Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL

DAN PALIATIF

(Diabetes Melitus)

KELOMPOK 1

A. A. Arin Indah Dewi (202001087) Elsinta (202001093)

Hikmah Wati (202001098) Ferwati rusdianto (202001096)

Indar Ramadhanti (202001099) Farhat saputra (202001094)

Mifta Novita (2020011101) arum kirana wangsa (202001088)

Fira (202001097)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU

2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT. karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri
teladan bagi umat manusia.

Kami mengucap syukur kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diabetes Melitus” guna
memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif.

Kami mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak


khususnya kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif yang
telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Dan apabila terdapat kata-kata yang salah, kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian makalah ini dibuat, sekian dan terima kasih.

Palu, 30 September 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
DATAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR…………...……………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..2
A. Latar Belakang………………………………………………………………...2
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..3
C. Tujuan…………………………………………………………………...…….3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...4

A. Konsep Dasar Penyakit………………………………………………………..4


1. Pengertian…………………………………………………………………4
2. Etiologi…………………………………………………………………....5
3. Manifestasi Klinis…………………………………………………………6
4. Klasifikasi……………………………………………………....................7
5. Patofisiologi……………………………………………………………….7
6. Tanda dan gejala…………………………………………………………..9
7. Pemeriksaan penunjang……………………………………………….…11
8. Komplikasi……………………………………………………………….12
9. Penatalaksanaan …………………………………………………………13
10. pencegahan……………………………………………………………....16
11. Dampak Diabetes Melitus Terhadap Aspek Biologis, Psikologis, Sosial
Dan Spiritual Pasien……………………………………………………..17
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan………………………………………...18
1. Pengkajian …………………………………………………………….....18
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………….….20
3. Intervensi…………………………………………………………..…….21
4. Implementasi……………………………………………………………..25
5. Evaluasi………………………………………………………………..…26

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….27

iii
A. KESIMPULAN…………………………………………………………..27
B. SARAN…………………………………………………………………..27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..28

BAB I

iv
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh dunia.


Diperkirakan 15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus.
Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang terdiagnosa dan
tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di Amerika Serikat menderita diabetes
mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan kematian lebih dari 162.200 jiwa pada
tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab utama kematian pada daftar angka
kematian di AS, tapi diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak
terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Diabetes adalah
penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita diabetes
menderita hipertensi. Hal yang mengejutkan biaya pengeluaran untuk pengobatan
secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada tahun 1997 diperkirakan
mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak memberikan timbal balik yang
kehidupan patien diabetes dan keluarganya.(Sharon n Margaret 2000).

Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal


ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita
diabetes mellitus lebih besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota dan
7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah
terbanyak penderita diabetes.

Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan seorang perawat sangat penting
dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan
mahasiswa keperawatan dapat memahami dan menguasai konsep asuhan
keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

Hal ini sejalan dengan keputusan komenkes RI (2007) yang menjelaskan


bahwa pengakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pencernaan, DM, dan PTM
lainnya tidak hanya membutuhkan perawatan kuratif dan rehabilitative tetapi

v
jugamembutuhkan perawatan paliatif dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana konsep dasar dari penyakit Diabetes Melitus?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari penaykit Diabetes Melitus
2. Untuk memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Melitus

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSE DASAR PENYAKIT

vi
1. Pengertian

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan


hiperglikemia dan glukosuria disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut maupun kronik, sebagai akibat kurangnya insulin di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai dengan gangguan metabolisme lemak dan protein (Aspiani, 2014).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang


ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemi) disebabkan karena
ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh
dibutuhkan memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan
untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin
menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan peningkatan
gula darah, sedangkan sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat
dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto, 2012). Diabetes
Mellitus adalah salah satu penyakit dimana kadar gula di dalam darah
meningkat tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara adekuat
(Nabyl R.A, 2012).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya


gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh.
Gangguan tersebut disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin yang
diperlukan dalam proses perubahan gula menjadi tenaga. Kekurangan insulin
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula dalam darahatau terdapatnya
kandungan gula dalam air kencing (Iskandar, 2009).

2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :
a. Diabetes Mellitus tipe I

vii
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
2) Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah padaaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang
menimbulkan ekstruksi sel beta.
b. Diabetes Mellitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe II
antara lain :
1) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun, tetapi
pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada umur 11
sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak menghasilkan insulin.
2) Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat hormon
insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam menghantar glukosa
yang ada dalam darah. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan
dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemulihan toleransi
glukosa. Obesitas terjadi karena tubuh kelebihan lemak minimal 20% dari
berat badan ideal. Menurut Adriani (2012) obesitas digolongkan menjadi
3 kelompok
a) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

viii
c) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Klasifikasi IMT (Indeks Masa Tubuh) menurut Tjokoprawiro (2015)
pencegahan diabetes ada 2 yaitu :
a) IMT <18,5 : BB kurang
b) IMT 18,5-22,9 : BB normal
c) IMT > 23,0 : BB lebih
d) IMT 23,0-24,9 : dengan resiko
e) 25,0-29,9 : obesitas I
f) IMT >30 : obesitas II

3) Riwayat dalam keluarga


Pada riwayat keluarga yang salah satunya memiliki riwayat diabetes
mellitus bisa diturunkan sejak remaja pada anaknya. Kaum pria sebagai
penderita sesungguhnya dan perempuan sebagai pihak pembawa gen atau
keturunan. Gen yang mempengaruhi pada diabetes tipe II adalah gen
TC7L2. Gen ini sangat berpengaruh pada pengeluaran insulin dan
produksi glukosa.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diabetes mellitus menurut Tandra (2013) yaitu :

a. Banyak kencing (poliuri)


b. Rasa haus (polidipsi)
c. Berat badan menurun meski sudah banyak makan (polifagi)
d. Rasa seperti flu dan lemah
e. Pandangan kabur
f. Luka yang sukar sembuh
g. Gusi merah dan bengkak
h. Kesemutan
i. Kulit kering dan gatal

ix
j. Mudah terkena infeksi
k. Gatal pada kemaluan

4. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut Riyadi &Sukarmin (2008) :
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) yaitu defisiensi insulin karena
kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel
pulau langerhans di pankreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan
produksi insulin.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yaitu diabetes resisten
sering terjadi pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan
penderita mengalami kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar,
mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres.
c. Diabetes type lain adalah DM yang terjadi karena penyakit lain, penyakit
pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor
insulin, sindroma genetik tertentu.
d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa) yaitu kadar
glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau menjadi
normal atau tetap tidak berubah.
e. Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) yaitu intoleransi yang terjadi selama
kehamilan

5. Patofisilogi
Terjadi pada kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan
autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak
kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan

x
terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang
luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetes (Askandar, 2001 dalam Andra Safer, 2013).
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding
pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer,
kolagen, keratin, dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar.
Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan area kalus. Selanjutnya terbentuk
kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
menghalangi resolusi. Mikrooranisme yang masuk mengadakan kolonasi di
daerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection.
Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit
dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.

Menurut Suryadi, (2004) dalam buku Andra (2013) penyakit neuropati


dan vaskuler adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka. Masalah
luka yang terjadi pada pasien diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada
saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal sebagai neuropati perifer.
Pada pasien dengan diabetik sering kali mengalami gangguan pada sirkulasi.
Gangguan sirkulasi ini adalah yang berhubungan dengan “pheripheral vascular
diseases”. Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal
ini terkait dengan diabetik neuropati yang berdampak pada sistem saraf
autonom, yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan organ viseral.

Dengan adanya gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah


terjadinya perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah.
Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian
antibiotik tidak menyukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, juga

xi
tidak memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada
autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering, antihidrosis
yang memudahkan kulit menjadi rusak dan mengkontribusi untuk terjadinya
ganggren. Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer yang
mempengaruhi kepada saraf sensorik dan motorik yang menyebabkan sensasi
nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.

6. Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL
dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Penderita diabetes
melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua dialami oleh penderita :
a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan
seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes
melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan
minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit

xii
diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2,
umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka
mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis. Menurut
Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati visceral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

7. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa darah
b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan
c. Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

xiii
a. Tes saring
Tes-tes saring pada DM
1) GDP, GDS
2) Tes glukosa urine
b. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Glukosa darah 2
jam post prandial), Glukosa jam ke 2 TTGO.
c. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah
1) GDP plasma vena, darah kapiler
2) GD2PP : plasma vena
3) A1c darah vena, darah kapiler
d. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
1) Mikroalbuminuria urine
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)
6) Trigliserida: plasma vena (puasa)

8. Komplikasi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes
mellitus adalah:
a. Komplikasi akut
1) Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemis terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetic yang
melebihi dosis yang dianjurkan singga terjadi penurunan glukosa dalam

xiv
darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam
sel.
2) Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber
alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa
maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan
mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton
yang berlebih dapat mengakibatkan asidosis.
3) Koma hipersmolar non ketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel
karena banyak diekresi lewat urine.

b. Komplikasi kronik
1) Makroangiopati
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah otak. Pembuluh darah pada pembuluh darah
besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi padaDMTTI/
NIDDM. Komplikasi magroangiopati adalah penyakit vaskuler otak,
penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler parifer.
2) Mikroangiopati
Mikroangipati yang mengalami pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetik. Perubahan- perubahan mikrovaskuler yang
ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTTI/ IDDM yang
terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.
3) Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4) Infeksi

xv
Retansi infeksi seperti tuberculusis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih.
5) Kaki diabetik
Pembuluh mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan
perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi
gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren, penurunan sensasi dan
hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau
tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan ganggren.

9. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), antara lain:
1) Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
a) Golongan sulfoniluria
Cara kerjanya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan
insulin. Jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja bila sel-sel beta utuh,
mengalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon. Indikasi
pemberian obat golongan sulfoniluria adalah bila berat badan sekitar
ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin
kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stres akut, seperti infeksi berat.
b) Golongan biguanid
Cara kerjanya tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid
dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya
tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Efek samping obat ini
(metformin) menyebabkan anoreksia, nausea, nyeri abdomen dan
diare.
c) Alfa glukosidase inhibitor

xvi
Cara kerjanya menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen
usus dan tidak menyebabkan hiperglikemia dan tidak berpengaruh
pada kadar insulin.
d) Insulin sensitizing agent
Mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai
masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

2) Insulin ada 3 jenis menurut cara kerjanya, antara lain :


a) Cara kerjanya cepat : RI (regular insulin) dengan masa kerja 2-4 jam.
Contoh obatnya: Actrapid
b) Cara kerjanya sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam
c) Cara kerjanya lambat: PZI (Protamne Zinc Insulin) dengan masa
kerjanya 18-24 jam

b. Terapi Non Farmakologi


1) Jenis makanan
a) Karbohidrat
Sebagai sumber energi yang diberikan pada dibetisi tidak boleh lebih
dari 55-65% dari total kebutuhan energi sehari atau tidak boleh lebih
dari 70% jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh
rantai tunggal. Pada setiap hari karbohidrat terdapat kandungan energi
sebesar 4 kilokalori.
b) Protein
Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari
total kalori per hari. Pada penderita dengan kelainan ginjal dimana
diperlukan pembatasan asuhan protein sampai 40 gram per hari, maka
perlu ditambahkan pemberian suplementasi asam amino esensial.
Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/ gram.

xvii
c) Lemak
Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori/ gram.
Bahkan makanan ini sangat penting untuk membawa vitamin larut
dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Berdasarkan ikatan
rantai karbonnya, lemak dikelompokkan menjadi lemak jenuh dan
tidak jenuh. Pembatasan lemak jenuh dan kolesterol sangat disarankan
bagi diabetisi karena terbukti dapat memperbaiki profil lipid tidak
normal yang sering dijumpai pada diabitis.

2) Jadwal makan
Jadwal makan pengidap diabetes mellitus dianjurkan lebih sering dengan
porsi sedang. Disamping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam
dianjurkan juga porsi makanan ringan di sela- sela waktu tersebut.

3) Jumlah kalori
Jumlah kalori perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur,
ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani. Penentuan 24 status gizi
dapat dipakai indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Brocca.

xviii
4) Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang
lebih setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal
Intensity Progressive Endurance). Latihan dilakukan terus- menerus tanpa
henti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE
minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu, sedangkan 2 hari yang
lain dapat digunakan untuk melakukan oahraga kesenangannya. Adanya
kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan
penarikan glukosa kedalam sel. Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari
(sebelum jam 06.00) karena selain udara yang masih bersih juga suasana
yang belum ramai sehingga membantu penderita lebih nyaman dan tidak
mengalami stress yang tinggi. Olahraga yang teratur akan memperbaiki
sirkulasi insulin dengan cara meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh
darah sehingga membantu masuknya glukosa ke dalam sel (Riyadi &
Sukarmin, 2008).

10. Pencegahan
Tips umum dalam upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus
menurut Nabyl R.A (2012) dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Bila kegemukkan segera turunkan berat badan
b. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, joging, dan jalan cepat)
paling tidak lakukan 3 kali seminggu
c. Minum gula sedikit mungkin atau seperlunya karena bukan merupakan
bagian penting dari diet. Zat karbohidrat (misal beras sereal, bakmi, roti,
kentang) bisa memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan tubuh
Setelah umur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun,
terutama bagi anda dengan riwayat keluarga penderita diabetes mellitus

xix
11. Dampak Diabetes Melitus Terhadap Aspek Biologis, Psikologis, Sosial Dan
Spiritual Pasien.
a. Aspek Biologis
DM pada umumnya bisa dicegah dengan menghindari diri dari
kebiasaan buruk dalam keseharian. Penyakit-penyakit tersebyt pada
umumnnya berasal dari akumulasi gaya hidup dan konsimsi
makanan tidak sehat yang secara terus menerus dilakukan sampai
akhirnya tubuh tidak mampu lagi mengatasi dan menyebabkan
fungsi fisik tubuh terganggu.
b. Aspek Psikologis
Adaptasi psikologis salah satunya bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman dan aman. Kecemasan pada penderita diabeter mellitus
dikarenakan bahwa diabetes dianggap merupakan suatu penyakit
yang menakutkan.
c. Aspek Sosial
Aspek sosial pada penderita diabetes mellitus sangat penting
diperhatikan karena pada kenyataannya diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis yang mempunyai muatan psikologis,
sosial dan perilaku yang besar. Bentuk dari dukungan sosisal yang
dibutuhkan oleh penderita diabetes mellitus dapat berupa dukungan
informasi, emosional, dan dukungan penilaian.
d. Aspek Spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, setra
kebuutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan tuhan.
(Yani, 2000).

xx
B. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh (Brunner &
Suddart, 2015)
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadi rasa kesemutan , kapan menurunya perabaan dan
terjadinya luka, penyebab terjadinya luka, serta upaya yang telah dilakukan
penderita untuk mengatasinya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM, adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
atheroskelosis, dan gejala-gejala awal diabetes seperti polyuria, polidisi,
polifagia, kulit kering dan penurunan berat badan (brunner & suddart, 2015)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya DM seperti hipertensi.
4) Riwayat psikososial
Meliputi formasi mengenai perlilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita. Gejala fisik yang sering dikaitkan dengan depresi seperti
perubahan berat badan atau menurunnya nafsu makan, insomnia, hilangnya
energy dan kelelahan. Gejala depresi pada pasien perawatan paliati meliputi :
a) Perasaan putus asa yang berlebihan, rasa bersalah, tidak berharga

xxi
b) Penarikan sosial, kehilangan kenikmatan dalam aktivitas sehari-hari
c) Sebuah harapa untuk kematian dini (atau berpikir bunuhu diri).

d. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan


tanda-tanda vital

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adanya gangguan pendengaran,


lidah sering terasa tebal, adanya pengelihatan kabur atau ganda,
diplopia dan lensa mata keruh.

3) Sistem Integumen

Adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelambapan dan suhun
kulit disekitar luka, kemerahan pada kulit disekitar luka, tekstir kuku
dan rambut

4) Sistem pernapasan
Adalah sessak napas, batuk, sputum dan nyeri dada
5) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan perifer menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia.

6) Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstopasi, dehidrasi


dan perubahan berat badan.

7) Sistem urinary

xxii
Poliuri, retensi urin atau inkontinensia urin.

8) Sistem muskuluskletal

Adanya deformitas, cepat lelah, lemas, serta adanya ganggren di


ekstermitas

9) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensori, parathesia, anesthesia, letargi, mengantuk,


refleks lambat dan disorientasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi


nutrient, faktor psikologis
b. Ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin.
c. Gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
neuropati perifer
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabolim,
nyeri
e. distress spirituan berhubungan dengan kondisi penyakit kronis,
menjelang ajal, peningkatan keetergantungan terhadap orang lain,
kejadian hidup yang diharapkan
f. harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan peran
sosial
g. keputusasaan berhubungan dengan stress jangka panjang, kehilangan
kepercayaan pada kekuatan spiritual

xxiii
h. kesiapan peningkatan kopng keluarga dibuktikan dengan pasien
mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri,
mengekspresikan kepuasan dengan diri, harga diri, penampilan peran,
citra tubuh dan identitas pribadi

3. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Intervensi utama
berhubungan intervensi 1. manajemen nyeri
dengan keperawatan 2. promosi berat badan
ketidakmampuan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
mengabsorsi maka status nutrisi 1. edukasi diet
nutrient, faktor membaik dengan 2. konseling nutrisi
psikologis kriteria hasil : 3. manajemen reaksi alergi
- serum albumin 4. pemantauan cairan
meningkat 5. pemantauan nutrisi
- pengetahuan tentang 6. manajemen gangguan
pilihan makanan yang makanan
sehat meningkat 7. pemberian makanan
- pengetahuan 8. pemberian makanan
tenatang standar pariental
asupan nutrisi yang 9. pemberian obat intravena
tepat meningkat
- berat badan indeks
masa tubuh (IMT)
membaik

xxiv
2. Ketidak Setelah dilakukan Intervensi utama
stabilan kadar intervensi 1. menejemen hiperglikemia
glukosa darah keperawatan 2. menejemen hipoglikemia
berhubungan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
dengan resistensi maka kadar glukosa 1. dukungan kepatuhan
insulin. darah membaik program pengobatan
dengan kriteria hasil : 2. edukasi diet
- kadar glukosa dalam 3. edukasi proses penyakit
darah membaik 4. identifikasi resiko
- kadar glukosa dalam 5. pelibatan keluarga
urin membaik 6. promosi dukungan keluarga
- keluhan lapar 7. promosi kesadaran diri
menurun
- lelah/lesu menurun
3. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama
integritas kulit intervensi 1. perawatan integritas kulit
atau jaringan keperawatan 2. perawatan luka
berhubungan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
dengan neuropati maka integritas kulit 1. dukungan perawatan diri
perifer dan jaringan 2. edukasi perawatan diri
meningkat dengan 3. edukasi perawatan kulit
kriteria hasil : 4. pelaporan status kesehatan
- kerusakan jaringan 5. pemberian obat
menurun
- kerusakan lapisan
kulit menurun
- nyeri menurun

xxv
4. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama
mobilitas fisik intervensi 1. dukungan ambulasi
berhubungan keperawatan 2. dukungan mobilisasi
dengan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
perubahan maka mobilitas fisik 1. dukungan perawatan diri
metabolim, nyeri meningkat dengan 2. edukasi teknik ambulasi
kriteria hasil : 3. manajemen nyeri
- pergerakan 4. manajemen program latihan
ekstermitas meningkat
- kekuatan otot
meningkat
- Kekuatan gerak
(ROM) meningkat

5. distress Setelah dilakukan Intervensi utama


spirituan intervensi 1. dukungan spiritual
berhubungan keperawatan Intervensi pendukung
dengan kondisi selama…. × 24 jam 1. dukungan emosional
penyakit kronis, maka status spiritual 2. dukungan keyakinan
menjelang ajal, membaik dengan 3. dukungan pelaksanaan
peningkatan kriteria hasil : ibadah
keetergantungan - verbalisasi makna 4. promosi dukungan spiritual
terhadap orang dan tujuan hidup
lain, kejadian meningkat
hidup yang - verbalisasi kepuasan
diharapkan terhadap makna hidup
meningkat
-verbalisasi perasaan
tenang meningkat
- perilaku marah pada

xxvi
tuhan menurun
- kemampuan ibadah
membaik

6. harga diri Setelah dilakukan Intervensi utama


rendah intervensi 1. manajemen perilaku
situasional keperawatan 2. promosi harga diri
berhubungan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
dengan maka harga diri 1. dukungan emosional
perubahan peran meningkat dengan 2. dukungan pengambilan
sosial kriteria hasil : keputusan
- penilaian diri positif 3. promosi kepercayaan diri
meningkat
- perasaan memiliki
kelebihan atau
kemampuan positif
meningkat
- perasaan bersalah
menurun
- perasaan tidak
mampu melakukan
apapun menurun

xxvii
7. keputusasaan Setelah dilakukan Intervensi utama
berhubungan intervensi 1. dukungan emosional
dengan stress keperawatan Intervensi pendukung
jangka panjang, selama…. × 24 jam 1. fasilitasi pengungkapan
kehilangan maka harapan perasaan
kepercayaan membaik dengan 2. fasilitasi perasaan bersalah
pada kekuatan kriteria hasil : 3. pelibatan keluarga
spiritual - verbalisasi 4. promosi dukungan keluarga
keputusasaan menurun 5. promosi dukungan sosial
- keterlibatan dalam 6. promosi dukungan spiritual
aktivitas perawatan
meningkat

8. kesiapan Setelah dilakukan Intervensi utama


peningkatan intervensi 1. dukungan koping keluarga
kopng keluarga keperawatan 2. pelibatan keluarga
dibuktikan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
dengan pasien maka status koping 1. dukungan keluarga
mengekspresikan keluarga membaik merencanakan perawatan
keinginan untuk dengan kriteria hasil : 2. edukasi manajemen stres
meningkatkan - kemampuan 3. koordinasi diskusi keluarga
konsep diri, memenuhi kebutuhan 4. promosi kesiapan
mengekspresikan anggota keluarga penerimaan informasi
kepuasan dengan menurun
diri, harga diri, - perilaku sehat
penampilan membaik
peran, citra
tubuh dan
identitas pribadi

xxviii
4. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat
serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terahir dalam proses keperawatan yang
berisi tentang kegiatan dengan melibatkan perawat, klien dan anggota tim
kesehatan lainnya secara terus menerus dan merupakan suatu kesengajaan.
Alasan mengapa dilakukan evaluasi adalah untk menilai apakah tujuan
dalam rencana tindakan tercapai atau tidak, serta melakukan pengkajian
ulang. Ada tiga alternative untuk menilai sejauh mana tujuan tersebut
tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian dan tujuan tidak
tercapai. Apabila tujuan tidak tercapai maka perawat harus melakukan
pengkajian ulang yang berdasarkan dari hasil evaluasi.
Evaluasi dan pengkajian ulang akan menolong perawat dalam
mengembangkan ketrampilan menulis rencana keperawatan yang efektif dan
realistis untuk menangani masalah klien.

xxix
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan


kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut
seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.

B. Saran

Sebaiknya para pembaca memahami tentang diabetes mellitus dan dapat


menerapkan pengetahuan mengenai penyakit ini, agar banyak yang mengetahui
bahaya penyakit tesebut. Bagi para pembaca hendaknya kita menjaga lingkungan
sekitar kita dan mulai bisa mengontrol makanan yang dapat membuat kadar gula
kita naik serta dianjurkan agar kita mengecek kadar gula kita untuk
mewaspadainya dan jangan lupa untuk mengkonsumsi makanan yang sehat.

xxx
DAFTAR PUSTAKA

Scribd.com. (2022 22, februari). Makalah Paliatif Pasien DM. Diakses pada 31
september 2022, dari https:// ://www.scribd.com/document/536170227/ MAKALAH-
PALIATIF-PASIEN-DM

Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth.Jakarta: EGC

Buku ajar Fisiologi Guyton.

Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical Nursing
Ed.5.Mosby

Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media

xxxi
xxxii

Anda mungkin juga menyukai