Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Nuraini Nusura

NIM : 21200079

Kasus
Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami luka atau
cedera dan dia ingin menolong pasien. Tetapi tidak adanya peralatan yang
lengkap, namun perawat tersebut harus tetap memenuhi kebutuhan pertolongan
dengan berpikir kritis.

Penyelesaian
Demi memenuhi kebutuhan pertolongan pertama mendasar, seorang
perawat melakukan yaitu dengan menstabilkan fungsi-fungsi vital tubuh,
mencegah infeksi, mengontrol perdarahan, serta menahan gerakan semua bagian
yang mungkin retak dan memanfaatkan benda-benda yang tersedia atau ada di
dekat perawat. Perawat juga harus mempertimbangkan meningkatkan
pengetahuan P3K dengan mengikuti kelas-kelas pelatihan ini serta
CPR/pernapasan buatan dari lembaga kesehatan/sosial setempat.
Memeriksa Tanda-Tanda Vital
1. Evaluasi fungsi-fungsi vital tubuh.
Ini termasuk ABC: Airway (jalur udara), Breathing (kemampuan bernapas),
dan Circulation (sirkulasi). Baringkan pasien secara telentang dan dekatkan
diri ke kepala serta lehernya untuk mengevaluasi fungsi-fungsi vital ini.
a. Jika pasien berada dalam keadaan sadar, mulailah bekerja, namun pastikan
perawat juga berbicara dengannya agar ia tenang dan detak jantungnya
lebih lambat. Jika memungkinkan, jauhkan pandangan mata pasien agar ia
tidak bisa melihat lukanya.
2. Periksa jalur udara
Jika seseorang tidak sadar dan ia kemungkinan mengalami cedera leher atau
tulang belakang, letakkan satu tangan di dahinya dan tangan satunya di bawah
dagu orang tersebut. Tekan dahi dengan lembut dan angkat sedikit dagunya
agar saluran udara orang ini terbuka. Pastikan ia selalu berada dalam keadaan
seperti ini, periksa bagian dalam mulut untuk menyingkirkan halangan.
a. Jika korban berada dalam keadaan sadar, ia mungkin bisa menunjukkan
apakah jalur udaranya terblokir atau tidak.
b. Jika Anda mencurigai adanya cedera leher atau tulang belakang, gunakan
metode penarikan rahang. Sesuai namanya, Anda akan menarik rahang
pasien di kedua sisi untuk membuka jalur udara tanpa membahayakan
leher atau tulang belakangnya.

Mencegah Infeksi
1. Bersihkan lukanya.
Bersihkan luka dengan air apa pun yang Anda punya. Air minum adalah
pilihan pertama karena aman untuk dikonsumsi sehingga juga cocok untuk
kegunaan lainnya. Jika tidak ada stok air segar, Anda juga bisa
menggunakan minuman berkarbonasi seperti Coca Cola. Jika Anda punya
pembersih tangan, bersihkan luka dengan menggunakan zat tersebut.
 Jangan pakai apa pun yang mungkin meningkatkan risiko infeksi,
misalnya jus, minyak, atau susu, begitu juga dengan air dari kolam yang
terlihat kotor atau air dari sumber-sumber sungai. Jika Anda berada di
dekat pantai, bilaslah luka di laut. Air laut yang mengandung garam
bisa berfungsi sebagai larutan saline untuk mengatasi luka.

2. Siram luka dengan air mengalir.


Melakukan hal ini disarankan sebagai salah satu langkah terbaik untuk
mencegah infeksi.
 Jika ada air segar yang tersedia, cobalah mengalirkannya di atas luka
selama beberapa menit. Gunakan sekitar 2 liter air, yaitu kira-kira
seukuran botol soda besar.
3. Ketuk-ketuk area yang cedera hingga kering.
Cari sesuatu untuk mengeringkannya, misalnya sehelai kain, handuk, atau
bahan lembut lainnya. Hindari apa pun yang menggumpal dan bisa
meninggalkan fragmen atau tersangkut pada luka.
4. Bersihkan debu dari luka.
Jika Anda tidak punya air atau cairan, atau sedang berada di area gurun,
gunakan bagian kecil dari pakaian untuk menggosok debu dari luka Anda.
Cobalah mencari area kaus atau celana yang paling bersih untuk digunakan.
Mengontrol Perdarahan
1. Inspeksi lukanya.
Cari tahu berapa banyak darah yang keluar. Segera setelah membersihkan
luka, periksa kedalamannya dan tanda-tanda kerusakan pembuluh, misalnya
darah memuncrat atau mengalir dalam pola tertentu. Rata-rata manusia
memiliki sekitar delapan liter darah yang terus tersirkulasi; kehilangan 10
persen di antaranya bisa menyebabkan konsekuensi serius, termasuk hilang
kesadaran dan kekurangan suplai darah pada organ-organ vital.
a. Ambil peluang ini untuk mengevaluasi tingkat kedalaman luka, karena
luka sedalam satu sentimeter atau lebih biasanya memerlukan penjahitan
setelah pertolongan pertama.
b. Jangan keluarkan suatu objek jika tertanam pada luka. Biarkan tetap
berada di dalamnya, objek tersebut bisa berfungsi sebagai penghalang
perdarahan. Mengangkatnya malah akan meningkatkan aliran darah
yang keluar. Para tenaga medis profesional lebih mampu melakukan ini
tanpa merusak organ internal atau mengakibatkan kehilangan darah
dalam jumlah yang besar.

2. Hentikan perdarahan.
Karena Anda tidak punya perban atau plester, tekanlah luka secara perlahan
dengan memanfaatkan material bersih dan mudah menyerap, misalnya kaus,
handuk, atau kaus kaki. Jika benda ini dipenuhi darah, jangan lepaskan
terlebih dahulu atau gumpalan-gumpalan darah yang mulai terbentuk akan
terganggu. Akan tetapi, letakkan material lainnya di atas yang sudah
bergelimang darah dan tetaplah menekan bagian luka.
 Jika masih ada objek di dalam luka, tekanlah area sekitarnya untuk
membantu memperlambat aliran darah.
 Jika luka melebar dan perdarahan terus terjadi, cobalah mengganjalnya
dengan handuk atau selimut, atau tampon jika tersedia, kemudian tekan.
Saat ini, yang terpenting adalah menghentikan perdarahan, bukan
mencegah infeksi.
 Beberapa jenis latihan P3K menyarankan menggunakan pinggiran kartu
kredit untuk "menyegel" luka. Kartu kredit merupakan benda berguna
yang dimiliki oleh banyak orang. Hal ini bukan saja akan membantu
aliran darah, tetapi juga dapat mencegah kerusakan paru-paru (dengan
mencegah udara tidak mengenai luka) bila cedera terjadi di bagian
dada.
 Jika luka terus berdarah, tekanlah pembuluh arteri besar yang
tersambung ke areanya. Gunakan tangan Anda yang lain untuk
menekan luka. Area-area ini disebut "titik tekan". Sebagai contoh,
untuk memperlambat perdarahan di lengan, tekan bagian dalamnya,
tepat di atas siku atau di bawah ketiak. Jika luka berada di betis, tekan
tepat di belakang lutut atau selangkangan.
 Dalam beberapa situasi, Anda mungkin harus menggunakan turniket.
Turniket hanya boleh dipakai pada tangan atau kaki dan jika seseorang
mengalami kondisi yang mengancam kelumpuhan serta tidak bisa
ditangani dengan tekanan biasa. Atau, ia mengalami cedera yang
mengancam nyawa pada tangan/kaki, misalnya karena terpotong atau
berubah bentuk.
3. Atur ulang posisi korban agar luka berada di area yang lebih tinggi dari
jantungnya.
Dengan begini, perdarahan bisa ditekan. Jika korban tidak dapat duduk,
minta ia bergerak untuk setegak mungkin, kemudian bantulah jika
memungkinkan.
 Pastikan pasien tidak berjalan. Berjalan, terutama berlari, bisa menjadi
pompa kedua bagi sistem sirkulasi, sehingga membebani jantung.
4. Selubungi lapisannya.
Karena Anda tidak punya perban atau plester, gunakan sepotong pakaian
(kaus, mantel, kaus kaki, dll.) atau material lainnya (misalnya dari tenda,
rakit, dst.) untuk menyelubungi luka setelah perdarahannya berhenti atau
melambat. Sebagai alternatif, Anda juga bisa menggunakan tanaman hidup.
Carilah yang memiliki daun cukup besar untuk menutupi luka. Tergantung
pada keadaan flora dan fauna di wilayah Anda, mungkin ada beberapa
tanaman yang memiliki manfaat medis, misalnya Comfrey atau Ki.
 Hindari kertas tisu atau tisu toilet. Kedua jenis material ini cukup rapuh
dan mungkin mengontaminasi luka dengan robekannya. Semua kain
yang bisa menyerap darah bisa digunakan untuk menekan secara
efektif.
 Jangan angkat atau membuang lapisan karena hal ini akan mengganggu
formasi penggumpalan darah dan kembali memicu perdarahan. Jika
lapisan ini terendam terlalu parah, tambahkan material kain lain di
atasnya.
 Berhati-hatilah pada luka dada. Selubungi dengan sesuatu seperti
lembaran dapur, kantung plastik atau pelapis transparan. Tutupi hanya
tiga sisi pada luka dada dan biarkan salah satunya tidak dibalut. Udara
harus bisa keluar dari sisi luka agar tidak masuk ke dalam saluran
pleural dalam dada. Jika ini terjadi, paru-paru bisa rusak.
5. Kencangkan balutan.
Gunakan tali, selotip, tambang, atau potongan-potongan pakaian untuk
mengikatnya. Jangan mengikat terlalu kencang sehingga aliran darah ke area
yang luka terpotong.
 Jika Anda tidak punya material apa pun untuk mengencangkan balutan,
teruslah menekan. Dengan begini, penggumpalan darah akan terbantu.
Menahan Gerakan pada Area yang Mungkin Mengalami Keretakan
1. Buat umban.
Jika area yang cedera berada di bagian atas tubuh, misalnya lengan, buatlah
umban bahu dengan kaus. Gerakkan lengan yang tidak cedera agar keluar
dari lengan baju korban secara berhati-hati dan pertahankan kausnya di
sekitar leher. Tarik dalam posisi siku yang ditekuk 90 derajat dan sangga
siku di ujung kaus yang terangkat. Dengan begini, keretakan pada bahu,
siku, lengan depan, dan pergelangan tangan akan dijaga.
 Anda juga bisa membuat umban yang lebih tradisional menggunakan
kaus atau kain lainnya, misalnya sarung bantal jika Anda punya gunting,
atau peralatan memasak. Potong kain menjadi sebentuk persegi besar
(sekitar 100 cm) kemudian lipat secara diagonal hingga membentuk
segitiga. Salah satu ujungnya harus menggantung di atas bahu yang
cedera serta melalui lengan di bawahnya, sementara ujung lainnya harus
melewati bahu pada sisi tubuh yang berlawanan. Ikatkan kedua
ujungnya di belakang leher.
 Umban bukan saja akan meredakan rasa sakit secara signifikan, tetapi
juga mencegah fragmen-fragmen tulang berpindah tempat.

2. Belat lengan atau betis yang patah untuk menyangganya.


Jangan coba-coba meratakan tulangnya. Untuk membuat belat, Anda bisa
menggunakan material yang tersedia secara langsung atau berada di dekat
Anda. Carilah bahan kuat untuk membuat belat, misalnya papan, tongkat,
koran yang digulung, dsb.
 Atur posisi belat agar melewati sendi di atas serta di bawahnya.
Misalnya, jika betis bagian bawah patah, belat harus melewati lutut serta
pergelangan kaki.
 Kardus merupakan pilihan yang baik untuk menahan gerakan pada
tubuh bagian bawah, misalnya di betis. Anda harus menyesuaikannya
dengan merobek atau memotong sisi-sisinya agar pas dengan area yang
terluka. Letakkan kotak di permukaan dan selipkan di balik betis.
Selubungi seluruh sisi betis dengan kardus ini. Amankan posisinya
dengan selotip, tali, atau potongan pakaian. Pastikan Anda melipat
ujung kotak di bagian bawah untuk menyangga sendi pergelangan kaki
agar tidak bergerak bebas dan mengayun. Jika tidak, korban bisa
kesakitan. Jangan mencoba menggerakkan bagian yang cedera. Biarkan
bagian ini tetap berada di posisi yang paling membuat korban merasa
nyaman.
3. Siapkan bantalan pada bidai.
Gunakan pakaian, handuk, selimut, bantal, atau benda lainnya yang empuk.
Pasang bidai pada area cedera. Gunakan sabuk, tali, tali sepatu, atau apa pun
yang berguna untuk mempertahankan posisi bidai. Berhati-hatilah agar
Anda tidak menyebabkan cedera lebih lanjut. Pasang bidai dengan baik agar
tidak memberikan tekanan tambahan pada area yang cedera, melainkan
hanya membatasi gerakannya
4. Minimalkan pembengkakan.
Jika ada es, misalnya dari kotak atau pak es, gunakan pada area yang cedera
untuk meminimalkan pembengkakan. Anda bisa menggunakan apa pun
yang dingin, misalnya kaleng minuman soda.
DAFTAR PUSTAKA

http://rhanoanakke3.blogspot.com/2012/11/konsep-berfikir-kritis.html

http://muhamadilafifqozwini.wordpress.com/2013/01/16/konsep-berfikir-kritis-
dalam-keperawatan/

http://yadnoyahoocom.blogspot.com/2011/10/berfikir-kritis-dalam-
keperawatan.html

http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-berpikir-kritis-menurut-
para-ahli/

Maryam, Siti R.2008.Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses


Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

Perry dan Potter.2005.fundamental keperawatan.Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai