lingkungan interna melalui proses filtrasi,
reabsorsi, dan sekresi. Filtrasi barlangsung dalam glomerulus, dimana ultra filtrate plasma
darah dibentuk. Pada tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang berguna bagi
metabolisme tubuh untuk mempertahankan homeostatis lingkungan internal. Juga
memindahkan hasil-hasil sisa metaboisme dari darah ke lumen tubulus untuk dikeluarkan
dalam uri. Tubulus koligens mengabsorsi air, sehingga membantu pemekatan urin. Dengan
cara ini, organisme mengatur keseimbangan air dalam tubuh dan tekanan osmotic. Kedua
ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit, 125 ml diabsorsi dan yang 1 ml
dikeluarkan ke dalam kaliks sebagai urin. Setiap 24 jam dibentuk sekitar 1500 ml urin
(Santoso, 2011).
Menurut Santoso (2011), filtrasi glomerulus dibentuk akibat tekanan hidrostatik darah
dimana gaya-gaya yang melawan tekanan hidrostatik, yaitu:
1. tekanan osmotik koloid plasma (30 mm Hg)
2. tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nefron (10 mm Hg)
3. tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal (10 mm Hg), yang bekerja pada kapsul
Bowman yang diteruskan ke cairan kapsuler.
Tekanan hidrostatik adalah 75 mm Hg dan jumlah total gaya-gaya yang melawannya
adalah 50 mm Hg, sehingga gaya filtrasi yang dihasilkan kira-kira 25 mm Hg.

