Anda di halaman 1dari 29

PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS

TENTANG KOMPLIKASI DIABETES MELITUS

PROPOSAL

OLEH
DEVIANTO AMANGA
NIM. 21200023

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


JULI 2023
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................................5
E. Bagi Institusi Pendidikan...................................................................................................5
F. Bagi Pelayanan Keperawatan.............................................................................................5
G. Bagi Peneliti Selanjutnya...................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................7


A. Pengertian Pengetahuan.....................................................................................................7
B. Fungsi Pengetahuan............................................................................................................7
C. Sumber-Sumber Pengetahuan............................................................................................7
D. Tingkat pengetahuan..........................................................................................................7
E. Cara memperoleh pengetahuan..........................................................................................9
F. Proses Prilaku “TAHU”...................................................................................................10
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan...........................................................10
H. Kriteria tingkat pengetahuan............................................................................................12
I. Defenisi Diabetes Melitus................................................................................................12
J. Faktor Penyebab Diabetes Melitus...................................................................................13
K. Manifestasi Klinik............................................................................................................15
L. Komplikasi Diabetes Melitus...........................................................................................16
M. Komplikasi jangka pendek (akut)....................................................................................16
N. Komplikasi jangka panjang (kronik)................................................................................18

BAB III KERANGKA KONSEP.....................................................................................................22


A. Kerangka Penelitian.........................................................................................................22
B. Defenisi Operasional........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan seksresi insulin, kerja insulin

atau keduanya. World Health Organization (WHO) Diabetes Melitus merupakan suatu

kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana didapati defisiensi

insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Gustian, 2012).

Diabetes Melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan

metabolisme karbohidrat dan lemak yang relative kekurangan insulin. Diabetes melitus

yang utama di klasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe I Insulin Dependen Diabetes

Melitus (IDDM) dan tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

(Hasdianah, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke empat

terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6% dari total

penduduk sedangkan posisi urutan diatasnya yaitu India, China dan Amerika Serikat dan

WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4

juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun2030. Diperkirakan jumlah

penderita Diabetes Melitus akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina,

Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta), tahun 2020 menjadi 300 juta

orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (PERKENI, 2011).

1
Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi

Diabetes Melitus sebesar 1,5-2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan

di daerah urban prevalensi Diabetes Melitus sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar

7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan Negara maju,

sehingga Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius,

dan dapat terjadi pada lansia (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).

Di Indonesi menurut International Diabetes Foundation (IDF) terdapat 1785

penderita diabetes melitus yang mengalami komplikasi neuropati (63,5%), retinopati

(42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki

diabetik (15%). Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan, maka tindakan pencegahan

yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah timbulnya

komplikasi, yaitu dengan melakukan kontrol kadar gula darah, latihan jasmani,

konsumsi obat anti diabetik, dan perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh

penderita diabetes melitus (Purwanti, 2013).

Komplikasi Diabetes melitus jangka lama termasuk penyakit kardiovaskuler

(risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina

yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan

impotensi dan ganggren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih

umum bila kontrol kadar gula darah buruk (Purnamasari, 2009).

Penyakit diabetes melitus kebanyakan adalah penyakit keturunan tetapi bukan

penyakit menular. Meskipun demikian, tidaklah berarti penyakit tersebut pasti

menurun kepada anak. Walaupun kedua orangtua menderita penyakit diabetes


melitus, kadang-kadang anaknya tidak ada yang menderita penyakit tersebut

(Tjokroprawiro, 2011).

Angka kesakitan dan kematian pada diabetes melitus meningkat diberbagai

negara, hal ini dikaitkan dengan insidensi yang sangat cepat meningkat dan

progresivitas penyakitnya juga disebabkan faktor ketidaktahuan penderita sendiri,

atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan komplikasi yang lanjut

dan berat. Kalau ditinjau lebih dalam lagi, ternyata hiperglikemia ini merupakan awal

bencana bagi penderita diabetes, hal ini terbukti dan terjadi juga pada penderita

dengan gangguan toleransi glukosa yang sudah terjadi kelainan komplikasi vaskuler

(Permana, 2006).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa upaya

pencegahan harus dimulai sejak awal, yaitu saat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)

ataupun sejak ditemukannya faktor risiko diabetes melitus yang dapat diperbaiki.

Upaya perubahan gaya hidup yang meliputi penurunan berat badan dengan

mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik, harus selalu ditekankan

mengingat tingkat keberhasilan yang cukup baik, biaya yang rendah serta hampir

tanpa risiko (Soewondo, 2006).

Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2003 dalam

Wawan & Dewi 2011). Pengetahuan pasien diabetes melitus dapat diartikan sebagai

hasil tahu dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, dan memahami

pencegahan, pengobatan maupun komplikasinya.


Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan

sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah

mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan tidak

mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan

sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka akan

menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2014).

Melihat permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus


B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes

melitus

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes melitus

tentang komplikasi diabetes melitus

D. Manfaat Penelitian

E. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi Mahasiswa keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai bahan kajian bagi Mahasiswa yang tertarik

untuk meneliti tentang pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes

melitus.

F. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data dasar, dan sumber

informasi dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan, terutama untuk pemberian

pendidikan kesehatan berupa pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi diabetes

melitus.
G. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitan ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan yang

berharga bagi penelitian berikutnya. Terutama bagi penelitian yang menyangkut

pengetahuan tentang komplikasi diabetes melitus.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek

terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

B. Fungsi Pengetahuan
Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan

merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur,

tersistematis, menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan menggunakan

metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai

pengendali moral dari pada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003

dalam Wawan & Dewi, 2011).

C. Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu bersumber pada

daya indrawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan indrawi dimiliki oleh manusia

melalui kemampuan indranya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan


diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung kekuatan psikis, daya indra memiliki

kemampuan menghubungkan hal-hal konkret material dalam ketunggalannya.

Pengetahuan indrawi bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap

indra. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia,

melalui rasio intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk atau

kodrat objek dan tetap menyimpannya di dalam dirinya (Notoatmodjo, 2003 dalam

Wawan & Dewi, 2011).

D. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat

yaitu :

1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.

Orang telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu

objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- criteria yang telah ada.
E. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi 2011 Cara mengetahui

pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan


a. Cara coba salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat

baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai

prinsip orang lain yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi


Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan


Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir

suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan

penelitian ilmiah.
F. Proses Prilaku “TAHU”
Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia

baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan yakni:

1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan
terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pada penelitian selanjutnya, menurut Notoatmodjo (2014), menyimpulkan bahwa

pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh

pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(ling lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung

lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan

sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti

pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan

dipengaruhi oleh factor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Faktor internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.


Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut

Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan

serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2014), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3. Umur
Menurut Notoatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang

belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

2. Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2014), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.


2. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi.

H. Kriteria tingkat pengetahuan


Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan seseorang

dapat diketahui dan di interprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%


2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : Hasil presentase < 56%

I. Defenisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan

kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi

makrovaskuler dan neurologis. Dalam sumber buku lain diabetes melitus adalah

sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan untuk berespon

terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh

pankreas. Diabetes melitus juga didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik yang

ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada

membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. Diabetes dapat

diklasifikasikan menjadi diabetes tipe I (insulin dependent diabetes melitus atau IDDM),

tipe II (non insulin dependent diabetes melitus atau NIDDM), diabetes melitus tipe yang

lain, impaired glukosa tolerancei (gangguan toleransi glukosa), gastrointestinal diabetes

melitus (GDM) (Riyadi & Sukarmin, 2008).


J. Faktor Penyebab Diabetes Melitus
Menurut Tandra, (2007) umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya

sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada

pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.

Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi

insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena

kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.

Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis

mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit tersebut, antara lain :

1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh

tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Konsumsi makan yang berlebihan

dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat

menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan

diabetes melitus.

2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memilik peluang lebih

besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk

berpotensi untuk terserang diabetes melitus.

3. Faktor genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab

diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus.

Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat

kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,

radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak

ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.

Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi

pankreas.

5. Penyakit dan infeksi pada pankreas


Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang

pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada

sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit

seperti kolestrol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan risiko terkema diabetes

mellitus.

6. Pola hidup
Pola hidup juga sanga mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus. Jika orang

malas berolah raga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes

melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam

tubuh.

a. Kadar kortikosteroid yang tinggi


b. Kehamilan diabetes gestasional akan hilang setelah melahirkan.
c. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
d. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

Faktor-faktor di atas adalah sebagian contoh dari penyebab diabetes melitus,

sebenarnya masih banyak sekali faktor-faktor pemicu diabetes melitus. Dengan

menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat merupakan pencegahan awal

penyakit diabetes melitus. Mulailah pola makan dan pola hidup sehat sekarang

(Hasdianah, 2012).
K. Manifestasi Klinik
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008) manifestasi klinik yang sering dijumpai pada

pasien diabetes melitus yaitu : Poliuria (peningkatan pengeluaran urine), Polidipsia

(peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang

menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena

air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma

yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH

(antideuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus. Rasa lelah dan kelemahan otot

akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan

ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

Polifagia (peningkatan rasa lapar). Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein

sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,

gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi

didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti diketiak dan di bawah payudara biasanya akibat

tumbuhnya jamur. Kelainan genekologis, Keputihan dengan penyebab tersering yaitu

jamur terutama candida. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Pada penderita

diabetes mellitus regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan

bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan

terutama perifer mengalami kerusakan. Kelemahan tubuh, Kelemahan tubuh terjadi

akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses

glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal. Luka atau bisul yang tidak sembuh-

sembuh. Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan

unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus bahan protein banyak di

formulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk

penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh
juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita

diabetes melitus. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi ejakulasi dan dorongan

seksualitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormon testoteron. Pada

kondisi optimal (periodik hari ke-3) maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan

seksual. Penderita diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormon seksual

akibat kerusakan testoteron dan sistem yang berperanan. Mata kabur yang disebabkan

katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin

juga disebabkan kelainan pada corpus vitreum.

L. Komplikasi Diabetes Melitus


Menurut American Diabetes Association (2013) kadar glukosa darah yang tidak

terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik

yang bersifat akut maupun yang kronik. Komplikasi akut yaitu: Ketoasidosis Diabetik,

Hipoglikemia, Hiperglikemia. Komplikasi kronik yaitu: Penyakit Jantung Koroner,

Komplikasi Mata (retinopati diabetik), Gangguan Ginjal (nefropati diabetik), Gangguan

Saraf (neuropati diabetik), Komplikasi kaki, Komplikasi Kulit, dan Kesehatan Jiwa

(mental health).

M. Komplikasi jangka pendek (akut)


Komplikasi akut merupakan komplikasi diabetes yang terjadi dalam jangka pendek,

atau bersifat mendadak.

1. Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik adalah suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan koma

diabetes (pingsan untuk waktu yang lama) atau bahkan kematian. Ketika sel-sel kita

tidak mendapatkan glukosa yang mereka butuhkan untuk energi, tubuh kita mulai

membakar lemak untuk energi, yang menghasilkan keton.


Keton adalah bahan kimia yang tubuh menciptakan ketika itu rusak lemak

digunakan untuk energi. Tubuh melakukan hal ini ketika tidak memiliki cukup

insulin untuk menggunakan glukosa, sumber normal tubuh energi. Gejala-gejala

ketoasidosis ditunjukkan dengan beberapa hal, yaitu mulut kering, rasa haus,

intensitas buang air kecil jadi lebih sering (poliuria), mual, muntah, dan terkadang

nyeri perut. Selain gejala-gejala tersebut, ada pula gejala lanjutan seperti kesulitan

bernapas, dehidrasi, rasa mengantuk, dan yang terparah adalah keadaan koma. Saat

seseorang mengalami ketoasidosis maka perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk

mendapatkan penanganan medis cepat. Penanganan ketoasidosis biasanya dilakukan

dengan pemberian injeksi insulin dan mengganti cairan tubuh yang hilang dan kadar

ion kalium pada darah yang turut berkurang akibat seringnya buang air kecil

(poliuria).

2. Hipoglikemia
Hipoglikemia yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan kadar glukosa darah sangat

rendah, biasanya kurang dari 70 mg/dl. Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya

koma (hilang kesadaran) hingga kerusakan otak. Pada umumnya, orang yang

memiliki penyakit diabetes berisiko mengalami serangan hipoglikemia. Namun,

orang yang tidak menderita diabetes pun bisa juga terserang hipoglikemia. Secara

umum, penyebab hipoglikemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipoglikemia yang

berkaitan dengan obat dan hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan obat.

Hipoglikemia yang berkaitan dengan obat adalah hipoglikemia yang timbul karena

penggunaan obat-obatan. Ini umumnya terjadi pada penderita diabetes yang

mengonsumsi obat penurun kadar gula darah. Sementara itu, hipoglikemia yang tidak

berkaitan dengan obat bisa disebabkan karena berpuasa, aktivitas fisik berlebihan,

dan dampak dariasupan makanan dan minuman. Kekurangan asupan karbohidrat

juga bisa menjadi penyebab hipoglikemia. Hipoglikemia berat berpotensi


menyebabkan kecelakaan, cedera, koma, dan kematian.

3. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan,

yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu

suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya

glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel.

Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan

tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta

kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. Hiperglikemia adalah kondisi yang

disebabkan kadar gula darah puncak terukur sebesar 600 mg/dL. Ketika gula darah

mencapai level ini, darah menjadai kental dan manis. Kelebihan gula lantas dibuang

ke dalam air seni yang memicu pembuangan jumlah besar cairan dari tubuh. Jika

tidak ditangani, Hiperglikemia dapat menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan

koma.

N. Komplikasi jangka panjang (kronik)


1. Penyakit jantung koroner
Komplikasi diabetes pada pembuluh darah jantung sangat membahayakan,

mengingat penyakit ini merupakan penyakit serius yang dapat mengakibatkan

kematian. Jantung berperan dalam mengedarkan darah ke seluruh organ tubuh.

Apabila darah semakin mengental akibat tingginya kadar gula dalam darah, maka

dapat menyebabkan jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah.

Akibatnya pada pasien diabetes melitus, muncul gejala jantung berdebar-debar dan

perasaan mudah lelah meskipun tidak melakukan aktivitas yang berat. Kondisi ini

diperparah jika penderita diabetes mempunyai timbunan lemak pada jantung. Selain

menyebabkan gangguan pada jantung juga dapat menyebabkan penyakit hipertensi.


2. Komplikasi Mata (Retinopati Diabetik)
Komplikasi diabetes selanjutnya terjadi pada pembuluh darah yang melewati retina

mata, ini disebut retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan penyebab utama

kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia. Kerusakan retina yang sudah berat

akan membuat penderita buta permanen. Retinopati terjadi karena adanya kerusakan

pada pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata. Kerusakan ini menyebabkan

kebocoran dan terjadinya penumpukan cairan yang megandung lemak serta

pendarahan pada retina. Risiko terjadinya retinopati pada penderita diabetik

dipengaruhi oleh lamanya penyakit diabetes terjadi. Semakin lama seseorang

mengidap diabetes maka semakin besar kemungkinan terjadinya kondisi retinopati

diabetik. Mengingat besarnya bahaya retinopati ini, maka bagi penderita diabetes

dianjurkan untuk selalu memeriksakan mata secara berkala ke rumah sakit.

3. Gangguan Ginjal (Nefropati Diabetik)


Gangguan ginjal atau nefropati akibat diabetes terjadi ketika penumpukan gula dalam

pembuluh darah merusak elemen penyaring dalam ginjal yang disebut nefron. Akibat

rusaknya sistem penyaringan ini maka akan terjadi kebocoran pada ginjal. Kebocoran

ini ditandai dengan keluarnya albumin bersama urine. Apabila gangguan pada ginjal

ini tidak segera diobati, maka dapat menimbulkan gagal ginjal. Jika sudah begini,

penderita harus melakukan cuci darah dan cangkok ginjal agar dapat bertahan hidup.

Kerusakan pada ginjal dapat dicegah jika sejak dini sudah dideteksi melalui

pemeriksaan darah dan air seni. Ironisnya, mayoritas penderita tidak mengetahui jika

telah menderita gangguan pada ginjal. Untuk itu deteksi dini dari ketidakberesan

ginjal menjadi sangat penting dan memungkinkan pengobatan yang sesuai sebelum

terjadi kerusakan ginjal atau terjadi manifestasi penyakit yang lebih parah karena

komplikasi yang lain. Bagi penderita diabetes sebaiknya rutin memeriksakan diri ke

dokter.
4. Gangguan Saraf (Neuropati Diabetik)
Gangguan pada saraf karena diabetes disebut dengan istilah neuropati diabetik.

Gangguan saraf terjadi karena tumpukan gula darah merusak sel-sel saraf. Gangguan

ini bila tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kelumpuhan pada beberapa

bagian organ tubuh. Adapun sel-sel saraf yang dapat rusak akibat diabetes adalah

sel saraf sensoris, motoris, dan otonom. Gangguan pada saraf sensoris menyebabkan

terjadinya hilang rasa, kesemutan, nyeri, atau kelemahan di kaki dan tangan.

Gangguan pada saraf motoris menyebabkan pengecilan (atrofi) otot, dan gangguan

pada saraf otonom menyebabkan perubahan pola keringat sehingga penderita tidak

dapat berkeringat, kulit menjadi kering, mudah timbul pecah-pecah, dan mudah

terkena infeksi.

5. Komplikasi Kaki (Foot Complications)


Kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang paling sering terjadi sekaligus

memiliki dampak yang fatal, pada kejadian parah harus dilakukan amputasi

(pemotongan). Komplikasi kaki diabetik terjadi karena adanya gangguan pada sistem

saraf (neuropati), pembuluh darah, dan terjadinya infeksi. Gangguan pada sistem

saraf menyebabkan rasa kebal di kaki (hilang rasa), sehingga seorang penderita

sering tidak sadar adanya luka. Gangguan pembuluh darah menyebabkan

terganggunya proses penyembuhan luka. Dan terakhir, adanya kerentanan penderita

diabetes terhadap terjadinya infeksi di daerah luka. Keseluruhan kondisi yang terjadi

ini mengakibatkan borok (gangren) pada kaki. Keadaan kaki diabetik yang parah atau

yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan

pemotongan (amputasi) kaki. Masalah kaki yang paling sering terjadi ketika ada

kerusakan saraf, juga disebut neuropati. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, nyeri

(pembakaran atau menyengat), atau kelemahan di kaki. Hal ini juga dapat

menyebabkan hilangnya rasa di kaki, sehingga Anda bisa melukai dan tidak tahu
itu.

6. Komplikasi kulit
Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh, termasuk kulit. Bahkan,

masalah tersebut kadang-kadang tanda pertama bahwa seseorang memiliki diabetes.

Untungnya, kondisi kulit yang paling dapat dicegah atau mudah diobati jika

tertangkap awal. Beberapa masalah ini adalah kulit kondisi orang dapat memiliki,

tapi orang-orang dengan diabetes mendapatkan lebih mudah. Ini termasuk infeksi

bakteri, infeksi jamur, gatal-gatal, dan menyebabkan kondisi pada kulit berwarna

kecoklatan atau merah. Masalah kulit lainnya terjadi sebagian besar atau hanya untuk

orang-orang dengan diabetes.

7. Kesehatan Jiwa (Mental Health)


Diabetes melitus dapat menyebabkan emosi alami seperti stres, sedih, marah dan

penolakan sebelum mereka menyebabkan depresi. Kemarahan pada diabetes adalah

tempat berkembang biak yang sempurna untuk marah. Penyangkalan, Denial adalah

suara yang dalam mengulangi "Bukan aku" Kebanyakan orang pergi melalui ini

ketika pertama kali didiagnosis. Depresi Studi menunjukkan bahwa orang dengan

diabetes memiliki risiko lebih besar depresi dibandingkan orang tanpa diabetes.
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual penelitian adalah abstrak dari suatu realitas agar

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara

variabel (Nursalam, 2013). Kerangka konseptual membantu peneliti menghubungkan

hasil penemuan dengan teori. Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dan mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes melitus tentang

komplikasi diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Bagan 3.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus

Pengetahuan pasien diabetes melitus tentang


komplikasi DM :
Baik
1. Komplikasi Akut :
a. Ketoasidosis diabetik Cukup

Kurang
b. Hipoglikemia

c. Hiperglikemia
2. Komplikasi Kronik :
a. Penyakit jantung koroner

b. Komplikasi mata (retinopati diabetik)

c. Gangguan ginjal (nefropati diabetik)

d. Gangguan saraf (neuropati diabetik)


B. Defenisi Operasional
Defenisi operasional : Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan hasil

tahu pasien diabetes melitus yang berkaitan dengan komplikasi akut dan kronik diabetes

melitus.

Tabel 3.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui dan Kusioner Baik 28-40 Ordinal

pasien diabetes hasil tahu pasien diabetes melitus dengan 20 Cukup 14-27

melitus tentang yang berkaitan dengan Komplikasi pertanyaan Kurang 0-13

komplikasi DM. Akut: Ketoasidosis diabetik, dengan

Hipoglikemia, Hiperglikemia, dan menggunakan

Komplikasi Kronik: Penyakit skala Guttman.

Jantung koroner, Komplikasi mata

(retinopati diabetik), Gangguan

ginjal (nefropati diabetik),

Gangguan saraf (neuropati

diabetik), Komplikasi Kaki,

Kesehatan Jiwa (mental health),

dan Komplikasi kulit.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2013. Living with diabetes:


complication. Diunduh pada http://www.diabetes.org/living-with-
diabetes/complications/. Diakses pada tanggal 10 Juli 2015.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.

Brenda, S. (2014). Healthline Medical Review Team and Advisory


Board: Long Term Complications of Heart
Disease. Diunduh pada
http://www.healthline.com/health/heart-disease/complications#O
verview1. Diakses pada tanggal 11 juli 2015.

Gustian, R. 2012. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Salemba Medika.

Hasdianah, H. R. (2012). Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang


Dewasa dan Anak-anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan


Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

Junita Siboro. (2010). Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus


tentang komplikasi diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik
Medan. Diakses pada tanggal 28 April 2015:
http//repository.usu.ac.id.

Kishore, P. (2014). Nonketotic Hyperosmolar Syndrome (NKHS:


Hyperosmolar
HyperglycemicState.Diunduhpadahttp://www.merckmanuals.co
m/professio nal/endocrine-and-metabolic-isorders/diabetes-
mellitus-and-disorders-of- carbohydrate-metabolism/nonketotic-
hyperosmolar-yndrome-nkhs. Diakses pada tanggal 11 Juli 2015.

Natoatmodjo, 2003 dalam Wawan, A & Dewi, M. (2011). Teori &


Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Profil RSUD dr. Pirngadi. (2014). Angka Kejadian Kasus Diabetes
Melitus. Profil RSUD dr.
Pirngadi.http://www.rsudpirngadi.pemkomedan.go.id/halkategori
. Diakses pada tanggal 18 Mei 2015.

PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus di Indonesia. Jakarta : Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia.

Permana, H. (2006). Komplikasi kronik dan penyakit pada diabetes.


Devision of Endocrinology and Metabolism Department of
Internal Medicine Padjadjaran University Medical School,
Hasan Sadikin Hospital Bandung. Diakses
6
Juli2015.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/
kompilasikr onikdanpenyakitpenyertapadadiabetesi.pdf

Purnamasari. (2009). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi ke-5. Jakarta.
EGC.

Purwanti, 2013. Panduan Lengkap Untuk Diabetes, Keluarga, dan


Profesional Medis. Bandung : Qanita Mizan Pustaka.

Riyadi, S & Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soewondo, P. (2006). Hidup Sehat Dengan Diabetes. Jakarta :


Balai Penerbit FKUI.

Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang


Diabetes.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai