Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOTERAPI

DIABETES MILITUS TIPE II

Disusun Oleh :
M. Fikri M N (2061B0031)
Nggio Pebrian (2061B0032)
Poppy Martha L (2061B0034)
Putri Liana D (2061B0035)
Kelompok Praktikum : 2B

LABORATORIUM FITOTERAPI
PRODI S1 FARMASI
IIK STRADA INDONESIA
KEDIRI 2022

1
DAFTAR ISI

I. TUJUAN PRAKTIKUM :..................................................................................................3

II. LANDASAN TEORI :....................................................................................................3

III. ALAT DAN BAHAN.....................................................................................................4

A. ALAT..............................................................................................................................4

B. BAHAN...........................................................................................................................4

IV. PROSEDUR KERJA.......................................................................................................4

V. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................5

A. HASIL.............................................................................................................................5

B. PEMBAHASAN.............................................................................................................5

VI. KESIMPULAN...............................................................................................................6

VII. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................7

VIII. LAMPIRAN...................................................................................................................8

2
I. TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pasien Tn. E


2. Mengetahui kandungan pada gluconormix, dan Mengidentifikasi kandungan yang
ada didalamnya
3. Mengetahui mengapa pasien sering merasa kehausan? Apa penyebabnya? Dan
bagaimana cara untuk menyikapi masalah tsb
4. Menjelaskan terapi non farmakologi apa saja yang bisa diberikan kepada pasien
5. Mengetahui target kadar gula darah pada psien tsb
6. Mengidentifikasi diabetes mellitus adalah penyakit turun temurun
7. Menjelaskan informasi dan edukasi yang bisa dijelaskan kepada pasien

II. LANDASAN TEORI :


A. Pengertian Diabetes Militus (DM)
Menurut WHO (World Health Organization), diabetes merupakan penyakit
kronis, yang terjadi apabila pankreas tidak menghasilkan insulin yang adekuat,
atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
diproduksinya. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah hiperglikemia.

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2018, DM merupakan suatu


kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Sedangkan menurut
Lanywati (2010:7) menyatakan DM atau penyakit kencing manis adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun terutama pada sistem
metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam tubuh. Gangguan
metabolisme tersebut disebabkan kurangnya produksi hormon insulin, yang
diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak.
Kondisi yang demikian mengakibatkan terjadinya hiperglikemia (meningkatnya
kadar gula dalam darah).

Menurut kriteria diagnostik Perkumpulan Endokrinologi Indonesia


(PERKENI) pada tahun 2010, seseorang dikatakan menderita diabetes jika
memiliki kadar gula darah puasa > 126 mg/dL dan pada waktu 2 jam selepas

3
makan (postprandial) > 200 mg/dL. Kadar gula darah bervariasi pada setiap
individu setiap hari dimana kandungan gula darah akan meningkat jumlahnya
setelah individu tersebut makan dan akan kembali normal dalam waktu 2 jam
setelah makan. Pada keadaan normal, lebih kurang 50% glukosa dari makanan
yang dimakan akan mengalami metabolisme sempurna menjadi karbon dioksida
(CO2) dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi
lemak. Semua proses metabolik terganggu pada penderita DM akibat defisiensi
insulin. Penyerapan glukosa ke dalam sel menurun dan metabolismenya
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemi.

Faktor Risiko DM adalah kemungkinan terjadinya penyakit atau gangguan


kesehatan. Sedangkan faktor risiko atau Risk Factor merupakan salah satu istilah
dari risiko berupa penjabaran dari faktor-faktor determinan epidemiologi suatu
penyakit yang menentukan kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko
bisa berupa karakteristik, perilaku, gejala, atau keluhan dari seseorang yang tidak
menderita yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden sebuah
penyakit (Bustan, 2008 dalam Syamiyah, 2014:41).

B. Klasifikasi DM
Badan kesehatan dunia (WHO), melalui laporan kedua Expert Comitte on
DM mengelompokkan diabetes menjadi dua kelompok utama, yaitu insulin
dependent DM (IDDM) dan non-insulin-dependent DM (NIDDM). Pada tahun
1997, Expert Committe on the Diagnosis an Classification of Diabettes Mellitus
(ECDCDM) menyepakati sistem klasifikasi baru DM, mereka mengelompokkan
DM menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, dan gestasional diabetes. Klasifikasi DM
yang dianjurkan oleh PERKENI (2010) adalah sesuai dengan klasifikasi DM oleh
American Diabetes Association (ADA). Dimana penjelasan klasifikasi etiologis
DM sebagai berikut: (Wijayakusuma, 2014:8)
1. DM Tipe 1 (DM tipe 1)
Pada DM tipe 1 (yang sebelumnya disebut IDDM atau Juvenile
diabetes) pankreas tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup.
Diabetes tipe ini, dicirikan oleh kerusakan selβ yang disebabkan oleh proses
autoimmune. DM tipe 1 biasanya berujung pada defisiensi insulin absolute.
Penyakit ini biasanya 12 akut. Penderita DM tipe 1 sebelum berumur 25 tahun

4
sebanyak 95% dengan prevalensi kejadian yang sama pada pria dan wanita.
Pada penderita DM tipe 1, tubuhnya memerlukan pasokan insulin dari luar,
karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami kerusakan,
segingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Para peneliti menyebutnya
sebagai DM tipe LADA (Latent Autoimmune Diabetes in Adults). Kerusakan
sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa. Penderita
DM tipe 1 harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya
(Sustrani, 2008:17).
2. DM tipe 2 (DM tipe 2)
DM tipe 2 terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau
sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin. Sehingga terjadilah
gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. DM tipe 2 ini merupakan tipe
diabetes yang paling umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang
dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM (Non Insulin Dependent
DM). Jenis dibetes ini mewakili sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes
(Sustrani, 2008:19)
3. Gestasional Diabetes
DM saat kehamilan merupakan istilah yang digunakan untuk wanita
yang menderita diabetes selama kehamilan dan kembali normal sesudah
hamil. Banyak wanita yang mengalami diabetes kehamilan kembali normal
saat postpartum (setelah kelahiran), tetapi pada beberapa wanita tidak
demikian. Seorang wanita hamil membutuhkan lebih banyak insulin untuk
mempertahankan metabolisme karbohidrat yang normal. Jika tidak mampu
menghasilkan lebih banyak insulin, wanita hamil dapat mengalami diabetes
yang mengakibatkan perubahan pada metabolisme glukosa (karbohidrat) dan
metabolisme zat lain.

Kadang-kadang DM ditemukan pertama kali selama kehamilan dan


berkembang pada stadium kehamilan selanjutnya. Penelitian pada King’s
College Hospital menunjukkan bahwa aliran darah utero-plasental pada
kehamilan yang mengalami diabetes terdapat peningkatan kecepatan aliran
darah aorta janin yang berhubungan dengan derajat perkembangan
makrosomia (janin berukuran besar). Dampaknya pada janin kurang baik jika
tidak ditangani dengan benar. Semakin berat diabetes, semakin besar penyakit

5
komplikasi yang diderita ibu selama kehamilan. Beratnya penyakit diukur
dengan adanya komplikasi dan lamanya diabetes (Wijayakusuma, 2014:9).
Kontrol yang kurang baik pada diabetes sebelum pembuahan dan selama
trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan utama pada
tingkat 5-10% kehamilan dan menyebabkan keguguran sampai 15-20%.
Diabetes yang kurang dikontrol selama trimester kedua dan ketiga kehamilan
dapat berakibat besarnya berat bayi yang dikandung dan menimbulkan risiko
bagi ibu dan bayi (Nurjanah & Julianti, 2008:8).

4. DM Tipe Spesifik yang lain

Efek genetik pada fungsi sel-β, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas (pankreatitis, pankreatektomi, endokrinopati, akromegali,
sindrom Cushing, dan hipertiroidisme tergolong di dalam tipe ini).
Penggunaan narkoba atau 0bat/zat kimia, infeksi contohnya rubella kongenital,
sitomegalovirus, penyebab imunologi yang jarang seperti antibodi insulin, dan
sindrom genetik lain yang berhubungan dengan DM seperti syndrome Down,
syndrome Klinefelter juga tergolong ke dalam tipe ini.

C. Tanda dan Gejala DM


Menurut Misnadiarly (2006:14) tanda dan gejala penyakit DM dapat
digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.
A) Gejala Akut
Gejala akut merupakan gejala yang umum timbul dengan tidak mengurangi
kemungkinan adanya variasi gejala lain, bahkan ada penderita diabetes yang tidak
menunjukkan gejala apapun sampai pada saat tertentu.
a. Pada permulaan gejala ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu: banyak
makan (Polifagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak kencing (poliuria).
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus naik,
karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.
b. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai timbul gejala
yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Penderita hanya akan menunjukkan
gejala polidipsia dan poliuria, namun ada beberapa keluhan lain seperti nafsu
makan mulai berkurang, bahkan kadang-kadang timbul rasa mual jika kadar
glukosa darah melebihi 500 mg/dl,

6
disertai:
 Banyak minum
 Banyak kencing
 Berat badan turun dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
 Mudah lelah
 Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik. Koma diabetik adalah
koma pada penderita DM akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi.
B) Gejala Kronik
Pada beberapa kasus, penderita DM tidak menunjukkan gejala akut (mendadak)
tetapi baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun
mengidap penyakit DM. Gejala ini disebut gejala kronik atau menahun. Gejala
kronik yang sering timbul adalah seorang penderita dapat mengalami beberapa
gejala tersebut di bawah ini:
o Kesemutan.
o Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
o Rasa tebal di kulit jari kaki sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau
Kasur.
o Keram.
o Mudah mengantuk.
o Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
o Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita.
o Gigi mudah goyah dan mudah lepas.
o Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten.
o Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan berat badan lahir > 4 kg.
D. Terapi obat Antidiabetika

Dalam penanggulangan diabetes, obat hanya merupakan pelengkap dari diet.


Obat hanya perlu diberikan, bila pengaturan diet secara maksimal tidak berhasil
mengendalikan kadar gula darah. Penurunan berat badan merupakan tindakan yang
sangat penting dalam pengendalian diabetes. Usaha penurunan berat badan harus

7
dilakukan secara intensif terlepas obat apa yang diberikan. Terapi Diabetes mellitus
pada umumnya menggunakan obat antidiabetes oral dan insulin.

1. Obat Oral Antidiabetes

Obat Oral Antidiabetes (OAD) atau obat - obat hipoglikemik oral terutama
ditujukan untuk membantu penanganan pasien Diabetes mellitus. Pemilihan obat
hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes.
Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi
hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua jenis obat. Penentuan dan pemilihan rejimen hipoglikemim yang
digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia)
serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit -penyakit lain dan
komplikasi yang ada.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat - obat hipoglikemik oral dapat dibagi


menjadi 3 golongan yaitu:

a. Obat - obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin)
b. Sensitiser insulin (obat - obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap
insulin), meliputi obat - obat hipoglikemik golongan biguanida dan
tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara
lebih efektif.
c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang
bekerja menghambat absorbsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia). Disebut
juga "starch-blocker"
1) Golongan Sulfonilurea
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan.
Sampai beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat
hipoglikemim oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk
penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta
tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa - senyawa

8
sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal
dan tiroid.
Obat - obat golongan ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar
pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel - sel β Langerhans pancreas
masih dapat diproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
pemberian senyawa -senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan
sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan
perangsangan oleh glucosa, kerena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi
hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senyawa - senyawa obat ini
masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat - obatan
golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang
kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena
sesuatu hal terhambat sekresinya.
Pada penderita dengan kerusakan sel - sel β Langerhans kelenjar
pancreas, pemberian obat - obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi, sulfonilurea menghambat degradasi
insulin oleh hati. Absorbsi senyawa - senyawa sulfonilurea melalui usus
cukup baik, sehingga dapat diberikan per oral. Setelah diabsorbsi, obat ini
tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada
protein plasma terutama albumin (70-90%).
Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya
ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan
gangguan susunan saraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare,
sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala. Gangguan susunan
syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala
hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulositosis dan
anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamida dapat
meningkatkan ADH (Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat terjadi
apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi
hati atau ginjal atau pada lansia. Hipoglikemia sering diakibatkan oleh obat -
obat hipoglikemik oral dengan masa kerja Panjang.
2) Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin
Obat - obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat
hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya dengan golongan
9
sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya
senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini
dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat - obat antidiabetik oral lainnya
(Depkes, 2005) Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan
kepekaan terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARy
(peroxisome proliferator activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak,
dan hati untuk menurunkan resistensi insulin. Senyawa - senyawa TZD juga
menurunkan kecepatan glikoneogenesis (Depkes, 2005)
3) Golongan Inhibitor a-Glukosidase

Senyawa - senyawa inhibitor a-glukosidase bekerja menghambat enzin


alfa glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim - enzim α-
glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berflingsi untuk
menghidrolisis oligosakarida pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini
secara efektif dapat 19 mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan
absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post
prandial pada penderita diabetes. Senyawa inhibitor α-glukosidase juga
menghambat enzim α-amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis
polisakarida di dalam lumen usus halus. Obat ini merupakan obat oral yang
biasanya diberikan dengan dosis 150-600 mg/hari. Obat ini efektif bagi
penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukosa plasma puasa
kurang dari 180 mg/dl. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah
pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu.
Obat - obat inhibitor α-glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau
dalam bentuk kombinasi dengan obat hipoglikemik lainnya. Obat ini
umumnya diberikan dengan dosis awal 50mg dan dinaikkan secara bertahap
sampai 150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk memberikannya bersama suap
pertama setiap kali makan (Depkes, 2005).

Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus
dan kadang - kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan
berlangsung lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah
pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu.
Bila diminum bersama - sama obat golongan sulfonilurea (atau dengan

10
insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa
murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir. Obat ini
umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap,
serta dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama setiap kali
makan (Soegondo, 2004)

4) Golongan Tiazolidindion (TZD)


Antidiabetika Oral Golongan Tiazolidindion Obat hipoglikemik Oral
Keterangan dan Mekanisme Obat Rosiglitazone Contoh sediaan: Avandia
(GlaxoSmithKline) Cara kerja hampir sama dengan pioglitazon, diekskresi
melalui urin dan feses. Mempunyai efek hipoglikemik yang cukup baik
jika dikombinasikan dengan metformin. Pada saat ini belum beredar di
Indonesia. Pioglitazone Contoh Sediaan: Actos (Takeda Chemicals
Industries Ltd) Mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein transporter glukosa, sehingga meningkatkan
uptake glukosa di sel - sel jaringan perifer. Obat ini dimetabolisme di
hepar. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien gagal jantung karena
dapat memperberat edema dan juga pada gangguan fungsi hati. Saat ini
digunakan sebagai obat tunggal (Soegondo, 2004).
E. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)
Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan tanaman yang
sering digunakan dalam pengobatan tradisional, dengan kandungan utamanya adalah
terpenoid dan andrographolide. Kandungan lain dari sambiloto berupa tanin, saponin
dan alkaloid yang juga memiliki khasiat - khasiat dalam pengobatan tradisional
maupun modern. Sambiloto dapat digunakan sebagai obat modern bagi beberapa
penyakit seperti flu, sinusitis, bronkitis, faringotonsilitis, infeksi saluran kemih dan
diare akut (Dalimunthe, 2009), serta digunakan sebagai obat tradisional seperti
pengobatan disentri basiler, kolitus, batuk, dispepsia, demam, hepatitis, malaria, luka,
tuberkulosis, gigitan ular berbisa, cacar air dan luka bakar (Yanti dan Mitika, 2017).
Tumbuhan sambiloto memiliki ciri-ciri yaitu tinggi 40-90 cm, batang
bercabang berbentuk persegi, berdaun tunggal lanset dengan letak hadap bersilang,
bertangkai pendek, pangkal dan ujung meruncing, tepi rata, warna permukaan atas
daun hijau tua dan bawah berwarna hijau muda, dengan panjang 2-8 cm dan lebar 2-3
cm. Bunga dengan bentuk tabung kecil, tumbuh dari ujung batang dengan warna putih

11
ungu. Buah berbentuk kapsul jorong, panjang 1,5 cm, lebar 0,5 cm. Biji coklat gepeng
berukuran kecil. Sambiloto dapat diperbanyak dengan biji atau stek batang (Yuniarti,
2008).

Menurut Ratnani dkk. (2012), klasifikasi tanaman sambiloto (Andrographis


paniculata) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Solanaceae
Familia : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Species : Andrographis paniculata

Bentuk daun, batang dan bunga tanaman sambiloto (Andrographis paniculata)


F. Tanaman Kumis Kucing
Tanaman kumis kucing memiliki nama latin Orthosphon stamineus. Di
beberapa daerah tanaman ini dikenal dengan beberapa nama lokal yaitu kutum,
mamam, bunga laba-laba, remuk jung, remujung, kumis kucing, songot koceng.
Klasifikasi tanaman kumis kucing sebagai berikut (Depkes, 1980; USDA, 2015).
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae/ Lamiaceae
Marga : Orthosiphon
Jenis : Orthosiphon stamineus Benth.
Tanaman kumis kucing memiliki ketinggian 0,3-1,5 m dan memiliki batang 4-
sudut. Daunnya sederhana, memiliki lebar 2-4 cm dan panjang 4-7 cm. Bunganya
berwarna putih, biru atau ungu. Ketika bunga terbuka, benang sari dan putik meluas
jauh melampaui kelopak, yang terlihat seperti "kumis kucing". Tanaman kumis
kucing banyak ditemukan di negara tropis seperti Asia dan Australia. Budidaya
tanaman ini dapat dilakukan di dataran dengan ketinggian 500-1200 mdpl dengan
curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun. Kondisi tanah yang subur dan gembur dengan
pH 5-7,7, mengandung banyak humus, memiliki aliran air yang baik dan terkena sinar
12
matahari langsung merupakan habitat yang cocok untuk budidaya tanaman ini.
(Herliana, 2013).

G. Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King)


Sistematika Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia macrophylla King.

Deskripsi Tanaman Tanaman mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras


yang biasanya dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk dibuat perabot rumah
tangga serta barang ukiran. Pohon mahoni dapat tuumbuh liar di hutan jati atau
tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai dan biasanya ditanam di pinggir jalan
sebagai pohon pelindung (Prasetyono, 2012).
Tanaman ini berasal dari Hindia Barat ini dapat tumbuh subur bila ditanam di
pasir payau dekat dengan pantai.Pohon tahunan ini memiliki tinggi 5-25m, memiliki
akar tunggang, berbatang bulat, banyak cabang dan kayunya bergetah. Daun pohon
mahoni termasuk daun majemuk menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur,
ujung dan pangkalnya runcing, tepi daun rata, bentuk tulang daun menyirip yang
dapat mencapai panjang 3-15cm. Daun yang masih muda akan berwarna merah dan
lama-kelamaan akan berwarna hijau. Bunga mahoni termasuk bunga majemuk yang
tersusun dalam karangan dan keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga berbentuk
silindris dan berwarna coklat muda, kelopak bunga lepas satu sama lain, bentuknya
seperti sendok dan berwarna hijau. Mahkota bunga berbentuk silindris berwarna
kuning kecoklatan, bunga sari dari bunga melekat pada mahkota sedangkan kepala
sari berwarna putih atau dapat juga berwarna kuning kecoklatan. Mahoni dapat
berbunga setelah berumur tujuh bulan. Buah dari mahoni berbentuk kotak, bulat telur,

13
berlekuk lima dan berwarna coklat. Sedangkan bijinya berbentuk pipih dan berwarna
hitam atau coklat (Prasetyono, 2012).

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
 Laptop
 Lcd
 Proyektor
 Microvon
 Alat tulis
 Printer

B. BAHAN
 Kertas
 Tinta printer

14
IV. PROSEDUR KERJA

Menyiapkan Peralatan

Menerima Study Kasus

Mengidentifikasi Study Kasus

Mencari Study Literatur

Diskusi Kelompok

Penyusunan Power Point

Presentasi hasil diskusi kelompok dan sesi tanya


jawab antar kelompok

Penyusunan Laporan Praktikum

Pengumpulan hasil Power Point dan Laporan kepada dosen Pengampu Mata kuliah

15
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Mengidentifikasi pada Study Kasus soal nomor 2
Kelompok Kami mengidentifikasi dengan menggunakan cara “ASMETHOD”
N Pertanyaan Jawaban
O
(A)ge/ appearace? Usia 75 tahun, BB 89 Kg
(S)elf or someone else? Tn. E
(M)edication a. Glibenklamid 5 mg 2x sehari pagi
dan malam
b. Gluconormix 2 kapsul pada pagi
hari dan 2 kapsul pada malam hari
dicampur dengan makanan,
(E)xtra Medicine Tidak ada
(T)ime 5 tahun
(H)istory Pasien sangat menyukai teh manis,
suka pilih pilih makanan
(O)ther Symptom pusing, berkeringat berlebih, dan sering
merasa haus.
(D)angerous Symptom GDS pasien terakhir adalah 465 mg/dl.

2. Kandungan pada gluconormic beserta identifikasi kandungan yang ada didalamnya


 New Gluconormix membantu meringankan gejala kencing manis, menjaga
kestabilan kadar gula dalam darah, dan membantu menormalkan fungsi sistem
metabolisme, endokrin, serta jantung
Komponen alami yang terkandung di dalam kapsul Gluconormix, diantaranya:
a. Ekstrak Orthosiphonis stamineus Folium (Daun Kumis Kucing)
b. Ekstrak Andrographis panucilata Herba (Daun Sambiloto)
c. Ekstrak Sweitenia mahagoni Semen (Biji Mahoni)
 Identifikasi kandungan Gluconormic
a. Ekstrak Orthosiphonis stamineus Folium (Daun Kumis Kucing)
Daun kumis kucing mengandung orthosiphon glukosa, minyak atsiri, saponin,
polifenol, flavonoid, sapofonin, garam kalium dan myonositol. Beberapa zat ini
di dalam tanaman lain memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa
darah.

16
Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa senyawa-senyawa yang
ditemukan dalam ekstrak O. stamineus (sinensetin, fenolat, flavonoid dan
glikosidanya) berperan sebagai inhibitor α-glukosidase dan α-amilase yang
efektif. Selanjutnya, penelitian oleh Mohamed dkk. menyimpulkan bahwa ekstrak
etanol 50% dari O. stamineus memberikan efek penghambatan pada α-
glukosidase dan α-amilase.
b. Ekstrak Andrographis panucilata Herba (Daun Sambiloto)
Andrografolid merupakan kandungan utama dari herbal sambiloto yang dapat
meningkatkan penggunaan glukosa otot pada tikus yang dibuat diabetes dengan
streptozotosin (STZ) melalui stimulasi glucose transporter-4 (GLUT4) sehingga
menurunkan kadar glukosa
c. Ekstrak Sweitenia mahagoni Semen (Biji Mahoni)
Kandungan kimia dari biji mahoni adalah flavonoid, alkaloid, terpenoid,
antraquinon, dan cardiac glycosides. Ekstrak metanol biji mahoni mampu
menurunkan kadar glukosa darah dan perbaikan jaringan pankreas sehingga dapat
meningkatkan sekresi insulin, akibatnya glukosa dalam darah dapat diserap
kedalam sel dan dapat diubah menjadi energi atau disimpan dalam bentuk
glikogen dalam hati dan otot.
3. Mengapa pasien sering merasa kehausan? Apa penyebabnya? Dan bagaimana cara
untuk menyikapi masalah tsb
Terdapat kadar glukosa yang terlalu tinggi di dalam darah. Kondisi inilah yang
disebut hiperglikemia. Ginjal mengeluarkan glukosa berlebihan yang berlebihan
tersebut lewat urin. Semakin banyak glukosa yang dikeluarkan, semakin banyak
juga cairan tubuh yang diserap ginjal untuk urin. Inilah salah satu penyebab
kenapa penderita diabetes sering haus berlebihan.
Cara menyikapinya mengurangi konsumsi gula, dan olahraga yang teratur

4. Terapi non farmakologi apa saja yang bisa diberikan kepada pasien?

Upaya pencegahan DM di Indonesia terdiri dari upaya pencegahan primordial,


pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Upaya tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pencegahan Primordial Upaya ini dimaksudkan memberi kondisi pada


