PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
REINALDI A PANGKEY
NIM. 20190048
1
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA
TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL DI SMA NEGERI 1 MANADO
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
OLEH
REINALDI A PANGKEY
NIM. 20190048
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini dengan Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Remaja Tentang
Pencegahan Penyakit Menular Seksual di SMA N 1 Manado Adapun maksud dan
tujuan pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan di Akademi
Keperawatan Rumkit Tk. III Manado.
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah penulis banyak menemui
kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat doa bimbingan dan arahan serta
bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun dalam menyempurnakan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama dalam pendidikan
keperawatan. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu memberikan hikmat dan
berkat-Nya kepada kita semua
Reinaldi A Pangkey
i
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja ialah masa transisi antara masa kanak- kanak serta masa
berumur, pada masa ini mencuat identitas sekunder, tercapainya fertilisasi
serta terjalin perubahan- perubahan psikologik dan kognitif, dimana suatu
tahapan antara masa anak- anak dengan masa dewasa. Sebutan ini
menampilkan masa dari dini pubertas hingga tercapainya kematangan,
umumnya mulai dari umur 14 tahun pada laki- laki serta Perempuan. Remaja
sebagai penerus generasi bangsa. remaja mempunyai peran penting dalam
pembangunan dan citra negri. Remaja merupakan peralihan periode
perkembangan dari masa kanak-kanak menuju perkembangan dewasa dimana
semua fenomena perkembangan terjadi. (Syalfina, 2017).
Remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan baik secara fisik
maupun psikis yang pesat. Rasa ingin tahu yang tinggi, jiwa petualang dan
berani mengambil tantangan tanpa mempertimbangkan resiko yang ada
merupakan salah satu ciri remaja. Berbagai masalah dapat terjadi di masa
remaja, salah satunya bercinta atau berhubungan seks sebelum menikah. Hal
ini membuat remaja rentan terhadap penyakit menular seksual
Penyakit menular Seksual (PMS) adalah suatu gangguan penyakit-
penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalu kontak atau
hubungan seksual. Pertama sekali penyakit ini sering disebut penyakit kelamin
tetapi sekarang sebutan yang paling tepat penyakit hubungan seksual
(Noor,2013)
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menular yang paling
umum. Hampir separo dari orang Amerika yang ditulari PMS berusia dibawah
umur 25 tahun. Banyak di antara remaja yang saat ini tengah menderita PMS
tanpa menyadarinya. Bebereapa jenis PMS akan merusak organ reproduksi
dalam jika dibiarkan tidak diobati sekalipun tanpa menimbukan gejala seperti
nyeri, gatal, atau keluarnya cairan. Walaupun menghadapi bahaya yang
ditimbulkan oleh PMS, banyak orang yang merasa segan dan ragu-ragu
membicarakan hal ini dengan pasangan seknya (Kemenkes, 2017)
1
Hasil perkiraan CDC yaitu 20 juta kasus infeksi baru per tahun,
separuh di antaranya ialah orang muda berusia 15-24 tahun.5 Data dari
UNFPA dan WHO menyebutkan 1 dari 20 remaja tertular penyakit
menular seksual etiap tahunnya, hal ini menunjukkan masih tingginya
insiden PMS pada kalangan remaja.
Pada tahun 2018, pusat data dan informasi kementerian
kesehatan RI menyebutkan bahwa Indonesia merupakan Negara urutan
ke-lima paling beresiko IMS di Asia, Total kasus IMS yang ditangani pada
tahun 2018 adalah 140.803 kasus dari 430 layanan IMS. Jumlah kasus
IMS terbanyak adalah di tubuh vagina (klinis) 20.962 dan
servicitis/procitis (lab) 33.205. Di berbagai negara berkembang termasuk
Indonesia setiap tahun terjadi peningkatan kasus infeksi menular seksual
dengan prevalensi penyakit tertinggi adalah Gonore terdapat 32,4% kasus,
prevalensi tertinggi kedua yaitu Siflis dengan 21,7% kasus, dan prevalensi
ketiga adalah HIV/AIDS dengan 11,7% kasus. (KEMENKES, 2018)
Menurut Badan Pusat Statistik Jumlah Kasus Penyakit Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Penyakit di Provinsi Sulawesi Utara pelaporan s/d
tanggal 06 Februari 2020 terdapat 2.126 Jiwa, sedangkan data di kota Manado
terdapat 778 Jiwa yang terinfeksi penyakit menular seksual.
Pengetahuan tentang penyakit menular seksual juga sangat diperlukan oleh
masyarakat, khususnya remaja, banyak remaja yang masih berstatus menjadi
peserta didik yang masih duduk di SMA sudah mempunyai kekasih dan
pernah melakukan korelasi seksual pranikah. Pengetahuan merupan suatu
komponen dalam pembentukan sikap seseorang, pengetahuan yang tak
memadai akan cenderung merogoh perilaku yang salah, artinya jika remaja
memiliki pengetahuan tentang seks bebas yg rendah maka akan membuat
remaja cenderung memiliki perilaku yang negatif.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Siregar (2019) bahwa ada
hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit
insfeksi menular seksual pada anak buah kapal di Pelabuhan belawan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Raisa (2019) menyatakan hal yang sama
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang infeksi
menular seksual di SMPN 6 Banjarmasin. Hasil tersebut juga didukung oleh
penelitian dari Harahap (2017) menyatakan bahwa Terdapat hubungan yang
signifikan antara Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Tentang
PMS Trikomoniasis Di SMA Taman Siswa Binjai tahun 2017.
sikap remaja terhadap perilaku seks bebas artinya respon yang
diberikan oleh remaja terhadap sikap serta kegiatan fisik seseorang yang
didorong oleh hasrat seksual dan memakai tubuh untuk mengekspresikan
perasaan yang dilakukan sendiri maupun melibatkan orang lain diluar ikatan
pernikahan setelah mengetahui isu serta pemberitaan dalam wujud orientasi
atau kecenderungan pada bertindak. Kalangan remaja, seksualitas adalah
pertanda kedewasaan yang normal, Jika remaja tidak cukup mengetahui secara
utuh tentang fungsi seksualitas, maka wajar bila remaja menafsirkan
seksualitas semata-mata menjadi tempat pelampiasan dan remaja cenderung
tidak peduli atau bersikap acuh tidak acuh tidak seks bebas serta resikonya.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat
masalah “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Penyakit
Menular Seksual di SMA N-1 Manado.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimanakah Hubungan antara
Pengetahuan dengan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual
di SMA Negeri 1 Manado
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap
Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 1
Manado
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden Siswa SMA Negeri 1 Manado
b. Mengetahui gambaran Pengetahuan tentang Pencegahan Penyakit
Menular Seksual di SMA Negeri 1 Manado
c. Mengetahui gambaran Sikap tentang Pencegahan Penyakit Menular
Seksual di SMA Negeri 1 Manado
d. Menganalisa Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Terhadap
Pencegahan Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 1 Manado
D. Manfaat
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membawa wawasan pengetahuan
mengenai penyakit menular seksual dan pencegahan terhadap seks bebas
dikalangan remaja
2. Praktis
a. Siswa
Menambah pengetahuan bagi siwa tentang pencegahan penyakit
menular seksual
b. Sekolah
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit menular
seksual dan pencegahan seks bebas sehingga pihak sekolah lebih
protektif terhadap siswa didik di sekolah
c. Profesi Keperawatan
Menambah ilmu pengetahuan bagi perawat khususnya di lingkup
kesehatan remaja terutama tentang teori perkembangan remaja
d. Peneliti
Untuk menambah wawasan bagi peneliti tentang masalah yang diteliti
khususnya menambah wawasan tentang penyakit menular seksual dan
pencegahan seks bebas
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau akibat memahami
seorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, indera
pendengaran dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan sesorang diperoleh
melalui indra telinga yaitu pendengaran dan indra pengelihatan yaitu mata
(Notoatmodjo, 2012). Proses belajar ini ditentukan berbagai faktor dari pada,
seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana isu yang tersedia, serta keadaan
sosial budaya.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan menjadi mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini recall ( mengingat Kembali) terhadap
sesuatu yang spesifik dari semua bahan yang dipelajari atau rangsang yg
diterima. oleh karena itu ebab ini yg paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan buat menyebutkan secara
benar tentang objek yang diketahui dan bisa menginterprestasikan materi
secara benar perihal objek yang dilakukan dengan menyebutkan contoh
dan lain-lain.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan menjadi suatu kemampuan buat menggunakan materi
yang sudah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya, aplikasi disini
dapat diartikan menjadi aplikasi atau penggunaan aturan-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya pada hubungan atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis ialah kemampuan buat menjabarkan suatu materi atau objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tadi dan masih terdapat kaitan satu sama lain, kemampuan
analisis ini bisa dipandang berasal penggunaan istilah kerja dapat
mendeskripsikan, memberbeda-bedakan, memisahkan, mengelompokan
dan sebagainya.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis membuktikan pada suatu kemampuan buat meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian pada suatu bentuk holistik yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan menggunakan kemampuan buat melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek evaluasi penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Pengukuran Pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) : dengan 2 cara
yaitu:
1) Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan suatu bentuk metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang dilakukan seorang peneliti untuk mendapatkan
kabar secara verbal dari seorang. Penelitian terhadap responden yang
dilakukan dengan cara wawancara dan berhadapan muka menggunakan
responden (face to face).
2) Angket
Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian tentang
suatu masalah pada umumnya banyak menyangkut kepentingan orang
banyak. Angket dilakukan menggunakan cara mengedarkan suatu daftar
pertanyaan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah
subjek penelitian untuk mendapatkan tanggapan, informasi, serta
jawaban lainnya yang diharapkan peneliti.
2. Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. perilaku secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus ekslusif yang ada pada kehidupan sehari-
hari yang artinya reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Selain bersifat positif atau negatif, prilaku memiliki tingkat kedalaman yang
berbeda-beda. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi
tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya
(Sarwono, 2011). sikap pula merupakan kesiapan buat bertindak serta bukan
artinya suatu tindakan serta aktifitas atau predispopsisi Tindakan atau suatu
sikap (Notoatmodjo, 2007). Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti
yang dikemukakan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap juga dapat
mempengaruhi pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu
masalah adalah suatu indikasi tingkat sikap juga.
d. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2010).
Ciri-ciri sikap adalah :
a. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama
perkembangan hidupnya
b. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan
dengan suatu objek, pada umumnya sikap objek saja, melainkan juga
dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek yang serupa.
c. Sikap pada umumnya mempunya segi-segi motivasi dan emosi,
sedangkan pada kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada.
3. Remaja
a. Pengertian remaja
Remaja ialah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-
kanak dan dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial
budaya setempat. Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia
remaja adalah 12-24 tahun. Masa Remaja adalah suatu tahap kehidupan
yang bersifat peralihan, sehingga dalam masa ini sering disebut masa yang
rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif seperti narkoba, kriminal dan
kejahatan seks. Masa remaja juga merupakan masa yang baik untuk
mengembangakan segala potensi positif yang mereka miliki, seperti bakat,
kemampuan, dan minat. Masa remaja juga disebut dengan masa pencarian
nilai-nilai kehidupan. Perkembangan menuju kedewasaan remaja perlu
diberi bimbingan, perhatian, pendidikan serta pendekatan psikologis,
pendekatan sosiologis guna memperoleh data yang obyektif tentang
masalah- masalahnya (Sofyan, 2010).
b. Klasifikasi remaja
Cahyaningsih, 2011 menyatakan bahwa masa remaja dibedakan dalam :
1) Masa remaja awal : 10 – 13 tahun
2) Masa remaja tengah : 14 – 16 tahun
3) Masa remaja akhir : 17 – 19 tahun
Masa remaja menjadi masa yang begitu khusus dalam hidup manusia,
karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ
reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Proses ini
berlangsung dengan penuh konflik yang mempunyai potensi menjadi
malapetaka keharmonisan hubungan remaja dengan orang-orang sekitarnya
terutama orang tuanya dan generasi yang lebih tua.
c. Tanda dan gejala remaja
1) Perubahan fisik pada remaja
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja menurut Cahyaningsih,
2011 adalah:
a) Perubahan fisik pada anak laki-laki:
1) Badan bertambah tinggi dan besar, otot dada dan bahu melebar
2) Tumbuh jakun dan suara berubah menjadi parau (serak).
3) Tumbuh kumis, jambang, jenggot, rambut ketiak dan rambut
diatas simpisis bisa juga tumbuh rambut di dada.
4) Mulai berjerawat.
5) Mimpi basah.
b) Perubahan fisik pada perempuan:
1) Badan bertambah tinggi dan besar, pinggul membesar
2) Payudara membesar.
3) Tumbuh rambut pada ketiak, dan rambut atas simpisis.
4) Mulai berjerawat.
5) Menstruasi
2) Perkembangan psikologi pada remaja
Perkembangan jiwa remaja ada tahapannya menurut Departemen
Kesehatan RI, 2007:
a) Remaja awal umur (10-13 tahun)
1) Mulai memperhatikan penampilan fisik, dengan cara berpakaian,
gaya rambut sesuai dengan mode terbaru.
2) Mulai ingin bebas, (bereksperimen, suka tampil beda,
gaya bicara menggunakan bahasa gaul)
3) Mulai ada memberontak dan melawan, sehingga sering konflik
dengan orang lain.
4) Mulai sensitif (peka), mudah marah, mudah tersinggung.
5) Membentuk geng (kelompok teman sebaya), lebih
mementingkan teman, (bersama teman lebih asik)
6) Sulit kompromi dengan orang lain (tidak mau menerima pendapat
orang lain).
b) Remaja tengah (umur 14-16 tahun)
1) Mulai bisa berkompetisi sehingga menjadi leih tenang, sabar,
toleran dan menerima pendapat orang lain.
2) Ingin mandiri (misalnya membuat keputusan sendiri, menolak
campur tangan orang lain.
3) Merasa perlu menumpulkan pengalaman baru walaupun
berisiko misalnya merokok, alkohol, seks bebas, dan mungkin
mengonsumsi narkoba.
4) Mulai tertarik dan menjalin hubungan dengan lawan jenis.
5) Mulai dapat diajak berdiskusi atau berdeba, keterampilan,
intelektual mulai menonjol.
6) Aktif di ekstra kulikuler dan berorganisasi.Senang melakukan
kegiatan berisiko, misalnya: kebut-kebutan.
c) Remaja akhir (umur 17-19 tahun).
1) Senang membicarakan sosial politik termasuk agama.
2) Mulai belajar mengatasi stress yang dihadapi.
3) Sulit diajak berkumpul dengan keluarga
4) Ingin mandiri secara financial (membiayai keperluan dan uang
sendiri)
5) Hubungan dengan pacar (lawan jenis) lebih serius dan banyak
menyita waktu
6) Merasa sebagai orang dewasa, cenderung mengemukakan
pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.
7) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri, mulai ingin
meninggalkan rumah untuk hidup sendiri.
4. Penyakit Menular Seksual (PMS)
a. Definisi
Penyakitmenular seksual (PMS) adalah infeksi yang sebagian besar
menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang tertular. IMS disebut
juga penyakit kelamin (Triningtyas, 2015). Infeksi menular seksual adalah
istilah umum dan organisme penyebabnya tinggal dalam darah atau cairan
tubuh, meliputi virus, mikroplasma, bakteri, jamur, dan parasit-parasit kecil
( misalnya: scabies). Terdapat rentang keintiman kontak tubuh yang dapat
menularkan IMS (Ralph, 2008).
b. Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual
Terdapat kurang lebih 30 jenis mikroba (bakteri, virus dan parasit) yang
dapat ditularkan melalui kontak seksual dan non-seksual. Kondisi yang
paling sering ditemukan adalah gonorrhea, Chlamydia, herpes genitalis,
infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan tricomoniasis (World
Health Organization, 2013).
1) Gonorrhea
a) Definisi
Gonorrhea adalah penyakit menular seksual yang paling sering
terjadi. Penyebabnya adalah bakteri Neisseria Gonorrhoeae, tergolong
bakteri diplokokus gram negatif berbentuk buah kopi.Masa inkubasi
berkisar antara 3-5 hari setelah infeksi (Triningtyas, 2015).
b) Cara Penularannya
Penularannya melalui kontak seksual dengan penderita yang sudah
terinfeksi bakteri Neisseria Gonorrhoeae (Triningtyas, 2015).
c) Tanda dan Gejala
Pada pria gejala umunya adalah rasa gatal dan panas pada ujung
kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing, diikuti
pengeluaran nanah diujung kemaluan dan dapat bercampur darah.
Pada wanita, dengan perbedaan anatomi alat kelamin luar terkena
infeksi pertama adalah mulut rahim. Gejala klinis yang menonjol
yaitu rasa nyeri di daerah punggung, mengeluarkan keputihan encer
seperti nanah (Triningtyas, 2015).
2) Sifilis
a) Definisi
Sifilis atau dikenal dengan (raja singa) adalah infeksi menular seksual
yang sistemik merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
spirokaeta treponena palidum (Brooker, 2008).
b) Cara Penularannya
Penyakit ini menyerang organ tubuh sehingga cairan mengandung T.
Pallidum yang ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi basah
yang infeksius. Organisme ini dapat menembus membran mukosa
intra atau kulit yang terkelupas atau didapat melalui transplasenta
(Ralph, 2008)
B. Kerangka Teori
Remaja
1. Remaja Awal (10-13) Seks Bebas
2. Remja Tengah (14-16)
3. Remaja Akhir (17-19)
Sikap
C. Kerangka Konsep
Kerangka penelitian untuk penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel dependent
dan variabel independent. Variabel dependenya yaitu manajemen diri pasien
diabetes mellitus, dan variabel independent ialah dukungan keluarga.
D. Hipotesa
Hipotesa dalam penelitian ini adalah
Ha : Ada Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Penyakit Menular
Seksual
Ho : Tidak ada Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Penyakit Menular
Seksual
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Pengumpulan Data
Adapun prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu
1. Peneliti terlenbih dahulu membuat surat studi pendahuluan dari kampus dan
kemudian diteruskan ke SMA N 1 Manado.
2. Setelah surat diteruskan ke SMA N 1 Manado, peneliti meminta izin kepada
Kepala Sekolah untuk melakukan penelitian.
3. Seteleh mandapatkan ijin peneliti melakukan pertemuan dengan siswa yang akan
dijadikan sampel
4. Peneliti memberi penjelasan maksud dan tujuan penelitan dan memberikan
inform consent kepada respoden
5. Setelah responden setuju peneliti membagikan kuisioner untuk disii oleh
responden
6. Lembar kuisioner yang telah terisi kemudian dilakukan analisa data
H. Etika Penelitian
1. Lembar persetujuan (Inform consent)
Lembar persetujuan merupakan lembar yang diberikan kepada responden untuk
menyatakan bahwa responden setuju menjadi sampel dalam penelitian
2. Tanpa Nama
Peneliti dalam melakukan penelitian tidak mencantumkan nama asli tapi hanya
menggunakan inisial.
3. Beneficence
Penelian ini dapat memberikan keuntungan bagi responden untuk membantu
dalam meningkatkan manajemen diri responden
4. Maleficence
Penelitian ini tidak menimbulkan dampak yang buruk pada responden karena
peneliti tidak memberikan intervensi yang membahayakan responden.
5. Confidentialy
Peneliti menjamin kerahasiaan dari data yang didapatkan responden (Wasis ,
2018),
I. Analisa data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dipergunakan dalam memberikan deksripsi terhadap distribusi
frekuensi dari variabel dependent dan variabel independent. Variabel
independent yairtu pengetahuan dan variabel dependent yaitu sikap Untuk
hasilnya berupa distribusi frekuensi
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat bertujuan menganalisa hubungan antara variabel independent
dan variabel dependent dengan menggunaka nanalisis bivariat. Jenis uji statistik
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan chi square untuk
menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan
penyakit menular seksual