PROPOSAL
OLEH
DEVIANTO AMANGA
NIM. 21200023
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................................5
E. Bagi Institusi Pendidikan...................................................................................................5
F. Bagi Pelayanan Keperawatan.............................................................................................5
G. Bagi Peneliti Selanjutnya...................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan seksresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. World Health Organization (WHO) Diabetes Melitus merupakan suatu
kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana didapati defisiensi
insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Gustian, 2012).
metabolisme karbohidrat dan lemak yang relative kekurangan insulin. Diabetes melitus
yang utama di klasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe I Insulin Dependen Diabetes
Melitus (IDDM) dan tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
(Hasdianah, 2012).
terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6% dari total
penduduk sedangkan posisi urutan diatasnya yaitu India, China dan Amerika Serikat dan
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun2030. Diperkirakan jumlah
penderita Diabetes Melitus akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina,
Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta), tahun 2020 menjadi 300 juta
orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (PERKENI, 2011).
1
Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi
Diabetes Melitus sebesar 1,5-2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan
di daerah urban prevalensi Diabetes Melitus sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar
7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan Negara maju,
yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah timbulnya
komplikasi, yaitu dengan melakukan kontrol kadar gula darah, latihan jasmani,
konsumsi obat anti diabetik, dan perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh
(risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina
yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan
impotensi dan ganggren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih
(Tjokroprawiro, 2011).
negara, hal ini dikaitkan dengan insidensi yang sangat cepat meningkat dan
atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan komplikasi yang lanjut
dan berat. Kalau ditinjau lebih dalam lagi, ternyata hiperglikemia ini merupakan awal
bencana bagi penderita diabetes, hal ini terbukti dan terjadi juga pada penderita
dengan gangguan toleransi glukosa yang sudah terjadi kelainan komplikasi vaskuler
(Permana, 2006).
pencegahan harus dimulai sejak awal, yaitu saat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
ataupun sejak ditemukannya faktor risiko diabetes melitus yang dapat diperbaiki.
Upaya perubahan gaya hidup yang meliputi penurunan berat badan dengan
mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik, harus selalu ditekankan
mengingat tingkat keberhasilan yang cukup baik, biaya yang rendah serta hampir
Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
Wawan & Dewi 2011). Pengetahuan pasien diabetes melitus dapat diartikan sebagai
hasil tahu dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, dan memahami
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan tidak
mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan
sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka akan
melitus
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai bahan kajian bagi Mahasiswa yang tertarik
untuk meneliti tentang pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes
melitus.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data dasar, dan sumber
melitus.
G. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitan ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan yang
A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).
B. Fungsi Pengetahuan
Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan
merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur,
metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai
pengendali moral dari pada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003
C. Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu bersumber pada
daya indrawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan indrawi dimiliki oleh manusia
Pengetahuan indrawi bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap
indra. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia,
kodrat objek dan tetap menyimpannya di dalam dirinya (Notoatmodjo, 2003 dalam
D. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.
Orang telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan,
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- criteria yang telah ada.
E. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi 2011 Cara mengetahui
berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai
prinsip orang lain yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan
penelitian ilmiah.
F. Proses Prilaku “TAHU”
Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia
baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses
1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan
terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pada penelitian selanjutnya, menurut Notoatmodjo (2014), menyimpulkan bahwa
pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh
pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(ling lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung
lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan
sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti
dipengaruhi oleh factor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.
orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan
2. Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2014), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan
3. Umur
Menurut Notoatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang terhitung mulai
saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
2. Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2014), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
dapat diketahui dan di interprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
makrovaskuler dan neurologis. Dalam sumber buku lain diabetes melitus adalah
terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pankreas. Diabetes melitus juga didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik yang
ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada
diklasifikasikan menjadi diabetes tipe I (insulin dependent diabetes melitus atau IDDM),
tipe II (non insulin dependent diabetes melitus atau NIDDM), diabetes melitus tipe yang
sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada
Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi
insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena
Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Konsumsi makan yang berlebihan
dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan
diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memilik peluang lebih
besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk
3. Faktor genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus.
Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat
kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak
Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi
pankreas.
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
seperti kolestrol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan risiko terkema diabetes
mellitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sanga mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam
tubuh.
menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat merupakan pencegahan awal
penyakit diabetes melitus. Mulailah pola makan dan pola hidup sehat sekarang
(Hasdianah, 2012).
K. Manifestasi Klinik
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008) manifestasi klinik yang sering dijumpai pada
(peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang
air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma
(antideuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus. Rasa lelah dan kelemahan otot
akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
Polifagia (peningkatan rasa lapar). Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi
didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti diketiak dan di bawah payudara biasanya akibat
jamur terutama candida. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Pada penderita
bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan
akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal. Luka atau bisul yang tidak sembuh-
sembuh. Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan
unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus bahan protein banyak di
formulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk
penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh
juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita
diabetes melitus. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi ejakulasi dan dorongan
kondisi optimal (periodik hari ke-3) maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan
akibat kerusakan testoteron dan sistem yang berperanan. Mata kabur yang disebabkan
katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin
terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik
yang bersifat akut maupun yang kronik. Komplikasi akut yaitu: Ketoasidosis Diabetik,
Saraf (neuropati diabetik), Komplikasi kaki, Komplikasi Kulit, dan Kesehatan Jiwa
(mental health).
1. Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik adalah suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan koma
diabetes (pingsan untuk waktu yang lama) atau bahkan kematian. Ketika sel-sel kita
tidak mendapatkan glukosa yang mereka butuhkan untuk energi, tubuh kita mulai
digunakan untuk energi. Tubuh melakukan hal ini ketika tidak memiliki cukup
ketoasidosis ditunjukkan dengan beberapa hal, yaitu mulut kering, rasa haus,
intensitas buang air kecil jadi lebih sering (poliuria), mual, muntah, dan terkadang
nyeri perut. Selain gejala-gejala tersebut, ada pula gejala lanjutan seperti kesulitan
bernapas, dehidrasi, rasa mengantuk, dan yang terparah adalah keadaan koma. Saat
seseorang mengalami ketoasidosis maka perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk
dengan pemberian injeksi insulin dan mengganti cairan tubuh yang hilang dan kadar
ion kalium pada darah yang turut berkurang akibat seringnya buang air kecil
(poliuria).
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan kadar glukosa darah sangat
rendah, biasanya kurang dari 70 mg/dl. Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya
koma (hilang kesadaran) hingga kerusakan otak. Pada umumnya, orang yang
orang yang tidak menderita diabetes pun bisa juga terserang hipoglikemia. Secara
umum, penyebab hipoglikemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipoglikemia yang
berkaitan dengan obat dan hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan obat.
Hipoglikemia yang berkaitan dengan obat adalah hipoglikemia yang timbul karena
mengonsumsi obat penurun kadar gula darah. Sementara itu, hipoglikemia yang tidak
berkaitan dengan obat bisa disebabkan karena berpuasa, aktivitas fisik berlebihan,
3. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan,
yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu
suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya
glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel.
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. Hiperglikemia adalah kondisi yang
disebabkan kadar gula darah puncak terukur sebesar 600 mg/dL. Ketika gula darah
mencapai level ini, darah menjadai kental dan manis. Kelebihan gula lantas dibuang
ke dalam air seni yang memicu pembuangan jumlah besar cairan dari tubuh. Jika
koma.
Apabila darah semakin mengental akibat tingginya kadar gula dalam darah, maka
dapat menyebabkan jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah.
Akibatnya pada pasien diabetes melitus, muncul gejala jantung berdebar-debar dan
perasaan mudah lelah meskipun tidak melakukan aktivitas yang berat. Kondisi ini
diperparah jika penderita diabetes mempunyai timbunan lemak pada jantung. Selain
mata, ini disebut retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan penyebab utama
kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia. Kerusakan retina yang sudah berat
akan membuat penderita buta permanen. Retinopati terjadi karena adanya kerusakan
pada pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata. Kerusakan ini menyebabkan
diabetik. Mengingat besarnya bahaya retinopati ini, maka bagi penderita diabetes
pembuluh darah merusak elemen penyaring dalam ginjal yang disebut nefron. Akibat
rusaknya sistem penyaringan ini maka akan terjadi kebocoran pada ginjal. Kebocoran
ini ditandai dengan keluarnya albumin bersama urine. Apabila gangguan pada ginjal
ini tidak segera diobati, maka dapat menimbulkan gagal ginjal. Jika sudah begini,
penderita harus melakukan cuci darah dan cangkok ginjal agar dapat bertahan hidup.
Kerusakan pada ginjal dapat dicegah jika sejak dini sudah dideteksi melalui
pemeriksaan darah dan air seni. Ironisnya, mayoritas penderita tidak mengetahui jika
telah menderita gangguan pada ginjal. Untuk itu deteksi dini dari ketidakberesan
ginjal menjadi sangat penting dan memungkinkan pengobatan yang sesuai sebelum
terjadi kerusakan ginjal atau terjadi manifestasi penyakit yang lebih parah karena
komplikasi yang lain. Bagi penderita diabetes sebaiknya rutin memeriksakan diri ke
dokter.
4. Gangguan Saraf (Neuropati Diabetik)
Gangguan pada saraf karena diabetes disebut dengan istilah neuropati diabetik.
Gangguan saraf terjadi karena tumpukan gula darah merusak sel-sel saraf. Gangguan
ini bila tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kelumpuhan pada beberapa
bagian organ tubuh. Adapun sel-sel saraf yang dapat rusak akibat diabetes adalah
sel saraf sensoris, motoris, dan otonom. Gangguan pada saraf sensoris menyebabkan
terjadinya hilang rasa, kesemutan, nyeri, atau kelemahan di kaki dan tangan.
Gangguan pada saraf motoris menyebabkan pengecilan (atrofi) otot, dan gangguan
pada saraf otonom menyebabkan perubahan pola keringat sehingga penderita tidak
dapat berkeringat, kulit menjadi kering, mudah timbul pecah-pecah, dan mudah
terkena infeksi.
memiliki dampak yang fatal, pada kejadian parah harus dilakukan amputasi
(pemotongan). Komplikasi kaki diabetik terjadi karena adanya gangguan pada sistem
saraf (neuropati), pembuluh darah, dan terjadinya infeksi. Gangguan pada sistem
saraf menyebabkan rasa kebal di kaki (hilang rasa), sehingga seorang penderita
diabetes terhadap terjadinya infeksi di daerah luka. Keseluruhan kondisi yang terjadi
ini mengakibatkan borok (gangren) pada kaki. Keadaan kaki diabetik yang parah atau
yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan
pemotongan (amputasi) kaki. Masalah kaki yang paling sering terjadi ketika ada
kerusakan saraf, juga disebut neuropati. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, nyeri
(pembakaran atau menyengat), atau kelemahan di kaki. Hal ini juga dapat
menyebabkan hilangnya rasa di kaki, sehingga Anda bisa melukai dan tidak tahu
itu.
6. Komplikasi kulit
Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh, termasuk kulit. Bahkan,
Untungnya, kondisi kulit yang paling dapat dicegah atau mudah diobati jika
tertangkap awal. Beberapa masalah ini adalah kulit kondisi orang dapat memiliki,
tapi orang-orang dengan diabetes mendapatkan lebih mudah. Ini termasuk infeksi
bakteri, infeksi jamur, gatal-gatal, dan menyebabkan kondisi pada kulit berwarna
kecoklatan atau merah. Masalah kulit lainnya terjadi sebagian besar atau hanya untuk
tempat berkembang biak yang sempurna untuk marah. Penyangkalan, Denial adalah
suara yang dalam mengulangi "Bukan aku" Kebanyakan orang pergi melalui ini
ketika pertama kali didiagnosis. Depresi Studi menunjukkan bahwa orang dengan
diabetes memiliki risiko lebih besar depresi dibandingkan orang tanpa diabetes.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual penelitian adalah abstrak dari suatu realitas agar
hasil penemuan dengan teori. Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk
Bagan 3.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus
Kurang
b. Hipoglikemia
c. Hiperglikemia
2. Komplikasi Kronik :
a. Penyakit jantung koroner
tahu pasien diabetes melitus yang berkaitan dengan komplikasi akut dan kronik diabetes
melitus.
Tabel 3.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui dan Kusioner Baik 28-40 Ordinal
pasien diabetes hasil tahu pasien diabetes melitus dengan 20 Cukup 14-27