Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“Asuhan Keperawatan Dengan Diabetes Melitus”

Disusun Oleh :

ARIE SYAHRINI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA

PADANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1


A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................2


A. Pengertian......................................................................................................2
B. Klasifikasi.......................................................................................................2
C. Etiologi............................................................................................................ 3
D. Faktor Resiko.................................................................................................4
E. Patofisiologi ...................................................................................................5
F. Manifestasi Klinis...........................................................................................6
G. Penatalaksanaan ...........................................................................................7
H. Komplikasi.....................................................................................................9
I. WOC (Web of Cause)....................................................................................10

BAB III LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ..........................11


A. Pengkajian......................................................................................................11
B. Rencana Asuhan Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia),
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia, dan SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia)................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang bersifat kronis,
tidak dapat disembuhkan namun dapat dikendalikan. Di Indonesia jumlah pasien Diabetes
Mellitus mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa padatahun 2000 dan diperkirakan menjadi
sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2020. Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal
karena penyakit yang dideritanya atau karena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini,
misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan gangguan saraf.
Komplikasi akibat Diabetes Mellitus ini merupakan masalah yang tidak bisa dianggap
remeh. Sehingga sangat diperlukan penatalaksanaan keperawatan yang optimal dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Diabetes Mellitus.

B. Tujuan
1. Untuk mendapatkan pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Diabetes
Mellitus dengan benar
2. Dapat melaksanakan pengkajian pada klien Diabetes Mellitus
3. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pada klien Diabetes Mellitus
4. Dapat menyusun perencanaan keperawatan yang tepat pada klien Diabetes Mellitus
5. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Diabetes Mellitus
6. Dapat melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien Diabetes Mellitus
7. Dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien Diabetes Mellitus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Brunner dan Suddarth, 2002 dalam Padila, 2012). Diabetes
mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal(dalam hal ini
adalah hormone insulin yang dihasilkan oleh pancreas) dan melibatkan metabolism
karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik (Damayanti, 2015).

B. Klasifikasi
1) Diabetes melitus tipe 1atau disebut DM yang tergantung pada insulin (IDDM)
Dahulu dikenal sebagai tipe juvenileonset dan tipe dependen insulin; namun,
kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insidensi diabetes tipe 1 sebanyak
30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtype: (a) autoimun,
akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta; dan (b) idiopatik, tanpa bukti
adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Gejala yang menonjol adalah
terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian
besar penderita DM tipe ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada
usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
2) Diabetes melitus tipe 2atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin (NIDDM)
Dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe nondependent
insulin. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.
3) Diabetes gestasional (GDM)
Dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua
kehamilan. Faktor-faktor terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas,
riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan
sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa,
maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
4) Diabetes tipe khusus lain
Diabetes tipe ini adalah diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang
mengganggu produksi insulin atau memengaruhi kerja insulin. Penyebabnya adalah
radang pankreas (pankreatitis), gangguan kelenjar adrena atau hipofisis, penggunaan
hormon kortikosteroid, pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolesterol,
malnutrisi dan infeksi (Damayanti, 2015).

C. Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Melitus Tergantung
Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun.
Sedangkan Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin (DMTT) disebabakan kegagalan relatif sel β dan resisten insulin.
Resistensi insulin adalah turunannya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak
mampu mengimbangi resisten insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relative
insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.
Berarti sel β pankreas mengalami desentisasi terhadap glukosa (Padila, 2012).

D. Faktor Resiko
1. Faktor Keturunan (Genetik)
Riwayat keluarga dengan DM tipe 2 akan mempunyai peluang menderita DM sebesar
15% dan resiko mengalami intoleransi glukosa yaitu ketidakmampuan dalam
memetabolisme karbohidrat secara normal sebesar 30%.
2. Obesitas
Obesitas menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di
dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Obesitas juga merusak kemampuan sel
beta untuk melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah.
3. Usia
Faktor usia yang berisiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun, hal ini karena
adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Perubahan mulai dari tingkat sel,
berlanjut pada tingkat jaringan, dan tingkat organ yang mempengaruhi homeostatis.
4. Tekanan Darah
Seseorang yang menderita Hipertensi juga berisiko menderita DM. Hipertensi yang tidak
dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelainan
kardiovaskuler.
5. Aktivitas Fisik
Semakin sedikit bergerak, risiko mengalami diabetes tipe 2 akan semakin besar.
Aktivitas fisik membantu mengendalikan berat badan dan akan menggunakan glukosa
sebagai energi dan membuat sel-sel lebih sensitif terhadap insulin.
6. Kadar Kolesterol
Salah satu mekanisme yang diduga menjadi predisposisi DM tipe 2 adalah terjadinya
pelepasan asam-asam lemak visceral yang membesar. Proses ini menerangkan terjadinya
sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas di hati, sehingga kemampuan hati
untuk meningkat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi berkurang, sehingga terjadi
hiperinsulinemia dan peningkatan glukoneogenesis dimana glukosa darah meningkat.
7. Riwayat Diabetes Gestasional
Jika mengalami diabetes gestational ketika sedang hamil, risiko diabetes meningkat
kemudian mengembangkan tipe 2 Jika melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 pon (4
kg) juga berisiko diabetes tipe 2 (Sudoyo, 2006 dalam Damayanti, 2015).
E. Patofisiologi
1. DM Tipe I
Pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-
sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang
terdapat dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun terdapat dalam darah
dab menimbulkan hiperglikemi postprandial. Jika konsentrasi gula dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih di ekskresikan dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektroli yang berlebihan (diuresis osmotik), akibatnya pasien akan mengalamai
peningkatan berkemih (poliuria) dan haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Paisen dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.proses ini terus terjadi dan menimbulkan
hiperglikemia. Gejala lain yaitu adanya kelelahan dan kelemahan. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak dan produksi badan keton yang merupakan produk samping
peecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam
basa tubuh jika jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat
menimbulkan nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, dan perubahan kesadaran
serta koma dan kematian.
2. Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan dengan
insulin, yaitu : resistensi insulin dan gang-guan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan resep-tor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demi-kian insuliin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengam-bilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuk-nya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan,
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun untuk mengimbangi peningkatan kebu-tuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II (Damayanti, 2015).

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus (Padila, 2012; Tandra, 2017) adalah :
1. Banyak kencing (poliuria)
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan ekskresi urin.
2. Banyak minum (polidipsia)
Banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin menyebabkan penderita merasakan haus
dan banyak minum.
3. Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang besar sering timbul pada penderita DM dikarenakan pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif, sehingga muncul rasa lapar yang besar yang menyebabkan
penderita banyak makan.
4. Penurunan berat badan dan lemah
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel
kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsung hidup, sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita
kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
5. Gangguan saraf tepi / kesemutan
6. Gangguan penglihatan
7. Gatal/bisul
8. Kulit kering
9. Adanya lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi berulang
G. Penatalaksanaan
1. Manajemen Diet
Tujuannya adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid
mendekati normal, mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas normal,
mencegah komplikasi akut dan kronik, serta meningkatan kualitas hidup.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
4) Kolesterol <300mg/hr
5) Serat 25 gr/hr
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai
rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan :
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal
yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah
untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi
(gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai
dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
2. Latihan Fisik (Olahraga)
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-5 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai
contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
3. Pemantauan (Monitoring) Kadar Gula Darah
4. Terapi Farmakologi
Tujuan terapi insulin adalah untuk menjaga kadar gula darah normal atau mendekati
normal. Pada DM tipe 2, insulin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan diet, latihan fisik dan Obat
Hiploglikemia Oral (OHO) tidak dapat mejaga gula darah dalam rentang normal. Obat-
obatan seperti metformin, glitazone, dan akarbose adalah obat-obatan kelompok
pertama yang berkerja pada hati, otot dan jaringan lemak, usus (tempat dimana terdapat
insulin yang mengatur glukosa darah). Sulfonil, Repaglinid, Nateglinid dan insulin
adalah obat kelompok kedua yang meningkatkan pelepasan insulin yang disuntikkan,
menambah kadar insulin di sirkulasi darah.
5. Pendidikan Kesehatan (Smeltzer, et al, 2008 dalam Damayanti, 2015).

H. Komplikasi
Komplikasi Diabetes Mellitus adalah :
1. Komplikasi Akut
a. Diabetik Ketoasedosis(DKA)
Ketoasedosis diabetic merupakan difesiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit DM. Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Koma Hiperosmolar
Koma Hiperosmolar Nonketotik(KHHN)
Koma Hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah
satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan asidosis
pada KHHN.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60 mg/dl
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
2. Komplikasi Kronik
Efek samping DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh
bagian tubuh(Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2:
a. Komplikasi Mikrovaskular
1. Penyakit ginjal
Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka sirkulasi darah ke ginjal
menjadi menurun sehingga pada akhirnya bisa terjadi nefropati.
2. Penyakit mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan keluhan
penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati. Katarak juga dapat
disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa
3. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom medulla
spinalis atau system saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan-perubahan
metabolic lain dalam sintesa fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia
dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf.
b. Komplikasi Makrovaskular
1. Penyakit jantung koroner
Akibat diabetes maka aliran darah melambat sehingga terjadi penurunan kerja
jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah
akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri(arteriosclerosis) dengan penderita penyakit jantung koroner
atau stroke.
2. Pembuluh darah kaki
Timbulnya karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan ganggren. Infeksi di mulai dari celah-celah kulit yang mengalami
hipertopi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus demikian juga pada
daerah-daerah yang terkena trauma(Damayanti, 2015).
I. WOC (Web of Cause)
WOC DIABETES MELITUS

Genetik herediter Obesitas Malnutrisi nutrisi Obat-obatan Penyakit Pankreas Penyakit hormonal
protein

Kerusakan Pankreas Jumlah reseptor Kerusakan Pankreas Toksin terhadap Kerusakan pankreas Meningkatkan sekresi
insulin menurun sel beta sel

Penghancuran sel Beta Insulin yang ada Fungsi sel Beta Fungsi sel beta Fungsi sel beta sel hiperaktif & rusak
kurang efektif menurun menurun menurun
Insulin menurun
DM Tipe II (NIDDM) DM Tipe Lain
DM Tipe I (IDDM)

DIABETES MELLITUS

Glukosa tidak dpt diangkkut ke SEL

Glukosa dalam
sel menurun GULA DARAH MENINGKAT Glukoneogenesis

Produksi energi menurun Hiperosmolaritas Lipolisis


Rangsangan lapar
meningkat
diuresis osmotik Gliserol
Letih, lemah
sel kekurangan cairan Poli uri Asam lemak be
LDL
poli f agi
rangsangan haus meningkat MK : Ketidakstabilan kadar Ketonem
MK : Intoleransi aktivitas glukosa darah
Aterosklerosis K
Poli dipsi Ketonuria

Keton masuk
Gangguan Pembuluh Insufiesiensi Koroner
sawar otak
darah perifer
Disf ungsi endotel Penyakit jantung koroner
mikrovaskuler Hipoksia jaringan Koma Diabetikum
Penurunan kontraktilitas jantung
Ulkus diabetikum
MK : Perf usi Perif er Penurunan COP
TidakEf ektif
Mikro angiopati MK : Gangguan Integritas
Kulit / Jaringan
Syaraf

Neuropati Mata
Ginjal
Perifer Otonom Retino Pati
Nefropati
Impotensi Motilitas lambung Sorbitol
menurun
Sensorik
Katarak GFR Peningkatan
Keterlambatan permeabilitas
Kesemutan/baal
pengosongan Kebutaan glomerulus
Mati Rasa lambung GGK
MK : Resiko protein urin
Ulkus Mual cedera
hipoalbuminemia
MK : Perf usi anoreksia
Perif er Tidak Oedema
Ef ektif kurang asupan
MK : Nyeri Akut nutrisi MK : Hipervolemia

MK : Defisit Nutrisi

BAB III

LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
1) Identitas Pasien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien, yang meliputi : nama, jenis kelamin, suku
bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,tanggal pengkajian, tanggal dan jam MRS,
nomor MR, diagnosa medis.
2) Identitas Penanggungjawab
Lakukan pengkajian pada identitas penanggungjawab, yang meliputi nama, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan: badan mudah letih, banyak
makan, banyak minum, sering buang air kecil terutama di malam hari, pandangan
kabur, terjadi penurunan BB yang drastis selama 6 bulan terakhir, terdapatluka yang
penyembuhannya lambat dan infeksi berulang.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian biasanya klien mengeluh badan terasa letih dan lemas,
pandangan kabur, nafsu makan bisa baik atau menurun, terdapat luka yang
penyembuhannya lambat dan infeksi berulang.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah pada klien ini pernah mempunyai riwayat menderita DM sebelumnya da
bagaimana penanganannya. Kaji adanya riwayat hipertensi,penyakit jantung, obesitas,
penyakit yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin. Kaji tindakan medis yang
pernah didapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Gsambaran keadaan kesehatan keluarga & penyakit yang berhubungan dengan
kesehatan pasien saat ini. Kaji adanya riwayat DM dalam keluarga atau riwayat
penyakit keturunan dalam keluarga yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin seperti Hipertensi dan penyakit Jantung.
3. Pola Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, kesejahteraan, dan
bagaimana kesehatan mereka diatur.
2) Pola Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, nafsu makan, pola makan selama ini, kondisi
(kulit, rambut, kuku, gigi), fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, BB sebelum sakit
dan saat sakit, kaji adanya kesulitan dalam menelan, pemberian suplemen.
3) Pola Eliminasi
Pola ini menggambarkan karakteristik dan masalah saat BAK/ BAB sebelum dan
saat dirawat di RS serta penggunaan alat bantu eliminasi saat pasien di rawat di RS.
4) Pola Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Biasanya pada klien DM, mengalami letih, lemah, sulit bergerak/berjalan kram otot,
tonus otot menurun, adanya luka/ulkus pada kaki akan menghambat dalam
beraktivitas seperti normal saat sebelum sakit.
5) Pola Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi meliputi lama
tidur di malam hari, waktu mulai tidur dan bangun, ada/tidak ada gangguan dalam
tidur sebelum dan saat sakit.
6) Pola Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman, persepsi
nyeri, bahasa, memori, dan pengambilan keputusan.
7) Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga
diri, gambaran diri, dan perasaan terhadap diri sendiri tentang penyakitnya.
8) Pola Peran-Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga dan yang
lainnya.
9) Pola Seksualitas-Reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran seksual sesuai dengan jenis
kelamin. Kaji juga status perkawinan termasuk jumlah anak dan lama perkawinan.
10) Pola Koping-Toleransi Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan sistem
pendukung. Pada klien bisa timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketakutan timbulnya komplikasi yang lebih parah dari penyakitnya. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
11) Pola Nilai-Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam hidup.
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran
agama.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Mengkaji tingkat kesadaran klien (menilai GCS), kesakitan dan keadaan penyakit
(ringan, sedang, atau berat) tanda-tanda vital klien.
b) Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Inspeksi: kesimetrisan kepala, kebersihan rambut dan kulit kepala,kekuatan
rambut, lesi, hematoma, nyeri tekan; Palpasi: ada edema atau tidak, adanya nyeri
tekan atau tidak.
2. Mata
Inspeksi: kesimetrisan mata, pemeriksaan konjungtiva, sklera, ada/tidaknya sekret,
refleks cahaya, ukuran pupil; Palpasi: pemeriksaan edema/hematoma di palpebral.
3. Hidung
Inspeksi: simetris/tidak, adanya sekret/tidak, terpasang NGT/ tidak; Palpasi:
pemeriksaan adanya benjolan/massa di dalam hidung.
4. Telinga
Inspeksi: simetris/ tidak, adanya sekret/tidak, ada atau tidaknya pengeluaran darah
atau cairan dari telinga; Palpasi: Pemeriksaan adanya edema dibagian telinga;
Perkusi: pemeriksaan fungsi pendengaran telinga.
5. Mulut
Inspeksi: simetris/ tidak, pemeriksaan mukosa bibir, lidah, adanya gigi berlubang/
tidak, caries/ tidak, pemeriksaan tonsil, kesulitan menelan atau tidak.
6. Leher
Pemeriksaan adanya pembengkakan kelenjar getah bening atau pembesaran
kelenjar thyroid.
7. Paru-paru
Inspeksi: Kaji adanya penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi otot-otot
interkostalis, sifat dan irama pernapasan, dan frekuensi pernapasan.
Palpasi: menilai getaran paru saat mengucapkan “tujuh”. Pada palpasi biasanya
kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal jika tidak ada permasalahan
pada paru-paru klien.
Perkusi: menilai paru-paru dengan cara mengetuk. Apakah suara paru normal atau
tidak. Ada atau tidak suara tambahan lainnya.
Auskultasi: Suara nafasa normal/tidak, ada wheezing atau tidak, ada/tidak suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
8. Jantung
Inspeksi: melihat denyut ictus kordis terlihat atau tidak; Palpasi: meraba denyut
ictus kordis terlihat atau tidak, nadi meningkat atau tidak; Perkusi: menentukan
batas jantung; Auskultasi: mendengarkan suara jantung, apakah ada bunyi
tambahan.
9. Abdomen
Inspeksi: melihat keadaan perut, distensi/tidak, simetris/tidak; Palpasi: meraba
hepar dan linfe apakah mengalami pembesaran atau tidak; Perkusi: mengetuk di
seluruh kuadran permukaan abdomen; Auskultasi: mendengarkan bising usus
pasien.
10. Ekstremitas
Mengobservasi keadaan kedua ekstremitas atas dan bawah. Pada fase akut setelah
kejang sering didapatkan adanya penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
secara umum
11. Kulit
Mengobservasi keadaan kulit seperti turgor, penilaian pengisian kapila refil,
kelembapan kulit, adanya kulit yang rusak, ulkus dan gradenya.
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar glukosa darah
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatiksebagai
patokan penyaring
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Sewaktu DM Belum Pasti DM
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Puasa DM Belum Pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
2) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
3) Tes Saring
Tes-tes saring pada DM adalah:
a. GDP
b. GDS
c. Tes Glukosa Urin:
1. Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
2. Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase

4) Tes Untuk Mendeteksi Komplikasi


Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
a. Mikroalbuminuria : urin
b. Ureum, Kreatinin, Asam Urat
c. Kolesterol total : plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e. Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f. Trigliserida : plasma vena (puasa)
B. Rencana Asuhan Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia),
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia, dan SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia)
Diagnosa yang ada biasanya berdasarkan data dan pengkajian yang didapatkan
sehingga ada kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada pasien dengan
Diabetes Mellitus adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah, perfusi perifer tidak efektif,
resiko perfusi perifer tidak efektif, defisit nutrisi, resiko infeksi, nyeri akut, pola nafas tidak
efektif, resiko cedera, gangguan integritas kulit/jaringan, resiko gangguan integritas
kulit/jaringan, intoleransi aktivitas.

Tabel Rencana Asuhan Keperawatan SDKI, SLKI dan SIKI

N
SDKI SLKI SIKI
o
1 Ketidakstabilan Kadar Luaran Utama Intervensi Utama
Glukosa Darah  Kestabilan Kadar Glukosa  Manajemen Hiperglikemia
Darah Aktivitas :
Definisi : Indikator : - Identifikasi kemungkinan
Variasi kadar glukosa - Koordinasi penyebab hiperglikemia
darah naik/turun dari - Kesadaran - Identifikasi situasi yang
rentang normal - Mengantuk menyebabkan kebutuhan insulin
- Pusing meningkat (mis. penyakit
- Lelah/lesu kambuhan)
Penyebab - Keluhan lapar - Monitor kadar glukosa darah,
Hiperglikemia - Gemetar jika perlu
 Disfungsi pankreas - Berkeringat - Monitor tanda dan gejala
 Resistensi insulin - Mulut kering hiperglikemia (mis. poliuri,
 Gangguan toleransi - Rasa haus polidipsi, polifagi, kelemahan,
glukosa darah - Kadar glukosa darah malaise, pandangan kabur, sakit
 Gangguan glukosa - Kadar glukosa urin kepala)
darah puasa - Perilaku - Monitor intake dan output
- Jumla urin cairan
Hipoglikemia - Monitor keton urin, AGD,
 Penggunaan insulin Luaran Tambahan elektrolit, frekuensi nadi
atau obat glikemik  Tingkat Pengetahuan - Konsultasi dengan medis jika
oral Indikator : tanda dan gejala hiperglikemia
 Hiperinsulinemia - Perilaku sesuai anjuran tetap ada atau memburuk
 Endokrinopati - Kemampuan menjelaskan - Anjurkan menghindari olahraga
 Disfungsi hati pengetahuan tentang suatu topik saat glukosa darah lebih dari
 Disfungsi ginjal kronis - Kemapuan menggambarkan 250 mg/dL
 Gangguan metabolik pengalaman sebelumnya sesuai - anjurkan kepatuhan terhadap
bawaan dengan topik diet dan olahraga
- Perilaku sesuai dengan - Ajarkan pengelolaan diabetes
Gejala dan Tanda pengetahuan (mis. penggunaan insulin, obat
Mayor - Perilaku oral, monitor asupan cairan,
Hipoglikemia penggantian karbohidrat, dan
 Mengantuk bantuan profesional kesehatan)
 Pusing - Kolaborasi pemberian insulin,
 Gangguan koordiansi jika perlu
 Kadar glukosa dalam - kolaborasi pemberian cairan IV,
darah/urun rendah jika perlu

Hiperglikemia  Manajemen Hipoglikemia


 Lelah atau lesu Aktivitas :
 Kadar glukosa dalam - Identifikasi tanda dan gejala
darah/urin tinggi hipoglikemia
- Identifikasi kemungkinan
Gejala dan Tanda penyebab hipoglikemia
Minor - Berikan karbohidrat sederhana,
Hipoglikemia jika perlu
 Palpitasi - Berikan glukagon, jika perlu
 Mengeluh lapar - Berikan karbohidrat kompleks
 Gemetar dan protein sesuai diet
 Kesadaran menurun - Pertahankan kepatenan jalan
 Perilaku aneh nafas
 Sulit bicara - Pertahankan akses IV, jika perlu
 Berkeringat - Ajarkan pengelolaan
hipoglikemia (mis. tanda dan
Hiperglikemia gejala, faktor risiko, dan
 Mulut kering pengobatan hipoglikemia)
 Haus meningkat - Kolaborasi pemberian
 umlah urin meningkat dekstrose, jika perlu

Intervensi Pendukung
 Edukasi Diet
Aktivitas :
Kondisi Klinis Terkait - Identifikasi tingkat pengetahuan
 Diabetes Mellitus pasien dan kelaurga saat ini
- Identifikasi kebiasaan pola
makan saat ini dan masa lalu
- Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
- Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
- Anjurkan mengganti bahan
makanan sesuai diet yang
diprogramkan
- Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu

 Edukasi Proses Penyakit


Aktivitas :
- Jelaskan faktor penyebab dan
faktor risiko penyakit
- Jelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit
- Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
- Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
- Informasikan kondisi pasien
saat ini
- Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak biasa

2 Defisit Nutrisi Luaran Utama Intervensi Utama


 Status Nutrisi  Manajemen Nutrisi
Definisi : Indikator : Aktivitas :
Asupan nutrisi tidak - Porsi makan yang dihabiskan - Identifikasi status nutrisi
cukup untuk memenuhi - Kekuatan otot pengunyah - Identifikasi alergi dan
kebutuhan metabolisme - Kekuatan otot menelan intoleransi makanan
- Serum albumin - Identifikasi kebutuhan kalori
Penyebab - Perasaan cepat kenyang dan jenis nutrisi
 Kurangnya asupan - Nyeri abdomen - Identifikasi perlunya
makanan - Rambut rontok penggunaan selang nasogastrik
 Ketidakmampuan - Berat badan - Monitor berat badan
menelan makanan - Indeks Massa Tubuh (IMT) - Monitor hasil pemeriksaan
 Ketidak mampuan - Frekuensi makan laboratorium
mencerna makanan - Nafsu makan - Berikan makanan tinggi serat
 Ketidakmampuan - Bising usus untuk mencegah konstipasi
mengabsorbsi nutrien - Tebal lipatan kulit trisep - Berikan makanan tinggi kalori
 Peningkatan - Membran mukosa tinggi protein
kebutuhan - - Hentikan pemberian makanan
metabolisme Luaran Tambahan melalui selang nasogastrik jika
 Nafsu Makan asupan oral dapat ditoleransi
Gejala dan Tanda Indikator : - Ajarkan diet yang di
Mayor - Keinginan makan programkan
 Berat badan menurun - Asupan makan - Kolaborasi pemberian medikasi
minimal 10% dibawah - Energi untuk makan sebelum makan (mis. pereda
rentang ideal - Kemampuan merasakan nyeri, antiemetik), jika perlu
makanan - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Kemampuan menikmati untuk menentukan jumlah kalori
Gejala dan Tanda makanan dan jenis nutrisi yang
Minor - Asupan nutrisi dibutuhkan, jika perlu
 Cepat kenyang setelah - Stimulus untuk makan
makan - Kelaparan Intervensi Pendukung
 Nafsu makan menurun  Pemantauan Nutrisi
 Bising usus hiperaktif Aktivitas :
 Otot pengunyah lemah - Identifikasi faktor yang
 Otot menelan lemah memepengaruhi asupan gizi
 Membran mukosa (mengunyah tidak adekuat,
pucat gangguan menelan)
 Serum albumin turun - Identifikasi perubahan BB
 Rambut rontok - Identifikasi kelainan pada kulit
berlebihan - Identifikasi kelainan pada
rambut (mis. kering, tipis,
kasar, mudah patah)
- Identikas kelainan pada kuku
- Identifikasi kemampuan
menelan (mis. fungsi motorik
wajah, reflek menelan)
- Monitor mual dna muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium
(mis. kadar kolesterol, albumin
serum, kreatinin, hemobglobin,
hematokrit, dan elektrolit
darah)
- Ukur antropometrik komposisi
tubuh (mis. IMT, pengykuran
pinggang, ukuran lipatan kulit)

3 Perfusi Perifer Tidak Luaran Utama Intervensi Utama


Efektif  Perfusi Perifer  Perawatan Sirkulasi
Indikator : Aktivitas :
Definisi : - Denyut nadi perifer - Periksa sirkulasi perifer (mis.
Penurunan sirkulasi darah - Penyembuhan luka nadi perifer, edema, pengisian
pada level kapiler yang - Sensasi kapiler, warna, suhu)
dapat mengganggu - Warna kulit pucat - Identifikasi faktor resiko
metabolisme tubuh - Edema perifer gangguan sirkulasi (mis.
- Nyeri ekstremitas diabetes, perokok, orang tua,
Penyebab - Parastesia hipertensi, kadar kolesterol
 Hiperglikemia - Nekrosis tinggi)
 Penurunan konsentrasi - Pengisian kapiler - Monitor panas, kemeraham,
hemoglobin - Akral nyeri, atau bengkak pada
 Kurang terpapar - Turgor kulit ekstremitas
informasi tentang - Tekanan darah sistolik - Lakukan pencegahan infeksi
proses penyakit (mis. - Tekanan darah diastolik - Lakukan perawatan kuku dan
diabetes mellitus, kaki
hiperlipidemia) Luaran Tambahan - Lakukan hidrasi
 Kurang aktivitas fisik  Status Sirkulasi - Anjurkan berhenti merokok
Indikator : - Anjurkan berolahraga rutin
Gejala dan Tanda - Kekuatan nadi - Anjurkan melakukan perawatan
Mayor - Pucat kulit yang tepat (mis.
 Pengisian kapiler > 3 - Akral dingin melembabkan kulit kering pada
detik - Pitting edema kaki)
 Nadi perifer menurun - Parestesia - Ajarkan program diet untuk
atau tidak teraba - Ulkus ekstremitas memperbaiki sirkulasi
 Akral teraba dingin - Berat badan - Informasikan tanda dan gejala
 Warna kulit pucat darurat yang harus dilaporkan
 Turgor kulit menurun (mis. rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
Gejala dan Tanda sembuh, hilangnya rasa)
Minor
 Parastesia  Manajemen Sensasi Perifer
 Nyeri ekstremitas Aktivitas :
 Edema - Identifikasi penyebab perubahan
 Penyembuhan luka sensasi
lambat - Periksa perbedaan sensasi tajam
 Bruit femoralis atau tumpul
- Periksa perbedaan sensasi panas
Kondisi Klinis Terkait atau dingin
 Diabetes Mellitus - Monitor terjadinya parestesia,
jika perlu
- Monitor perubahan kulit
- Hindari pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya
(terlalu panas atau dingin)
- Anjurkan memakai sepatu
lembut dan bertumit renda
- Kolaborasi pemberian terapi
obat, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha


Medika

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik; Edisi 1; Cetakan III (revisi). Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan; Edisi 1; Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan; Edisi 1; Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai