Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIABETES MELITUS DAN HIPERTIROID

Disusun Oleh :

Kelompok 5

DhimasOktvhian A (1914301054)
RiskaAmilia (1914301075)
Rara Suci A (1914301077)
FeniMeliani (1914301085)
Veronica Anggraini (1914301091)

TK.2 Reguler 2

Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Sarjana Terapan Keperawatan Tanjung Karang

Tahun Ajaran 2021/2022

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengash lagi Maha Panyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
”Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus dan hipertiroid”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II .Dalam penulisan dan menyusun makalah, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada dosen mata kuliah, yang telah memberikan nasihat dan bimbingan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
   

Bandar Lampung, 08 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...............................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4

1.3 Tujuan............................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................6

2.1 Diabetes Mellitus..........................................................................................6


A. Konsep Penyakit............................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Mellitus ............................14

2.2 Hipertiroid..................................................................................................23

A. Konsep Penyakit ..........................................................................................23

B. Konsep Asuhan Keperawatan Paisen Hipertiroid.........................................26

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................40

3.1 Kesimpulan .................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh
keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme
karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau
ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap
insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme(Brunner & Suddarth, 2008).
Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita
diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus
menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker Sedangkan di Indonesia
penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun.
Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas
pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler,
geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat
menimbulkan berbagai komplikasi. (Donna D. ignativius, 2013).
harus disesuaikan dengan kemampuan kondisi penyakit penyerta(Brunner &
Suddarth, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus?
2. Anatomi fisiologi yang berhubungan dengan Diabetes Melitus?
3. Apasaja Klasifikasi dari Diabetes Melitus?
4. Bagaimana Etiologi dari Diabetes Melitus?
5. Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Melitus?
6. Apa saja tanda dan gejala yang timbul dari penyakit Diabetes Melitus ?
7. Apasaja pemeriksaan penunjang untuk Diabetes Melitus?
8. Bagaimana Penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus?
9. Apasaja pengkajian yang dilakukan pada pasien Diabetes Melitus?
10. Apasaja masalah keperawatan yang biasa timbul pada pasien DM?

4
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum :
Diharapkan setiap mahasiswa dapat mengetahui definisi dari penyakit Diabetes
Melitus,mengetahui bagaimana tanda gejalanya.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setiap mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Diabetes Melitus

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyait
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti ―mengalirkan atau
mengalihkan‖ (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yangditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya
komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi & Sukarmin, 2008).
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

2. Anatomi Fisiologi
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2008).

i. Anatomi pankreas

6
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai
hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian
pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput
pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon
langsung kedalam darah.

ii. Fisiologi Pankreas


Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis
protein, lemak, dan karbohidrat; sedangkan endokrin menghasilkan
hormon insulin dan glukagon yang memegang peranan penting pada
metabolisme karbohidrat .
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh
berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau
langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon
yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang
dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau
langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi
beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi
glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Pankreas menghasilkan :
1) Garam NaHCO3 : membuat suasana basa.
2) Karbohidrase : amilase ubah amilum → maltosa.

7
3) Dikarbohidrase : a.maltase ubah maltosa → 2 glukosa.

4) Sukrase ubah sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa.

5) Laktase ubah laktosa → 1 glukosa + 1 galaktosa.

6) lipase mengubah lipid → asam lemak + gliserol.

7) enzim entrokinase mengubah tripsinogen → tripsin dan ubah pepton →


asam amino.

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :


I. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
II. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
III. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
IV. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

4. Etiologi Diabetes Mellitus

8
I. Diabetes tipe I:
a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.

II. Diabetes Tipe II


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga

9
5. Patofisiologi Diabetes Mellitus

10
6. Tanda Dan Gejala Diabetes Mellitus

Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah

1) Poliuria (peningkatan volume urine)

2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.

3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air


kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi
hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.

4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar
sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

b) Gejala lain yang muncul

1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan


pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.

2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,


lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.

11
4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.

5) Kelemahan tubuh

6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel melalui


proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.

7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan


dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.

8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas


menurun karena kerusakan hormon testosteron.

9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.

Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi


3 yaitu :
a) < 140 mg/dL → normal
b) 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
c) > 200 mg/dL → diabetes

7. Komplikasi
Menurut Sujono & Sukarmin (2008), komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori
mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang :
I. Komplikasi Metabolik Akut
a) Hyperglikemia.
Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada
rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.Hiperglikemia
mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat

12
seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok
dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka
akan terjadi mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera.
Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan
pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM mudah
mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
II. Komplikasi Kronik Jangka Panjang
a) Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang
kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal
(nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik).
b) Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan
oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit
vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan sorbitol dalam intima
vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah

8. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus


I. Glukosa darah sewaktu

cek GDS
II. Kadar glukosa darah puasa
III. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl).

