Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sebab telah memberikan rahmat dan kasihNya serta kesehatan kepada kami, sehingga
kami mampu menyelesaikan tugas Project ini. Terimakasih juga kepada dosen pengampu
Bapak Dr. Miftakhul Arif, M.H.I. yang telah membimbing dan mengajar mata kuliah PKN.
Tugas Project ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua. Kami menyadari bahwa dalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mohon maaf karena sesungguhnya
pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas. Karena itu penulis sangat menantikan
saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas
ini. Kami berharap semoga tugas Project ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi
penulis khususnya. Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................ 4
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................. 8
A. Kesimpulan........................................................................................................ 15
B. Saran.................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan aset negara yang paling penting, karena masa depan negara
ditentukan oleh kualitas remaja saat ini. Hal ini menuntut remaja untuk menjadi
individu yang pintar, cerdas, dan bermoral, agar kelak dapat menjadi generasi penerus
bangsa yang unggul. Namun tidak semua remaja berhasil melewati masa remajanya
dengan baik, masih banyak remaja yang melakukan berbagai bentuk perilaku
kenakalan remaja. Salah satu bentuk kenakalan yang banyak dilakukan remaja saat ini
adalah perilaku seksual pranikah.
4
mencoba berpetualang dalam cinta, ajakan teman sering membuat remaja tidak
mampu mempertahankan normanorma agama yang diajarkan orang tua dan di sekolah
tentang Hubungan seks dengan siapa saja. Menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Tingkat kehamilan pada umur <20 tahun masih tinggi, pada Juni 2020.
BKKBN menyatakan angka kehamilan tidak diinginkan di Indonesia sekitar 17,5 %.
Hal ini diketahui bahwa dari jumlah penduduk remaja (usia 14-19 tahun) terdapat
19,6% kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan sekitar 20% kasus aborsi di
Indonesia dilakukan oleh remaja (BKKBN, 2021).
(https://media.neliti.com/media/publications-test/160266-masalah-aborsi-di-
kalangan-remaja-9ed97b59.pdf)
Sedangkan Bunuh diri merupakan masalah kesehatan mental dan kasus ini
paling banyak terjadi pada remaja dibanding kelompok usia lain. Secara global, World
Health Organization (WHO) melaporkan bahwa bunuh diri merupakan penyebab
kematian kedua terbanyak pada individu yang berusia 15-29 tahun, dan sekitar
700.000 atau 77% dari kejadian bunuh diri pada kelompok usia ini adalah berasal dari
negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Pada usia remaja lebih rentan terhadap infeksi HIV karena berbagai faktor
sosial yaitu keterbatasan akses dan pengetahuan seputar edukasi seksual terutama
organ reproduksi, minimnya penjalasan dari orang tua tentang seksualitas, dan adanya
trauma yang di dapatkan pada masa lalu, serta rasa ingin tahu yang tinggi. Akibatnya,
anak-anak usia remaja ini akan membuat keputusan yang cenderung tidak aman, dan
memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan tubuh mereka. Pada kelompok usia 15-25
tahun yang dikategorikan sebagai remaja menjadi kelompok paling banyak terinfeksi
HIV. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 2022, baru 76 persen orang
dengan HIV mengetahui statusnya, 41 persen orang dengan HIV mendapatkan
pengobatan, serta baru 16 persen orang dengan HIV yang mendapatkan pengobatan,
virusnya tersupresi.. Sangat disayangkan Penularan HIV pada remaja bisa disebabkan
oleh seks bebas yang tidak sehat.
(https://herminahospitals.com/id/articles/meningkatnya-kasus-hiv-dan-aids-
dikalangan-remaja.html)
5
Pemahaman yang benar tentang seksualitas manusia amat diperlukan,
khususnya untuk para remaja. Dengan memahami tentang kesehatan reproduksi,
diharapkan dapat menekan pertumbuhan seks bebas di kalangan remaja. Remaja
dengan pengetahuan kesehatan reproduksi yang cukup akan lebih bijak dalam
mengambil keputusan dan bersikap dalam menanggapi fenomena perilaku seksual
yang banyak dilakukan oleh kelompok teman sebaya di usia remaja.
(https://repository.um-surabaya.ac.id/228/2/BAB_I.pdf)
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
7
BAB II
PEMBAHASAN
Perilaku seks bebas saat ini adalah masalah yang dialami remaja di Indonesia.
Terlebih, remaja sekarang begitu mudah mengiyakan ajakan lawan jenis untuk
melakukan hubungan seks sebelum menikah dengan alasan karena sudah saling suka
dan saling mencintai satu sama lain. pengetahuan remaja mengenai dampak seks
bebas masih sangat rendah hal ini dibuktikan dengan 50% remaja mengalami penyakit
HIV/AIDS dan 60% remaja mengakui telah melakukan hubungan seks.
Perilaku seks bebas pada remaja mengakibatkan seks pranikah yang berisiko
terhadap kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dapat berlanjut pada
aborsi, pernikahan remaja, dan tertularnya penyakit HIV, serta kesehatan mental pada
remaja. Keduanya akan berdampak pada masa depan remaja tersebut, janin yang
dikandung dan keluarganya.
(https://ojs.unm.ac.id/PJAHSS/article/download/47395/22411)
a) Faktor internal:
1. Kontrol diri,
2. Kesadarab diri,
3. Nilai-nilai keagamaan cenderung kurang,
4. Gaya hidup.
8
Faktor internal dapat di artikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan keadaan dalam
diri individu, yang mengacu kepada tingkah laku dalam berkelompok maupun
bermasyarakat yang menyangkut dengan kontrol diri, kesadaran diri, nilai-nilai
keagamaan maupun gaya hidup. Individu dengan kontrol diri yang rendah memiliki
karakteristik yang labil yang menyebabkan seseorang untuk melakukan tindakan-
tindakan pidana atau tindakan yang menyimpang lainnya. Dalam hal ini dapat
dimengerti bahwa kontrol diri ini berfungsi sebagai kemampuan untuk
menahan/mencegah tingkah laku yang dapat merugikan diri sendiri, maupun orang
lain.
b) Faktor lingkungan:
1. Trend pacaran zaman sekarang
2. Teman pergaulan
3. Keadaan lingkungan tempat tinggal
4. Teknologi informasi.
Dalam kehidupan sehari-hari para remaja tidak terlepas dari pengaruh yang
konstruktif dan pengaruh destruktif. Sebenarnya kedua sifat itu telah ada semenjak
manusia (remaja) dilahirkan. Sifat-sifat ini akan berpengaruh pada para remaja,
tergantung dimana remaja itu berada. Jika remaja tersebut ada pada lingkungan yang
baik maka yang akan dominan adalah pola tingkah laku yang baik pula.
c) Faktor keluarga:
1. Perhatian orang tua
2. Peran orang tua sebagai pendidik
3. Broken home
4. Keadaan ekonomi keluarga
Orang tua atau keluarga sebagai pendidik utama bagi anaknya, merupakan panutan
utama seorang anak yang perilakunya akan ditiru dan di ikuti. Melahirkan dan
memelihara serta mendidik anak dengan baik adalah mewujudkan kebaikan bagi
agama, orang tua, kebaikan untuk dunia dan akhirat. Lebih dari itu, keberadaan anak-
anak merupakan penyambung kehidupan orang tua setelah mereka wafat, berupa
pahala amal kebaikan.
9
(https://jim.usk.ac.id/pbk/article/download/10065/5204)
Banyak remaja yang tidak mengetahui akibat dari perilaku seks bebas terhadap
kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat ataupun dalam waktu yang lebih
panjang. Beberapa dampak perilaku seks bebas pada remaja menurut yaitu:
Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan terminology yang biasa dipakai untuk
memberi istilah adanya kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita yang
bersangkutan maupun lingkungannya. Kehamilan yang tidak diinginkan adalah suatu
kehamilan yang terjadi dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak
diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Kehamilan tidak
diinginkan pada remaja disebabkan oleh faktor- faktor berikut :
b) Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua yang menyebabkan
remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Perkembangan
teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan
remaja mengakses apa saja termasuk hal-hal yang negatif.
c) Usia menstruasi yang semakin dini disertai usia kawin yang semakin tinggi
menyebabkan masa-masa rawan yaitukecenderungan perilaku seksual aktif semakin
memanjang.
10
f) Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan alat kontrasepsi tanpa
disertai pengetahuan yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar.
3) HIV/AIDS, AIDS
4) Psikologi
11
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan
reproduksi adalah konsensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuan
atau tepatnya korban utama dalam masalah ini. Perasaan bingung, cemas, malu, dan
bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan
perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci, marah
baik terhadap diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib yang membuat
kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi,
dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi.
Penyimpangan perilaku seksual terdiri atas empat kelompok besar yang masing-
masing terdiri dari beberapa sub kelompok, antara lain adalah : Gangguan identitas,
gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan
identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi, seorang yang berkelamin laki-
laki merasa dirinya wanita, atau sebaliknya.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa dampak dari seks bebas
pada remaja diantara nya adalah kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular
seksual, HIV/Aids dan Penyimpangan perilaku seksual.
(https://ojs.unm.ac.id/PJAHSS/article/download/47395/22411)
Upaya yang perlu dilakukan umtuk menyelesaikan masalah seks bebas pada remaja
yaitu:
1. Langkah pemerintah dalam upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap remaja
yakni dengan menerapkan sanksi yang lebih keras kepada pelaku.
2. Di bidang pencegahan, pemerintah bisa secara aktif melakukan kampanye untuk
meningkatkan keasadaran masyarakat.
12
3. Menerapkan pengaturan hak-hak korban kekerasan seksual dalam Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual (UU TPKS)
membawa perspektif baru dalam penegakan hukum kasus kekerasan seksual.
4. Menguatkan HAM dan perlindungan perempuan.
5. Memberikan pendidikan untuk pencegahan seks bebas dalam bentuk sosialisasi
atau penyuluhan.
(https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/16039/Pencegahan-Kekerasan-
Seksual.html)
13
yang aman, menghormati hak asasi manusia, dan menghindari terjadinya
pelecehan seksual dan seks bebas.
Dengan memahami peran dari nilai-nilai Pancasila dalam, diharapkan dapat
berkembangnya langkah-langkah konkret yang dapat mengurangi angka
pelecehan
seksual dan membentuk masyarakat yang lebih aman, adil, dan bermartabat.
(http://118.98.166.64/bukuteks/assets/uploads/pdf/PPKn-BS-KLS_X_Rev.pdf)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perilaku seks bebas banyak terjadi di kalangan remaja saat ini masih menjadi
masalah yang tinggi. Dampak seks bebas sangatlah banyak diantaranya adalah kehamilan di
luar nikah, aborsi, tingginya angka kematian ibu dan anak, terputusnya sekolah, depresi yang
mengakibatkan munculnya ide bunuh diri, tekanan sosial dan sebagainya harus segera
dihentikan. Faktor yang dapat mencegah terjadinya seks bebas pada kalangan remaja yaitu
dengan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan tingginya religiusitas pada remaja.
B. SARAN
1. Institusi pendidikan.
Institusi pendidikan sebagai pemberi pengetahuan di sekolah baik Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
hingga (UNIVERSITAS) perguruan tinggi diharapkan dapat menambahkan ilmu
pengetahuan mengenai seksual dan dampak yang akan ditimbulkan ketika seorang
remaja melakukan seks bebas.
2. Institusi pelayanan.
14
Institusi pelayanan sebagai pemberi pelayanan langsung kepada masyarakat
diharapkan dapat diadakannya promosi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi
dan religiusitas pada remaja dalam rangka pencegahan perilaku seks bebas.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.um-surabaya.ac.id/228/2/BAB_I.pdf
https://media.neliti.com/media/publications-test/160266-masalah-
aborsi-di-kalangan-remaja-9ed97b59.pdf
https://herminahospitals.com/id/articles/meningkatnya-kasus-hiv-dan-
aids-dikalangan-remaja.html
https://repository.um-surabaya.ac.id/228/2/BAB_I.pdf
https://ojs.unm.ac.id/PJAHSS/article/download/47395/22411
https://jim.usk.ac.id/pbk/article/download/10065/5204
https://ojs.unm.ac.id/PJAHSS/article/download/47395/22411
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/16039/Pencegahan-
Kekerasan-Seksual.html
https://www.hukumonline.com/klinik/a/bisakah-dipenjara-karena-
berhubungan-seks-dengan-pacar-lt5018012dba3d7
http://118.98.166.64/bukuteks/assets/uploads/pdf/PPKn-BS-
KLS_X_Rev.pdf
16