FITOTERAPI
Disusun Oleh :
M. Fikri M N (2061B0031)
Nggio Pebrian (2061B0032)
Poppy Martha L (2061B0034)
Putri Liana D (2061B0035)
Kelompok Praktikum : 2B
LABORATORIUM FITOTERAPI
PRODI S1 FARMASI
IIK STRADA INDONESIA
KEDIRI 2022
1
DAFTAR ISI
A. ALAT..............................................................................................................................4
B. BAHAN...........................................................................................................................4
A. HASIL.............................................................................................................................5
B. PEMBAHASAN.............................................................................................................5
VI. KESIMPULAN...............................................................................................................6
VIII. LAMPIRAN...................................................................................................................8
2
I. TUJUAN PRAKTIKUM :
3
makan (postprandial) > 200 mg/dL. Kadar gula darah bervariasi pada setiap
individu setiap hari dimana kandungan gula darah akan meningkat jumlahnya
setelah individu tersebut makan dan akan kembali normal dalam waktu 2 jam
setelah makan. Pada keadaan normal, lebih kurang 50% glukosa dari makanan
yang dimakan akan mengalami metabolisme sempurna menjadi karbon dioksida
(CO2) dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi
lemak. Semua proses metabolik terganggu pada penderita DM akibat defisiensi
insulin. Penyerapan glukosa ke dalam sel menurun dan metabolismenya
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemi.
B. Klasifikasi DM
Badan kesehatan dunia (WHO), melalui laporan kedua Expert Comitte on
DM mengelompokkan diabetes menjadi dua kelompok utama, yaitu insulin
dependent DM (IDDM) dan non-insulin-dependent DM (NIDDM). Pada tahun
1997, Expert Committe on the Diagnosis an Classification of Diabettes Mellitus
(ECDCDM) menyepakati sistem klasifikasi baru DM, mereka mengelompokkan
DM menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, dan gestasional diabetes. Klasifikasi DM
yang dianjurkan oleh PERKENI (2010) adalah sesuai dengan klasifikasi DM oleh
American Diabetes Association (ADA). Dimana penjelasan klasifikasi etiologis
DM sebagai berikut: (Wijayakusuma, 2014:8)
1. DM Tipe 1 (DM tipe 1)
Pada DM tipe 1 (yang sebelumnya disebut IDDM atau Juvenile
diabetes) pankreas tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup.
Diabetes tipe ini, dicirikan oleh kerusakan selβ yang disebabkan oleh proses
autoimmune. DM tipe 1 biasanya berujung pada defisiensi insulin absolute.
Penyakit ini biasanya 12 akut. Penderita DM tipe 1 sebelum berumur 25 tahun
4
sebanyak 95% dengan prevalensi kejadian yang sama pada pria dan wanita.
Pada penderita DM tipe 1, tubuhnya memerlukan pasokan insulin dari luar,
karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami kerusakan,
segingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Para peneliti menyebutnya
sebagai DM tipe LADA (Latent Autoimmune Diabetes in Adults). Kerusakan
sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa. Penderita
DM tipe 1 harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya
(Sustrani, 2008:17).
2. DM tipe 2 (DM tipe 2)
DM tipe 2 terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau
sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin. Sehingga terjadilah
gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. DM tipe 2 ini merupakan tipe
diabetes yang paling umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang
dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM (Non Insulin Dependent
DM). Jenis dibetes ini mewakili sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes
(Sustrani, 2008:19)
3. Gestasional Diabetes
DM saat kehamilan merupakan istilah yang digunakan untuk wanita
yang menderita diabetes selama kehamilan dan kembali normal sesudah
hamil. Banyak wanita yang mengalami diabetes kehamilan kembali normal
saat postpartum (setelah kelahiran), tetapi pada beberapa wanita tidak
demikian. Seorang wanita hamil membutuhkan lebih banyak insulin untuk
mempertahankan metabolisme karbohidrat yang normal. Jika tidak mampu
menghasilkan lebih banyak insulin, wanita hamil dapat mengalami diabetes
yang mengakibatkan perubahan pada metabolisme glukosa (karbohidrat) dan
metabolisme zat lain.