13
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1.      Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi
vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi (jika diperlukan)
5.      Pendidikan

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Mellitus


1. Pengkajian
Menurut (Santosa, Budi. 2008)
I. Identitas klien, meliputi :
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.

14
II. Keluhan utama

a. Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

b. Kondisi hipoglikemi :Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa


lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.

III. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri
perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

IV. Riwayat kesehatan dahulu


DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid,
furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.

V. Riwayat kesehatan keluarga


Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM

VI. Pemeriksaan Fisik


a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi, disorientasi, koma

b. Sirkulasi

15
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels,
kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.

c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada
diare.

e. Makanan dan cairan


Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton

f. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori,
refleks tendon menurun, kejang.

g. Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD


postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)

h. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.

16
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

i. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

j. Gastro intestinal ,Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,


wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.

k. Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada
kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.

17
l. Integumen Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulku

2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1) Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan volume cairan secara
aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
menggunakan glukose (tipe 1)
4) Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

3. Intervensi Keperawatan
Defisit Volume Cairan Setelah dilakukan 1. Pertahankan
berhubungan dengan tindakan keperawatan catatan intake
Kehilangan volume selama 3x24jam dan output yang
cairan secara aktif, diharapkan klien dengan akurat
Kegagalan mekanisme diagnosa kelebihan 2. Pasang urin
pengaturan volume cairan dapat kateter jika
teratasi dengan kriteria diperlukan
hasil : 3. Monitor hasil lab
1. Terbebas dari yang sesuai
edema, efusi, dengan retensi
anaskara cairan (BUN,
2. Memelihara Hmt, osmolalitas
tekanan vena urin )
sentral, tekanan 4. Monitor indikasi
kapiler paru, retensi /
output jantung dan kelebihan cairan
vital sign dalam (cracles, CVP ,
batas normal edema, distensi
3. Terbebas dari vena leher, asites)
18
kelelahan, 5. Kaji lokasi dan
kecemasan atau luas edema
kebingungan 6. Monitor status
4. Menjelaskan nutrisi
indikator 7. Berikan diuretik
kelebihan cairan sesuai interuksi
8. Batasi masukan
cairan pada
keadaan
hiponatrermi
dilusi dengan
serum Na < 130
mEq/l
9. Kolaborasi
dokter jika tanda
cairan berlebih
muncul
memburuk

Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian


berhubungan dengan keperawatan selama 3×24 nyeri secara
agen injuri biologis jam diharapkan nyeri komprehensif
pasien berkurang dengan termasuk lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas
nyeri (tahu penyebab dan faktor presipitasi
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
menggunakan tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi 3. Kaji kultur yang
nyeri, mencari mempengaruhi
bantuan) respon nyeri
2. Melaporkan bahwa 4. Kontrol lingkungan
nyeri berkurang yang dapat

19
dengan menggunakan mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu
3. Mampu mengenali ruangan,
nyeri (skala, pencahayaan dan
intensitas, frekuensi kebisingan
dan tanda nyeri) 5. Ajarkan tentang
4. Menyatakan rasa teknik non
nyaman setelah nyeri farmakologi
berkurang 6. Berikan analgetik
5. Tanda vital dalam untuk mengurangi
rentang normal nyeri
7. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor adanya


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3×24 penurunan berat
kebutuuhan tubuh b.d . jam diharapkan badan
ketidakmampuan keseimbangan nutrisi 2. Monitor
menggunakan glukose pasien membaik dengan lingkungan
(tipe 1) kriteria hasil: selama makan
1. Adanya 3. Monitor mual
peningkatan berat dan muntah
badan sesuai 4. Monitor makanan
dengan usia kesukaan
2. Berat badan ideal 5. Monitor pucat,
sesuai dengan kemerahan, dan
tinggi badan kekeringan
3. Mampu jaringan
mengidentifikasi konjungtiva
kebutuhan nutrisi 6. Monitor kalori
dan intake

20
nuntrisi
7. Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
8. Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet

Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor adanya


perfusi jaringan perifer keperawatan selama 3×24 daerah tertentu
b.d hipoksemia jam diharapkan perfusi yang hanya peka
jaringan perifer pasien membaik terhadap
dengan kriteria hasil: rangsangan panas
1. TD normal atau dingin
(120/80 mmHg) 2. Periksa penyebab
2. Tingkat kesadaran perubahan
membaik sensasi
3. Tidak ada gerakan 3. Ajarkan klien
involunter untuk
4. Fungsi sensorik mengobservasi
dan motorik tidak kulit pada daerah
ada gangguan perifer
4. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat analgetik

4. Implementasi

21
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis
keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan
komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman
dan keselamatan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan
bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.

6. Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian yang digunakan dalam kasus ini adalah model dokumentasi POR (
Promblem Oriented Record ) menggunakan SOAPIE (subyek, obyek, analisa,
planning, implementasi, evaluasi ). Dalam setiap diagnosa keperawatan penulis
melakukan tindakan keperawatan kemudian penulis mendokumentasikan yaitu dalam
memberikan tanda tangan waktu dan tanggal. Jika ada kesalahan dicoret diberi paraf
oleh penulis.

22
HIPERTIROID

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang
terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita
dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi
hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves,
hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor
pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma,
penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).

2. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan
karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-
stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu
tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid
atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).

3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus

23
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan
tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid
dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis
pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan.
Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut,
tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga
karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi
pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis
permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis
hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.

3. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang
lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui
mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme
rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan
banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang
meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan
pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini
menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan
protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler
yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut
nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta
respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap
sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad,

24
sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam
fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido,
infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).

4. Gejala-Gejala Klinis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole
dan diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal
jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan,
diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum
lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram
abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas,
kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan
emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.

25
Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertiroid

A. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid
Tarwoto,dkk. (2012) ialah sebagai berikut :
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami,
riwayat pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat
trauma kepala, infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti
thionamide, lithium, amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi
dan pola makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
 Penurunan berat badan
 Peningkatan suhu tubuh
 Kelelahan
 Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
 Cepat lelah
 Intoleransi aktivitas
 Tremor
 Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
 Iritabilitas
 Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung

d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan


 Gangguan tajam penglihatan

26
 Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
 Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
 Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
 Menurunnya libido
 Menurunnya perkembangan fungsi seksual
 Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
 Eksoftalmus
 Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang
tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak.
Sering juga didapatka gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi
ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali
dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot
ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf
mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda,
tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata
secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung
seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung
perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal

27
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex
tendon dan tremor, iritabilitas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
metabolik
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolism
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme
6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy dengan
kebutuhan tubuh
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat
9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi
tubuh
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan
metabolisme

C. Intervensi dan Rasional


1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
metabolisme
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan nutrisi kembali normal.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme
terpenuhi.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Hindari makanan yang dapat 1. Penigkatan multilitas saluran cerna
meningkatkan peristaltic usus. dapat mengakibatkan diare dan
ganguan absorpsi nutris yang

28
diperlukan.
Kolaborasi :
1.Konsultasi dengan ahli gizi utnutk 1.Mungkin memerlukan bantuan
memberikan diet kalori tinggi. untuk
menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan pengganti
yang paling sesuai.
Observasi :
1.Auskultasi bising usus Observasi :
1.Bising usu hiperaktif mencerminkan
peningkatkan motilitas lambung
yang
2.Pantau masukan makanan setiap hari menurnkan atau mengubah fungsi
dan timbang berat badan tiap hari. absorpsi.
2.Penurunan berat badan terus
menerus dalam keadaan masukan
kalori yang cukup merupakan indikasi
Edukasi : kegagalan terhadap terapi antitiriod.
1.Dorong klien makan dan
meningkatkan jumlah makan. Edukasi :
1.Membantu menjaga pemasukan
kalori cukup tinggi untuk menambah
kalori tetap tinggi.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam pola nafas
efektif
Kriteria hasil :
 nafas 16-20x/menit
 bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan

29
Intervensi Rasional
Mandiri
1.Auskultasi bunyi nafas dan catat 1.Bunyi nafas menurun / tak ada bila
adanya bunyi nafas adventisius, jalan nafas obstruksi sekunder
seperti krekels, mengi, gesekan terhadap perdarahan, bekuan atau
pleural. kolaps jalan nafas kecil ( atelektasis ).
Ronki dan mengi menyertai obstruksi
jalan nafas / kegagalan pernafasan.
2.Duduk tinggi memungkinkan
2.Tinggikan kepala dan bantu ekspansi paru dan memudahkan
mengubah posisi. Bangunkan klien pernafasan.
turun tempat tidur dan ambulasi
sesegera mungkin. 3.Dapat meningkatkan / banyaknya
3.Dorong / bantu klien dalam nafas sputum dimana gangguan ventilasi dan
dalam dan latihan batuk. Penghisapan ditambah ketidaknyamanan upaya
per oral atau nasotrakeal bila bernafas.
diindikasikan.

1.Memaksimalkan bernafas dan


Kolaborasi
menurunkan kerja nafas.
1.Berikan oksigen tambahan.

1.Kecepatan biasanya meningkat.


Observasi
Dispnea dan terjadi peningkatan kerja
1.Observasi frekuensi, kedalaman
nafas.
pernafasan dan ekspansi dada. Catat
upaya pernafasan, termasuk
penggunaan otot bantu / pelebaran
nasal.
2.Kongesti alveolar mengakibatkan
batuk kering / iritasi.
2.Observsi pola batuk dan karakter
sekret.

30
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung
menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian
kapiler < 3 detik, tidak ada distritnea.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Catat atau perhatikan 1.Takirkardi mungkin merupakan
kecepatan irama jantung dan cerminan langsung stimulasi otot jantung
adanya distrirnea. oleh hormone tiroid distritnea sering kali
terjadi dan dapat membahnyakan fungsi
jantung atau curah jantug.
2.Auskultasi suara jantung, 2. S1 dan mumur yang menonjol yang
perhatikan adanya bunyi jantung berhubungan dengan curah jantung
tambahan, adanya orama gallop dan meningakat pada keadaan metabolic.
mumur sistolik. adanya S3 sebagai tanda kemungkinan
gagal jantung

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan cairan IV sesuai indikasi. 1.pemberian cauiran melalui IV dengan
Cepat untuk memperbaiki volum
sirkulasi
2. Berikan sesuai indikasi. 2.Mempertahankan curah jantung yang
adekuat.
Observasi : Observasi :
1.Observasi tanda dan gejala haus 1.Hidrasi yang cepat dapat terjadi yang
yang hebat, mukosa membran kering akan menurunkan volum sirkulasi
yang lemah. dan menurunkan curah jantung.
2.observasi nadi atau denyut jantung 2.Memberikan hasil pengkajian yang
pada pada pasien saat tidur. lebih akurat untuk menentukan

31
takikardi.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam citra tubuh
klien tidak terganggu

Kriteria Hasil :

 Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.


 Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Terima persepsi diri klien dan 1. untuk memvalidasi perasaannya.
berikan jaminan bahwa klien
dapat mengatasi krisis ini.

Observasi : Observasi :
1. Kaji kesiapan klien kemudian 1. keterlibatan dapat memberikan
libatkan klien dalam mengambil rasa kontrol dan meningkatkan
keputusan tentang keperawatan, harga diri.
bila memungkinkan.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien melakukan 1. untuk meningkatkan rasa
perawatan diri. kemandirian dan kontrol.
2. Dorong klien untuk 2. Kedukaan harus mendahului
mengungkapkan kedukaan penerimaan.
tentang kehilangan.
3. Dorong klien untuk tetap 3. Catatan tertulis dapat membantu
menuliskan perasaan, tujuan, menunjukkan kemajuan klien.
keluhan, dan kemajuan yang
terjadi pada dirinya.
4. Diskusikan kemajuan klien dan 4. Untuk meningkatkan sikap

32
tunjukan bagaimana kondisinya positif.
telah meningkat.
5. Dorong klien untuk
berpartisipasi dalam kelompok 5. Untuk membantu mendapatkan
pendukung, bila perlu, membuat dukungan dan pemahaman atau
suatu perjanjian dengan profesi konseling tambahan.
kesehatan mental.
6. Dorong klien untuk 6. Untuk meningkatkan harga diri
menggambarkan perkembangan dan untuk mendemontrasikan
klien melalu hospitalisasi. bagaimana klien telah
beradaptasi terhadap perubahan
7. Ajarkan dan dorong strategi citra tubuh.
koping yang sehat. 7. Untuk membantu klien
mengatasi perilaku yang tidak
produktif.

5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


metabolisme
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam risiko
ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
 Asupan dan haluaran cairan tetap pada kadar yang tepat sesuai usia dan
kondisi fisik.
 Klien mempunyai tugor kulit yang normal.
 Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Rasional
Intervensi
Mandiri : Mandiri :
1. Timbang berat badan klien 1. Untuk membantu mendeteksi
setiap hari sebelum sarapan. perubahan keseimbangan cairan.
2. Tentukan cairan apa yang 2. Untuk meningkatkan asupan.
disukai klien dan simpan
cairan tersebut disamping

33
tempat tidur klien.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan parenteral 1. Untuk membantu
sesuai intruksi. mempertahankan keseimbangan
cairan.
Observasi :
1. Periksa membran mukosa Observasi :
mulut setiap hari. 1. Membran mukosa kering
2. Pantau kadar elektrolit merupakan suatu indikasi
serum. dehidrasi.
2. Perubahan niali elektrolit dapat
menandakan ketidakseimbangan
3. Ukur asupan cairan dan cairan.
haluaran urine untuk 3. Penurunan asupan atau
mendapatkan status cairan. peningkatan haluaran
mengakibatkan defisit cairan dan
mengakibatkan kelebihan cairan.
Edukasi :
1. Dorong klien untuk Edukasi :
mematuhi diet yang 1. Untuk membantu mencapai
diinstrusikan. keseimbangan cairan dan
2. Ajarkan klien dan anggota elektrolit.
keluarga cara 2. Tindakan ini mendorong klien dan
mempertahankan asupan pemberian asuhan untuk
cairan yang tepat, termasuk berpartisipasi dalam perawatan,
mencatat berat badan setiap sehingga meningkatkan kontrol.
hari, mengukur asupan dan
haluaran, dan mengenal
tanda-tanda
ketidakseimbangan cairan.

34
6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria hasil :
 suhu tetap normal 36,50C-370C
 keseimbangan cairan tetap stabil

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Mandiri:
1.Monitor suhu tubuh setiap 4 jam 1.Meyakinkan perbandingan data yang
akurat
Kolaborasi: Kolaborasi:
1.Berikan antipiretik sesuai indikasi 1.Dapat menurunkan demam

Observasi: Observasi:
1.Pantau dan catat denyut dan irama 1.Peningkatan deyut nadi, penurun
nadi, tekanan vena sentral, tekanan tekanan vena sentral dan penurunan
darah, frekuensi nafas, tingkat tekanan darah dapat mengindikasikan
responsivitas, dan suhu kulit setiap 4 hipovollemia yang mengarah
jam. penurunan perfusi jaringan.
2.Observasi adanya konfusi 2.Perubahan tingkat kesadaran dapat
disorientasi merupakan akibat dari hipoksia
jaringan

Edukasi: Edukasi:
1.Anjurkan klien untuk minum 1.Asupan cairan berlebih dapat
sebayak mungkin air jika tidak mengakibatkan kelebihan cairan atau
dikontraindikasikan dekompensasi jantung yang dapat
memperburuk kondisi pasien

35
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan
kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien
dapat beraktivitas
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan utnuk berpartipasi dalam
melakukan aktivitas.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Pantau tanda vital dan catat nadi 1.Nadi meningkat dan bahkan pada
baik pada istirahat dan melakukan istirahat ( Takikardi ).
aktivitas.
2.Berikan sentuhan atau message, 2.Dapat menurunkan energy dalam
bedak yang sejuk. saraf yang selanjutnya meningkatkan
relaksasi.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi. 1.Untuk mengurangi kelelahan dan
Meningkatkan energi.
Observasi : Observasi :
1. Catat perkembangan takipneu, 1.Kebutuhan dan konsumsi oksigen
dispneu, pucat dan sianosis. akan
ditingkatkan pada keadaan
Edukasi : hipemetabolik.
1.Sarankan klien untuk mengurangi Edukasi :
aktivitas dan meningkatkan istirahat . 1.Membantu melawan pengaruh dari
peningkatan metabolisme.

8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat


Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
tidak ada resiko kerusakan integritas kulit

36
Kriteria Hasil : Mampu mengidentifikasi tindakan untuk membrikan
perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Bagian kepala tempat tidur 1.Menurunkan edema jaringan bila ada
ditinggikan dan batasi pemasukan komplikasi seperti GJK yang mana
garam jika ada indikasi. dapat memperberat esoftalmus.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi 1.Untuk tindakan pengobatan medis.

Observasi : Observasi :
1.Evaluasi ketajaman mata. 1. Oftalmolpati infiltraftif akibat dari
penigkatan jaringan retroorbits yang
menciptakan eksoftalmus.
2.Observasi edema 2.Manifestasi umum dari stimulasi
periobital,gangguan Penutupan aderenergik yang berlebihan dengan
kelopak mata. berhubungan dengan tirotoksikosis yang
memerlukan intervensi pendukung
sampe resolusi krisis dapat
menghilangkan simtomatologis.

