Disusun Oleh :
Kelompok 3
Nama : 1. Fifit Safitri (SK420001)
2. Mutiara Hasna Khairunnisa (SK420005)
Prodi : D – 3 Farmasi
Semester : Ganjil (3)
Dosen Pengampu :
Melani Dewi, M.Sc., Apt
Penulis dapat menyelesaikan Laporan Ilmu Resep ini tidak terlepas dari doa dan
dorongan semangat serta perhatian yang didapat dari saudara-saudara, rekan-rekan
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Program Studi D-3 Farmasi dan dosen
Ilmu Resep yang telah membimbing penulis serta telah banyak menyumbang hasil
pemikiran serta memberi bantuan moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Laporan Ilmu Reaep dengan selesai.
Penulis menyadari bahwa Laporan Ilmu Resep ini jauh dari kesempurnaan,
mempunyai kesalahan dan kekurangan, kritik dan saran membangun dikemudian hari
sangat menyenangkan hati dan nurani penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan Ilmu Resep ini dapat memberikan
sumber informasi dan pikiran yang dapat membantu kita dalam menempuh program studi
D-3 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1.2 Hiperlipidemia……………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Hiperlipidemia
2.2.1 Devinisi Hiperlipidemia………………………………………….
2.2.2 klasifikasi Hiperlipidemia……………………………………….
2.2.3 Patofisoilogi Hiperlipidemia…………………………………….
2.2.4 Manifestasi Klinik Hiperlipidemia……………………………….
2.2.5 Diagnosis Hiperlipidemia………………………………………..
2.2.6 Parameter data laboraturium Hiperlipidemia…………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.2 Hiperlipidemia
- Glukosa Puasa dan 2 Jam PP, untuk melihat kadar gula darah pada saa
diperiksa.
- HbA1c, untuk melihat kadar gula darah rata-rata selama 3 bulan terakhir
menilai kepatuhan dan keberhasilan pengobatan.
- Albumin urin kuantitatif (AUK), kreatinin dan urin rutin,untuk melihat
fungsi
ginjal karena diabet isi berisiko mengalami komplikasi pada ginjal.
- Albumin/Globulin dan SGPT, untuk melihat ada tidaknya gangguan fungsi
hati,karena konsumsi obat diabetes mampu mempengaruhi fungsi hati.
- Kolesterol total, HDL, LDL, dan Trigliserida, untuk melihatada tidaknya
gangguan lemak karena mampu meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner.
- Fibrinogen (uji saring faal hemostasis), untuk mendeteksi kemungkinan
adanya gangguan proses hemostasis yang merupakan factor risiko dari
perkembangan penyakit jantung dan pembuluh darah sebagai konsekuensi
dari DM.
- Tekanan darah dan Indeks Masa Tubuh (Prodia, 2016).
B. HbA1c
HbA1c adalah protein yang terbentuk dari reaksi antara glukosa dengan
hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen
keseluruh tubuh).HbA1c yang terbentuk akan tersimpan dan tetap bertahan
didalam sel darah merah (SDM) sekitar 3 bulan, sesuai masa hidup sel darah
merah .Jumlah HbA1c yang terbentuk,tergantung kadar gula di dalam darah
sehingga hasil pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-rata kadar
gulasekitar3bulan atau sebelumnya (Prodia,2016).
2. Pemeriksaan HbA1c
C. Fibrinogen
Fibrinogen merupakan Faktor I, yaitu protein yang berasal dari dalam hati,
yang dikonversi menjadi fibrin selama proses bloodclotting (koagulasi).
Fibrinogen memainkan 2 peran penting dalam tubuh yaitu protein yang
disebut reaktan fase akut yang menjadi tinggi ketika terjadi
http://repository.unimus.ac.id 19 peradangan jaringan atau kerusakan
jaringan, dan juga merupakan bagian penting dari "jalur umum" pada proses
koagulasi (Gale Encyclopedia of Medicine, 2008). Fibrinogen termasuk
protein fase akut yang sangat berperan terhadap risiko penyakit pembuluh
darah dan kardiovaskular, sehingga dianggap bahwa hiperfibrinogenemia
sangat berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas (Aprijadi et al., 2014).
Lengkap, 2014)
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi
sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari
makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam
sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh
dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera.
Kilomikron
VLDL (very low density lipoproteins)
LDL (low density lipoproteins)
HDL (high density lipoproteins)
Trigliserida
< 150 mg/dl Normal (Optimal)
150-199 mg/dl Ambang batas tinggi
200-499 mg/dl Tinggi
≥ 500 mg/dl Sangat tinggi
1.1.2 Klasifikasi
1. Hiperkolesterolemia
Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses
kompleks pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan lemak)
dalam pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan
trombus. Berbagai proses tersebut akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
penyumbatan pembuluh darah. Akibatnya, organ-organ yang disuplai pembuluh
darah akan mengalami kekurangan atau penghentian suplai darah. Kondisi inilah
yang pada akhirnya akan bermanifestasi sebagai penyakit jantung koroner (PJK),
stroke, atau penyakit vaskuler lainnya. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh
lebih dari 130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL.
Kadar HDL harus meliputi lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006).
2. Hipertrigliserida
Kadar trigliserida yang tinggi belum tentu meningkatkan resiko terjadinya
penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas. Kadar trigliserida darah diatas
250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak selalu
meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit arteri koroner.
Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL) bisa
menyebabkan pancreatitis (Neal, 2006).
2. Hiperlipidemia Sekunder
Kejadian hiperlipidemia sekunder kira-kira 40% dari seluruh kasus
hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah terjadinya peningkatan kadar lemak yang
disebabkan antara lain oleh kondisi penyakit dan penggunaan obat-obat tertentu
(Suyatna, 2007).
b) Hiperlipoproteinemia tipe II
Disebut juga hiperkolesterolemia familial, merupakan suatu
penyakit keturunan yang mempercepat terjadinya aterosklerosis dan
kematian dini, biasanya karena serangan jantung. Kadar kolesterol
LDLnya tinggi. Endapan lemak membentuk pertumbuhan xantoma di
dalam tendon dan kulit. 1 di antara 6 pria penderita penyakit ini
mengalami serangan jantung pada usia 40 tahun dan 2 diantara 3 pria
penderita penyakit ini mengalami serangan jantung pada usia 60 tahun.
Penderita wanita juga memiliki resiko, tetapi terjadinya lebih lambat. 1
dari 2 wanita penderita penyakit ini akan mengalami serangan jantung
pada usia 55 tahun. Orang yang memiliki 2 gen dari penyakit ini
(jarang terjadi) bisa memiliki kadar kolesterol total sampai 500-1200
mg/dL dan seringkali meninggal karena penyakit arteri koroner pada
masa kanak-kanak. Tujuan pengobatan adalah untuk menghindari
faktor resiko, seperti merokok, dan obesitas, serta mengurangi kadar
kolesterol darah dengan mengkonsumsi obat-obatan. Penderita
diharuskan menjalani diet rendah lemak atau tanpa lemak, terutama
lemak jenuh dan kolesterol serta melakukan olah raga secara teratur.
Menambahkan bekatul gandum pada makanan akan membantu
mengikat lemak di usus. Seringkali diperlukan obat penurun lemak.
d) Hiperlipoproteinamia tipe IV
e) Hiperlipoproteinamia tipe V
1) Kilomikron. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%
komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester. Kilomikron
membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga
membawa kolesterol makanan ke hati.
2) Lipoprotein Densitas Sangat Rendah (VLDL). Lipoprotein ini terdiri dari 60%
trigliserida (endogen) dan 10-15% kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk
mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL
menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan bahan
oksidasi di jantung dan otot skelet.
