Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Ia
ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi pada
dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi .
Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup
bermasyarakat karena tanpa komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya
komunikasi disebabkan oleh adanya kebutuhan akan mempertahankan kelangsungan
hidup dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sejauh ini terdapat ratusan komunikasi yang telah dibuat para pakar. Kekhasan suatu
model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model
tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi teknologi, dan perkembangan zaman yang
melingkunginya. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak,
dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut.Model jelas bukan
fenomena itu sendiri.Akan tetapi, peminat komunikasi, termasuk mahasiswa, sering
mencampuradukkan model komunikasi dengan fenomena komunikasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teori Travel Bee?
2. Apa yang dimaksud dengan teori Peplau?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori Travel Bee
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori Peplau

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Travel Bee

A. Sumber Sumber Teori

Pengalaman trevelbee dalam pendidikan dasar keperawatan didapat pada praktek


awal pada sebuah institusi amal katholik. Hal ini berdampak besar dalam
perkembangan teorinya. Trevelbee percaya bahwa perawat memberikan perawatan
terhadap pasien di institusi ini kurang memperhatikannya. Travelbee merasakan
bahwa keperawatan memerlukan revolisi kemanusiaan.

Sebuah titik balik untuk memefokuskan dalam merawat adalah merupakan fungsi
seorang perawat dalam menjaga ,merawat orang-orang dan memeprediksikannya jika
tidak ditemukan pelanggan yang dalam hal ini pasien akan menuntut pelayanan-
pelayanan dari pekerja kesehatan. Seperti kebanyakan hal, travelbee dipengaruhi oleh
Loa Jean Orlande salah seorang instrukturnya selama menyelesaikan studinya di Yale.
contoh Orlando melewati berbagai cara persamaan adalah harapan trevelbee. Orlando
berpendapat “perawat adalah tanggung jawab dalam membantu pasien menghindari
dan meringankan rasa duka cita mereka karena tidak mendapatkan makanan.

Orlando berpandapat bahwa perawat dan pasien saling berinteraksi antara satu dengan
yang lain. persamaan antara keduanya terlihat dari pernyataan trevelbee bahwa
perawat dan pasien saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dan definisinya itu
merupakan tujuan keperawatan. Travelbee menyatakan bahwa tujuan keperawatan
adalah guna membantu perseorangan, keluarga, atau komunitas untuk mencegah atau
mengulangi dengan pengalaman penyakit dan penderitaan bahkan jika dibutuhkan
juga untuk menemukan areti dari pernyataan ini.

Trevelbee juga terlihat dipengaruhi oleh viktor frankl, seorang penyelamat dari
Auscwitz dan yang lain-lainnya dari pemusatan Nazi. hasil dari pengalamannya,
frankl mengajukan teori logoterapi yang mana pasien sebenarnya adalah pelawan dan
reorientasi untuk mengartikan hidupnya. berdasarkan asumsi dari travelbee dalam
teorinya di konsep logoterapy.

2
Kegunaan bukti- bukti empiris Katherine taylor, pelajar pertama dan rekan kerjanya
travelbee, mengenang travelbee sebagai seorang pembaca yang produktif yang juga
sering menggeluti data-data tentang kartu bibliografi. pada kenyataannya teori
travelbee adalah berdasarkan pengalaman kumulatif keperawatanya dan bacaan-
bacaanya dari pada fakta-fakta study penelitian yang akurat.

B. Asumsi Dasar

a. Keperawatan

Travelbee mendefinisikan keperawatan sebagai sebuah proses antar diri perseorangan


komunitas untuk mencegah dan menanggulangi dengan pengalaman dari penyakit dan
penderitaan dan bahkan jika diperlukan untuk sebuah proses antar diri seseorang
karena ini adalah merupakan sebuah pengalaman yang terjadi antara perawat dan
individu atau sekelompok individu – individu.

b. Personal/ orang

Kata person didefinisikan sebagai manusia, antara keduanya antara perawat dan
pasien dalah manusia, seorang manusia dalah pribadi yang unik, indifidu yang tidak
dapat dipisahkan yang berproses berkelanjutan menjadi susunan dan perubahan.

c. Kesehatan

Travelbee mendevinisikan kesehatan sebagai kesehatan subjektif dan objektif. status


kesehatan subjektif seseorang adalah sebuah definisi secara individu yang membaik
dalam persetujuandengan penilain diri sendiri dari status fisik,-emosi dan spiritual.
kesehatan objektif adalah ketiadaan penyakit yang tidak dapat dilihat, ketidak
mampuan atau ukuran kecatatan dan pemeriksaan fisik, uji laboratorium, penafsiran
oleh seorang direktur spiritual, atau penasehat psikologi.

d. Lingkungan

Travelbee tidak secara tegas mendefinisikan lingkungan dalam teorinya. di


mendefinisikan kondisi dan kehidupan pengalam pertemuan oleh semua manusi
selama menderita, harapan dan kesakitan dan kondisi ini dapat disamakan dengan
lingkungan.

3
C. Konsep dan Devinisi Utama

a. Manusia

Manusia ditemukan sebagai individu yang unik dan takdapat dipisahkan dalam suatu
waktu adaa didunia ini. tidak ada yang seperti manusia baik yang pernah hidup
ataupun yang akan hidup.

b. Pasien

Kata pasien adalah merupakan hal yang klise yang berguna untuk komunikasi
ekonomi. sebenrnya pasien itu tidaklah ada. hanya ada mahluk hidup individu yang
membutuhkan kepedulian, pelayanan, dan bantuan dari orang lain yang dipercaya
dapat memberikan pertolongan yang dibutuhkan.

c. Perawat

Perawat juga seorang manusia “perawat memiliki tubuh yang berpengetanhuan


khusus dan berkemampuan untuk menggunakanya yang bertujuan membantu orang
lauin untuk mencegah penyakit atau memelihara tingkat kesehatan yang tinggi.

d. Penyakit

Penyakit dalah sebuah kategori dan klasifikasi . travelbee tidak menggunakan kata
penyakit (illness) sebagai definisi dari tidak sehat akan tetapi ia lebih
mengidentifikasakannya dari pengalaman sakit seseorang. travelbee menemukan
penyakit sebagai criteria subjektiv dan objektif ditentukan oleh dampak luar dari
penyakit dalam diri individu. sedangkan criteria subjektiv lebih kepada apa yang
seseorang rasakan sebagai penyakit.

e. Penderitaan

Penderitaan adalah perasaan yang tidak senang yang meluas dari mental yang pindah
dengan sederhana, secara fisik, atau ketidak sesuain spiritual hingga penderitaan
tersebut dinamakan tingkat yang menular “tidak terjaga”dan seterusnya meningkat
dari persamaan apatis.

4
f. Rasa Sakit

Rasa sakit itu sendiri tidak dapat diamati hanya saja dampaknya tidak tertulis. rasa
sakit adalah pengalaman tersendiri dan susah untuk dikomunikasikan keindividu.
penderitaan dapat diganti diatas continuum,

g. Harapan

Harapan adalah karakterisasi yang dibangun oleh mental dengan keinginan untuk
memeperoleh sebuah penyelesaian atau menyelesaikan sebuah penggabungan
perwencanaan dengan beberapa tingkatan pengharapan bahwa apa yang diinginkan
atau diminta dapat tercapai. harapan berhubungan atau adakaitanya dengan
ketergantungan dengan yang lain, pilihan, keinginan, kepercayaan, kegigihan,
keberanian dan orientasi pada masa depan.

h. Keputuasaan

Keputusasaan adalah ketiadaan pengharapan.

i. Komunikasi

Komunikasi adalah proses yang dapat memungkinkan perawat untuk membangun


hubungan antar sesama manusia dan dengan demikian memenuhi tujuan dari
keperawatan, yakni membantu individu- individu dan keluarga-keluarga untuk
mencegah dan untuk penanggulangan dengan pengalaman penyakit dan penderitaan
bahkan jika dibutuhkan untuk membantui mereka untuk menemukan arti dari
pengalaman ini.

j. Interaksi

kata interaksi (interaction) mengacu pada banyak hubungan selama dua individu yang
dapat berpengaruh timbal balikantara sesame dan dapat berkomunikasi secara verbal
taupun nonverbal.

k. Interaksi Antara Perawat Dan Pasien

Kata interaksi antara perawat dan pasien mengacu pada hubungan antra perawat dan
seseorang yang menderita skit dan dikarakteristikkan oleh fakta bahwa antara kedua
individu merasa dipenanggulangan klise yang lain.

5
kebutuhan keperawatan sebuah kebutuhan keperwatan adalah rasa kebutuhan dari
seseorang yang sakit (atau keluarga) yang dapat ditemukan oleh perawat professional
pelaksana dan dengan meletakkan dalam jangkauan definisi yang legal/ sah atau
dalam praktik keperawatan.

l. Pengobatan untuk diri sendiri

Pengobatan yang digunakan untuk diri sendiri adalaah kemampuan seseorang untuk
menggunakan secara sadar dan dalam memenuhi kekhawatiran dalam berusaha untuk
memebangun hub dan intervensi struktur keperawatan. hal ini memerlukan
pengetahuan diri sendiri, kepemahaman diri sendiri, pemahaman dari pengetahuan.
seseorang yang dinamis kemampuan untuk mengintetprestasikan sesuatu pengetahuan
pribadi yang sama dengan pengetahuan yang lain, dan kemampuan dalam campur
tangan yang efektif dalam situasi keperawatan.

m. Rasa empati

Empati adalah proses yang mana individu dapat memehami psikologi dari orang lain.

n. Rasa simpati

Simpati termasuk keinginan untuk memebantu seseorang yang sedang mengalami


tekanan/ stress.

o. Hubungan

Hubungan adalah suatu proses, satu kejadian, satu pengalaman atau pengalaman yang
berkelanjutan dengan cara bersama dan dengan keperawatan dan menerima
kepedulianya. hal ini menyusun sebuah kelompok yang menyangkut pikiran dan
perasaan, pikiran-pikiran ini, perasaan-perasaan dan penderitaan yang diubah atau
dikomunikasikan oleh seorang terhadap orang lain.

p. Hubungan antara sesama manusia

Sebuah hubungan antara sesame manusia adalah pengalaman utama dari pengalaamn
yang berkelanjutan antara perawat dan penerima keperawatanya. karakteristi utama dr
pengalaman adalah kebutuhan keperawatan dalam individu (atau keluarga) itu
bertemu. hub antara sesame manusia dalam situasi keperawatan adalah berarti
terusmenerus dengan maksud . keperawatan adalah suatu kepandaian. hubungan
antara sessama manusia dibangun ketika perawat dan penerima perawatanya

6
mencapai sebuah hub setelah meningkat atas tahapan pertemuan yang original,
munculnya identitas, empati dan simpati.

2.2 Teori Peplau

A. Sumber Teori Hildegard E Peplau

Peplau memasukkan pengetahuan ke dalam kerangka konseptualnya yang pada

akhirnya berkembang menjadi model keperawatan berbasis teori. Peplau

menggunakan pengetahuan yang dikutip dari ilmu perilaku dan model psikologikal

untuk mengembangkan teori hubungan interpersonal. Kutipan dari model psikologikal

menyatakan bahwa “ memungkinkan bagi perawat untuk saatnya berpindah dari

orientasi terhadap penyakit ke salah satu bagian dari psikologi, perasaan, serta

perilaku yang dapat di eksplore dan dimasukkan ke dalam intervensi keperawatan.

Hal ini memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengajari pasien bagaimana

cara mengungkapkan perasaan serta bagaimana cara menunjukkan perasaan tersebut.

Hary Stack Sullivan, Percival Symonds, Abraham Maslow, Bella Mittleman dan Neal

Elgar Miller adalah merupakan tokoh – tokoh sumber utama Peplau didalam

mengembangkan kerangka konseptualnya. Bahkan beberapa konsep terapeutik ia

dapatkan secara langsung dari tokohnya sendiri yakni Freud dan Fromm (Tomey &

Alligood, 1998).

B. Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau

Peplau mendefinisikan konsep utama teorinya sebagai “psychodynamic nursing”


karena bertujuan memahami suatu perilaku untuk membantu orang lain
mengidentifikasi kesulitan yang dimilikinya dan untuk mengaplikasikan prinsip –
prinsip human relation dalam menyelesaikan masalah yang dibangun dari semua
tingkat pengalaman (Tomey & Alligood, 1998).

Menurut Peplau, keperawatan adalah terapeutik karena hal ini mengandung suatu seni
menyembuhkan, menolong individu yang sakit atau membutuhkan pelayanan

7
kesehatan. Keperawatan dapat dipandang sebagai satu proses interpersonal karena
melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan yang sama. Dalam
keperawatan tujuan bersama ini akan mendorong kearah proses terapeutik dimana
perawat dan pasien saling menghormati satu dengan yang lain sebagai individu,
kedua-duanya mereka belajar dan berkembang sebagai hasil dari interaksi. Belajar
menempatkan diri saat individu mendapat stimulus dalam lingkungan dan
berkembang penuh sebagai reaksi kepada stimulus tersebut (George, 1995).

Untuk mencapai tujuan ini atau tujuan-tujuan yang lain di capai melalui penggunaan
serangkaian langkah-langkah dan pola yang pasti. Saat hubungan perawat dan pasien
berkembang pada pola terapeutik ini, ada cara yang fleksibel dimana fungsi perawat
dalam berpraktek – dengan membuat penilaian – dengan keahlian yang didapatkan
melalui ilmu pengetahuan, serta dengan menggunakan kemampuan teknis dan
berbagai asumsi (George, 1995).

Ketika perawat dan pasien mengidentifikasi satu masalah pertama kalinya, mereka
mulai menyusun tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Masing – masing
pendekatan yang gunakan sebagai tindakan nantinya, tergantung dari perbedaan latar-
belakang dan keunikan individu. Setiap individu dapat pandang sebagai satu struktur
yang unik biologis-psikologis-spritual-sosial, dimana reaksi antara individu satu
dengan yang lain tidak sama (George,1995).

Perawat dan pasien mempelajari persepsi yang unik tersebut dari perbedaan
lingkungan, adat-istiadat, kebiasaan, dan kepercayaan yang membentuk budaya
individu tersebut. Setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda sehingga
mempengaruhi persepsi dan perbedaan persepsi inilah sangat penting dalam proses
interpersonal. Sebagai tambahan lagi, perawat harus memiliki pengetahuan
keperawatan seperti managemen stress-krisis dan pengembangan teori, yang akan
memberikan arahan pada pemahaman yang lebi tentang peran perawat professional
pada proses terapeutik. Sebagai perawat dan pasien yang berhubungan terus harus
mengerti peran masing-masing dan faktor – faktor yang mempengaruhi masalah. Dari
pemahaman tersebut, perawat dan pasien berkolaborasi serta sharing sesuai tujuan
yang ingin dicapai hingga masalah dapat teratasi (George, 1995).

Selama perawat dan klien bekerja sama, mereka akan memiliki banyak pengetahuan
dan kematangan berfikir selama proses. Peplau (1952/1988) memandang keperawatan

8
sebagai “ maturing force and an educative instrument”. Dia percaya bahwa
keperawatan adalah hasil pengalaman belajar mengenai diri sendiri sebaik individu
lainnya yang terlibat dalam hubungan interpersonal. Konsep ini didukung oleh
Genevieve Burton penulis lain tentang keperawatan (1950) mengatakan bahwa “
tingkah laku orang lain harus dimengerti agar dapat mengerti diri sendiri secara jelas”.
Seseorang yang sadar dengan perasaannya sendiri, persepsinya sendiri serta
tindakannya sendiri, akan lebih sadar terhadap reaksi orang lain (George,1995).

Masing – masing terapeutik memberikan pengaruh pada pengembangan personal dan


professional antara perawat dan pasien. Selama perawat bekerja sama dengan pasien
untuk menyelesaikan masalah disetiap kehidupan, maka praktek perawat tersebut
akan menjadi bertambah efektif. Masing – masing individu perawat mempunyai
pengaruh secara langsung terhadap dirinya serta kemampuannya dalam terapeutik dan
hubungan interpersonal (George,1995).

Peplau mengidentifikasi empat tahapan hubungan interpersonal yang saling berkaitan


yaitu: (1) orientasi, (2) identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi. Setiap tahap saling
melengkapi dan berhubungan sebagai satu proses untuk penyelesaian masalah
(George,1995).

C. Fase - fase dalam Keperawatan menurut Peplau

Hubungan perawat-pasien menurut Peplau dideskripsikan sebagai empat fase,


meskipun terpisah, fase – fase tersebut overlap/tumpang tindih dan terjadi terus
menerus selama hubungan itu terjalin.

1. Orientasi

Pada tahap awal orientasi, perawat dan pasien bertemu sebagai dua orang
asing. Pasien dengan keluarga memiliki "felt need” (kebutuhan yang
dirasakan), oleh karena itu bantuan profesional akan dicari. Namun, kebutuhan
ini tidak dapat dengan mudah diidentifikasi atau dipahami oleh individu-
individu yang terlibat.Ini sangat penting bahwa perawat bekerja sama dengan
pasien dan keluarga dalam menganalisis situasi, sehingga mereka bersama-
sama dapat mengenali, memperjelas, dan mendefinisikan masalah yang ada.
Contoh: Perawat dalam peran konselor membantu gadis remaja yang merasa

9
"sangat down". Untuk menyadari bahwa perasaan ini adalah hasil dari sebuah
pertengkaran dengan ibunya kemarin malam. Sebagai seorang perawat terus
mendengarkan, ada faktor yang membuat gadis itu berdebat dengan ibunya
dan perasaan tertekan. Karena perasaan ini dibahas, gadis itu mengakui
berdebat sebagai faktor pencetus yang menyebabkan depresi.

Dengan demikian perawat dan pasien telah menetapkan masalah. Anak dan
orang tua kemudian setuju untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan
perawat. Jadi dengan saling menjelaskan dan mendefinisikan masalah dalam
fase orientasi, pasien dapat mengarahkan energi yang terakumulasi dari
kecemasan kebutuhan yang tak terpenuhi untuk lebih konstruktif berhadapan
dengan masalah yang diajukan. Hubungan didirikan dan terus diperkuat
sementara kekhawatiran sedang diidentifikasi.

Saat pasien dan keluarga berbicara dengan perawat, keputusan bersama


perlu dibuat tentang jenis layanan professional apa yang harus digunakakan.
Perawat sebagai narasumber, dapat bekerja dengan pasien dan keluarga.
Sebagai alternatif perawat membuat kesepakatan bersama dari semua pihak
yang terlibat, lihat keluarga untuk sumber lain seperti psikolog, psikiater, atau
pekerja sosial. Pada tahap orientasi, perawat, pasien dan merencanakan
keluarga apa jenis layanan yang dibutuhkan.

Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan


perawat tentang memberi atau menerima bantuan. Oleh karena itu, dalam
tahap awal perawat perlu menyadari reaksi diri kepada pasien. Perawatan
adalah proses interpersonal, baik pasien dan perawat memiliki bagian yang
sama penting dalam interaksi terapeutik.

Perawat, pasien, dan keluarga bekerja sama untuk mengenali,


memperjelas, dan mendefinisikan masalah yang ada. Hal ini dapat mengurangi
ketegangan dan kecemasan terkait dengan kebutuhan yang dirasakan dan rasa
takut yang tidak diketahui. Penurunan ketegangan dan kecemasan mencegah
masalah lain yang timbul sebagai akibat dari represi. Situasi stres
diidentifikasi melalui interaksi terapeutik. Sangat penting bahwa pasien
mengenali dan mulai bekerja melalui apa yang dirasakan terkait dengan
penyebab penyakitnya.

10
Dengan demikian, pada awal fase orientasi, perawat dan pasien bertemu
sebagai orang asing. Pada akhir fase orientasi, mereka secara bersamaan
berusaha untuk mengidentifikasi masalah dan menjadi lebih nyaman satu sama
lain. Para perawat dan pasien sekarang siap untuk maju ke tahap berikutnya
(George, 1995).

2. Identifikasi

Tahap berikutnya identifikasi, adalah dimana pasien merespon selektif


terhadap orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya. Perawat
membiarkan pasien mengeksplorasi perasaannya untuk membantu kondisinya
yang sedang sakit sebagai pengalaman yang me-reorientasi perasaan dan
kekuatan positif pada individu tersebut (Tomey & Alligood,1998). Setiap
pasien mempunyai respon berbeda dalam fase ini.. Tanggapan pasien terhadap
perawat ada tiga macam: (1) berpartisipasi dan saling bergantung dengan
perawat, (2) otonomi dan independen dari perawat, atau (3) menjadi pasif dan
bergantung pada perawat. Contoh: Seorang pria berusia tujuh puluh tahun
yang ingin merencanakan diet diabetes baru 1600 kalori. Jika hubungan adalah
saling bergantung, perawat dan pasien berkolaborasi pada perencanaan makan.
Jika hubungan menjadi independen, pasien akan berencana diet sendiri dengan
masukan minimal dari perawat. Dalam hubungan tergantung, perawat
melakukan perencanaan makan untuk pasien.

Sepanjang fase identifikasi, baik pasien dan perawat harus menjelaskan


persepsi masing-masing dan harapan. Bagian pengalaman dari pasien dan
perawat akan memiliki titik tengah, apa harapan mereka selama proses
interpersonal. Seperti disebutkan dalam fase orientasi, sikap awal dari pasien
dan perawat sangat penting dalam membangun hubungan kerja untuk
mengidentifikasi masalah dan memutuskan bantuan yang tepat. Persepsi dan
harapan pasien dan perawat dalam fase identifikasi lebih kompleks dari pada
fase sebelumnya. Pasien sekarang menanggapi seorang yang membantu secara
selektif. Hal ini memerlukan hubungan terapeutik lebih intensif.

Untuk menggambarkan hal tersebut, seorang pasien yang telah


dilakukan mastektomi mungkin menceritakan kepada perawat
ketidakmampuannya untuk memahami latihan lengan, yang sebelumnya telah

11
dijelaskan kepadanya sebagai regimen penting setelah operasi. Perawat
mengamati pengaruh lengan menjadi edema (bengkak). Sementara perawat
sedang menjajaki kemungkinan alasan untuk edema, pasien mengaku tidak
melakukan latihan lengannya. Dalam rangka untuk memfasilitasi pemahaman
pasien dan kembalinya latihan berikutnya, perawat dapat mengidentifikasi
orang-orang profesional, seperti terapis fisik, perawat dan dokter, yang akan
mengklarifikasi kesalahpahaman pasien. Umumnya, hal ini menjadi yang
terbaik jika perawat obyektif membahas peran setiap orang serta keuntungan
dan kerugian dari konsultasi dengan masing-masing orang tersebut. Namun,
dalam kasus ini, pasien mungkin menyatakan bahwa dia tidak peduli untuk
mendiskusikan latihan dengan perawat atau ahli terapi fisik karena dia
merasakan hanya dokter memiliki informasi yang diperlukan.

Sementara bekerja melalui fase identifikasi, pasien mulai memiliki rasa


dan kemampuan menghadapi masalah, yang menurunkan perasaan tidak
berdaya. Hal ini pada gilirannya menciptakan sikap optimistis dari mana
kekuatan batin terjadi kemudian.

3. Eksploitasi

Setelah identifikasi, pasien bergerak ke tahap eksploitasi, di mana pasien dapat


menilai keuntungan - keuntungan dari semua layanan kesehatan yang tersedia.
Tingkat dimana layanan ini digunakan berdasarkan pada kepentingan dan
kebutuhan pasien (George,1995). Sedangkan pada buku yang ditulis oleh
Tomey & Alligood (1998) disebutkan bahwa selama tahap eksploitasi, pasien
berusaha untuk memperoleh nilai penuh dari apa saja yang ditawarkan saat
melakukan relasi (relationship). Individu mulai merasakan sebagai bagian
integral dari lingkungan yang membantunya dan mengontrol situasi dengan
cara memilah bantuan dari layanan yang ditawarkan. Contoh: Wanita dengan
lengan yang bengkak. Selama fase ini pasien mulai memahami informasi yang
diberikan kepadanya untuk latihan lengan. Dia membaca pamflet dan sebuah
film yang menggambarkan bentuk latihan lenganny; ia berdiskusi dengan
perawat tentang masalah yang terkait, dan ia mungkin menanyakan tentang
cara bergabung dengan kelompok latihan melalui bagian terapi fisik.

12
Selama tahap ini, beberapa pasien kemungkinan menuntut lebih
dibandingkan dengan ketika saat mereka sakit parah. Mereka mungkin
mengajukan sedikit permintaan atau perhatian lain untuk mendapatkan teknik
tergantung dari kebutuhan individu tersebut. Prinsip-prinsip teknik wawancara
harus digunakan dalam rangka untuk menggali, memahami, memecahkan
masalah yang mendasari. Penting bahwa perawat mengeksplorasi penyebab
yang mungkin untuk perilaku pasien. Hubungan terapeutik harus dijaga yang
ditunjukkan melalui sikap penerimaan, perhatian, dan kepercayaan. Perawat
harus mendorong pasien untuk mengenali dan mengeksplore perasaan, pikiran,
emosi, dan perilaku dengan memberikan suasana yang tidak menghakimi dan
iklim emosional terapeutik.

Tujuannya bagi perawat dan pasien adalah mencoba mencapai tujuan


yang telah dirumuskan sebelumnya. Sehingga memungkinkan suatu situasi
dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya
terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal.
Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi
klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.

4. Resolusi

Tahap terakhir dari proses antarpribadi Peplau adalah resolusi.


Kebutuhan pasien telah dipenuhi oleh upaya kolaboratif dari perawat dan
pasien. Pasien dan perawat sekarang perlu untuk mengakhiri hubungan terapi
mereka dan membubarkan hubungan antara mereka. Secara bertahap klien
melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi
ke arah realisasi potensi.

Seringkali ini sangat sulit bagi kedua pasien dan perawat.


Ketergantungan kebutuhan dalam hubungan terapeutik sering melanjutkan
psikologis setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Pasien mungkin merasa
bahwa belum waktunya untuk mengakhiri hubungan. Contoh: Seorang ibu
yang telah melahirkan sudah diperbolehkan pulang. Namun, setelah satu
minggu, perawat menelfon untuk menanyakan mengenai perawatan bayi.
Resolusi akhir juga mungkin sulit bagi perawat. Dalam contoh di atas, ibu

13
mungkin bersedia untuk mengakhiri hubungan itu, tapi perawat dapat terus
mengunjungi rumah untuk melihat bagaimana bayi berkembang. Perawat
mungkin tidak dapat menjadi bebas dari ikatan ini dalam hubungan mereka.
Kecemasan akan meningkat pada pasien dan perawat jika ada penyelesaian
yang gagal.

Selama fase resolusi berhasil dilakukan, maka pasien terlepas dari


proses identifikasi untuk membantu seseorang (identifying with the helping
person). Pasien akan menjadi independen dari perawat,seperti halnya perawat
yang independen dari pasien. Sebagai hasil dari proses ini, pasien dan perawat
menjadi individu yang kuat dan matur. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi, dan
dapat melangkah ke tujuan baru. Resolusi terjadi hanya bila semua fase/tahap
dapat terlewati secara baik. Indikasi fokus dari masing – masing fase ada pada
tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Fase Hubungan Perawat-Pasien

Fase Fokus
Orientasi Fase untuk mendefinisikan masalah
Identifikasi Pemilihan bantuan profesional yang tepat
Eksploitasi Penggunaan bantuan profesional sebagai alternatif pemecahan
masalah
Resolusi Pemutusan hubungan profesional

Pandangan lain yang dianggap relevan dengan Hubungan Interpersonal


perawat – pasien adalah peran perawat. Peplau secara terperinci menguraikan
beberapa peran perawat, jika dilakukan dengan baik, maka hubungan
interpersonal pun akan akan menjadi baik sehingga berdampak pada kepuasan
pasien. Peran-peran tersebut antara lain : 1) Stranger ; Peplau menyatakan
bahwa, karena perawat dan pasien adalah orang asing diantara keduanya,
maka perawat tidak boleh mendakwa pasien tetapi harus menerimanya seperti
menerima dirinya sendiri, 2), Resource Person ; pada peran resource person,
perawat menyediakan jawaban spesifik, khususnya informasi tentang
kesehatan, dan menginterpretasikan ke pasien tentang penanganan atau
rencana perawatan medis 3) Teaching role; Teaching role merupakan
kombinasi dari semua peran. Peplau mengembangkan bentuk mengajarnya ke

14
dalam dua kategori, yakni instructional yang berisi pemberian informasi dan
format yang dijelaskan dalam literatur pendidikan, serta experiental yang
digunakan oleh learner sebagai dasar dari produk pembelajaran. Konsep
learning ini digunakan di dalam teaching role secara tumpang tindih dengan
peran perawat sebagai konselor,karena konsep learning menggunakan tehnik
psikoterapeutik 4) Leadership role ; leadership role meliputi proses
demokratik. Perawat membantu pasien menemukan tugasnya/kewajibannya
melalui hubungan yang kooperatif dan partisipasi aktif. 5) Surrogate role;
pasien melimpahkan ke perawat dalam surrogate role ini. Fungsi perawat
adalah membantu pasien mengenali persamaan antara dirinya dengan perawat
tersebut. Pada fase ini, antara pasien dan perawat mengenali area dependen,
independen dan terakhir interdependen, 6) Counseling role ; fungsi konseling
pada hubungan perawat-pasien adalah sebagai jalan bagi perawat untuk
merespon kebutuhan pasien. (Tomey & Alligood, 1998).

2.4 Teori Peplau dan Metaparadigma Keperawatan

Teori keperawatan biasanya berkembang menjadi empat konsep


individu, kesehatan, masyarakat, dan keperawatan. Peplau menyebut manusia
dengan istilah men, yakni suatu organisme yang hidup dalam equilibrium
tidak stabil (Tomey & Alligood, 1998). Sedangkan George (1995)
menjelaskan pengertian manusia menurut Peplau sebagai suatu organisme
yang bekerja keras dengan caranya sendiri untuk mengurangi tekanan yang
berupa kebutuhan. Kesehatan, didefinisikan sebagai "simbol kata yang
mengimplikasikan pergerakan ke depan kepribadian dan proses-proses
manusia lainnya ke arah yang produktif, kreatif, konstruktif, dan lingkungan
komunitas" (Tomey & Alligood, 1998). Secara implicit,Peplau mendefinisikan
lingkungan dengan istilah segala sesuatu yang berada di luar organism dan
dalam konteks budaya/culture (Tomey & Alligood, 1998). Saat ini ketika
seorang perawat mempertimbangkan lingkungan pasien, dia belajar banyak
faktor, seperti latar belakang budaya, rumah dan lingkungan kerja, bukan
hanya mempertimbangkan penyesuaian pasien terhadap rutinitas rumah sakit.
Persepsi yang sempit Peplau tentang masyarakat / lingkungan adalah
keterbatasan utama dari teorinya. Teori ini tidak meneliti pengaruh-pengaruh
lingkungan yang luas pada orang, tetapi lebih memfokuskan pada tugas-tugas

15
psikologis (George, 1995). Keperawatan dideskripsikan sebagai tindakan
terapeutik yang signifikan pada proses interpersonal. Fungsi hal ini adalah
kooperatif dengan proses manusia lainnya yang membuat kemungkinan sehat
seorang individu dalam suatu komunitas (Tomey & Alligood,1998).
Sedangkan dalam buku George (1995), Peplau mendefinisikan keperawatan
sebagai hubungan manusia antara individu yang sakit atau yang membutuhkan
layanan kesehatan dan perawat mengenali atau merespon kebutuhan untuk
dibantu

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Travelbee mendefinisikan keperawatan sebagai sebuah proses antar diri
perseorangan komunitas untuk mencegah dan menanggulangi dengan pengalaman
dari penyakit dan penderitaan dan bahkan jika diperlukan untuk sebuah proses
antar diri seseorang karena ini adalah merupakan sebuah pengalaman yang terjadi
antara perawat dan individu atau sekelompok individu – individu. Peplau
mengidentifikasi empat tahapan hubungan interpersonal yang saling berkaitan
yaitu: (1) orientasi, (2) identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi. Setiap tahap
saling melengkapi dan berhubungan sebagai satu proses untuk penyelesaian
masalah
3.2 Saran
Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini, mahasiswa mampu memahami
konsep dasar komunikasi menurut teori travelbee dan peplau.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz Hidayat. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika
https://www.academia.edu/17272216/Teori_Hildegard_E._Peplau
http://arifsaputra96.blogspot.com/2014/01/makalah-komunikasi-
keperawatan.html

18

Anda mungkin juga menyukai