DAN PALIATIF
(Diabetes Melitus)
KELOMPOK 1
Fira (202001097)
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Segala puji bagi Allah SWT. karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri
teladan bagi umat manusia.
Kami mengucap syukur kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diabetes Melitus” guna
memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Dan apabila terdapat kata-kata yang salah, kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
DATAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR…………...……………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..2
A. Latar Belakang………………………………………………………………...2
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..3
C. Tujuan…………………………………………………………………...…….3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...4
iii
A. KESIMPULAN…………………………………………………………..27
B. SARAN…………………………………………………………………..27
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..28
BAB I
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan seorang perawat sangat penting
dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan
mahasiswa keperawatan dapat memahami dan menguasai konsep asuhan
keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
v
jugamembutuhkan perawatan paliatif dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana konsep dasar dari penyakit Diabetes Melitus?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari penaykit Diabetes Melitus
2. Untuk memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Melitus
BAB II
PEMBAHASAN
vi
1. Pengertian
2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :
a. Diabetes Mellitus tipe I
vii
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
2) Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah padaaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang
menimbulkan ekstruksi sel beta.
b. Diabetes Mellitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe II
antara lain :
1) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun, tetapi
pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada umur 11
sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak menghasilkan insulin.
2) Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat hormon
insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam menghantar glukosa
yang ada dalam darah. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan
dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemulihan toleransi
glukosa. Obesitas terjadi karena tubuh kelebihan lemak minimal 20% dari
berat badan ideal. Menurut Adriani (2012) obesitas digolongkan menjadi
3 kelompok
a) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
viii
c) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Klasifikasi IMT (Indeks Masa Tubuh) menurut Tjokoprawiro (2015)
pencegahan diabetes ada 2 yaitu :
a) IMT <18,5 : BB kurang
b) IMT 18,5-22,9 : BB normal
c) IMT > 23,0 : BB lebih
d) IMT 23,0-24,9 : dengan resiko
e) 25,0-29,9 : obesitas I
f) IMT >30 : obesitas II
3. Manifestasi Klinis
ix
j. Mudah terkena infeksi
k. Gatal pada kemaluan
4. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut Riyadi &Sukarmin (2008) :
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) yaitu defisiensi insulin karena
kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel
pulau langerhans di pankreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan
produksi insulin.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yaitu diabetes resisten
sering terjadi pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan
penderita mengalami kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar,
mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres.
c. Diabetes type lain adalah DM yang terjadi karena penyakit lain, penyakit
pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor
insulin, sindroma genetik tertentu.
d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa) yaitu kadar
glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau menjadi
normal atau tetap tidak berubah.
e. Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) yaitu intoleransi yang terjadi selama
kehamilan
5. Patofisilogi
Terjadi pada kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan
autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak
kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
x
terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang
luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetes (Askandar, 2001 dalam Andra Safer, 2013).
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding
pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer,
kolagen, keratin, dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar.
Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan area kalus. Selanjutnya terbentuk
kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
menghalangi resolusi. Mikrooranisme yang masuk mengadakan kolonasi di
daerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection.
Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit
dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.
xi
tidak memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada
autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering, antihidrosis
yang memudahkan kulit menjadi rusak dan mengkontribusi untuk terjadinya
ganggren. Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer yang
mempengaruhi kepada saraf sensorik dan motorik yang menyebabkan sensasi
nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.
xii
diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2,
umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka
mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis. Menurut
Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati visceral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
7. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa darah
b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan
c. Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
xiii
a. Tes saring
Tes-tes saring pada DM
1) GDP, GDS
2) Tes glukosa urine
b. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Glukosa darah 2
jam post prandial), Glukosa jam ke 2 TTGO.
c. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah
1) GDP plasma vena, darah kapiler
2) GD2PP : plasma vena
3) A1c darah vena, darah kapiler
d. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
1) Mikroalbuminuria urine
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)
6) Trigliserida: plasma vena (puasa)
8. Komplikasi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes
mellitus adalah:
a. Komplikasi akut
1) Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemis terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetic yang
melebihi dosis yang dianjurkan singga terjadi penurunan glukosa dalam
xiv
darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam
sel.
2) Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber
alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa
maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan
mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton
yang berlebih dapat mengakibatkan asidosis.
3) Koma hipersmolar non ketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel
karena banyak diekresi lewat urine.
b. Komplikasi kronik
1) Makroangiopati
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah otak. Pembuluh darah pada pembuluh darah
besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi padaDMTTI/
NIDDM. Komplikasi magroangiopati adalah penyakit vaskuler otak,
penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler parifer.
2) Mikroangiopati
Mikroangipati yang mengalami pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetik. Perubahan- perubahan mikrovaskuler yang
ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTTI/ IDDM yang
terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.
3) Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4) Infeksi
xv
Retansi infeksi seperti tuberculusis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih.
5) Kaki diabetik
Pembuluh mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan
perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi
gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren, penurunan sensasi dan
hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau
tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan ganggren.
9. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), antara lain:
1) Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
a) Golongan sulfoniluria
Cara kerjanya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan
insulin. Jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja bila sel-sel beta utuh,
mengalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon. Indikasi
pemberian obat golongan sulfoniluria adalah bila berat badan sekitar
ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin
kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stres akut, seperti infeksi berat.
b) Golongan biguanid
Cara kerjanya tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid
dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya
tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Efek samping obat ini
(metformin) menyebabkan anoreksia, nausea, nyeri abdomen dan
diare.
c) Alfa glukosidase inhibitor
xvi
Cara kerjanya menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen
usus dan tidak menyebabkan hiperglikemia dan tidak berpengaruh
pada kadar insulin.
d) Insulin sensitizing agent
Mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai
masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
xvii
c) Lemak
Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori/ gram.
Bahkan makanan ini sangat penting untuk membawa vitamin larut
dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Berdasarkan ikatan
rantai karbonnya, lemak dikelompokkan menjadi lemak jenuh dan
tidak jenuh. Pembatasan lemak jenuh dan kolesterol sangat disarankan
bagi diabetisi karena terbukti dapat memperbaiki profil lipid tidak
normal yang sering dijumpai pada diabitis.
2) Jadwal makan
Jadwal makan pengidap diabetes mellitus dianjurkan lebih sering dengan
porsi sedang. Disamping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam
dianjurkan juga porsi makanan ringan di sela- sela waktu tersebut.
3) Jumlah kalori
Jumlah kalori perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur,
ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani. Penentuan 24 status gizi
dapat dipakai indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Brocca.
xviii
4) Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang
lebih setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal
Intensity Progressive Endurance). Latihan dilakukan terus- menerus tanpa
henti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE
minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu, sedangkan 2 hari yang
lain dapat digunakan untuk melakukan oahraga kesenangannya. Adanya
kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan
penarikan glukosa kedalam sel. Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari
(sebelum jam 06.00) karena selain udara yang masih bersih juga suasana
yang belum ramai sehingga membantu penderita lebih nyaman dan tidak
mengalami stress yang tinggi. Olahraga yang teratur akan memperbaiki
sirkulasi insulin dengan cara meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh
darah sehingga membantu masuknya glukosa ke dalam sel (Riyadi &
Sukarmin, 2008).
10. Pencegahan
Tips umum dalam upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus
menurut Nabyl R.A (2012) dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Bila kegemukkan segera turunkan berat badan
b. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, joging, dan jalan cepat)
paling tidak lakukan 3 kali seminggu
c. Minum gula sedikit mungkin atau seperlunya karena bukan merupakan
bagian penting dari diet. Zat karbohidrat (misal beras sereal, bakmi, roti,
kentang) bisa memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan tubuh
Setelah umur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun,
terutama bagi anda dengan riwayat keluarga penderita diabetes mellitus
xix
11. Dampak Diabetes Melitus Terhadap Aspek Biologis, Psikologis, Sosial Dan
Spiritual Pasien.
a. Aspek Biologis
DM pada umumnya bisa dicegah dengan menghindari diri dari
kebiasaan buruk dalam keseharian. Penyakit-penyakit tersebyt pada
umumnnya berasal dari akumulasi gaya hidup dan konsimsi
makanan tidak sehat yang secara terus menerus dilakukan sampai
akhirnya tubuh tidak mampu lagi mengatasi dan menyebabkan
fungsi fisik tubuh terganggu.
b. Aspek Psikologis
Adaptasi psikologis salah satunya bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman dan aman. Kecemasan pada penderita diabeter mellitus
dikarenakan bahwa diabetes dianggap merupakan suatu penyakit
yang menakutkan.
c. Aspek Sosial
Aspek sosial pada penderita diabetes mellitus sangat penting
diperhatikan karena pada kenyataannya diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis yang mempunyai muatan psikologis,
sosial dan perilaku yang besar. Bentuk dari dukungan sosisal yang
dibutuhkan oleh penderita diabetes mellitus dapat berupa dukungan
informasi, emosional, dan dukungan penilaian.
d. Aspek Spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, setra
kebuutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan tuhan.
(Yani, 2000).
xx
B. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh (Brunner &
Suddart, 2015)
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadi rasa kesemutan , kapan menurunya perabaan dan
terjadinya luka, penyebab terjadinya luka, serta upaya yang telah dilakukan
penderita untuk mengatasinya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM, adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
atheroskelosis, dan gejala-gejala awal diabetes seperti polyuria, polidisi,
polifagia, kulit kering dan penurunan berat badan (brunner & suddart, 2015)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya DM seperti hipertensi.
4) Riwayat psikososial
Meliputi formasi mengenai perlilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita. Gejala fisik yang sering dikaitkan dengan depresi seperti
perubahan berat badan atau menurunnya nafsu makan, insomnia, hilangnya
energy dan kelelahan. Gejala depresi pada pasien perawatan paliati meliputi :
a) Perasaan putus asa yang berlebihan, rasa bersalah, tidak berharga
xxi
b) Penarikan sosial, kehilangan kenikmatan dalam aktivitas sehari-hari
c) Sebuah harapa untuk kematian dini (atau berpikir bunuhu diri).
d. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
3) Sistem Integumen
Adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelambapan dan suhun
kulit disekitar luka, kemerahan pada kulit disekitar luka, tekstir kuku
dan rambut
4) Sistem pernapasan
Adalah sessak napas, batuk, sputum dan nyeri dada
5) Sistem kardiovaskuler
6) Sistem gastrointestinal
7) Sistem urinary
xxii
Poliuri, retensi urin atau inkontinensia urin.
8) Sistem muskuluskletal
9) Sistem neurologis
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
xxiii
h. kesiapan peningkatan kopng keluarga dibuktikan dengan pasien
mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri,
mengekspresikan kepuasan dengan diri, harga diri, penampilan peran,
citra tubuh dan identitas pribadi
3. INTERVENSI
xxiv
2. Ketidak Setelah dilakukan Intervensi utama
stabilan kadar intervensi 1. menejemen hiperglikemia
glukosa darah keperawatan 2. menejemen hipoglikemia
berhubungan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
dengan resistensi maka kadar glukosa 1. dukungan kepatuhan
insulin. darah membaik program pengobatan
dengan kriteria hasil : 2. edukasi diet
- kadar glukosa dalam 3. edukasi proses penyakit
darah membaik 4. identifikasi resiko
- kadar glukosa dalam 5. pelibatan keluarga
urin membaik 6. promosi dukungan keluarga
- keluhan lapar 7. promosi kesadaran diri
menurun
- lelah/lesu menurun
3. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama
integritas kulit intervensi 1. perawatan integritas kulit
atau jaringan keperawatan 2. perawatan luka
berhubungan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
dengan neuropati maka integritas kulit 1. dukungan perawatan diri
perifer dan jaringan 2. edukasi perawatan diri
meningkat dengan 3. edukasi perawatan kulit
kriteria hasil : 4. pelaporan status kesehatan
- kerusakan jaringan 5. pemberian obat
menurun
- kerusakan lapisan
kulit menurun
- nyeri menurun
xxv
4. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama
mobilitas fisik intervensi 1. dukungan ambulasi
berhubungan keperawatan 2. dukungan mobilisasi
dengan selama…. × 24 jam Intervensi pendukung
perubahan maka mobilitas fisik 1. dukungan perawatan diri
metabolim, nyeri meningkat dengan 2. edukasi teknik ambulasi
kriteria hasil : 3. manajemen nyeri
- pergerakan 4. manajemen program latihan
ekstermitas meningkat
- kekuatan otot
meningkat
- Kekuatan gerak
(ROM) meningkat
xxvi
tuhan menurun
- kemampuan ibadah
membaik
xxvii
7. keputusasaan Setelah dilakukan Intervensi utama
berhubungan intervensi 1. dukungan emosional
dengan stress keperawatan Intervensi pendukung
jangka panjang, selama…. × 24 jam 1. fasilitasi pengungkapan
kehilangan maka harapan perasaan
kepercayaan membaik dengan 2. fasilitasi perasaan bersalah
pada kekuatan kriteria hasil : 3. pelibatan keluarga
spiritual - verbalisasi 4. promosi dukungan keluarga
keputusasaan menurun 5. promosi dukungan sosial
- keterlibatan dalam 6. promosi dukungan spiritual
aktivitas perawatan
meningkat
xxviii
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terahir dalam proses keperawatan yang
berisi tentang kegiatan dengan melibatkan perawat, klien dan anggota tim
kesehatan lainnya secara terus menerus dan merupakan suatu kesengajaan.
Alasan mengapa dilakukan evaluasi adalah untk menilai apakah tujuan
dalam rencana tindakan tercapai atau tidak, serta melakukan pengkajian
ulang. Ada tiga alternative untuk menilai sejauh mana tujuan tersebut
tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian dan tujuan tidak
tercapai. Apabila tujuan tidak tercapai maka perawat harus melakukan
pengkajian ulang yang berdasarkan dari hasil evaluasi.
Evaluasi dan pengkajian ulang akan menolong perawat dalam
mengembangkan ketrampilan menulis rencana keperawatan yang efektif dan
realistis untuk menangani masalah klien.
xxix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
xxx
DAFTAR PUSTAKA
Scribd.com. (2022 22, februari). Makalah Paliatif Pasien DM. Diakses pada 31
september 2022, dari https:// ://www.scribd.com/document/536170227/ MAKALAH-
PALIATIF-PASIEN-DM
Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical Nursing
Ed.5.Mosby
xxxi
xxxii