Lipid darah diangkut dengan dua cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen.
a. Jalur Eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe lalu
kedalam darah via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak, trigliserida dalam
kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada
permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak
dan kilomikron remnan. Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah
dihilangkan sebagian besar trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi
jumlah ester kolesterol tetap. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan
masuk kedalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida
kembali (cadangan) atau dioksidasi (energi) (Suyatna, 2007).
b. Jalur Endogen
Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen
dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi
oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel
lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL. LDL merupakan lipoprotein
yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%). LDL mengalami
katabolisme melalui reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor
dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen (Suyatna, 2007).
Hati, kolesterol, lipid, trigliserida, kegemukan, gemuk, gendut, LDL, ApoB,
ApoE, ApoC, kilomikron, kapiler, otot, adiposa, VLDL, IDL HDL, eksogen,
endogen, jaringan perifer,
Gambar Jalur Transport Lipid (Dipiro et al., 2005).
Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total dalam darah
berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner (PJK). Kelainan
patologi pada hiperlipidemia terutama diakibatkan oleh lesi aterosklerosis, disfungsi
endothelium, respon inflamasi, faktor genetik, dan pengikatan LDL secara normal.
· Lesi aterosklerosis
Lesi aterosklerosis diduga berkembang dari transport dan retensi LDL plasma
melalui lapisan sel endothelial ke dalam matriks ekstraselular daerah subendotelial.
Pada dinding arteri, LDL dimodifikasi secara kimia melalui proses oksidasi dan
glikasi nonenzimatik. Perlahan-lahan LDL teroksidasi menarik monosit ke dalam
dinding arteri. Monosit-monosit ini akan berubah menjadi makrofag yang
mempercepat oksidasi LDL.
· Disfungsi endotelium
Hipotesis respon terhadap luka menyatakan bahwa factor resiko seperti LDL
teroksidasi, luka mekanis terhadap endothelium, peningkatan homosistein,
serangan fungsi imunologi, atau induksi infeksi yang menginduksi perubahan
dalam endothelial dan fungsi intima membawa kepada disfungsi endothelium dan
serangkaian interaksi seluler yang lama kelamaan memuncak menjadi
aterosklerosis. Gejala klinis yang dapat muncul adalah angina, infark miokard,
aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisme pada aorta serta abdomen dan
kematian mendadak.
· Respon inflamasi
LDL teroksidasi mempengaruhi respon inflamasi yang dimediasi oleh beberapa zat
kimia penarik dan sitokin, misalnya Monosite Colony Stimulating Factor (MCSF),
melekul adhesi intraselular, Platelet Degeneration Growth Factor (PDGF),
Transformation Growth Factor (TGF), IL-1, dan IL-6. Luka yang berulang dan
perbaikan plak aterosklerosis akhirnya akan mengarah kepada perlindungan
fibrous cap yang didasari oleh inti lipid, kolagen, kalsium, dan sel inflamatori
seperti limfosit T. Pemeliharaan fibrous plaque sangat penting untuk mencegah
hancurnya plak dan diikuti oleh trombosit koronari.
·Faktor genetik
Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial adalah ketidak mampuan
pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau kerusakan pencernaan
kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada
kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol,
dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya
reseptor LDL.
(Dipiro et al., 2005)
1.1.4 Manifestasi Klinik
Anamnesis
Evaluasi riwayat hidup pasien meliputi umur, jenis kelamin, dan status menstrual dan
jika wanita diperhatikan status menstrual dan estrogennya (Sukandar et al., 2008).
Pemeriksaan Fisik
Riwayat hidup lengkap dan pemeriksaan fisik harus menggambarkan (Sukandar et al.,
2008) :
1. Ada atau tidaknya faktor resiko penyakit jantung atau menjelaskan penyakit
jantung dalam perseorangan.
2. Sejarah keluarga penyakit jantung prematur atau gangguan lipid.
3. Ada atau tidaknya faktor sekunder hiperlipidemia, termasuk pengobatan
bersamaan.
4. Ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdominal, atau sejarah pakreatitis, penyakit
ginjal atau hati, penyakit pembuluh darah perifer, aneurisme aortik abdominal,
atau penyakit pembuluh darah perifer, aneurisme aortik abdominal, atau
penyakit pembuluh darah otak (bruits karotid, stroke, serangan iskemik,
transient).
Terhadap pasien yang dicurigai mengalami liperlipidemia, langkah diagnostik dalam
gambar di bawah ini dapat digunakan.
diagnosis hiperlipidemia, lipid, diet, trigliserida, obat, kolesterol, gula darah, gama-
GT, protein plasma, kreatinin, faal tiroid, dislipidemia, pemeriksaan laboratorium,
pengobatan penyakit primer, hiperlipidemia sekunder, pemeriksaan penyaring pada
keluarga,
Diagram diagnosis hiperlipidemia (Kapita Selekta Kedokteran)
2. Pemeriksaan penyaring dianjurkan pada semua orang dewasa berumur lebih dari
45 tahun. Pemeriksaan penyaring meliputi kadar kolesterol total dan trigliserida.
Bila hasilnya normal, maka dianjurkan pemeriksaan ulang setiap lima tahun. Bila
hasilnya abnormal diperlukan pemeriksaan profil lipid lengkap yang meliputi
kolesterol Total, LDL-C, HDL-C dan trigliserida serta kadar glukosa darah.
Pemeriksaan profil lengkap harus dijalankan sedini mungkin pada mereka yang
beresiko tinggi terkena atherosclerosis (Judajana, 2011).
Pada prinsipnya pengobatan untuk orang-orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi
adalah:
Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan,
karena kadar HDL menurun pada kegemukan.
Berhenti merokok, sebab rokok dapat menurunkan kadar HDL.
Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya. Diet rendah
kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL.
Menambah porsi olah raga. Olah raga bisa membantu mengurangi kadar LDL-
kolesterol dan menambah kadar HDL-kolesterol.
Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan).
Terapi farmakologis
a. Asam Fibrat
Klofibrat ditemukan peningkatan angka mortalitas. Derivat asam fibrat yang
masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil, fenofibrat, dan bezafibrat. Obat ini
diduga bekerja dengan cara berikatan dengan resptor peroxisome proliferator-
activated receptors alpha (PPARa) dengan peningkatan oksidasi asam lemak,
sintesis LPL dan penurunan ekspresi Apo C-III. Peninggian kadar LPL
meningkatkan klirens lipoprotein yang kaya trigliserida. Penurunan produksi
Apo C-III hati akan menurunkan VLDL. HDL meningkat secara moderat karena
peningkatan ekspresi Apo A-I dan Apo A-II (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik. 2007). Resorpsinya dari usus lambat tetapi lengkap, di dalam hati
segera dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Ekskresinya berlangsung melalui
kemih sebagai glukuronida. Efek samping berupa gangguan (sementara) saluran
cerna, kadang kala nyeri kepala, kantuk, eksantema, timulasi nafsu makan,
rambut rontok, dan impotensi. Interaksi. Efek derivat kumarin diperkuat, begitu
pula efek furosemida dan antidiabetika oral berdasarkan pendesakan dari ikatan
proteinnya. Dosis. Permulaan 500 mg sehari, berangsur-angsur dinaikkan
sampai 3-4 dd 500 mg d.c./p.c. (Tjay, 2010).
