Disusun Oleh :
Kelompok 1
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seluruh alam semesta, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami sebagai tim penyusun laporan praktikum yang berjudul “PEMERIKSAAN
GLUKOSA URINE DAN PROTEIN URINE” dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat
pada waktunya.
Di dalam pembuatan Laporan Praktikum ini selain berkat bantuan dan tuntunan Allah
Swt, tetapi juga bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan praktikum ini dapat dengan
mudah dimengerti, dapat menjadi sarana memperoleh ilmu serta mampu memberikan manfaat
bagi para pembacanya. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam laporan
praktikum ini terdapat banyak kesalahan serta perkataan yang tidak berkenan di hati.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
5.2 saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang akan di capai setelah dilakukannya praktikum kali ini yaitu
untuk mengetahui adanya glukosa dan protein di dalam urin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang cavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, julamhnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri
lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), adapun fungsi dari ginjal itu yaitu sebagai berikut;
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
2. Mempertahankan suasana keseim bangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, dan
amoniak.
B. Histofisiologi Ginjal
Ginjal mengatur komposisi kimia cairan lingkungan interna melalui proses filtrasi,
reabsorsi, dan sekresi. Filtrasi barlangsung dalam glomerulus, dimana ultra filtrate plasma
darah dibentuk. Pada tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang berguna bagi
metabolisme tubuh untuk mempertahankan homeostatis lingkungan internal. Juga
memindahkan hasil-hasil sisa metaboisme dari darah ke lumen tubulus untuk dikeluarkan
dalam uri. Tubulus koligens mengabsorsi air, sehingga membantu pemekatan urin. Dengan
cara ini, organisme mengatur keseimbangan air dalam tubuh dan tekanan osmotic. Kedua
ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit, 125 ml diabsorsi dan yang 1 ml
dikeluarkan ke dalam kaliks sebagai urin. Setiap 24 jam dibentuk sekitar 1500 ml urin
(Santoso, 2011).
Menurut Santoso (2011), filtrasi glomerulus dibentuk akibat tekanan hidrostatik darah
dimana gaya-gaya yang melawan tekanan hidrostatik, yaitu:
1. tekanan osmotik koloid plasma (30 mm Hg)
2. tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nefron (10 mm Hg)
3. tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal (10 mm Hg), yang bekerja pada kapsul
Bowman yang diteruskan ke cairan kapsuler.
Tekanan hidrostatik adalah 75 mm Hg dan jumlah total gaya-gaya yang melawannya
adalah 50 mm Hg, sehingga gaya filtrasi yang dihasilkan kira-kira 25 mm Hg.
F. Protein
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi,
dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat molekul yang berbeda-beda, protein
mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang udah larut dalam air, tetapi ada
juga yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah satu protein yang tidak larut dalam
air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dala bagian putih telur mudah
larut dalam air dan mudah bereaksi. Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur
primer, sekunder, tersier dan kuaterner. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan
urutan asam amino dan molekul protein. Oleh karena ikatan antarsam amino ialah ikatan
peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya
diketahui.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengetahui jumlah, jenis, dan urutan asam amino dala
protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu;
1. Penentuan julah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
G. Penggolongan Karbohidrat
Menurut Poedjiadi (1994), berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat
mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang
mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa yang mempunyai berat molekul 500.000
bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan
monosakarida, golongan oligosakarida dan golongan polisakarida;
1. Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya
terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
dalam kondisi lunak menjadi kartetrosbohidrat lain. Monosakarida yang paling
sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat disebut
aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida.
Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan
mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut
tetrosa dengan rumus C4 H8 O4 . Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah
suatu ketotetrosa.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengenal monosakarida lebih lanjut, berikut ini
akan dibahas beberapa monosakarida yang penting.
a. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksona dan sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa
terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung
glukosa dala jumlah atau kosentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml
darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber
karbohidrat. Julah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang
menderita diabetes mellitus atau kecing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari
130 mg per 100 l darah.
Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan
bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan
glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa.
Sinar matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Klorofil
H. Sifat Mereduksi
Monosakasi dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam
suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi
karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus
aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi
ion-ion logam misalnya ion Cu++ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu
(Poedjiadi 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), beberapa contoh dari pereaksi-periasi diberikan berikut ini;
1. Pereaksi Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua
larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan
CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling adalah larutan garam Knatartrat dan NaOH
dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang
digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam perekasi ini ion Cu++ direduksi
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan siendapkan sebagai Cu2O.
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
endapan
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan bewarna merah
bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa
0,1%, endapan yang terjadi bewarna hijau kekuningan.
2. Pereaksi Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan
natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu++ darin kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang
kemudian mengendapan sebagai Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat
membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat bewarna
hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi
karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan untuk
pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan.
Apabila dalam urine terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat
mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict lebih peka
daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih mudah karena hanya
terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri atas dua macam
larutan.
3. Pereaksi Barfoed
Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan
untuk membedakan anatara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat
mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh
monosakarida daripada oleh disakarida, dengan anggapan bahwa konsentrasi
monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak. Tauber dan Kleiner
membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti asam asetat dengan
asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna
fosfomolicdat hingga menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya monosakarida.
Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan anatra
pereaksi Barfoed dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pereaksi Barfeod
digunakan suasana asam.
4. Pembentukan Fustal
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya
stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida
menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Pentosa-pentosa hampir secara
kuantitatif semua terdehidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasi heksosa-heksosa
menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural atau deviratnya dapat
membentuk senyawa yang berwarna apabila direaksi dengan naftol atau btimol, reaksi ini
dapat dijadikan reaksi pengenal untuk karbohidrat.
I. Glukosa dan Diabetes
Glukosa merupakan kelompok senyawa karbohidrat sederhana atau monosakarida. Di
alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Glukosa berfungsi sebagai
sumber energy untuk sel-sel otak, sel saraf, dan sel darah merah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap
100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber
karbohidrat, namun setelah kira-kira 2 jam setelah makan, jumlah darah akan kembali seperti
semula. Pada orang yang menderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari
130 mg/100 ml darah (Tamridho, 2010).
Agar dapat berfungsi secara optimal, tubuh hendaknya dapat mempertahankan
konsentrasi darah gula (dalam bentuk glukosa) dalam batas-batas tertentu, yaitu 70-120
mg/ml dalam keadaan puasa. Bila gula darah naik di atas 170 mg/100ml, gula akan
dikeluarkan melalui urine. Sebaliknya bila gula darah turun hingga 40-50 mg/ml, kita akan
merasa gugup, pusing, lemas dan lapar. Gula darah terlalu tinggi disebut hiperglikemia dan
bila terlalu rendah disebut hipoglikemia. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan
diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Beberapa macam hormon terlibat
dalam pengaturan darah ini, salah satunya hormon insulin (Tamridho, 2010).
Tingkat gula darah dalam tubuh diatur oleh pankreas dengan cara memproduksi hormon
insulin. Insulin bertanggung jawab untuk mengontrol kadar gula dalam darah dan juga untuk
memproses karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia.
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan
kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap
insulin (Tamridho, 2010).
J. Uji Urinalysis
Urine analysis (analisa terhadap kandungan urin) merupakan salah satu tes klinis yang
paling sering dilakukan pada dunia pediatri. Hal ini didasari pada kemudahan pengumpulan
urin dan kesederhanaan prosedur tes yang harus dilakukan. Tes urin dapat digunakan untuk
mendeteksi beberapa gangguan kesehatan. Deteksi ini dilakukan dengan menganalisa
kandungan kimia yang terdapat pada urin. Beberapa kandungan kimia yang umum dianalisa
adalah kandungan darah, protein, glukosa, leukosit esterase, nitrit, dan β-HCG. Beberapa
kandungan lain juga dianalisa namun jarang dilakukan adalah kandungan keton, urobilin,
bilirubin, berat jenis, dan pH (Barrat, 2007). Pada uji urinalysis menggunakan reagent strips,
sepuluh kandungan urin yang terdeteksi antara lain: berat jenis, pH, leukosit, hemoglobin,
nitrit, keton, bilirubin, urobilinogen, protein, dan glukosa. Warna yang dihasilkan oleh
dipstick akan dibandingkan dengan urin chart sehingga dapat diperoleh estimasi nilai dari
masing-masing warna (Ginardi, 2013).
Beberapa manfaat urinalysis adalah dapat digunakan untuk mengetahui adanya potensi
gangguan hati, diabetes mellitus, infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Infeksi saluran kemih
adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat
proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau
lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu
menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai gejala
pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut
bakteriuria tanpa gejala (Ginardi, 2013).
Dalam pemeriksaan laboratorium, pasien yang berpotensi mengidap ISK dapat dilihat
dari hasil urinalisis yang meliputi “Leukosuria” (ditemukannya leukosit dalam urin) dimana
dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang
dalam sedimen urin dan “Hematuria” (ditemukannya eritrosit dalam urin) yakni petunjuk
adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan
pandang sedimen urin (Ginardi, 2013).
Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan
penyakit ginjal lainnya. Di sisi lain, dengan memanfaatkan uji makroskopis, pasien
mendapatkan informasi ada tidaknya kandungan zat pada urin. Pada urin pasien yang
mengandung nitrit berindikasi mengidap penyakit ISK. Hal ini disebabkan adanya nitrit
merupakan hasil perubahan asam nitrat oleh bakteri. Dengan demikian potensi mengidap ISK
dapat diteliti dari ada atau tidaknya kandungan nitrit pada urin pasien (Ginardi, 2013).
BAB III
METODE KERJA
Alat
a. Tabung reaksi
b. Penjepit kayu
c. Mikropipet
d. Pipet tetes
e. Bunsen
f. Blue tip
g. Pot urine
Bahan
a. Reagen benedict
b. Reagen Asam sulfosalisilat
c. Urin sewaktu
4.1 Hasil
1.. Interpretasi hasil uji benedict
. Negatif : tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
. Positif + atau 1+ : hijau kekuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
. Positif ++ atau 2+ : kuning kehijauan atau kuning keruh (1-1,5% glukosa)
. Positif +++ atau 3+ : jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
. Positif +++ atau 4+ : merah bata atau merah keruh (>3,5% glukosa)
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 saran
Laporan praktikum ini sangat jauh dari kesempurnaan , maka dari itu kami dari
penyusun laporan ini sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari
pembaca dan dosen pembimbing agar laporan ini jadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28742926/LAPORAN_PRAKTIKUM_V_PENENTUAN_KA
DAR_GLUKOSA_DAN_PROTEIN_DI_DALAM_URIN