Edukasi : Edukasi :
1.Anjurkan klien menggunakan 1. melindungi kerusakan kornea jika
kacamata gelap ketika terbangun pasien tidak dapat menutup mata dengan
dan tutup dengan penutup mata sempurna karena edema atau fibrosis
selama tidur sesuai dengan bantalan lemak.
kebutuhan.

9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi


tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam fungsi
seksual kembali normal

37
Kriteria hasil :

 Klien mengakui adanya masalah atau kemungkinan masalah dalam fungsi


seksual.
 Klien mengungkapkan pemahaman mengenai penyebab disfungsi seksual
 Klien mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan konseling.
 Klien menghidupkan kembali aktivitas seksual seperti sebelum sakit.

Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri :
1. Sediakan lingkungan yang tidak 1. Tindakan ini mendorong klien
mengancam, dan dorong klien untuk bertanya tentang hal
untuk bertanya tentang khusus yang berkaitan dengan
seksualitas pribadi. keadaan saat ini.

2. Berikan kesempatan klien untuk 2. Tindakan ini meningkatkan


mengungkapkan perasaan komunikasi dan pemahaman
secara terbuka dalam diantara klien dan beri asuhan.
lingkungan yang tidak
mengancam.
Edukasi :
Edukasi : 1. Sediakan waktu dan lingkungan
1. Anjurkan klien untuk yang kondusif untuk komunikasi
mendiskusikan keluhannya antara klien dan suami atau istri
dengan suami atau istri atau atau pasangan untuk berbagi
pasangan. keluhan dan memperkuat
2. Sarankan rujukan ke konselor hubungan
seksual atau profesi terkait 2. Untuk memberikan sumber-
lainnya dalam mendapatkan sumber penunjang lanjutan
panduan selanjutnya . terapi bagi klien.

38
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan
metabolism
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
gangguan pola tidur dapat di atasi
Kriteria hasil : klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghalangi
atau mengganggu tidur.klien tidur 5-6 jam dimalam hari

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Berikan bantuan tidur kepada klien, 1.Susu dan beberapa kudapan tinggi
seperti bantal, mandi sebelum tidur, protein, seperti keju dan kacang,
makanan atau minuman dan bahan mengandung L-trytophan, yang
bacaan. dapat mempermudah tidur. Higiene
pribadi secara rutin dapat
mempermudah tidur bagi sejumlah
2.Ciptakan lingkungan tenang yang klien.
kondusif untuk tidur contohnya, tutup 2.Tindakan ini dapat mendorong
gorden, sesuaikan pencahayaan atau istirahat dan tidur klien.
tutup pintu.
Kolaborasi :
1.Berikan pengobatan yang Kolaborasi :
diprogramkan untuk meningkatkan 1.Agenhipnotik memicu tidur: obat
pola tidur normal klien. Pantau dan penenang menurunkan ansietas
catat reaksi yang tidak diharapkan.

Observasi :
1.Catat lamanya tidur klien Observasi :
1.Mengetahui perubahan prosentase
pola tidur
Edukasi :
1.Berikan pendidikan kesehatan Edukasi :
kepada klien tentang teknik relaksasi 1.Upaya relaksasi yang bertujuan
seperti imajinasi terbimbing, relaksasi biasanya dapat membantu

39
oto progresif, dan meditasi. meningkatkan tidur

40
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).
Etiologi diabetes mellitus ada 3,yaitu:
(Diabetes Mellitus tipe 1)
1. Faktor genetik
2. Faktor lingkungan
3. Faktor imunologi
(Diabetes Mellitus tipe 2)
1. Faktor usia
2. Riwayat keluarga
3. Obesitas

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan


sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang
terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita
dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).

41
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan


Keperawatan. Jakarta:EGC.
Carolus, P.K.Sint.1995.Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:
Panitia S.A.K Komisi Keperawatan.
Cynthia,M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan : Dengan rencana
penulisan.Jakarta:EGC
Rumorbo, Hotman.2012.Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC.
http://eprints.poltekkesjigja.ac.id/2145/1/KTI%20PAK%20MUJI.pdf
https://id.scribd.com/doc/88445539/Makalah-Kmb-1-Tentang-Asuhan-
Keperawatan-Diabetes-Melitus

42

Anda mungkin juga menyukai