b. Resin (damar pengikat asam empedu)
Contohnya adalah kolestiramin dan kolestipol. Resin menurunkan kadar
kolesterol dengan mengikat asam empedu dalam saluran cerna, mengganggu
sirkulasi enterohepatik sehingga ekskresi steroid yang bersifat asam dalam tinja
mengikat. Resin menyebabkan penurunan kolesterol dalam hati. Hal ini
meningkatkan katabolisme LDL dan meningkatkan aktivitas HMG CoA
reduktase. Peningkatan aktivitas HMG CoA akan mengurangi efek penurunan
kolesterol oleh resin. Oleh karena itu efek resin akan meningkat bila diberikan
bersama penghambat HMG CoA reduktase. Efek samping tersering ialah mual,
muntah dan konstipasi yang berkurang setelah beberapa waktu. Akibat gangguan
absorpsi lemak atau steatore dapat terjadi gangguan absorpsi vitamin A, D, dan K
serta hipoprotrombinemia. Obat ini mengganggu absorpsi klorotiazid, furosemid,
propanolol, statin, tiroksin, digitalis, besi, fenilbutason dan warfarin sehingga
obat-obat ini harus diberikan 1 jam sebelum atau 4 jam setelah pemberian
kolestiramin. Pemberian bersam antikoagulan harus dilakukan dengan hati-hati
karena dapat terjadi perpanjangan masa protrombin. Dosis kolestiramin dan
kolestipol yang dianjurkan adalah 12-16 g sehari dibagi 2-4 bagian dan dapat
ditingkatkan sampai maksimum 3 kali 8 g (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik. 2007).
d. Asam Nikotinat
Contohnya adalah niasin, acipimox. Pada jaringan lemak, asam nikotinat
menghambat hidrolisis trigliserida oleh hormone-sensitive lipase, sehingga
mengurangi transport asam lemak bebas ke hati dan mengurangi transport
asma lemak bebas ke hati dan mengurangi sintesis trigliserida hati. Hal ini
akan menurunkan kadar VLDL dan LDL. Efek samping yang paling
mengganggu adalah gatal dan kemerahan kulit di daerah wajah dan tengkuk.
Efek yang bahaya adalah gangguan fungsi hati ditandai kadar fosfatase alkali
meningkat. Efek lain adalah gangguan saluran cerna. Asam nikotinat biasanya
diberikan per oral 2-6 g sehari terbagi dalam 3 dosis bersama makanan, mula-
mula dalam dosis rendah (3 kali 100-200 mg sehari) lalu dinaikkan setelah 1-3
minggu (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007)
e. Probukol
Probukol dianggap sebagai obat pilihan kedua pada pengobatan
hiperkolesterolemia dengan peninggian LDL. Obat ini menurunkan kadar
LDL dan HDL tanpa perubahan kadar trigliserida. Efek penurunan kadar
LDL obat ini kurang kuat dibandingkan resin. Pemberian bersama resin
meningkatkan efek hipolipidemiknya. Probukol menimbulka konsistensi
tinja yang lunak sehingga memperbaiki efek samping resin yang
menimbulkan konstipasi. Kombinasi probukol dengan klofibrat tidak boleh
dilakukan karena kadar HDL akan lebih rendah. Efek samping. Reaksi yang
sering terjadi berupa gangguan gastrointestinal ringan (diare, flatus, nyeri
perut dan mual). Kadang-kadang terjadi eosinofilia, parestesia dan edema
angioneurotik. Pada wanita yang merencanakan hamil dianjurkan agar
menghentikan probukol 6 bulan sebelumnya. Dosis. Dosis dewasa 250-500
mg sebaiknya ditelan bersama makanan, 2 kali sehari. Biasanya dikombinasi
dengan obat hipolipidemik yang lain (resin atau penghambat HMG CoA
reduktase) (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007).
f. Lain-lain:
Penghambat absorpsi: ezetimibe menghambat absorpsi sitosterol dan
kolesterol dalam usus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan kolesterol
total. Pemberian bersama fibrat meningkatkan kadar ezetimibe dalam
plasma. Sebaliknya bila diberikan bersama kolestiramin, kadar ezetimibe
dalam plasma menurun. Dosis obat berkisar 5-10 mg/hari, diberikan sekali
sehari (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007). Neomisin sulfat.
Neomisin sulfat diberikan per oral dapat menurunkan kadar kolesterol
dengan cara mirip resin yaitu membentuk kompleks tidak larut dalam asam
empedu. Efek penurunan kolesterol neomisin bersifat sedang, tidak
mengubah kadar trigliserida. Obat ini diberikan tunggal atau bersama
dengan obat lain. Efek samping meliputi gangguan cerna, ototoksisitas,
nefrotoksisitas (terutama pada pasien gangguan fungsi ginjal), ggangguan
absorpsi obat lain (digoksin), dsb (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik. 2007). Beta sitosterol. Beta sitosterol adalah gabungan sterol
tanaman yang tidak diabsorpsi saluran cerna manusia. Mekanisme kerja
diduga menghambat absorpsi kolesterol eksogen dan diindikasikan hanya
untuk pasien hiperkolesterolemia poligenik yang amat sensitif dengan
penambahan kolesterol dari luar (makanan). Efek samping berupa laksatif,
mual dan muntah. Dosis dianjurkan berkisar 3-6 g/hari (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. 2007). Metformin. Beberapa penelitian
seperti yang dilakukan oleh Dr Tao Xu, dari Helmholtz Zentrum Munchen,
di Neuherberg, Germany, menunjukkan metformin, yang biasa digunakan
untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2,
mempunyai efek menurunkan kolesterol terutama LDL. Hal ini diakibatkan
karena konsumsi metformin mengaktifkan AMP-activated protein kinase
(AMPK) dan selanjutnya mensupresi (menekan) gen fatty-acid desaturase
(FADS), yang akhirnya menimbulkan pengurangan jumlah metabolit lipid
dan kolesterol LDL. Serat nabati yang terdiri dari polisakarida yang tidak
dapat dicerna oleh flora usus dan tidak diserap (selulosa, hemiselulosa,
lignin, pektin, dan jenis gom). Banyak terdapat di dinding sel dari jenis
gandum, sayuran dan buah-buahan. Berkhasiat antilipemis karena
menyerap asam empedu, yang dikeluarkan lewat tinja. Tanpa asam ini
resorpsi kolesterol (dan lipida lainnya) sangat berkurang, hingga kadarnya
dalam plasma menurun (Tjay, 2010).
d. Pengobatan kombinasi.
a. Pengaturan diet
Kurangi pemasukan lemak (sampai k.l. 30% dari energi total)
antara lain kurangi asupan produk-produk dairy dan daging
(sosis, kornet) yang merupakan sumber utama lemak jenuh
untuk digantikan dengan ikan dan unggas.
Substitusi minyak jenuh dengan minyak mono/poly-
unsaturated (minyak olive, kembang mataharo, jagung atau
kedele);
Kurangi asupan kolesterol dengan menghindari a.l jeroan,
hati, otak, dll.
Tingkatkan asupan serat, misalnya sayuran, buah-buahan,
sereal murni, dll.
Kurangi asupan alkohol, karena bila berlebihan merupakan
sebab penting dari hiperlipidemia sekunder dan
mengakibatkan parahnya gangguan primer;
Gunakan makanan yang mengandung ester stanol. Stanol
tumbuhan, seperti margarin khusus (Benecol), mengurangai
absorpsi kolesterol dari saluran cerna. Mekanismenya dalah
stanol menempati titik-titik dalam misel yang mengantar lipid
ke sel-sel mukosa lambung-usus (Tjay, 2010).
Komposisi diet baku dislipidemia diabetes mellitus, diet tahap 1 dan tahap 2 NCEP
Nutrien Tahap 1 NCEP Tahap 2 NCEP Diet PERKENI
Karbohidrat (% kalori) 50 50 60 - 70
Protein (% kalori) 15 - 20 15 - 20 10 - 15
Lemak (% kalori) < 30 < 30 20-25
Terdiri dari :
Lemak jenuh < 10 <7 <10
Lemak tak Jenuh ganda < 10
Lemak tak jenuh tunggal < 10
Kolesterom (mg/hari) < 300 < 200 < 300
NCEP = National Cholesterol Education Program
PERKENI = Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Edukasi
Tujuan terapi yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan
kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama atau berulang
dari infark miokardiak, angina, gagal jantung, stroke, iskemia, atau
kejadian lain pada penyakit arterial perifer seperti carotid stenosis atau
aneurisme aortic abdominal (Sukandar et al., 2008)
BAB III
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
1.4 Saran