5
komplikasi yang diderita ibu selama kehamilan. Beratnya penyakit diukur
dengan adanya komplikasi dan lamanya diabetes (Wijayakusuma, 2014:9).
Kontrol yang kurang baik pada diabetes sebelum pembuahan dan selama
trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan utama pada
tingkat 5-10% kehamilan dan menyebabkan keguguran sampai 15-20%.
Diabetes yang kurang dikontrol selama trimester kedua dan ketiga kehamilan
dapat berakibat besarnya berat bayi yang dikandung dan menimbulkan risiko
bagi ibu dan bayi (Nurjanah & Julianti, 2008:8).
Efek genetik pada fungsi sel-β, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas (pankreatitis, pankreatektomi, endokrinopati, akromegali,
sindrom Cushing, dan hipertiroidisme tergolong di dalam tipe ini).
Penggunaan narkoba atau 0bat/zat kimia, infeksi contohnya rubella kongenital,
sitomegalovirus, penyebab imunologi yang jarang seperti antibodi insulin, dan
sindrom genetik lain yang berhubungan dengan DM seperti syndrome Down,
syndrome Klinefelter juga tergolong ke dalam tipe ini.
6
disertai:
Banyak minum
Banyak kencing
Berat badan turun dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
Mudah lelah
Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik. Koma diabetik adalah
koma pada penderita DM akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi.
B) Gejala Kronik
Pada beberapa kasus, penderita DM tidak menunjukkan gejala akut (mendadak)
tetapi baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun
mengidap penyakit DM. Gejala ini disebut gejala kronik atau menahun. Gejala
kronik yang sering timbul adalah seorang penderita dapat mengalami beberapa
gejala tersebut di bawah ini:
o Kesemutan.
o Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
o Rasa tebal di kulit jari kaki sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau
Kasur.
o Keram.
o Mudah mengantuk.
o Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
o Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita.
o Gigi mudah goyah dan mudah lepas.
o Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten.
o Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan berat badan lahir > 4 kg.
D. Terapi obat Antidiabetika
7
dilakukan secara intensif terlepas obat apa yang diberikan. Terapi Diabetes mellitus
pada umumnya menggunakan obat antidiabetes oral dan insulin.
Obat Oral Antidiabetes (OAD) atau obat - obat hipoglikemik oral terutama
ditujukan untuk membantu penanganan pasien Diabetes mellitus. Pemilihan obat
hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes.
Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi
hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua jenis obat. Penentuan dan pemilihan rejimen hipoglikemim yang
digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia)
serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit -penyakit lain dan
komplikasi yang ada.
a. Obat - obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin)
b. Sensitiser insulin (obat - obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap
insulin), meliputi obat - obat hipoglikemik golongan biguanida dan
tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara
lebih efektif.
c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang
bekerja menghambat absorbsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia). Disebut
juga "starch-blocker"
1) Golongan Sulfonilurea
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan.
Sampai beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat
hipoglikemim oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk
penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta
tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa - senyawa
8
sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal
dan tiroid.
Obat - obat golongan ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar
pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel - sel β Langerhans pancreas
masih dapat diproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
pemberian senyawa -senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan
sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan
perangsangan oleh glucosa, kerena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi
hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senyawa - senyawa obat ini
masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat - obatan
golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang
kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena
sesuatu hal terhambat sekresinya.
Pada penderita dengan kerusakan sel - sel β Langerhans kelenjar
pancreas, pemberian obat - obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi, sulfonilurea menghambat degradasi
insulin oleh hati. Absorbsi senyawa - senyawa sulfonilurea melalui usus
cukup baik, sehingga dapat diberikan per oral. Setelah diabsorbsi, obat ini
tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada
protein plasma terutama albumin (70-90%).
Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya
ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan
gangguan susunan saraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare,
sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala. Gangguan susunan
syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala
hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulositosis dan
anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamida dapat
meningkatkan ADH (Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat terjadi
apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi
hati atau ginjal atau pada lansia. Hipoglikemia sering diakibatkan oleh obat -
obat hipoglikemik oral dengan masa kerja Panjang.
2) Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin
Obat - obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat
hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya dengan golongan
9
sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya
senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini
dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat - obat antidiabetik oral lainnya
(Depkes, 2005) Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan
kepekaan terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARy
(peroxisome proliferator activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak,
dan hati untuk menurunkan resistensi insulin. Senyawa - senyawa TZD juga
menurunkan kecepatan glikoneogenesis (Depkes, 2005)
3) Golongan Inhibitor a-Glukosidase
Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus
dan kadang - kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan
berlangsung lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah
pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu.
Bila diminum bersama - sama obat golongan sulfonilurea (atau dengan
10
insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa
murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir. Obat ini
umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap,
serta dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama setiap kali
makan (Soegondo, 2004)
11
ungu. Buah berbentuk kapsul jorong, panjang 1,5 cm, lebar 0,5 cm. Biji coklat gepeng
berukuran kecil. Sambiloto dapat diperbanyak dengan biji atau stek batang (Yuniarti,
2008).
13
berlekuk lima dan berwarna coklat. Sedangkan bijinya berbentuk pipih dan berwarna
hitam atau coklat (Prasetyono, 2012).
B. BAHAN
Kertas
Tinta printer
14
IV. PROSEDUR KERJA
Menyiapkan Peralatan
Diskusi Kelompok
Pengumpulan hasil Power Point dan Laporan kepada dosen Pengampu Mata kuliah
15
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Mengidentifikasi pada Study Kasus soal nomor 2
Kelompok Kami mengidentifikasi dengan menggunakan cara “ASMETHOD”
N Pertanyaan Jawaban
O
(A)ge/ appearace? Usia 75 tahun, BB 89 Kg
(S)elf or someone else? Tn. E
(M)edication a. Glibenklamid 5 mg 2x sehari pagi
dan malam
b. Gluconormix 2 kapsul pada pagi
hari dan 2 kapsul pada malam hari
dicampur dengan makanan,
(E)xtra Medicine Tidak ada
(T)ime 5 tahun
(H)istory Pasien sangat menyukai teh manis,
suka pilih pilih makanan
(O)ther Symptom pusing, berkeringat berlebih, dan sering
merasa haus.
(D)angerous Symptom GDS pasien terakhir adalah 465 mg/dl.
16
Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa senyawa-senyawa yang
ditemukan dalam ekstrak O. stamineus (sinensetin, fenolat, flavonoid dan
glikosidanya) berperan sebagai inhibitor α-glukosidase dan α-amilase yang
efektif. Selanjutnya, penelitian oleh Mohamed dkk. menyimpulkan bahwa ekstrak
etanol 50% dari O. stamineus memberikan efek penghambatan pada α-
glukosidase dan α-amilase.
b. Ekstrak Andrographis panucilata Herba (Daun Sambiloto)
Andrografolid merupakan kandungan utama dari herbal sambiloto yang dapat
meningkatkan penggunaan glukosa otot pada tikus yang dibuat diabetes dengan
streptozotosin (STZ) melalui stimulasi glucose transporter-4 (GLUT4) sehingga
menurunkan kadar glukosa
c. Ekstrak Sweitenia mahagoni Semen (Biji Mahoni)
Kandungan kimia dari biji mahoni adalah flavonoid, alkaloid, terpenoid,
antraquinon, dan cardiac glycosides. Ekstrak metanol biji mahoni mampu
menurunkan kadar glukosa darah dan perbaikan jaringan pankreas sehingga dapat
meningkatkan sekresi insulin, akibatnya glukosa dalam darah dapat diserap
kedalam sel dan dapat diubah menjadi energi atau disimpan dalam bentuk
glikogen dalam hati dan otot.
3. Mengapa pasien sering merasa kehausan? Apa penyebabnya? Dan bagaimana cara
untuk menyikapi masalah tsb
Terdapat kadar glukosa yang terlalu tinggi di dalam darah. Kondisi inilah yang
disebut hiperglikemia. Ginjal mengeluarkan glukosa berlebihan yang berlebihan
tersebut lewat urin. Semakin banyak glukosa yang dikeluarkan, semakin banyak
juga cairan tubuh yang diserap ginjal untuk urin. Inilah salah satu penyebab
kenapa penderita diabetes sering haus berlebihan.
Cara menyikapinya mengurangi konsumsi gula, dan olahraga yang teratur
4. Terapi non farmakologi apa saja yang bisa diberikan kepada pasien?
17
kebiasaan, gaya hidup, dan faktor risiko lainnya. Misalnya dengan membuat
jogging area untuk sarana olah raga masyarakat sehingga dapat menghindari
obesitas sebagai faktor risiko DM (Bustan, 2010).
b. Pencegahan Primer Pencegahan primer meliputi kegiatan yang bertujuan
mencegah terjadinya diabetes, terutama pada populasi yang berisiko. Edukasi
berperan penting dalam pencegahan secara primer sebagai salah satu upaya
menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor risiko. Kegiatan berupa
penggerakan peran serta masyarakat dalam PHBS (mencakup perilaku tidak
merokok, meningkatkan aktivitas fisik, serta menerapkan pola konsumsi sehat)
(Kemenkes RI, 2008).
c. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder tujuannya adalah mencegah agar
penyakit DM yang sudah timbul tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain,
menghilangkan gejala, dan keluhan penyakit DM. Pencegahan sekunder meliputi
deteksi dini penderita DM, terutama bagi kelompok yang berisiko tinggi terkena
DM. Bagi yang dicurigai terkena DM, perlu diteliti lebih lanjut untuk
memperkuat dugaan adanya DM.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan sekunder
(Wijayakusuma, 2014:15)
1) Diet sehari-hari harus seimbang dan sehat.
2) Menjaga berat badan dalam batas normal.
3) Usaha pengendalian gula darah agar tidak tejadi komplikasi DM.
4) Olahraga teratus sesuai dengan kemampuan fisik dan umur.
d. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dilakukan kepada pasien DM yang telah
mengalami komplikasi. Pencegahan berupa perawatan luka dan gangguan fungsi
organ tubuh lainnya akibat komplikasi DM. Pencegahan tersier pada pasien DM
dilakukan untuk mencegah kecacatan dan kematian (Kemenkes RI, 2012).
Biasanya komplikasi yang paling sering dialami penderita DM adalah infeksi
pada kaki yang bahkan bisa menyebabkan amputasi pada kaki bila sudah
memburuk. Oleh karena itu perawatan kaki pada pasien DM sangat diperlukan.
5. Berapa target kadar gula darah pada psien tsb
Target terapi yang dikehendaki stabil dibawah 140mg/dl dengan pasien taat diet gula
dan rajin berolahraga
6. Apakah diabetes mellitus adalah penyakit turun temurun?
Ya,
18
a. Faktor-faktor resiko Diabetes yang perlu mendapatkan perhatian mencakup
kelebihan berat badan (obesitas), kurangnya aktivitas fisik dan faktor keturunan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengantisipasi faktor resiko tersebut dan
menjaga agar kadar gula darah tetap normal (Agoes, 2010).
b. Menurut Penelitian Wicaksono (2011) yang dilaksanakan di Poliklinik Penyakit
Dalam Rumah Sakit Dr.Kariadi menunjukkan bahwa Faktor resiko yang terbukti
berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 adalah usia ≥ 45 tahun (OR=9,3; 95% CI
2,8-30,6), inaktivitas (OR 3,0; 95%CI 1,04-8,60), dan riwayat keluarga (OR=42,3;
95%CI 9,5-187,2). Regresi logistik menunjukkan riwayat keluarga dan kebiasaan
merokok mempunyai pengaruh sebesar 75% terhadap kejadian DM tipe 2.
c. Pasien juga mengatakan kebanyakan mereka memiliki riwayat keturunan DM,
Diabetes juga ada hubungannya dengan faktor keturunan. Berbicara tentang
keturunan (genetik), gen adalah faktor yang menentukan pewarisan sifat-sifa
tertentu dari seseorang kepada keturunannya. Namun, dengan meningkatnya risiko
yang dimiliki bukannya berarti orang tersebut pasti akan menderita diabetes.
Faktor keturunan merupakan factor penyebab pada resiko terjadinya Diabetes
Mellitus, kondisi ini akan diperburuk dengan adanya gaya hidup yang buruk
(Sutanto.2015).
19
mual ringan, heartburn, merasa sesak, nyeri sendi atau otot, penglihatan kabur atau,
gatal atau ruam kulit ringan
Edukasi
Pasien perlu diedukasi untuk menghindari gula dan asupan lemak jenuh, rokok, dan
alkohol. Pasien perlu menjaga berat badannya di kisaran indeks massa tubuh (IMT)
normal serta berolahraga secara teratur, setidaknya 30 menit selama 3 kali seminggu.
Pasien juga perlu diedukasi bahwa diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis
yang belum dapat disembuhkan namun dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan
teratur, penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak menyebabkan komplikasi. Untuk
itu, pasien perlu dimotivasi untuk minum obat secara terus-menerus walau tidak
merasa sakit, kontrol rutin setiap 3-6 bulan, dan melakukan pemeriksaan kaki dan
mata secara berkala.
Promosi kesehatan untuk diabetes mellitus tipe 2 mencakup promosi gaya hidup
sehat, pola makan, serta berolahraga secara teratur dan berhenti merokok dan minum
alkohol. Dukungan psikologi oleh tenaga professional juga dapat diberikan,
khususnya jika terjadi komplikasi pada pasien.
B. PEMBAHASAN
Pada Pembahasan diskusi study kasus ini, kelompok kami banyak membahas beberapa
factor yang menurut kami perlu dikaji untuk menghasilkan efek teraupetik yang efektif
dan efesien.
1. Kondisi Fisik Paseien yang overwight/obesitas dengan BB 89Kg dan pasien sudah
lanjut usia dengan usia 75thn
20
Disini bias dibahas bahwa pasien dapat melakukan olahraga kecil seperti jalan-jalan
paling tidak 15-30 menit dalam sehari, melakukan diet gula dan makanan makanan
yang bergizi, minum air yang cukup, istirahat yang cukup
2. Penggunaan Gliblenklamid yang kurang tepat
Sebaiknya Gliblenklamid untuk diminum sehari 3 kali 1 tablet saat makan atau segera
setelah makan secara rutin
3. Penggunaan Gluconormic yang kurang tepat
Sebaiknya Gluconormic diminum sehari 2 kali pagi sesudah makan dan malam
menjelang tidur
4. Kandungan Komposisi dari Gluconormic
a. Ekstrak Orthosiphonis stamineus Folium (Daun Kumis Kucing)
Daun kumis kucing mengandung orthosiphon glukosa, minyak atsiri, saponin,
polifenol, flavonoid, sapofonin, garam kalium dan myonositol. Beberapa zat ini di
dalam tanaman lain memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa senyawa-senyawa yang
ditemukan dalam ekstrak O. stamineus (sinensetin, fenolat, flavonoid dan
glikosidanya) berperan sebagai inhibitor α-glukosidase dan α-amilase yang efektif.
Selanjutnya, penelitian oleh Mohamed dkk. menyimpulkan bahwa ekstrak etanol
50% dari O. stamineus memberikan efek penghambatan pada α-glukosidase dan α-
amilase.
b. Ekstrak Andrographis panucilata Herba (Daun Sambiloto)
Andrografolid merupakan kandungan utama dari herbal sambiloto yang dapat
meningkatkan penggunaan glukosa otot pada tikus yang dibuat diabetes dengan
streptozotosin (STZ) melalui stimulasi glucose transporter-4 (GLUT4) sehingga
menurunkan kadar glukosa
c. Ekstrak Sweitenia mahagoni Semen (Biji Mahoni)
Kandungan kimia dari biji mahoni adalah flavonoid, alkaloid, terpenoid,
antraquinon, dan cardiac glycosides. Ekstrak metanol biji mahoni mampu
menurunkan kadar glukosa darah dan perbaikan jaringan pankreas sehingga dapat
meningkatkan sekresi insulin, akibatnya glukosa dalam darah dapat diserap
kedalam sel dan dapat diubah menjadi energi atau disimpan dalam bentuk glikogen
dalam hati dan otot.
21
VI. KESIMPULAN
22
VII. DAFTAR PUSTAKA
23
VIII. LAMPIRAN
24