C. Sistem Urin (Ginjal)


Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Berfungsi
membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Ginjal selain
berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti: renin-
angiotensin, erythropoetin, dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D)
(Santoso, 2011).
Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis pada beberapa spesies hewan Mammalia.
Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Bagian ginjal
yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum terdapat bundel saraf, arteri renalis,
vena renalis, dan ureter. Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah
luar warnanya coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya agak
gelap. Pada korteks renalis banyak dijumpai corpusculum renalis Malphigi, capsula
Bowmani yang terpulas gelap, sedangkan pada medulla banyak dijumpai loop of Henle
(Santoso, 2011).
Ginjal mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan ini dengan mengatur keluaran garam
dan urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air
dan garam tersebut. Kebutuhan cairan yang adekuat penting bagi ginjal. Ginjal merupakan
organ vital karena mempunyai fungsi multipel yang tidak dapat digantikan oleh organ lain.
Fungsinya antaralain: ekskresi produk sisa metabolic dan bahan asing, pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan kosentrasi
elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam basa, sekresi-
metabolisme-ekskresi hormon, glukoneogenesis
Menutut Herliawati (2012), fungsi penting air bagi tubuh adalah:
1. Pembentuk sel dan cairan tubuh
Komponen utama sel, kecuali sel lemak, adalah air, yaitu 70-85 %. Air berperan
penting dalam pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah, cairan lambung, hormon,
enzim dan sebagainya. Selain itu air juga terdapat dalam otot dan berguna menjaga tonus
otot sehingga otot mampu berkontraksi.
2. Pengatur suhu tubuh
Air menghasilkan panas, menyerap dan menghantarkan panas ke seluruh tubuh
sehingga dapat menjaga suhu tubuh tetap stabil. Melalui produksi keringat yang sebagaian
besar terdiri atas air dan garam, air turut mendinginkan suhu tubuh.
3. Pelarut
Air melarutkan zat-zat gizi lainnya dan membantu proses pencernaan makanan.
Karena air merupakan zat anorganik, air tidak dicerna. Air dengan cepat melewati usus
halus dan sebagian besar diserap kemudian turut berfungsi sebagai salah satu komponen
mukus agar sisa zat makanan dapat keluar sebagai feses.
4. Pelumas dan bantalan
Air juga berfungsi sebagai pelumas atau lubrikan dalam bentuk cairan sendi, yang
memungkinkan sendi untuk bergerak dengan baik dan meredam gesekan antar sendi. Air
juga berfungsi sebagai bantalan tahan getar (shock absorbing fluid cushion) pada jaringan
tubuh, misalnya pada otak, mata, medula spinalis, dan kantong amniom dalam rahim.
5. Media transportasi
Karena sturkturnya yang terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, air
mudah bergerak dari satu kompartemen sel ke komparatemen sel lainnya, dari satu sistem
tubuh ke sistem lainnya. Air merupakan media transportasi yang efektif. Dalam sistem
pernapasan, air membantu transportasi oksgien ke seluruh tubuh.
6. Detoksifikasi
Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan termasuk
toksin. Berbagai sisa metabolisme itu dikeluarkan melalui saluran kemih, saluran cerna,
saluran nafas dan kulit, yang memerlukan media, yaitu air.
Menurut Herliawati (2012), urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Penggunaan
multiple dipstick urin untuk 10 pemeriksaan, yaitu :
1. Bilirubin. Keberadaan bilirubin di dalam air seni menunjukkan adanya infeksi hati / liver
(hepatitis).
2. Blood/Darah. Keberadaan darah di dalam urine menunjukkan adanya infeksi atau
perdarahan pada ginjal, kandung kencing dan saluran kemih.
3. Glukosa. Keberadaan zat ini di dalam urine menunjukkan penyakit kencing manis
(diabetes melitus).
4. Ketone. Keberadaan zat ini membantu dokter untuk menentukan tingkat / stadium dari
beberapa penyakit dan gangguan kesehatan.
5. Leucocytes/Sel darah putih. Keberadaan sel darah putih di dalam urine menunjukkan
adanya infeksi di dalam ginjal, kandung kemih atau saluran air kemih.
6. Nitrite. Keberadaan zat ini di dalam urine membantu dokter dalam menganalisa kesehatan
anda.
7. pH. Angka yang menunjukkan derajat keasaman urine anda. Penyimpangan dari angka
normal menunjukkan adanya perubahan kondisi darah akibat pengaruh tertentu.
8. Protein. Keberadaan sedikit protein di dalam urine dapat disebabkan karena suatu infeksi
atau perdarahan di dalam ginjal, kandung kemih atau saluran air kemih, tetapi kalau
kehadiran protein dalam jumlah besar menunjukkan adanya penyakit ginjal.
9. Specific Gravity/BD. Angka yang menunjukkan BD urine anda. Penyimpangan dari
angka normal menunjukkan adanya perubahan kondisi urin akibat pengaruh tertentu. BD
urin juga dapat menunjukkan adanya penyakit diabetes insipidus.
10. Urobilinogen. Dalam keadaan normal zat ini ada di dalam urine.

D. Proses Pembentukan Urin


Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, berfungsi untuk
penampung hasil filtrasi dari glomelurus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali
zat-zat yang sudah di saring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus
berlanjut ke ureter. Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam
ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Menurut Poedjiadi (1994), ada tiga tahapan dalam pembentukan urine yaitu sebagai
berikut;
1. Proses Filtasi
Tejadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari
permukaan deferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang
diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian glukosa, natrium, klorida,
fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal dibagian bawah
terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap
kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal
dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
3. Proses sekresi
Sisinya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala
ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
Menurut (Santoso, 2011), adapun proses pembentukan urin yaitu meliputi
1. filtrasi glomeruler
2. reabsopsi tubuler, dan
3. sekresi tubuler.
Menurut (Santoso, 2011), adapun ekskresi oleh ginjal memiliki peranan untuk
1. Memelihara keseimbangan air
2. Memelihara keseimbangan elektrolit
3. Memelihara pH darah
4. Mengeluarkan sisa-sisa limbah metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh
organism
E. Uretra
Menurut Santoso (2011), uretra merupakan tabung yang mengalirkan urin dari kandung
kemih keluar tubuh;
1. Uretra pria terdiri atas 4 bagian yaitu: pars prostatika, pars membranasea, pars bulbaris,
dan pars pendulosa.
2. Uretra wanita merupakan tabung yang panjangnya 4 – 5 cm, dibatasi oleh epitel berlapis
gepeng dengan daerah-daerah dengan epitel toraks berlapis semu. Bagian tengah uretra
wanita dikelilingi oleh sfinkter eksternus yang terdiri atas otot lurik volunter.

F. Protein
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi,
dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat molekul yang berbeda-beda, protein
mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang udah larut dalam air, tetapi ada
juga yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah satu protein yang tidak larut dalam
air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dala bagian putih telur mudah
larut dalam air dan mudah bereaksi. Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur
primer, sekunder, tersier dan kuaterner. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan
urutan asam amino dan molekul protein. Oleh karena ikatan antarsam amino ialah ikatan
peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya
diketahui.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengetahui jumlah, jenis, dan urutan asam amino dala
protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu;
1. Penentuan julah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
G. Penggolongan Karbohidrat
Menurut Poedjiadi (1994), berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat
mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang
mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa yang mempunyai berat molekul 500.000
bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan
monosakarida, golongan oligosakarida dan golongan polisakarida;
1. Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya
terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
dalam kondisi lunak menjadi kartetrosbohidrat lain. Monosakarida yang paling
sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat disebut
aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida.
Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan
mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut
tetrosa dengan rumus C4 H8 O4 . Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah
suatu ketotetrosa.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengenal monosakarida lebih lanjut, berikut ini
akan dibahas beberapa monosakarida yang penting.
a. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksona dan sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa
terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung
glukosa dala jumlah atau kosentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml
darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber
karbohidrat. Julah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang
menderita diabetes mellitus atau kecing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari
130 mg per 100 l darah.
Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan
bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan
glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa.
Sinar matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Klorofil

Amilum terbentuk dari glukosa dengan jalah penggabungan molekul-molekul


glukosa yang membentuk rantai lurus maupun bercabang dengan melepaskan molekul
air.
C6H12O6 (C6H10 O5)n + n H2O
glukosa amilum
(n = bilangan yang besar)
b. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar cahaya
terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Pada umumnya
monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis. Fruktosa mempunyai rasa lebih
manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa
dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi Seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3
dihidroksi-benzena) dalam asam HCl. Dengan pereaksi ini mula-mula fruktosa diubah
menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjtnya kekanan dan mempunyai rotasi spesifik.
Dengan iodium glikogen menghasilkan warna merah. Struktur glikogen berupa dengan
struktur amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang.
c. Selulosa
Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel. Serat
kapas boleh dikatakan seluruhnya adalah selusosa. Dalam tubuh kita selulosa tidak
dapat dicernakan karena kita tidak mempunyai enzim yang dapat menguraikan
selulosa. Dengan asam encer tidak dapat terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan
konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan D-glukosa. Selobiosa
adalah suatu disakarida yang terdiri atas du molekul glukosa yang berikatan glikosidik
antara atom karbon. Meskipun selusosa tidak dapat digunakan sebagai serat-serat
tumbuhan, sayuran atau buah-buahan, berguna untuk memperlancar percernaan
makanan. Adanya serat-serat dalam saluran pencernaan gerak peristaltik ditingkatkan
dan dengan demikian memperlancar proses pncernaan dan dapat mencegah konstipasi.
d. Mukopolisakarida
Mukopolisakarida adalah suatu heteropolisakarida, yaitu polisakarida yang
terdiri atas dua jenis devirat monosakarida. Devirat monosakarida yang membentuk
mukopolisakarida tersebut ialah gula amino dan asam uronat. Herapin, suatu senyawa
yang berfungsi sebagai antikoagulan darah, adalah suatu mukopolisakarida.

H. Sifat Mereduksi
Monosakasi dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam
suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi
karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus
aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi
ion-ion logam misalnya ion Cu++ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu
(Poedjiadi 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), beberapa contoh dari pereaksi-periasi diberikan berikut ini;
1. Pereaksi Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua
larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan
CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling adalah larutan garam Knatartrat dan NaOH
dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang
digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam perekasi ini ion Cu++ direduksi
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan siendapkan sebagai Cu2O.
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
endapan
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan bewarna merah
bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa
0,1%, endapan yang terjadi bewarna hijau kekuningan.
2. Pereaksi Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan
natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu++ darin kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang
kemudian mengendapan sebagai Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat
membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat bewarna
hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi
karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan untuk
pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan.
Apabila dalam urine terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat
mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict lebih peka
daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih mudah karena hanya
terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri atas dua macam
larutan.
3. Pereaksi Barfoed
Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan
untuk membedakan anatara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat
mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh
monosakarida daripada oleh disakarida, dengan anggapan bahwa konsentrasi
monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak. Tauber dan Kleiner
membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti asam asetat dengan
asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna
fosfomolicdat hingga menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya monosakarida.
Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan anatra
pereaksi Barfoed dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pereaksi Barfeod
digunakan suasana asam.
4. Pembentukan Fustal
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya
stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida
menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Pentosa-pentosa hampir secara
kuantitatif semua terdehidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasi heksosa-heksosa
menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural atau deviratnya dapat
membentuk senyawa yang berwarna apabila direaksi dengan naftol atau btimol, reaksi ini
dapat dijadikan reaksi pengenal untuk karbohidrat.
I. Glukosa dan Diabetes
Glukosa merupakan kelompok senyawa karbohidrat sederhana atau monosakarida. Di
alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Glukosa berfungsi sebagai
sumber energy untuk sel-sel otak, sel saraf, dan sel darah merah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap
100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber
karbohidrat, namun setelah kira-kira 2 jam setelah makan, jumlah darah akan kembali seperti
semula. Pada orang yang menderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari
130 mg/100 ml darah (Tamridho, 2010).
Agar dapat berfungsi secara optimal, tubuh hendaknya dapat mempertahankan
konsentrasi darah gula (dalam bentuk glukosa) dalam batas-batas tertentu, yaitu 70-120
mg/ml dalam keadaan puasa. Bila gula darah naik di atas 170 mg/100ml, gula akan
dikeluarkan melalui urine. Sebaliknya bila gula darah turun hingga 40-50 mg/ml, kita akan
merasa gugup, pusing, lemas dan lapar. Gula darah terlalu tinggi disebut hiperglikemia dan
bila terlalu rendah disebut hipoglikemia. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan
diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Beberapa macam hormon terlibat
dalam pengaturan darah ini, salah satunya hormon insulin (Tamridho, 2010).
Tingkat gula darah dalam tubuh diatur oleh pankreas dengan cara memproduksi hormon
insulin. Insulin bertanggung jawab untuk mengontrol kadar gula dalam darah dan juga untuk
memproses karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia.
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan
kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap
insulin (Tamridho, 2010).

J. Uji Urinalysis
Urine analysis (analisa terhadap kandungan urin) merupakan salah satu tes klinis yang
paling sering dilakukan pada dunia pediatri. Hal ini didasari pada kemudahan pengumpulan
urin dan kesederhanaan prosedur tes yang harus dilakukan. Tes urin dapat digunakan untuk
mendeteksi beberapa gangguan kesehatan. Deteksi ini dilakukan dengan menganalisa
kandungan kimia yang terdapat pada urin. Beberapa kandungan kimia yang umum dianalisa
adalah kandungan darah, protein, glukosa, leukosit esterase, nitrit, dan β-HCG. Beberapa
kandungan lain juga dianalisa namun jarang dilakukan adalah kandungan keton, urobilin,
bilirubin, berat jenis, dan pH (Barrat, 2007). Pada uji urinalysis menggunakan reagent strips,
sepuluh kandungan urin yang terdeteksi antara lain: berat jenis, pH, leukosit, hemoglobin,
nitrit, keton, bilirubin, urobilinogen, protein, dan glukosa. Warna yang dihasilkan oleh
dipstick akan dibandingkan dengan urin chart sehingga dapat diperoleh estimasi nilai dari
masing-masing warna (Ginardi, 2013).
Beberapa manfaat urinalysis adalah dapat digunakan untuk mengetahui adanya potensi
gangguan hati, diabetes mellitus, infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Infeksi saluran kemih
adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat
proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau
lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu
menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai gejala
pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut
bakteriuria tanpa gejala (Ginardi, 2013).
Dalam pemeriksaan laboratorium, pasien yang berpotensi mengidap ISK dapat dilihat
dari hasil urinalisis yang meliputi “Leukosuria” (ditemukannya leukosit dalam urin) dimana
dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang
dalam sedimen urin dan “Hematuria” (ditemukannya eritrosit dalam urin) yakni petunjuk
adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan
pandang sedimen urin (Ginardi, 2013).
Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan
penyakit ginjal lainnya. Di sisi lain, dengan memanfaatkan uji makroskopis, pasien
mendapatkan informasi ada tidaknya kandungan zat pada urin. Pada urin pasien yang
mengandung nitrit berindikasi mengidap penyakit ISK. Hal ini disebabkan adanya nitrit
merupakan hasil perubahan asam nitrat oleh bakteri. Dengan demikian potensi mengidap ISK
dapat diteliti dari ada atau tidaknya kandungan nitrit pada urin pasien (Ginardi, 2013).
BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

3.2 Alat dan Bahan

 Alat
a. Tabung reaksi
b. Penjepit kayu
c. Mikropipet
d. Pipet tetes
e. Bunsen
f. Blue tip
g. Pot urine
 Bahan
a. Reagen benedict
b. Reagen Asam sulfosalisilat
c. Urin sewaktu

3.3 Langkah kerja


1. Uji Benedict
a. Masukkan 2,5 ml larutan Reagen benedict ke dalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 3-4 tetes urin kedalam tabung tersebut.
c. Panaskan diatas api spritus sampai mendidih, homogenkan
d. Lihat perubahan warna yang terjadi, homogenkan.
e. kemudian baca hasil.
2. Uji Asam sulfosalisilat
a. Masukkan 2,5 ml urine ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 3-4 tetes reagen asam sulfosalisilat
c. Panaskan diatas api spritus sampai mendidih, homogenkan
d. Lihat perubahan warna yang terjadi, homogenkan.
e. kemudian baca hasil.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1.. Interpretasi hasil uji benedict
. Negatif : tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
. Positif + atau 1+ : hijau kekuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
. Positif ++ atau 2+ : kuning kehijauan atau kuning keruh (1-1,5% glukosa)
. Positif +++ atau 3+ : jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
. Positif +++ atau 4+ : merah bata atau merah keruh (>3,5% glukosa)

2.. Interpretasi hasil uji Asam sulfosalisilat


 (-) : tetap jernih
 ( 1+) : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05g/dl)
 (2+) : kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-butir (0,05- 0,5g/dl)
 ( 3+) : urin jelas keruh dan kekeruhan itu jelas berkeping-keping (0,2-0,5g/dl)
 (4+ ) : urin sangat keruh dan menggumpal (lebih dari 0,5g/dl)

4.2 Pembahasan
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 saran

Laporan praktikum ini sangat jauh dari kesempurnaan , maka dari itu kami dari
penyusun laporan ini sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari
pembaca dan dosen pembimbing agar laporan ini jadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28742926/LAPORAN_PRAKTIKUM_V_PENENTUAN_KA
DAR_GLUKOSA_DAN_PROTEIN_DI_DALAM_URIN

Anda mungkin juga menyukai