DOSEN PEMBIMBING :
Sari febrianty, Ns.,S.Kep.,MM
DISUSUN OLEH :
NAMA : GUSTIA MEGA NANDA
NIM : 1914301060
KELAS : TINGKAT 3 REGULER 2
2. Faktor Plasenta
Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Sukarni
& Sudarti (2012). antara lain :
1. Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan cepat,
pernapasancuping hidung.
2. Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi dinding dada
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurang dari 100
kali permenit.
Sedangkan, tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia (Sudarti dan
Fauziah 2012) antara lain :
1. Pernapasan cuping hidung
2. Pernapasan cepat
3. Nadi cepat
4. Sianosis
Segera setelah lahir, bayi akan menarik napas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi.
Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam
alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini
arteriol paru akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat
secara memadai.
Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka
timbulah rangsangan terhadap nervus vagus DJJ (deyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat di pengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan
darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun. Bayi sekarang tidak
dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukan upaya pernafasan
yang secara spontan (Sudarti dan Fauziah 2012).
Pathway Asfiksia Neonatorum
Gg pertukaran gas
F. Pemeriksaan Penunjang Asfiksia Neonatorum
Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi (Sudarti dan
Fauziah, 2013 ) yaitu :
1. Pemeriksaan analisa gas darah
2. Pemeriksaan elektrolit darah
3. Berat badan bayi
4. Penilaiaan APGAR Score
5. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
DO :
- Sputum berlebih
- Mengi/weezing dan atau
ronkhi kering
- Mikonium di jalan nafas
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Frekuensi nafas berubah
- Pola nafas berubah
DS : Gangguan pertukaran Ketidakseimbangan
- Dispnea gas ventilasi-perfusi
DO :
- PCO₂ meningkat/menurun
- PO₂ menurun
- Takikardi
- Ph arteri
meningkat/menurun
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
- Diaphoresis
- Nafas cuping hidung
- Pola nafas abnormal
- Warna kulit abnormal
DS : Resiko hipotermia Bayi baru lahir
(Tidak tersedia)
DO :
(Tidak tersedia)
I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan
2. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Resiko hipotermia b.d Bayi baru lahir
J. Tujuan Rencana Keperawatan Dan Kriteria Hasil
Maryunani, Anik & Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada Neonatus. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Sudarti & Fauziah. (2013). Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sukarni, I dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus Risiko
Tinggi. Yogyakarta : Nuha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indicator Diagnostic Edisi 1 Jakarta : Dewan Penguurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Edisi 1 Jakarta : Dewan Penguurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 Jakarta : Dewan Penguurus Pusat PPNI