masyarakat yang memungkinkan penyakit ini tidak mendapat dukungan dari

17
kebiasaan, gaya hidup, dan faktor risiko lainnya. Misalnya dengan membuat
jogging area untuk sarana olah raga masyarakat sehingga dapat menghindari
obesitas sebagai faktor risiko DM (Bustan, 2010).
b. Pencegahan Primer Pencegahan primer meliputi kegiatan yang bertujuan
mencegah terjadinya diabetes, terutama pada populasi yang berisiko. Edukasi
berperan penting dalam pencegahan secara primer sebagai salah satu upaya
menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor risiko. Kegiatan berupa
penggerakan peran serta masyarakat dalam PHBS (mencakup perilaku tidak
merokok, meningkatkan aktivitas fisik, serta menerapkan pola konsumsi sehat)
(Kemenkes RI, 2008).
c. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder tujuannya adalah mencegah agar
penyakit DM yang sudah timbul tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain,
menghilangkan gejala, dan keluhan penyakit DM. Pencegahan sekunder meliputi
deteksi dini penderita DM, terutama bagi kelompok yang berisiko tinggi terkena
DM. Bagi yang dicurigai terkena DM, perlu diteliti lebih lanjut untuk
memperkuat dugaan adanya DM.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan sekunder
(Wijayakusuma, 2014:15)
1) Diet sehari-hari harus seimbang dan sehat.
2) Menjaga berat badan dalam batas normal.
3) Usaha pengendalian gula darah agar tidak tejadi komplikasi DM.
4) Olahraga teratus sesuai dengan kemampuan fisik dan umur.
d. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dilakukan kepada pasien DM yang telah
mengalami komplikasi. Pencegahan berupa perawatan luka dan gangguan fungsi
organ tubuh lainnya akibat komplikasi DM. Pencegahan tersier pada pasien DM
dilakukan untuk mencegah kecacatan dan kematian (Kemenkes RI, 2012).
Biasanya komplikasi yang paling sering dialami penderita DM adalah infeksi
pada kaki yang bahkan bisa menyebabkan amputasi pada kaki bila sudah
memburuk. Oleh karena itu perawatan kaki pada pasien DM sangat diperlukan.
5. Berapa target kadar gula darah pada psien tsb
Target terapi yang dikehendaki stabil dibawah 140mg/dl dengan pasien taat diet gula
dan rajin berolahraga
6. Apakah diabetes mellitus adalah penyakit turun temurun?
Ya,
18
a. Faktor-faktor resiko Diabetes yang perlu mendapatkan perhatian mencakup
kelebihan berat badan (obesitas), kurangnya aktivitas fisik dan faktor keturunan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengantisipasi faktor resiko tersebut dan
menjaga agar kadar gula darah tetap normal (Agoes, 2010).
b. Menurut Penelitian Wicaksono (2011) yang dilaksanakan di Poliklinik Penyakit
Dalam Rumah Sakit Dr.Kariadi menunjukkan bahwa Faktor resiko yang terbukti
berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 adalah usia ≥ 45 tahun (OR=9,3; 95% CI
2,8-30,6), inaktivitas (OR 3,0; 95%CI 1,04-8,60), dan riwayat keluarga (OR=42,3;
95%CI 9,5-187,2). Regresi logistik menunjukkan riwayat keluarga dan kebiasaan
merokok mempunyai pengaruh sebesar 75% terhadap kejadian DM tipe 2.
c. Pasien juga mengatakan kebanyakan mereka memiliki riwayat keturunan DM,
Diabetes juga ada hubungannya dengan faktor keturunan. Berbicara tentang
keturunan (genetik), gen adalah faktor yang menentukan pewarisan sifat-sifa
tertentu dari seseorang kepada keturunannya. Namun, dengan meningkatnya risiko
yang dimiliki bukannya berarti orang tersebut pasti akan menderita diabetes.
Faktor keturunan merupakan factor penyebab pada resiko terjadinya Diabetes
Mellitus, kondisi ini akan diperburuk dengan adanya gaya hidup yang buruk
(Sutanto.2015).

7. Jelaskan informasi dan edukasi yang bisa dijelaskan kepada pasien

Informasi Penggunaan Gliblenklamide yang benar


Glibenklamid sebaiknya dikonsumsi bersamaan atau segera setelah makan, sehari 3
kali 1 tablet (5mg)

Berhenti menggunakan Glibenklamid mengalami tanda reaksi alergi: gatal-gatal, sulit


bernapas; bengkak wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, mual, nyeri perut, demam
rendah, tidak nafsu makan, urine berwarna gelap, BAB berwarna keruh, sakit kuning
(kulit atau mata menguning), kulit pucat, bingung atau lemas, mudah memar atau
berdarah, bintik kecil merah atau ungu di bawah kulit, sakit kepala, sulit konsentrasi,
masalah ingatan, mersa sempoyongan, halusinasi, pingsan, kejang, napas lambat atau
napas berhenti.
Efek samping yang lebih ringan yaitu:

19
mual ringan, heartburn, merasa sesak, nyeri sendi atau otot, penglihatan kabur atau,
gatal atau ruam kulit ringan

Pengunaan Gloconormic dengan benar


Aturan Minum Gluconormix : Minum sehari 2 kali pagi sesudah makan dan malam
menjelang tidur dan kalau buang air kecil terus juga minum 1 kapsul.
Efek samping banyak berkemih

Edukasi
Pasien perlu diedukasi untuk menghindari gula dan asupan lemak jenuh, rokok, dan
alkohol. Pasien perlu menjaga berat badannya di kisaran indeks massa tubuh (IMT)
normal serta berolahraga secara teratur, setidaknya 30 menit selama 3 kali seminggu.
Pasien juga perlu diedukasi bahwa diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis
yang belum dapat disembuhkan namun dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan
teratur, penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak menyebabkan komplikasi. Untuk
itu, pasien perlu dimotivasi untuk minum obat secara terus-menerus walau tidak
merasa sakit, kontrol rutin setiap 3-6 bulan, dan melakukan pemeriksaan kaki dan
mata secara berkala.
Promosi kesehatan untuk diabetes mellitus tipe 2 mencakup promosi gaya hidup
sehat, pola makan, serta berolahraga secara teratur dan berhenti merokok dan minum
alkohol. Dukungan psikologi oleh tenaga professional juga dapat diberikan,
khususnya jika terjadi komplikasi pada pasien.

B. PEMBAHASAN
Pada Pembahasan diskusi study kasus ini, kelompok kami banyak membahas beberapa
factor yang menurut kami perlu dikaji untuk menghasilkan efek teraupetik yang efektif
dan efesien.

1. Kondisi Fisik Paseien yang overwight/obesitas dengan BB 89Kg dan pasien sudah
lanjut usia dengan usia 75thn

20
Disini bias dibahas bahwa pasien dapat melakukan olahraga kecil seperti jalan-jalan
paling tidak 15-30 menit dalam sehari, melakukan diet gula dan makanan makanan
yang bergizi, minum air yang cukup, istirahat yang cukup
2. Penggunaan Gliblenklamid yang kurang tepat
Sebaiknya Gliblenklamid untuk diminum sehari 3 kali 1 tablet saat makan atau segera
setelah makan secara rutin
3. Penggunaan Gluconormic yang kurang tepat
Sebaiknya Gluconormic diminum sehari 2 kali pagi sesudah makan dan malam
menjelang tidur
4. Kandungan Komposisi dari Gluconormic
a. Ekstrak Orthosiphonis stamineus Folium (Daun Kumis Kucing)
Daun kumis kucing mengandung orthosiphon glukosa, minyak atsiri, saponin,
polifenol, flavonoid, sapofonin, garam kalium dan myonositol. Beberapa zat ini di
dalam tanaman lain memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa senyawa-senyawa yang
ditemukan dalam ekstrak O. stamineus (sinensetin, fenolat, flavonoid dan
glikosidanya) berperan sebagai inhibitor α-glukosidase dan α-amilase yang efektif.
Selanjutnya, penelitian oleh Mohamed dkk. menyimpulkan bahwa ekstrak etanol
50% dari O. stamineus memberikan efek penghambatan pada α-glukosidase dan α-
amilase.
b. Ekstrak Andrographis panucilata Herba (Daun Sambiloto)
Andrografolid merupakan kandungan utama dari herbal sambiloto yang dapat
meningkatkan penggunaan glukosa otot pada tikus yang dibuat diabetes dengan
streptozotosin (STZ) melalui stimulasi glucose transporter-4 (GLUT4) sehingga
menurunkan kadar glukosa
c. Ekstrak Sweitenia mahagoni Semen (Biji Mahoni)
Kandungan kimia dari biji mahoni adalah flavonoid, alkaloid, terpenoid,
antraquinon, dan cardiac glycosides. Ekstrak metanol biji mahoni mampu
menurunkan kadar glukosa darah dan perbaikan jaringan pankreas sehingga dapat
meningkatkan sekresi insulin, akibatnya glukosa dalam darah dapat diserap
kedalam sel dan dapat diubah menjadi energi atau disimpan dalam bentuk glikogen
dalam hati dan otot.

21
VI. KESIMPULAN

1. Penggunaan Glibenclamid dengan Gluconormic dapat diminum, tetapi di sela


Jadi Gllibenclamidnya pagi dan malam 1 tablet saat makan atau sesegera setelah
makan
Untuk Gluconormic diminum siang 1 kapsul
2. Tn. E sebaiknya melukan diet gula, rajin berolahraga, menghindari rokok,
menghindari alcohol
3. Mengontrol kadar gula darah sewaktu paling tidak dilakukan sehari 1 kali

22
VII. DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi. 2007. Diet pada Diabetes Mellitus. Jakarta : Rineka Cipta


Febri Yusnanda, R. Kintoko Rochadi, Linda T.Maas. 2018. Pengaruh Riwayat
Keturunan terhadap Kejadian Diabetes Mellitus pada Pra Lansia di BLUD RSUD
Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2017. .Journal of Healthcare Technology and
Medicine Vol. 4 No. 1 April 2018 Universitas Ubudiyah Indonesia
Musfifah. 2014. Pengetahuan Kadar Glukosa Darah dan Kualitas Hidup Penderita DM
Tipe Dua Rawat Jalan. Diakses 12 April 22. http://www.digilib.ac.id/buku/penelitian
Mun’im Abdul. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta. Dian Rakyat
Skripsi Tya Putri Permata. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun
2021

23
VIII. LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai