Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

“SEKS PADA REMAJA”

Disusun Oleh:
MEGA RIA PUSPITA
16340059P

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jenis Perilaku Seksual Remaja ............................................................................. 4
2.2 Perilaku Seksual ................................................................................................... 5
2.3 Definisi Seks Bebas ............................................................................................. 8
2.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Seks Bebas .................................. 10
2.5 Penanggulangan Seks Bebas ................................................................................ 20
2.6 Peran Bidan terhadap pencegahan seks bebas pada remaja ................................. 22

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 24
3.2 Saran ..................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk dari
kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi, telah memunculkan
banyak masalah sosial. Masalah – masalah sosial yang dianggap sebagai sosiopatik
atau sakit secara sosial, dan secara sosial kita kenal sebagai penyakit masyarakat itu
merupakan fungsi sosial dari totalitas sistem sosial.
Salah satu masalah sosial yang sudah mengglobal saat ini adalah masalah seks
bebas yang banyak terjadi pada kalangan remaja. Banyak dari mereka yang masuk ke
lembah hitam tanpa mereka sadari. Adanya dorongan seksual yang mempunyai arti
kecenderungan biologis untuk mencari tanggapan seksual dan tanggapan yang berbau
seksual dari orang lain, biasanya dari lawan jenis muncul pada awal remaja dan tetap
bertahan kuat sepanjang hidup. Ada perbedaan pendapat tentang apakah dorongan
seks dibawa dari lahir atau dipelajari. Menurut beberapa sarjana yang
mempertanyakan apakah ada suatu dorongan seks bawaan, menegaskan bahwa
impuls kita untuk mencari pasangan seks dan menggunakan organ seks merupakan
hasil dari belajar sosial. Akan tetapi, karena bersifat universal dan terdapat pada
semua manusia, kebanyakan ahli mengganggap bahwa dorongan seks manusia adalah
warisan biologis.(Paul Horton, 1987:147). Namun demikian, banyak dari mereka
menyalahgunakan adanya dorongan seksual sehingga terjadi masalah masalah,
diantaranya seks bebas. Lantas, apa sebenarnya seks bebas itu, apa saja faktor - faktor
yang meyebabkannya, dan bagaimana dampak serta cara penanggulangannya. Itulah
yang akan penyusun ulas dalam makalah ini.
Permasalah seks bebas pada remaja adalah permasalahan yang serius dan
segera perlu diatasi agar tidak menyebabkan generasi penerus bangsa indonesia yang
bobrok karena perlu diingat Remaja adalah calon generasi penerus bangsa,maka
pertanyaannya adalah “bagaimana kelanjutan suatu bangsa bila mental para remaja
sebagai generasi penerus hancur karena seks bebas yang mulai mewabah atau

1
menjalar sebagai penyakit yang membawa krisis mental untuk para calon generasi
penerus bangsa ini(remaja)??”.Harus ada upaya Penanggulangan ataupun
pencegahan yang perlu dilakukan oleh kita semua yakni misalnya saja didalam suatu
instansi formal (Sekolah) adanya Pendidikan seks bebas yang membahas tentang
dampak Seks diluar nikah serta Penyakit-penyakit akibat seks bebas.Selain
pendidikan mengenai seks bebas mungkin perlu adanya penanaman nilai moral dan
keagamaan yang lebih intensif untuk diberikan kepada para remaja guna sebagai filter
yang dapat mencegah adanya perbuatan yang banyak merugikan dirinya dan juga
pihak lain misalkan dengan perbuatan seks bebas selain merugi dirinya yang dapat
merusak mental dan pikiranya juga merugikan pasangannya.
Permasalahan ini merupakan tanggung jawab seluruh elemen agar
mewabahnya seks bebas pada remaja tidak terjadi dan dapat diatasi.sebenarnya
banyak upaya pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya seperti peran lembaga
formal/sekolah ,peran orang tua didalam keluarga dalam mengawasi tingkah laku
anak dalam bergaul namun dalam mengawasi proses bergaul anaknya tidak berhak
besikap otoriter terhadap anaknya karena hal tersebut dapat memicu perlakuan agresif
pada si anak.Sangat diharapkan orang tua dapat menjalakan fungsi dan perannya
dengan baik, diantaranya memberikan kasih sayang, pendidikan budi pekerti, serta
mengajarkan cinta kasih terhadap sesama. Sehingga terjadi keselarasan antara anak
dengan dirinya serta lingkungan keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan seks bebas itu?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya seks bebas?
3. Bagaimanakah dampak dari seks bebas?
4. Bagaimana cara penanggulangan seks bebas?

2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi seks bebas
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas
3. Mengetahui dampak dari seks bebas
4. Mengetahui cara penanggulangan seks bebas

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Perilaku Seksual Remaja


Masa remaja menjadi masa transisi dimana individu merupakan makhluk
aseksual menjadi seksual. Kematangan hormonal serta menguatnya karakteristik
seksual primer dan sekunder diikuti pula perkembangan emosionalnya. Selama
masa peralihan ini diikuti perkembangan secara biologis dari masa anak-anak
menuju dewasa dini. Pada masa transisi seperti ini menjadi rawan terhadap
meningkatnya aktifitas seksual aktif maupun pasif. Pada masa ini impuls-impuls
dorongan seksual (sexdrive) mengalami peningkatan dan pada saat tersebut rasa
ketertarikan remaja untuk merasakan kenikmatan seksual meningkat (Mahati,
2001; Gusmiarni,2000; Aminudin, dkk: 1997).
Perilaku seksual sendiri dipahami sebagai bentuk perilaku yang muncul
karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ
seksual melalui berbagai perilaku. Namun pemahaman pengertian mengenai
perilaku seksual yang selama ini yang berkembang di masyarakat hanya
berkutat seputar penetrasi dan ejakulasi (Wahyudi, 2000). Dalam kondisi tertentu
remaja cenderung memiliki dorongan seks yang kuat. Namun kompensasi dari
dorongan rasa ini terhadap lawan jenis, remaja kurang memiliki kontrol diri yang
baik dan terlebih disalurkan melalui kanalisasi yang tidak tepat. Perilaku
semacam inirawan terhadap timbulnya masalah-masalah baru bagi remaja.
Banyak ditemukan remaja melakukakan penyaluran dorongan yangtidak sesuai
dengan apa yang menjadi norma masyarakat setempat ataupun
diwujudkan melalui ekspresi seksual yang kurang sehat. Dorongan ini rawan
terhadap munculnya pelecehan seksual. Perilaku seks yang kurang sehat itu jarang
disadari remaja dan selanjutnya menimbulkan kerugian terhadap remaja itu
sendiri.

4
2.2 Perilaku Seksual
1. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta
interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi,
lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar
(Green, 2000). Menurut Skinner (2001) seorang ahli psikologi, merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus Skinner membedakan
perilaku menjadi dua:
a. Perilaku tertutup (Covert Behavior), Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (Overt Behavior), Repon seseorng terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Skinner dalam Notoatmodjo
(2001) mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan
antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau respon, respon dibedakan
menjadi dua respon:
1) Respondent response atau reflexive respon, ialah respon yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relatif tetap. Responden respon
(Respondent behaviour) mencakup juga emosi respon dan emotional
behaviour.

5
2) Operant respons atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut
reinforsing stimuli atau reinforcer. Proses pembentukan atau perubahan
perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun
dari luar individu. Aspekaspek dalam diri individu yang sangat
berperan/berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi
dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari
penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu.
Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan.
Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono,
2003).
2. Pengertian Perilaku Seksual
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki,
yang sering disebut jenis kelamin (Ing: sex). Sedangkan seksualitas
menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial,
psikologis, dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan
organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan
dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana
menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis, serta
bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi,
perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri. Dari dimensi sosial, seksualitas
dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia,
bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang
seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual. Dimensi kultural
menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di
masyarakat

6
3. Dorongan Seksual
Dorongan seksual adalah keinginan untuk mendapatkan kepuasan
secara seksual yang diperoleh dengan perilaku seksual. Hal yang wajar pada
remaja muncul dorongan seksual karena ketika memasuki usia pubertas,
dorongan seksual akan muncul dalam diri seseorang. Saat puber, organ-organ
reproduksi sudah mulai berfungsi, hormon-hormon seksualnya juga mulai
berfungsi. Hormon-hormon inilah yang menyebabkan munculnya dorongan
seksual, yaitu hormon esterogen dan progesteron pada perempuan, serta
hormon testosteron pada laki-laki. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika
dorongan seksual muncul tidak diimbangi dengan pemahaman terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan perilaku seksual.
Tidak ada perbedaan antara dorongan seksual yang dimiliki laki-laki
dan perempuan. Tidak ada yang lebih tinggi. Walaupun di masyarakat muncul
kepercayaan bahwa dorongan seksual pada laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan, hal tersebut sebetulnya disebabkan oleh budaya yang mengijinkan
laki-laki untuk lebih ekspresif (termasuk dalam hal seksualitas), sementara
perempuan dilarang untuk menunjukkan ketertarikan seksualnya di depan
banyak orang.
4. Perilaku Seksual
Perilaku seksual seringkali dimaknai salah oleh banyak orang dengan
hubungan seksual, perilaku seksual ditanggapi sebagai sesuatu hal yang
melulu “negatif”. Padahal tidak demikian halnya. Perilaku seksual merupakan
perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk
mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Perilaku
seksual tersebut sangat luas sifatnya, mulai dari berdandan, mejeng, merayu,
menggoda hingga aktifitas dan hubungan seksual.
Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan
dengan lawan jenis atau sesama jenis. Contohnya: pegangan tangan, cium
kering, cium basah, petting, intercourse dan lain-lain.( Sarlito :2013)

7
Perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan
di sekitarnya. Berikut beberapa faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi perilaku seksual:
a. Perspektif Biologis, perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas
dan pengaktifan hormon dapat menimbulkan perilaku seksual.
b. Pengaruh Orang Tua, kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang
tua dengan remaja dalam masalah seputar seksual dapat memperkuat
munculnya penyimpangan perilaku seksual
c. Pengaruh Teman Sebaya, pada masa remaja, pengaruh teman sebaya
sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan
dengan norma kelompok sebaya
d. Perspektif Akademik, remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi
yang rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual
dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di sekolahnya
e. Perspektif Sosial Kognitif, kemampuan sosial kognitif diasosiasikan
dengan pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku
seksual di kalangan remaja. Remaja yang mampu mengambil keputusan
secara tepat berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya dapat lebih
menampilkan perilaku seksual yang lebih sehat.

2.3 Definisi Seks Bebas


Seks adalah kata yang sangat tidak asing di telinga kita, tetapi anehnya seringkali
kita merasa tabu dan agak malu-malu jika menyinggungnya. Nah, kemudian agar kita
dapat membicarakan dan mendiskusikannya dengan bebas terbuka, maka para ahli
bahasa dan ilmuwan pun membuat seks ini menjadi ilmiah dengan menambahkan
akhiran “-tas” dan “-logi” menjadi “seksualitas” dan “seksologi”, sehingga jadilah
seksualitas adalah untuk dibahas dan didiskusikan, seksologi adalah untuk ditulis
secara ilmiah, dan seks adalah untuk dialami dan ‘dinikmati’. ( Zen. “Definisi Seks”.

8
2009. http://www.dhammacitta.org/pustaka/ Ebook/Dharma-Prabha/Dharma-Prabha-
48.Pdf (26 Desember 2017)
Di dalam kamus, seks sebenarnya mempunyai dua arti, yaitu seks yang berarti
jenis kelamin atau gender, dan seks yang berarti senggama atau melakukan aktivitas
seksual, yaitu hubungan penyatuan antara dua individu dalam konteks gender di atas.
Hampir masyarakat berpendapat bahwa perlu adanya pengaturan
penyelenggaraan hubungan seks. Sebab, dorongan seks itu begitu besar pengaruhnya
terhadap manusia seperti nyala api yang berkobar. Api itu bisa bermanfaat bagi
manusia, akan tetapi dapat menghancurkan peradaban manusiawi. Demikian pula
dengan seks, bisa membangun kepribadian seseorang, akan tetapi juga bisa
menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan.(Kartini Kartono,1981:22)
Variasi dari pengaturan dari penyelenggaraan seks bisa kita lihat pada tradisi-
tradisi seksual pada bangsa-bangsa primitif di bagian-bagian dunia. Dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi terjadilah
banyak perubahan sosial yang serba cepat pada hampir semua kebudayaan manusia.
Perubahan sosial tersebut mempengaruhi kebiasaan hidup manusia, sekaligus juga
mempengaruhi pola-pola seks yang konvensional. Maka pelaksanaan seks itu banyak
dipengaruhi oleh penyebab dari perubahan sosial, antara lain oleh : urbanisasi,
mekanisasi,alat kontrasepsi,lamanya pendidikan,demokratisasi fungsi wanita dalam
masyarakat, dan modernisasi. Sebagai efek samping yang ditimbulkan ada kalanya
terjadi proses keluar dari jalur dari pola-pola seks, yaitu keluar dari jalur-jalur
konvensional kebudayaan. Pola seks dibuat menjadi hyper modern dan radikal,
sehingga bertentangan dengan system regulasi seks yang konvensional, menjadi seks
bebas.
Seks bebas adalah salah satu perilaku yang menyimpang yang dilakukan
manusia(Agustiani,2006).ironisnya perilaku menyimpang ini banyak dialami oleh
generasi penerus bangsa yaitu remaja. Fenomena yang menggejala di kalangan
remaja atau pra-dewasa adalah perilaku seks bebas karena dibuktikan oleh data
penelitiak PKBI Jakarta yaitu sebanyak 14,73 % responden dari 2.479 responden

9
melakukan hubungan seks, dengan pacar 74, 89 %, pacaran di rumah 61, 54 %, dan
kemudian 40 % tidak menggunakan alat kontrasepsi dan 60 % tidak aman
menggunakan alat kontrasepsi(Agustiani,2006).

2.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Seks Bebas


Faktor penyebab seks bebas yang dialami remaja dapat dikategorikan menjadi 2
faktor, yaitu faktor internal dan eksternal:
A. Faktor internal atau lebih lazimnya dari dalam diri seseorang remaja itu.
Keinginan untuk dimengerti lebih dari orang lain bisa menjadi penyebab
remaja melakukan tindakan penyimpangan, sikap yang terlalu merendahkan
diri sendiri atau selalu meninggikan diri sendiri, jikalau terlalu merendahkan
diri sendiri orang remaja lebih mencari jalan pintas untuk menyelesaikan
sesuatu dia beranggapan jika saya tidak begini saya bisa dianggap orang lain
tidak gaul, tidak mengikuti perkembangan zaman.
B. Faktor Eksternal / faktor dari luar pribadi seseorang remaja. Faktor paling
terbesar memberi terjadinya prilaku menyimpang seseorang remaja yaitu
lingkungan dan sahabat. Seseorang sahabat yang sering berkumpul bersama
dalam satu geng, otomatis dia akan tertular oleh sikap dan sifat kawannya
tersebut. Kasih sayang dan perhatian orang tua tidak sepenuhnya tercurahkan,
membuat seorang anak tidak betah berada di dalam rumah tersebut, mereka
lebih senang untuk berada di luar bersama kawan-kawannya. Apalagi
keluarga yang kurang harmonis dan kurangnya komunikasi dengan orang tua
dapat menyebabkan seorang anak melakukan penyimpangan sosial serta seks
bebas yang melanggar nilai-nilai dan norma sosial. Apabila ayah dan ibu
mereka yang memiliki kesibukan di luar rumah akan membuat anak-anak
remaja semakin menjadi-jadi, sehingga mereka merasa tidak diperdulikan
lagi. (Kadoet. “ mengatasi perilaku seks “. 2009.
http://www.acehforum.or.id/mengatasi-perilaku-seks-t2444p2.html (26
Desember 2017)

10
Selain faktor internal dan eksternal di atas, ada juga faktor lain yang secara
umum dapat menyebabkan terjadinya seks bebas. Jelas tidak ada faktor tunggal tetapi
jelas bahwa penyebabnya bukan kondom.
Faktor pertama: pergaulan. Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar
terhadap perilaku kita. Maka jika seseorang mempunyai lingkungan pergaulan dari
kalangan teman-teman yang suka melakukan seks bebas, maka dia juga bisa
terpengaruh dan akhirnya ikut melakukan seks bebas.
Faktor kedua: pengaruh materi pornografi (film, video, internet dsb).Jika
seseorang berulang kali mengakses materi pornografi, maka ini bisa mendorong
terjadinya perilaku seks bebas.
Faktor ketiga: pengaruh obat/narkoba dan alkohol. Seseorang yang bebas
dari pengaruh narkoba dan alkohol bisa berfikir jernih dan ini mencegah dia
melakukan perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan alkohol,
maka pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks
bebas.
Faktor keempat: kualitas hubungan suami-isteri (buat yang sudah
menikah). Jika ada masalah dalam hubungan suami-isteri, maka ini bisa mendorong
yang bersangkutan melakukan hubungan seks bebas. Jadi kombinasi dari sejumlah
faktor diataslah yang merupakan penyebab seks bebas dan bukan kondom.
Jadi untuk mereka yang khawatir bahwa kondom akan mendorong seks
bebas, marilah merenungkan kembali hal ini dengan jernih dan bijaksana. Adalah
sangat kecil kemungkinannya bahwa hanya gara-gara tahu tentang kondom atau
menerima pembagian kondom gratis maka seseorang mendadak lalu jadi berani jajan
seks atau melakukan hubungan seks berisiko. (Adi Sasongko. “ faktor terjadinya seks
bebas”.2008. http://www.desentralisasi-kesehatan.net ( 26 Desember 2017).

2.5 Dampak dari Seks Bebas


Ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks di kalangan remaja yaitu
kehamilan dan penyakit menular seksual. Seperti kita ketahui bahwa banyak dampak

11
buruk dari seks bebas dan cenderung bersifat negatif seperti halnya, kumpul kebo,
seks bebas dapat berakibat fatal bagi kesehatan kita. Tidak kurang dari belasan ribu
remaja yang sudah terjerumus dalam seks bebas. Para remaja seks bebas cenderung
akibat kurang ekonomi.
Seks bebas dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan luar dan salah
pilihnya seseorang terhadap lingkungan tempatnya bergaul. Saat-saat ini di kota besar
sering terjadi razia di tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik dan tempat
berkumpul para remaja lainnya dan yang paling sering tertangkap adalah anak-anak
remaja. Seks bebas sangat berdampak buruk bagi para remaja, dampak dari seks
bebas adalah hamil di luar nikah, aborsi, dapat mencorengkan nama baik orang tua,
diri sendiri, guru serta nama baik sekolah. Padahal seks bebas bukanlah segalanya,
dimana mereka hanya mendapat kenikmatan semata, sedang mereka tidak
memikirkan akibat yang harus mereka tanggung seumur hidup. Hal ini jelas sangat
berbahaya bagi remaja yang terjerumus di dalam seks bebas. Bayangkan saja jika
seluruh remaja ada di Indonesia terjerumus dalam seks bebas, apa jadinya nasib
bangsa kita ini jika remaja yang ada tidak memiliki kemampuan berfikir dan fisik
yang baik, tentunya pembangunan tidak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas:
A. Menciptakan kenangan buruk. Apabila seseorang terbukti telah melakukan
seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa
bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar pelaku pun turut menanggung
malu sehingga menjadi beban mental yang berat.
B. Mengakibatkan kehamilan. Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan
kehamilan bila dilakukan pada masa subur. kehamilan yang terjadi akibat seks
bebas menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap
“Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku
bahkan keturunannya.
C. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi. Aborsi merupakan
tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan

12
kemandulan bahkan Kanker Rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara
aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian.
D. Penyebaran Penyakit. Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan
bahkan keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-
ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila
dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu
virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV.
E. Timbul rasa ketagihan.
F. kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan
spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks.
Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya
remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
1. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama
kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian
(umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan
sekitarnya.
5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non
medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang,
kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau
ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta,
pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.
7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan
kejiwaan saat ia dewasa.

13
Pendapat lain mengemukakan bahwa dampak dari sex bebas (free sex),
khususnya pada remaja dapat dibagi menjadi:
1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang dapat terjadi adalah terkena penyakit kelamin (Penyakit
Menular Sexual/ PMS) dan HIV/AIDS serta bahaya kehamilan dini yang tak
dikehendaki. PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang
kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi
terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan
benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti
terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.
Penyakit klamin yang dapat terjadi adalah kencing nanah (Gonorrhoe), raja
singa (Sifilis), herpes genitalis, limfogranuloma venereum (LGV),
kandidiasis, trikomonas vaginalis, kutil kelamin dan sebagainya. Karena
bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih
mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara
lain:
a. berupa bintil-bintil berisi cairan,
b. lecet atau borok pada penis/alat kelamin,
c. luka tidak sakit; keras dan berwarna merah pada alat kelamin,
d. adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam,
e. rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,
f. rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
g. kencing nanah atau darah yang berbau busuk,
h. bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah
menjadi borok.

Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak
disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain:

14
a. rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
b. rasa nyeri pada perut bagian bawah,
c. pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
d. keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya,
e. keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
f. timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
g. bintil-bintil berisi cairan,
h. lecet atau borok pada alat kelamin.

Perlu diketahui bahwa PMS (Penyakit Menular Seksual)adalah


penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan
seksual, seks oral dan seks anal. Kata penyakit menular seksual semakin
banyak digunakan, karena memiliki cakupan pada arti' orang yang mungkin
terinfeksi, dan mungkin mengeinfeksi orang lain dengan tanda-tanda
kemunculan penyakit. Penyakit menular seksual juga dapat ditularkan melalui
jarum suntik dan juga kelahiran dan menyusui. Infeksi penyakit menular
seksual telah diketahui selama ratusan tahun(Sumber Wikipedia).PMS tidak
dapat dicegah hanya dengan memilih pasangan yang kelihatan bersih
penampilannya, mencuci alat kelamin setelah berhubungan seksual, minum
jamu-jamuan, minum antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seks.
AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome. Penyakit
ini adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV. HIV sendiri adalah singkatan dari
Human Immunodeficiency Virus. AIDS merupakan penyakit yang salah satu
cara penularannya adalah melalui hubungan seksual. Selain itu HIV dapat
menular melalui pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus
HIV, menerim tranfusi darah yang tercemar HIV atau dari ibu hamil yang
terinfeksi virus HIV kepada bayi yang dikandungannya. Di Indonesia

15
penularan HIV/AIDS paling banyak melalui hubungan seksual yang tidak
aman serta jarum suntik (bagi pecandu narkoba).
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan
gejala-gejala khusus. Baru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi
sering menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Pada
periode 3-4 tahun kemudian penderita tidak memperlihatkan gejala khas atau
disebut sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan
dari luar juga tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare
berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan dimulut,
dan terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa
terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker dan bahkan kematian. Untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap virus HIV, yang menunjukkan adanya
virus HIV dalam tubuh, dilakukan tes darah dengan cara Elisa sebanyak 2
kali. Kemudian bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
dengan cara Western Blot atau Immunofluoresensi.
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau
mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan
fisik, kesiapan mental/ emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara
umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah
menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh),
yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman
kesiapan fisik. Kehamilan pada usia yang sangat dini dan tidak dikehendaki
akan menyebabkan terjadinya resiko kehamilan dan persalinan serta resiko
pada janin seperti:
a. panggul sempit
b. kontraksi rahim yang lemah
c. ketidak teraturan tekanan darah yang dapat berdampak pada keracunan
kehamilan serta
d. kejang-kejang yang dapat menyebabkan kematian

16
e. Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka
ia bisa saja tidak mengurus dengan baik kehamilannya
f. Gangguan pertumbuhan organ-organ tubuh pada janin
g. Kecacatan
h. Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari
ibu yang tidak menghendaki kehamilan bayi yang dilahirkanya nanti.
Sehingga masa depan anak mungkin saja terlantar
i. Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi.

Di Indonesia aborsi dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau


melawan hukum. Karena tindakan aborsi adalah ilegal maka sering dilakukan
secara sembunyi-sembunyi dan tidak aman. Aborsi tidak aman berkontribusi
kepada kematian dan kesakitan ibu. Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan
dan keselamatan perempuan terutama jika dilakukan secara sembarangan
yaitu oleh mereka yang tidak terlatih. Perdarahan yang terus-menerus serta
infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian
perempuan yang melakukan aborsi. Di samping itu aborsi juga berdampak
pada kondisi psikologis. Perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban batin
akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang dapat mengakibatkan
depresi.

2. Bahaya perilaku Psikologis


Sex bebas akan menyebabkan terjadinya penyakit kelainan seksual
berupa keinginan untuk selalu melakukan hubungan sex. Sipenderita selalu
menyibukkan waktunya dengan berbagai khayalan-khayalan seksual, jima,
ciuman, rangkulan, pelukan, dan bayangan-bayangan bentuk tubuh wanita
luar dan dalam. Sipenderita menjadi pemalas, sulit berkonsentrasi, sering
lupa, bengong, ngelamun, badan jadi kurus dan kejiwaan menjadi tidak stabil.
Yang ada dipikirannya hanyalah seks dan seks serta keinginan untuk

17
melampiaskan nafsu seksualnya. Akibatnya bila tidak mendapat teman untuk
sex bebas, ia akan pergi ke tempat pelacuran (prostitusi) dan menjadi
pemerkosa. Lebih ironis lagi bila ia tak menemukan orang dewasa sebagai
korbannya, ia tak segan-segan memerkosa anak-anak dibawah umur bahkan
nenek yang sudah uzur.
Dampak Psikologis lainnya yang seringkali terlupakan ketika
melakukan free sex adalah akan selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih,
menyesal, malu, kesepian, tidak punya bantuan, binggung, stress, benci pada
diri sendiri, benci pada orang yang terlibat, takut tidak jelas, insomnia (sulit
tidur), kehilangan percaya diri, gangguan makan, kehilangan konsentrasi,
depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, takut akan hukuman
Tuhan, mimpi buruk,merasa hampa,halusinasi,sulit mempertahankan
hubungan
Bagaimana cara untuk menghindari dari pergaulan bebas ini meskipun
dengan alasan kata “bukti sayang atau cinta” dan lain-lain? Sebenarnya semua
dikembalikan pada individu kita masing-masing. Mencegahnya merupakan
suatu hal yang harus bersifat kooperatif dari berbagai aspek seperti remaja itu
sendiri - pihak orangtua - sekolah dan lingkungan masyarakat. Semua aspek
tadi mesti diimbangi oleh norma agama dan sosial. Jika seseorang telah di
bekali ilmu secara agama dan medis mengenai dampak free seks tadi, semua
keputusan ditangannya sendiri.

3. Bahaya sosial
Sex bebas juag akan menyebabkan seseorang tidak lagi berpikir untuk
membentuk keluarga, mempunyai anak, apalagi memikul sebuah tanggung
jawab. Mereka hanya menginginkan hidup di atas kebebasan semu. Lebih
parah lagi seorang wanita yang melakukan sex bebas pada akhirnya akan
terjerumus ke dalam lembah pelacuran dan prostitusi.

18
Anak yang terlanjur terlahir akibat sex bebas (perzinahan) tidak
mendapatkan cinta kasih dari ayahnya dan kelembutan belainan ibunya. Ia
tidak akan mendapat perhatian dan pendidikan yang cukup. Setelah ia tahu
bahwa ia terlahir akibat perzinahan, maka kejiwaannya akan menjadi kaku
dan tersisih dalam pergaulan dan sosial kemasyarakatan, bahkan tak jarang ia
akan terlibat dalam masalah kriminalitas. Hal yang lebih ironis lagi adalah
sering ayah dari anak yang terlahir akibat sex bebas tidak jelas lagi siapa
ayahnya.
Sex bebas juga akan menyebabkan berantakannya suatu keluarga dan
terputusnya tali silaturrahmi dan kekerabatan. Orang tua biasanya tidak akan
perduli lagi pada anak yang telah jauh tersesat ini, sebaliknya seorang remaja
yang merasa tidak dipedulikan lagi oleh orang tuanya akan semakin nekad,
membangkang dan tidak patuh lagi pada orang tua. Ia juga akan terlibat
konfrontasi dengan sanak saudara lainnya. Hal ini pada akhirnya dapat
menimbulkan rasa frustasi dan kecewa serta dendam tak kesudahan terhadap
anggota keluarga sendiri.
4. Bahaya perekonomian
Sex bebas akan melemahkan perekonomian si pelaku karena
menurunnya produktivitas si pelaku akibat kondisi fisik dan mental yang
menurun, penghamburan harta untuk memenuhi keinginan sex bebasnya.
Disamping itu sipelaku juga akan berupaya mendapatkan harta dan uang
dengan menghalalkan segala cara termasuk dari jalan yang haram dan keji
seperti korupsi, menipu, judi, bisnis minuman keras dan narkoba dan lain
sebagainya.

5. Bahaya keagamaan dan akhirat


Para pemuda yang terperosok kedalam lumpur kehanyutan sex bebas
dan kemerosotan akhlak akan ditimpa 4 macam hal tercela yang diisyaratkan
dan disebutkan tanda-tandanya oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang

19
tercantum dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani. Rasulullah
SAW bersabda : ”Jauhilah zina karena ia mengakibatkan 4 macam hal;
menghilangkan wibawa di wajah, menghalangi rezeki, dimurkai Allah dan
menyebabkan kekelan dalam neraka” (HR. Ath-Thabrani). Seorang pezina
ketika ia melakukan zina akan terlepas dari keimanan dan ke Islaman,
sebagaimana hadist Rasulullah SAW: ” Tidak ada seorang pezina ketika
melakukan zina sedangkan saat itu ia beriman....” (HR. Bukhari dan Muslim)
Diantara bahaya akhirat, seorang pezina jika tidak bertaubat akan
dilipat gandakan siksaanya pada hari kiamat, sebagaimana firman Allah SWT:
”Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan
demikian itu niscaya ia mendapat (pembalasan) dosa (nya) (yakni) akan
dilipatgandakan azb untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab
itu, dalam keadaan terhina” (QS. Al Furqaan: 68-69) .

2.6 Penanggulangan Seks Bebas


Seperti yang telah kita bahas di atas bahwa sesungguhnya memang kurang
kesadaran baik dari remaja itu sendiri maupun orang tua. Hendaklah orang tua
memperhatikan anak-anaknya tetapi orang tua jangan terlalu mamanjakan anak
mereka, karena bisa mengakibatkan dampak buruk baginya karena dia sudah terbiasa
dengan hal-hal yang enak-enak. Tetapi orang tua juga harus memperhatikan anak-
anaknya dengan mengarahkan ke hal-hal yang positif dengan cara mendukung bakat
yang dimiliki oleh anak tersebut, agar dapat berguna dan berkembang. Tetapi seorang
anak juga jangan terlalu egois dalam memaksakan kehendak.
Bagi para lembaga sosial harus bisa merangkul para remaja untuk masuk
dalam suatu organisasi dengan mengikuti berbagai kegiatan seorang remaja akan
terarah pikirannya dengan baik. Bagi lembaga keagamaan harus selalu mengarah ke
imanan dan ketaqwaan mereka terbina. Mendukung segala bakat-bakat anak remaja

20
agar mereka tidak melakukan hal-hal yang menyimpang. Tidak terlalu memaksakan
seorang dalam berbagai tindakan karena akan membuat tempramen seorang anak
suka emosional. Didiklah anak-anak dengan cara yang lambat agar mereka tidak
selalu membangkan segala suruhan atau perintah para orang tua. ( Andriezens.
“Upaya penanggulangan seks bebas di kalangan remaja”. 2008.
http://mahkotaweblog.wordpress.com (26 Desember 2017)
A. Pencegahan Menurut Agama
1. Memisahkan tempat tidur anak.
2. Meminta izin ketika memasuki kamar tidur orang tua
3. Mengajarkan adab memandang lawan jenis.
4. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri.

B. Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga


Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks
sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi
pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila seorang
bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat memberikan
mana cirri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga diberikan saat anak
mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi lahir. Peran
orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.
1. Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum
menjelaskan kepada anak-anak mereka.
2. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan
anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
3. Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan
di ruang yang sama.
4. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks,
gunakan kata-kata yang sopan.

21
5. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah
teman yang baik.
6. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan
menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
7. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena
itu merupakan sesuata yang paling berharga.
8. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.

Digunakan upaya pencegahan atau penangkalan perilaku menyimpang dan


upaya kuratif yaitu pengobatan dan penyembuhan. Agar perilaku seks bebas pada
remaja dapat ditekan seminim mungkin, perlu dilakukan pencegahan yang baik dari
lingkup keluarga, pemerintah dan masyarakat. Adanya komunikasi yang efektif di
dalam keluarga antara orang tua dan anak mengenai pemahaman nilai-nilai moral dan
etika sekaligus memberikan pengertian mangenai pendidikan seks kepada anak-
anaknya sesuai dengan tingkat umurnya.

2.7 Peran Bidan terhadap pencegahan seks bebas pada remaja:


1. Memberikan pendidikan kepada para remaja tentang kesehatan reproduksi.
Para remaja harus diberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi karena
banyak hal yang harus mereka ketahui tentang kesehatan reproduksi untuk
menjaga kesehatan organ intim dan menghindari terjadinya kekerasan seksual
pada remaja. Sesuai dengan peran bidan sebagai pendidik, dapat memberikan
pendidikan untuk para remaja.
2. Memberikan informasi dan pelayanan bagi para remaja
Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai
perkembangan fisik dan emosional, bahaya seks bebas, risiko-risiko potensial
dari kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana
mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan,

22
kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan
hubungan interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi
interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku
komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mengomun
ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
perilaku.
3. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap
kesehatan reproduksi remaja dan menghindari kekerasan seksual bagi para
remaja.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual terhadap merupakan masalah yang
kontroversial di banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan
advokasi dan mendorong munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi
lebih penting. Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat
perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para
stake holder yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi.
4. Mengadakan Promosi Kesehatan untuk Para Remaja
Promosi Kesehatan merupakan salah satu peran bidan. Maka bidan dapat
memberikan promosi kesehatan unutuk kalangan remaja agar mereka dapat
menyadari akan kesehatan dan perlindungan diri dari kekerasan dan hal lain
yang dapat merugikan diri. Promosi kesehatan dapat diberikan di Sekolah,
Lingkungan, dan tempat umum lainnya.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seks bebas berdampak sangat besar, tidak hanya berakibat terhadap diri
sendiri tetapi juga keluarga dan orang sekitar. Seks bebas sebagian besar dlakukan
oleh kaum remaja. Oleh karena itu, haruslah diperhatikan sering lagi karena tanpa
perhatian dari orang tua, guru dan lembaga sosial lainnya seorang anak dapat
melakukan penyimpangan sosial. Karena hanya merekalah penerus bangsa ini. Araha-
arahan perlu diberikan kepada remaja, karena dampak awal yang paling terasa adalah
pada orang yang ada disekitarnya. Pendukungan mereka sangat perlu untuk memupuk
rasa patriotisme dan nasionalisme bangsa Indonesia. Jauhilah pergaulan bebas yang
berujung pada seks bebas. Tingkatkan keimanan sebagai benteng dari perbuatan dosa.

3.2 Saran
Penanaman kesadaran yang paling utama yang perlu dipupuk untuk remaja guna
membendung perilaku yang negative dan membangun generasi remaja yang sehat
untuk meneruskan cita-cita bangsa ini,penanaman kesadaran ini berupa nilai
moral,agama,norma dan sikap orang dewasa /para sauri tauladan remaja(guru,orang
tua,tokoh agam dll)memberikan realisasi tindakan atas ucapannya

24
DAFTAR PUSTAKA

Adi Sasongko. “ faktor terjadinya seks bebas”.2008. http://www.desentralisasi-


kesehatan.net (26 Desember 2017)
Andriezens. “Upaya penanggulangan seks bebas di kalangan remaja”. 2008.
http://mahkotaweblog.wordpress.com (26 Desmber 2017)
Kadoet. “ mengatasi perilaku seks “. 2009. http://www.acehforum.or.id/mengatasi-
perilaku-seks-t2444p2.html (26 Desember 2017)
Naufal, Muhammad.“Bahaya Seks Bebas dan Pengertian Seks Bebas”. 2009.
http://info.g-excess.com/id/online.info (26 Desember 2017)
Zen. “Definisi Seks”. 2009. http://www.dhammacitta.org/pustaka/ Ebook/Dharma-
Prabha/Dharma-Prabha-48.Pdf (26 Desember 2017)

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai