Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH

PELAYANAN KEBIDANAN KOLABORASI DAN RUJUKAN

Oleh

ERNAWATI

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai
ibu saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang
berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau
keadaan bagian tubuh. Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli
patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik
mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologis tubuh..
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kehamilan
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya
kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal care sebagai deteksi dini adanya kehamilan
yang beresiko tinngi sebagai salah satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga antenatal care
diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu.
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya
disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan. Untuk
itu ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering memeriksakan diri sejak dini dengan
tujuan untuk mengurangi penyulit saat inpartu.
Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan obstetrik dan
neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil memeberikan pelayanan sesuai
dengan standart yang diterapkan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah asuhan kolaboratif kehamilan patologis dan komplikasi ?
2. Bagaimanakah asuhan kolaboratif persalinan patologis dan komplikasi ?
3. Bagaimanakah asuhan kolaboratif nifas patologis dan komplikasi ?
4. Bagaimanakah asuhan kolaboratif BBL patologis dan komplikasi ?
5. Bagaimanakah alur rujukan pelayanan kebidanan?

2
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan kolaboratif kehamilan patologis dan
komplikasi ?
2. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan kolaboratif persalinan patologis dan
komplikasi ?
3. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan kolaboratif nifas patologis dan komplikasi ?
4. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan kolaboratif BBL patologis dan komplikasi ?
5. Mahasiswa mampu mengetahualur rujukan pelayanan kebidanan?

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. ASUHAN KOLABORATIF KEHAMILAN PATOLOGIS DAN


KOMPLIKASI
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang
menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Patologi merupakan cabang
bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit
melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh. Bidang patologi
terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli patologi anatomi
membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik
mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologis tubuh.
Patologi anatomi adalah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis
penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas
organ, jaringan, dan sel. Di banyak negri, dokter yang berpraktek patologi
dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik, diagnosis penyakit melalui
analisis laboratorium pada cairan tubuh.
Patologi anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang
berguna secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya
melibatkan pameriksaan visual kasar dan mikroskopik pada jaringan, dengan
pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk
menvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan dikelilingi sel. Kini,
patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperolah
informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama. Ada beberapa macam
patologi kebidanan yang harus di antisipasi oleh setiap bidan dan tenaga
kesehatan lainnya : patologi kehamilan, patologi persalinan, patologi nifas,
asuhan kebidanan patologi. Patologi kehamilan terdiri atas : Mola hidatidosa,
Ketuban pecah dini, Abortus, Kehamilan lewat waktu, Persalinan preterm,

4
Kehamilan ektopik, Solusio plasenta, Pre eklamsia, Eklamsia, Plasenta previa
(Sujiatini, 2009).

1. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I


Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang mengindikasikan adanya
bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila
tidak dilaporkan atau tidakterdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Pusdiknakes, 2003).

2. Perdarahan Pervaginam
1. Abortus
a. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia
gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram
(Murray,2002).
b. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelaina kromosom,
lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis,
dan HIV.
3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus.
4. Kelainan plasenta.
c. Klasifikasi
Klasifikasi abortus dalah sebagai berikut :

5
1. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus
tanpa adanya dilatasi serviks.
2. Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3. Abortus inkompletus adalah pengeliaran hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam
uterus.
4. Abortus kompletus adalan abortus yang hasil konsepsinya sudah
dikeluarkan.
5. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi
oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka, sehinga semuanya
terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih
bundar dengan dinding.
6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
7. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih
dari 3 kali.
8. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman
atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

d. Manifestasi klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga
sering terdapat rasa mulas dan keluhan rasa perut nyeri bagian bawah.

e. Penatalaksanaan

6
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi selama
kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan untuk relaksasi. Tetapi
intravena atau transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada kasus
aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui pembedahan.
Begitu juga dengan kasus missed abortion jika janin tidak keluar spontan. Jika
penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda sampai dapat
penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotik (Mitayani, 2009:22-23).

2. Kehamilan ektopik
a. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum
uterus. Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen.
Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi
(Murria,2002).

b. Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui, kemungkinan faktor yang
memegang peranan adalah sebagai berikut.
1. Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
2. Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba, diventrikel tuba
congenital.
3. Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan pada tuba, tumor.
4. Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in vitro.

c. Manifestasi klinik
Manifestasi klini pada pasien dengan kehamilan ektopik adalah senagai berikut :
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak

7
seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar
dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena
lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai
terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat
diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara
tiba-tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang
menyebabkan ibu pingsan dan masuk dalam syok.
4. Perdarahan per vaginam merupakan salah satu tanda penting yang
kedua pada kehamilan ektopik tergamggu (KET). Hal ini
menunjukkan kematian janin.
5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan
ektopik. Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin,
sehingga dapat bervariasi (Mitayani, 2009:30).

d. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi.dalam
tindakan demikian,beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut:
1. Kondisi ibu pada saat itu
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektopik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

8
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba Atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi
ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok , lebih baik dilakukan salpigektomi.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belim pecah
biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari
tindakan pembedahan (Mitayani, 2009:29-31).

3. Mola Hidatidosa
a. Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan (Moctar, Rustam, dkk, 1998:238 dalam Sujiatini,2009).
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi
dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan
abnormal berupa tumot jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan
pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan permukaan membrane
(villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,2009).

b. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropobalast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
4. Kekurangan protein.

9
5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar,
Rustam, 1998: 238 dalam Sujiyatini,2009).

10
c. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian
janin.
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan pathogenesis
dari penyakit trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan
3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-
gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan
memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi cairan yang berlebihan
ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih menegaskan
lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat dari akumulasi cairan yang
menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komlpit pada minggu ke
tiga dan kelima. Adanya sirkulasi maternal yang terus-menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan melakukan fungsinya
selama pembentukan cairan (Silvia, Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).

d. Gambaran klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola hidatidosa”
adalah:
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat.
Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ
sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau lebih.
5. Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam sujiyatini, 2009).

11
e. Penatalaksanaan Medik
1. Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah :
Diagnosis dini kan menguntungkan prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan menguntungkan
prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas,
dapat dilakukan evaluasi klinik dengan focus pada : a.Riwayat haid
terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak teratus atau spotting,
c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan servik dan korpus uteri. Kaji
uji kehamilan dengan pengenceran urin, pastikan tidak ada janin
(Ballotement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi
uterus).
5. Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009:8-9).

2. NYERI PERUT
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala
utama pada kehamilan ektopik dan abortus (Kusmiyati, 2010:161).

3. MUAL DAN MUNTAH BERLEBIHAN


1. Hiperemesis Gravidarum

a. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu
pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah
merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1,
kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80%
multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat
hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2009:40).

12
b. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga
dipengarui oleh berbagai faktor berikut ini:
1. Faktor presdisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan
ganda.
2. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi,
perubahan metabolic akibat kehamilan,dan resistensi ibu yang menurun.
3. Faktor psikologis
c. Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual muntah yang
terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,hiponatremia,
hipokloromia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya mengakibatkan
hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan
tertimbunya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi
lemak tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak
hepar.Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-
weiss),sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal (Mitayani, 2009:40-41).

d. Manifestasi klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi
menjadi tiga tingkatan:
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,menimbulkan
rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrium.
Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100 kali/menit,tekanan darah sistolik
turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan mata cekung.

13
2. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
tubuh terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul
hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.

3. Tingkat III
Kesadaran ibu turun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi
cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.

e. Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diprlukan pengobatan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik. Kalori diberiakan secara perenteral dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehahri.
2. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum
sedikit demi sedikit.
4. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
5. Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic seperti metoklopramid,
disiklomin hidroklorida, atau klopromazin.
6. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bias
disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan
konflik yang melatarbelakangi hiperemasis (Mitayani,2009:40-41).

14
B. ASUHAN KOLABORATIF PERSALINAN PATOLOGIS DAN
KOMPLIKASI
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup
bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (manuaba,1998:157)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. (prawirohardjo, 2002:100)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. (sarwono, 2005:181)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke
dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Rustam, 1998:91)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin
dari tubuh ibu. (obstetri fisiologi, 1983:221).

Perbedaan persalinan normal dan patologis :


1. Persalinan Normal
Persalinan adalah proses yang dinanti-nanti seorang ibu hamil dalam menjalani proses
kehamilannya. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Demikian yang
disebut dengan pengertian persalinan / kelahiran.
Bila kita berbicara mengenai partus (kelahiran) normal tentunya ada kebalikannya
dengan apa yang disebut dengan partus kelahiran abnormal. Yang dimaksud dengan
pengertian partus normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala / ubun-ubun kecil, tanpa menggunakan alat / pertolongan istimewa, serta tidak
melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), dan proses persalinan berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam.
Sebuah persalinan kelahiran dikatakan normal bila mempunyai sebab sebagai berikut :
a. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun
mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.
b. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi
stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

15
c. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin
merangsang terjadinya kontraksi.
d. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan
estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin,
oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
Dalam dunia kesehatan kita mengenal akan tiga faktor P dalam proses kelahiran. Tiga
P tersebut Power, Passage, Passenger. Berikut maksud ketiga hal tersebut :
a. Power, yang dimaksud power di sini adalah His (kontraksi ritmis otot polos
uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik
ibu.
b. Passage, yang dimaksud adalah keadaan jalan lahir dari sang ibu hamil yang
akan melahirkan.
c. Passanger, yang dimaksud passanger ini adalah keadaan janin yang akan
keluar dari sang ibu. Passenger ini meliputi : letak, presentasi, ukuran/berat
janin, ada / tidak kelainan anatomik mayor.
Setelah kita mengenal hal tersebut di atas, maka kita akan menginjak kepada apa yang
dimaksud dengan HIS. His persalinan adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos
dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di
dinding uterus daerah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan
normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir)
yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar. Demikian yang dimaksud dengan
pengertian his pada persalinan.
Faktor yang menyebabkan his dalam persalinan normal adalah sebagai berikut :
a. Kerja hormon oksitosin
b. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
c. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa
konsepsi.
2. Persalinan patologis
Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa Yunani. Dys
atau dusartinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan. Persalinan patologis adalah
persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi ibu dan anak (Departemen of
Gynekologi, 1999). Sementara persalinan normal menurut WHO adalah persalinan
yang dimulai secara spontan, beresiko rendah padaawal persalinan dan tetap selama

16
proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam persentasebelakang kepala
usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, setelah persalinan ibu dan bayi
dalamkondisi sehat (Depkes, 2002).Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari uterus melaluivagina ke dunia luar (Wikjiosastro,
2002). Sementara menurut Irene dan Margaret (2002) persalinanadalah proses
bergeraknya janin, plasenta dan membrane keluar dari uterus yang tidak disadariyang
menghasilkan affacement dan dilatasi cerviks yang menghasilkan persalinan.

Peran Karakteristik Ibu dalam Persalinan Patologis.


a. Umur. Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukurandewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin
mengalami persalinan lama atau macet,karena ukuran kepala bayi lebih besar
sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibuyang lebih dari
35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku, sehingga rigiditas
tinggi.Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi penelitian
yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan yaitu Preeklamasi, Abortus, partus
lama lebih sering terjadi pada usia dini. Lebihdari 35 tahun akibatnya ibu hamil.
Lebih dari 35 tahun. Pada zaman dahulu akibanya ibu hamil pada usiini mungkin
lebih besar anak cacat, persalinan lama, yaitu lebih dari 12 jam pada primi para dan
lebih dari 12 jam dan 8 jam pada multi para. Selain itu dapat mengakibatkan
perdarahan karena uterustidak berkontraksi (Depkes, 2001).
b. Paritas. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan paritas tiga
rahim ibu bisakembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim mengalami
pembesaran, terjadi pereganganotot-otot rahim selama 9 bulan kehamilan. Akibat
regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidakkembali seperti sebelum hamil
setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakindekat jarak
kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus
tidakberkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan perdarahan pasca
kehamilan (Sarwono, 2005)
c. Pendidikan. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, yang bekerja di sektor formal
mempunyai akses yanglebih baik terhadap informasi tentang kesehatan, lebih aktif
menentukan sikap dan lebih mandirimengambil tindakan perawatan. Rendahnya
pendidikan ibu, berdampak terhadap rendahnyapengetahuan ibu. Untuk

17
mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makinsedikit
keiinginan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Rukmini, 2005)
d. Perilaku Ibu. Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas
seseorang yangmerupakan hasil bersama baik eksternal maupun internal. Seorang
ahli pedidikan membagi perilakukedalam 3 domain: pengetahuan, sikap dan
tindakan. Bila perilaku didasari rendah pengetahuan akanlanggeng dari yang tidak
didasari pengetahuan (Rogers, 1974). Ibu hamil harus berperilaku sehat, agar
kehamilan tidak mempunyai masalah yang dapat mengakibatkan komplikasi
dalampersalinan. Adapun perilaku ibu selama hamil meliputi: kunjungan, asupan
gizi, makan tablet zat besisejak kehamilan 20 mg, senam hamil, perawatan jalan
lahir, pemanfaatan layanan kesehatan.(Syaiffudin, 2005).

Adapun yang termasuk ke dalam kegawatdaruratan maternal dan neonatal khususnya


persalinan adalah sebagai berikut :
A. KELAINAN HIS
1. Definisi
Keadaan dimana his tidak normal baik kekuatan, maupun sifatnya, sehingga
menghambat kelancaran persalinan yang disebabkan oleh :
a. Gravida tua, inersia pada multi dan grandemulti
b. Faktor herediter, emosi, ketakutan memegang peranan penting
c. Salah pemberian obat seperti oxytocin dan bat penenang
d. Kehamilan post matur
Kelainan his dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Kelainan His Hipotinik
b. Kelaiain His Hipertonik
c. His Inkoordinasi
2. Data Fokus
a. Kelainan His Hipotinik :
1) Tidak ada tonus basal
2) Kontraksi uterus memiliki pola gradasi normal tetapi tekanan yang ditimbulkan
oleh kontraksi uterus tidak cukup untuk menyebabkan terjadinya dilatasi serviks
b. Kelaiain His Hipertonik
1) Basal tonus meningkat

18
2) Kekacauan dalam gradasi tekanan yang ditimbulkan oleh his akibat tekanan yang
ditimbulkan oleh his dibagian tengah uterus lebih besar daripada yang dihasilkan
oleh bagian fundus dana tau adanya peristiwa asinkronisme dari rangsang yang
berasal dari kornu
c. His Inkoordinasi
1) Tidak ada sinkrinisasi pada seluruh bagian uterus
2) His tidan menimbulkan pebukaan yang esisien
3) Tonus otot tetap meningkat di luar his

3. Perencanaan Asuhan
a. Kelainan His Hipotinik
1) Perbaiki keadaan umum: nutrisi dan cairan
2) Dukungan / suport bidan dan keluarga
3) Kolaborasi dengan dokter (Drip akselerasi bila tidak ada kontraindikasi)
b. Kelaiain His Hipertonik
1) Oksitosin drip segera distop
2) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian penenang
3) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan, penaganan lebih
difokuskan pada komplikasi ibu dan janin
c. His Inkoordinasi
1) Suport mental
2) Stop stimulasi
3) Perbaiki kondisi: nutrisi dan cairan
4) Kelola sesuai temuan partograf

B. MAKROSOMIA
1. Definisi
Merupakan keadaan dimana berat janin lebih dari 4000 gram yang membutuhkan
perawatan yang lebih atau intensif dan harus selalu dipantau untuk menghindari risiko
dikemudian hari. Factor resiko terjadinya macrosomia adalah ibu dengan DM, riwayat
persalinan dengan bayi besar, factor genetic, pengaruh kecukupan gizi, bukan kehamilan
pertama.
2. Data Fokus
a. Perut lebih besar dari umur kehamilan

19
b. Tinggi fundus lebih tinggi dari umur kehamilan
3. Perencanaan Asuhan
a. Pantau kemajuan persalianan secara seksama
b. Pemeriksaan USG besarnya kepala dan tubuh janin
c. Pemeriksaan teliti tentang adanya CPD
d. Apabila panggul normal dapat dilahirkan pervaginam
e. Melakukan episiotomy apabila terjadi distosia bahu
f. Apabila terjadi CPD, dapat dipertimbangan untuk tindakan SC

C. PROLAPS TALI PUSAT


1. Definisi
Merupakan kondisi dimana ada tekanan tali pusat dengan ancaman kematian janin
intrauterus yang terjadi sekitar 1 dari 100 kehamilan. Ketika prolapse tali pusat terjadi,
bisa mengerut sehingga suplai darah janin terpotong. Komplikasi ini kemungkinan nyata
(overt) dan tidak (occult). Pada presentasi bokong dan letak lintang maka prolapse tali
pusat tidak terlalu berbahaya.
2. Data Fokus
a. Diagnose jelas saat gulungan tali pusat tampak di depan vulva (overt)
b. Tanda lain yang sering terabaiakan yaitu gulungan tali pusat tidak terlihat terletak di
dalam vagina di depan kepala (occult)
3. Perencanaan Asuhan
a. Segera rujuk ke rumah sakit
b. Resusitasi intra uterin selama rujukan
c. Reposisi dengan posisi sujud/berbaring bokong diganjal lebih baik VT tangan tetap di
dalam vagina mendorong bagian terendah janin
d. Bila janin masih hidup, persalinan segera dengan SC
e. Bila janin sudah meninggal, persalinan spontan kecuali letak lintang dan sungsang
dilakukan SC

D. GAWAT JANIN
1. Definisi
Merupakan reaksi janin ketika tidak memperoleh oksigen yang cukup. Penyebab gawat
janin :
a. Kurangnya aliran darah uterus sampai plasenta dalam waktu singkat

20
b. Kurangnya aliran darah uterus sampai plasenta dalam waktu lama
c. Kompresi atau penekanan tali pusat
d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
2. Data Fokus
a. DJJ <100 kali/menit atau >180 kali/menit
b. DJJ tidak kembali normal setelah his (late decelaration)
c. Gerak menurun
3. Interpretasi Data Pada Kasus
4. Perencanaan Asuhan
Persalinan Kala I :
a. Baringkan ibu miring ke kiri, anjurkan bernafas secara teratur
b. Pasang infus dengan jarum besar (16 atau 18), berikan cairan RL/NS dengan tetesan
125cc/jam
c. Beri O2
d. Periksa djj setiap 5 menit/ setiap selesai his
e. Segera rujuk ke fasilitas PONED/PONEK
f. Dampingi ibu ketempat rujukan
g. Beri dukungan dan semangat
h. Selalu siapkan alat resusitasi
Persalinan Kala II :
a. Baringkan ibu miring ke kiri, anjurkan menarik nafas panjang perlahan-lahan dan
berhenti meneran
b. Pasang infus dan beri 02
c. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit
d. Bila DJJ normal pimpin kembali persalinan dan pantau DJJ setiap selesai his
e. Pastikan ibu tidak terlentang dan tidak menahan nafas saat meneran
f. Bila DJJ abnormal rujuk ke fasilitas PONED/PONEK
g. Dampingi dan beri dukungan
h. Selalu siapkan alat resusitasi

E. DISTOSIS BAHU
Dalam melaksanakan pertolongan melahirkan pada distosia bahu, harus diketahui
terlebih dahulu manfaat dan petunjuk pelaksanaan maneuver – maneuver melahirkan
bahu pada distosia bahu. Sehingga bidan dapat penatalaksanaan kasus distosia bahu

21
dengan tepat dan aman sehingga angka kesakitan ibu dan bayi pada setiap kasus distosia
bahu dapat diturunkan.
Teknik melahirkan bahu dengan teknik mcRobert adalah suatu teknik untuk
melahirkan bahu bayi. Klien dianjurkan untuk menekuk kedua lutut sejauh mungkin
kearah dadanya sehingga dapat meningkatkan diameter pintu bawah panggul.Prosedur
ini meluruskan sacrum relative terhadap vertebra lumbal diiringi rotasi simpisis searah
kepala ibu sehingga menurunkan sudut inklinasi pelvis. Pelaksaan maneuver dengan
teknik mcRobert ini tidak boleh dilakukan lebih dari 10 menit, karena dapat terjadi
perlukaan pada ibu maupun bayi. Selama melakukan maneuver ini, penekanan pada
fundus dihindari karena dapat terjadi pada pemisahan plasenta lebih awal. Teknik ini
penting dikuasai bidan karena kasus distosia bahu tidak dapat diprediksi dengan tepat
sehingga seringkali menyebabkan komplikasi – komplikasi yang mengarah pada
kesakitan dan kematian ibu maupun bayinya.
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
meipat kedalam panggul (misalnya pada macrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala dua yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat lahir menyebabkan bahu tidak melipat pada saat memulai jalan lahir atau kepala
telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami perpanjangan kala 2 sebelum bahu
berhasil melipat masuk kedalam panggul.
Manfaat pelaksanaan melahirkan bahu bayi dengan manuver-manuver:
1. Setiap kasus distosia bahu dapat segera ditatalaksana sehingga angka kesakitan pada
ibu akibat trauma pada jaringan lunak dapat dikurangi.
2. Setiap kasus distosia bahu dapat segera ditatalaksana sehingga angka kesakitan bayi
akibat kerusakan pada fleksus brakialis dapat dikurangi
3. Bahu-badan yang terjebak dapat lahir dalam waktu tidak melebihi dari 10 menit.
4. Ingat! 5 menit pertama, tindakan/maneuver dipilih untuk menurunkan luka/trauma
pada ibu dan bayi.
5. Ingat! Selama 5 menit kedua, ketahuilah bahwa perlambatan lebih jauh dapat
mneyebabkan kematian, jadi tindakan yang lebih dramatik dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan kemungkinan trauma/luka yang ditimbulkan dibandingkan
dengan kerusakan lebih berat jika tubuh bayi tidak dilahirkan dalam waktu 10 menit.
6. Angka kematian dan keakitan bayi dapat berkurang.

22
Data Fokus
1. Objektif :
a. kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva.
b. Dagu tertarik dan menekan perineum.
c. Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap dibelkang simpisis
pubis.
Penanganan :
1. Pada setiap persalinan bersiaplah menghadapi distosia bahu, khususnya persalinan
dengan bayi besar.
2. Siapkan beberapa orang untuk membantu.
Buatlah episiotomi yang cukup luas untuk mengurang obstruksi jaringan lunak dan
memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan lututnya sejauh mungkin kearah dadanya. Mintalah dua orang asisten untuk
menekan fleksi kedua lutut ibu kearah dada.
1. Dengan memakai sarung tangan yang didesinfeksi tingkat tinggi :
a. Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus kearah bawah pada kepala janin
untuk menggerakkan bahu depan dibawah simpisis pubis.
Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat
mengakibatkan trauma pada fleksus bhrakialis.
b. Mintalah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan kearah
bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.
Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu kebih
lanjut dan dapat mengakibatkan ruptura uteri.

2. Jika bahu belum dapat dilahirkan :


a. Pakailah sarung tangan yang telah didesinfeksi tingkat tinggi, masukkan
tangan kedalam vagina.
b. Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah sternum
bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
c. Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang dengan arah sternum.

23
3. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan diatas :
a. Masukkan tangan kedalam vagina.
b. Raih humerus dari lengan belakang dan menjaga lengan tetap fleksi pada siku,
gerakkan lengan kearah dada. Tindakanini akan memberikan ruangan untuk
bahu depan agar dapat bergerak dibawah simpisis pubis.

C. ASUHAN KOLABORATIF NIFAS PATOLOGIS DAN KOMPLIKASI


1.1. ANATOMI NIFAS
Masa nifas atau peurperium ialah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan diakhiri ketika alat kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil,
dimana massa ini berlangsung selama 6 minggu.(Maryunani,2009)

Jadi, setelah persalinan selesai, plasenta sudah lahir maka akan kita sebut masa
nifas. Sesungguhnya berakhirnya masa nifas ialah jika perempuan itu sembuh sama
sekali sampai mencapai keadaan biasa seperti sebelum ia hamil. Hal ini jika tak ada
gangguan biasanya memakan waktu kira-kira 6 minggu lamanya, sungguhpun kita
mengetahui, bahwa luka yang sekecil-kecilnya di jalan lahir utau perineum begitu
pula regangnya dinding perut di waktu hamil senantiasa meninggalkan bekas. Oleh
sebab itu biasanya yang dimaksud dengan sebutan nifas itu ialah waktu 8-14 hari
sesudah bersalin, dalam waktu perempuan itu begitu kuat dan masih ebutuhkan
pertolongan. Sesuadah itu alat kandungan dan jalan lahir belum sembuh dama sekali,
perempuan itu dengan berangsur-angsur sudah dapat melakukan perkerjaannya sehari-
hari.

Selama waktu nifas ada 2 peristiwa yang penting

1. Surutnya alat kandungan menjadi biasa (involutio)


2. Pengeluaran air susu dari perempuan itu (lactatio)
1. Involuntio
Yang terjadi dengan alat-alat kandungan dalam waktu nifas, adapun rahim perempuan
yang baru bersalin itu masih membesar, jika diraba dari luar tingginya fundus uteri kira-
kira 1 jari dibawah pusat sedangkan beratnya lebih kurang 1 kilogram. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya darah dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh darah yang
membesar. Samapai hari kedua terus masih membesar dan setelah itu berangsur-angsur
menjadi kecil. Kalau diukur tinggi fundus uterk dalam waktu nifas pada hari:

24
a. Ke3: kira-kira 2-3 jari di bawah pusat
b. Ke5: pada pertengahan antara pusat dan sympisis
c. Ke7: kira-kira 2-3 jari di atas sympisis
d. Ke9: kira-kira 1 jari di atas sympisis

dan setelah hari ke10 biasanya uterus itu dari luar tidak teraba lagi. Semuanya itu
disebabkan karena pemberian darah di dalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga
otot-otot menjadi kecil. Selain lendir rahim (endometrium). Sehabis nifas terjadi pula
perubahan diselaput lendir rahim(endometrium). Sehabis bersalin endometrium ini
merupakan suatu luka besar, terutama pada lapisan decidua, dibekas tempat placenta sisa-
sisa decidua ini menjadi mati ,sehingga terdapat suatu batas antara decidua yang sehat
dengan decidua yang nekrosis. Pembatas ini penting artinya untuk menahan masuknya
kuman-kuman penyakit yang naik dari vagina, sehingga dengan demikian mengurangkan
bahaya infeksi. Pada hari ke 7 atau ke 8 sehabis bersalin tampaklah selaput lendir baru dan
sel-sel epitel yang tumbuh dari decidua yang sehat, hanya pada bekas tempat placenta ini
berlaku lebih lama.

2. Lochia
Getah yang keluar dari cavum uteri bercampur getah dari vagina dinamakan lochia. Pada
hari pertama dan kedua lochia itu terdiri dari darah saja dan disebut lochia cruenta.
Setelah itu warnanya berubah tidak seperti darah lagi, akan tetapi sebagai cairan
bercampur dengan darah . mulai hari ke 7 lochia tak bercampur darah lagi, warnanya putih
sedikit kuning dan akhirnya merupakan sedikit cairan sampai hari ke 12-14.
Adapun baunya lochia ini tidak busuk, melainkan sedikit amis . tentang cervix uteri
sesudah persalinan berasa lembek dengan canalis cervicalis yang terbuka. Setelah kira-kira
4 hari portio dari uterus itu masih dapat dilalui oleh 2 jari kira-kira hari ke 12 pintu atas
rahim tertutup sama sekali, sedangkan pintu bawah rahim mungkin asih terbuka sedikit.
Demi kianlah jika tak ada ganguan di dalm waktu kurang lebih 2 minggu rahim itu
seluruhnya menjadi kecil kembali seperti sebelum hamil.
Bagaimana keadaan umum perempuan yang baru bersalin itu? Setelah anak dan uri lahir
dengan selamat maka tampaknya perempuan itu agak letih, sungguhpun dengan perasaan
puas dan gembira. Kelelahan yang di sebabkan oleh persalinan itu sebetulnya
menghendaki tidur sedikit, akan tetapi ini seringkali sukar, karena kadang-kadang

25
perempuan itu merasa mules di perutnya sebelah bawah disebabkan oleh HIS dari rahim
yang berkontraksi.
Sebetulnya hal ini biasa dan tidak berbahaya, jika sakit itu amat hebat, kadang perlu
memberi obat tidur pada perempuan itu.
Jika diperhatikan suhu perempuan itu dalam masa nifas, maka biasanya beberapa hari
sesudah bersalin tampaknya agak naik sedekit 37,2̊c-37,3̊c. Hal ini tidak menghawatirkan
karena terjadi pengisapan putih telur dalam darah selama waktu involusi dari uterus. Akan
tetapi jika sampai lebih 38̊c kita harus memperhatikannya karena bisa termasuk penyebab
patologis yaitu dikatakan tidak sehat.
Adapun nadi perempuan setelah persalinan tidak berubah cepatnya, namun jika terjadi
perdarahan nadi perempuan tersebut agak cepat frekuensinya. Malah biasanya perempuan
pada masa nifas itu nadinya agak sedikit lambat ini terjadi karena perkerjaan jantung pada
perempuan yang tinggal tidur berbaring ada kurang kencang dari pada biasanya.
Kandung kencing tanda perempuan dalam permulaan waktu nifas banyak mengeluarkan
air dari tubuhnya kelihatan dengan banyak keluarnya kencing atau keringat. Sungguhpun
kencing banyak dialirkan dari ginjal, akan tetapi tak jarang pula sukar keluarnya dari
kandung kencing, ini disebabkan oleh beberapa hal. Sehabis persalinan maka rahim
menjadi kecil dan tekanan pada alat di dalam rongga perut menjadi berkurang, terasa oleh
perempuan itu. Selain dari itu dasar kandung kencing begitu pula uretra, waktu persalinan
jika persalinan itu lama mendapat tekanan dari kepala anak hingga di tempat itu mungkin
terjadi perdarahan dan jadi membengkak. Hal ini bisa menghalangi keluarnya kencing.
Akhirnya ada pula perempuan karena kebiasaan kencing dengan duduk menjongkok,
dalam waktu nifas sebab tidur berbaring saja sukar mengeluarkan air kencig. Alat
pencernaan pun di dalam waktu nifas, kurang kencang perkerjaannya, kerap kali keluarnya
feces jauh lebih kurang dari biasanya.
3. Lactatio
Sedangkan selama masa nifas alat kandung perempuan itu berangsur-angsur surut.
Sebaliknya mamae perempuan terasa keras dan menjadi besar. Hal ini terjadi karna
bertambahnya lemak serta jaringan dan kelenjar kelenjar susu. Yang menjadi renggang
dan terkadang terasa sakit.
Pada permulaan peurperium air susu itu hanya sedikit, rupanya putih kuning yang bisa
disebut colostrum. Baru hari ke 3 atau 4 air susu tersebut menjadi banyak.
Tidak semua perempuan mengeluarkan air susu yang banyak, hal ini terjadi karna
tergantung pada resam tubuh perempuan. Selain itu cara menyusukan menjadi faktor

26
kurangnya produksi susu. Jika sehabis memberikan ASI pada bayinya tidak dikosongkan
sama sekali, pertumpukan sisa susu yang tertinggal di kelenjar susu dapat mempengaruhi
pembuatan air susu yang baru.
Oleh karena itu jika pengeluaran susu tidak sempurna baik bentuk puting yang berukuran
kecil atau tertaping kedalam hingga sukar diisap oleh bayi, maupun karena anak itu kurang
kuat menghisanya perlu dipakaikan pompa susu supaya jangan meninggalkan sisa air susu.

1.2. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS


1. Perubahan sistem endokrin
Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat, hormon plasenta laktogen
tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam post partum, hormone HCG menurun dengan
cepat, estrogen turun samapi 10%. Hormone pituitari menyebabkan prolaktin
meningkat dengan cepat selama kehamilan, wanita yang tidak laktasi prolaktin
menurun sampai keadaan sebalum hamil dapat dipengaruhi seberapa banyak ibu.

Hipolamik-pituitari-ovarium mempengaruhi untuk seluruh wanita, menstruasi


pertama sering menurut siklus anovulasi atau siklus yang diasosiasikan dengan
ketidak cukupan fungsi korpus luteum. Diantara wanita laktasi 15% memperoleh
menstruasi setelah 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.

Adanya perubahan hormone dari hormone plasenta yaitu ekstrogen dan


progesterone yang menurun, Hormone- hormon pituitari mengakibatakan
prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada
hari ke-3 postpartum yang mempengaruhi hormone prolaktin, oksitosin, reflek
letdown dan reflek sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
prubahan pada system endokrin.

Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut antara lain :

a. Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh
palsenta. Hormone plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormone plasenta menyebabkan kadar gula darah menurun dengan cepat pasca
persalinan. Penurunan hormone plasenta menyebabkan kadar gula darah menurun
pada masa nifas, human chorionic gonadptropin (HCG) menurun dengan cepat

27
dan menetap sampai 10% salam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.

b. Hormone pituitary
Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dan LH. Hormone
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. Hormone prolaktin berperan daalm pembesaran payudara
ntuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkatkan pada fase konsentrasi
follikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c. Hipotalamik pituitary ovarium


Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendaoatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita
menyusui mendapatkan menstruasi pada minggu 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui , akan mendapatkan menstrusi berkisar 40% setalah 6
minngu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

d. Hormone oksitosin
Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekaerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selam tahap ketiga persalinan,
hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat memebantu ovulasi uteri.

e. Hormone ostrogen dan progesteron


Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormone estrogen
yang tinggi memperbesar hormone antidiuretik yang dapat meningkatkan volume
darah. Sedangkan hormone progesterone mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, didnding vena, dasr panggul, perineum
dan vulva serta vagina.

2. Perubahan tandatanda vital


a. Suhu badan

28
Suhu tubuh pada wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca
melahirkan, sushu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan
normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,
Kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum,
suhu badan akan naik lagi. Hal ini disebabkan ada pembentukan ASI,
kemungkinan payudara membengkak maupun kemungkinan infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan
suhu di atas 38 derajat celcius, waspasa terhadap infeksi post partum.
b. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan. Kehilangan ciran maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4
postpartum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan
ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi
pada endomentrium, mastitis, traktus genetalis ataupun system lain. Apabila
kenaikan suhu diatas 38 derajat Celcius, waspada terhadap infeksi postpartum.
c. Nadi dalam keadaan normal selam nifas kecuali karena pengaruh parts lama,
persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. setiap denyut nadi
diatas 100x/menit selam masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan
pada infeksi hemoragic postpartum. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah
melahirkan , denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
d. Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan
diastole 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah.

e. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24x/menit.Pada
ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal.hal ini dikarenakan ibu
dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila pernafasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

3. Perubahan sistem kardiodivaskuler

29
Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali ke keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar
haemoglobin kembali normal pada hari ke-5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat.Pembekuan darah harus dicegah dengan penaganan yang cermat dan
penekanan pada ambulasi dini.

Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin,
meningkat selama kehamilan.Diaresis terjadi akibat adanya penurunan hormone
estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali.
Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap
tinggi. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.Selama
masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin.Hilangnya progesterone
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma
selam persalinan.

Kehilangan darah dalam persalinan pervaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan


kehilangan darah dengan persalinan section caesaria menjadi dua lipat. Pada
persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan paad persalinan section
caesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.

4. Perubahan sistem hematologi


Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma
dari paad sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah paad waktu
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin pada
hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan.
Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah persalinan umumnya
berkisar anatara 20.000-25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi
ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis

30
bias menyebabkan trombo emboli. Keadaan prouksi tertinggi dan pemecahan
fibrin mungkin akibat penegluaran tempat pelepasan plasenta.
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Pada awal postpartum, jumlah haemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat
bervariasi.Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume
darah yang berubah ubah.Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan dehidrasi
dari wanita itu sendiri.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah paad kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan
akan normal dalam 4-5 minggu postpartum. Jumlah kehilangan darah selama
masa persalinan ± 200-500 ml, minggu pertama postpartum ± 500-800 ml dan sisa
masa nifas berkisar 500 ml.

5. Perubahan system reproduksi


a. Perubahan kelenjar mammae
Analgen kelenjar mammae terdapat pada tali-tali ektodermal yang
membentuk permukaan ventral embrio dan memanjang dari tungkai depan ke
tungkai belakang disebelah lateral. Normalnya hilang dari embrio di tempat
lain tidak hilang sempurna tetapi ikut dalam pola pertumbuhan yang khas
untuk kedua kelenjar mammae normal dengan derajat yang menakjubkan.

Pada pertengahan masa kehamilan masing-masing dari kedua tunas


kelenjar mammae pada janin yang ditakdirkan membentuk payudara mulai
tumbuh dan memisah, dengan pembentukan 15 sampai 25 tunas sekunder
yang menjadi dasar bagi sistem duktus pada payudara dewasa. Masing-masing
tunas sekunder memanjang menjadi sebuah tali, bercabanag, dan
berdiferesiansi menjadi dua lapisan konsentrik dari sel-sel kuboit dan sebuah
limen sentral. Lapisan sel bagian dalam akhirnya memebentuk epitel
sekretorik, yang mensintesis air susu, sedangkan lapisan luar menjadi
mioepitel yang menyediakan mekanisme pengeluaran air susu.

31
Telarche adalah saat mulai membesarnya ukuran payudara dengan cepat
dari perangsangan estrogen, mulai sekitar masa pubertas ketika diproduksi
estrogen meningkat.Kelenjar mammae masa kanak-kanak sebelumnya
memeberi respon terhadap estrogen dengan menumbuhkan dan
mengembangkan duktus-duktus mammae dan penempatan lemak.Mulainya
progesterone dihasilkan yang merangsang berkembangnya alveoli kelenjar
mammae dan menyusun keadaan laktasi masa datang.

Pada hari kedua postpartum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi


oleh payudara selama 5 hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari
putting susu. Kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian
besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak agak
besar di dalam yang disebut korpuskel kolostrum, yang oleh beberapaa ahli
dianggap merupaan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan
oleh ahli dianggap fagosit mononuklear yang mengandung cukup banyak
lemak. Sekresikolostrum bertahan selama 5 hari, dengan perubahan bertahap
menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan di dalam kolostrum.
Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada
neonatus melawan infeksi enteric. Factor-factor kekebalan hospes lainnya juga
immunoglobulin-immunoglobulin terdapat di dalam kolostrum manusia dan
air susu. Factor-factor ini meliputu komponen-komponen komplemen,
makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim.

Komponenutama air susu adalah protein,laktosa, air, dan lemak. Air susu
isotonic dengan plasma, dengan laktosa.

Perubahan besar yang terjadi 30 samapai 40 jam postpartum antara lain:


peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari glukosa
didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose sintetase. Semua
vitamin kecualai vitamin K ada didlam susu manusia tetapi degan jumlah yang
berbeda ( committee on nutrition, 1981). Kadar masing-masing meninggi
dengan pemberian makanan tambahan pad ibu. Karena ibu tidak menyediakan
kebutuhan bayi akan vitamin K. pemberian vitamin K pada bayi segera setelah
lahir ada manfaatnya untuk mencegah penyakit perdarahan pada neonates.

32
Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi, besi
didalam air susu manusia absorbsinya lebih baik daripada besi didalam susu
sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak mempengaruhi jumlah besi didalam
air susu. Kelenjar mammae, seperti kelenjar tiroid, menghimpun yodium,
didalam air susu.

Konsentrasi perkiraan komponen yang lebih penting didalam kolostrum,


air susu manusia matur. Konsentrasi ini daapt bervariasi tergantung saat
penelitian pada masa nifas.

b. Uterus
Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil.perubahan uterus ini dalam keseluruhannya disebut
involusi. Involusi disebabkan oleh :

1) Pengurangan estrogen plasenta. Pengurangan estrogen menghilangkan


stimulus ke hipertropi dan hyperplasia uterus.
2) Iskemia miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan berinteraksi
setelah kelahiran, mengkontriksi pembuluh darah dan mencapai
haemostasis pada sisi sisi plasenta. Iskemia menyebabkan atropi pada
serat-serat otot.
3) Otolis miometrium. Selam kehamilan, estrogen meningkatkan sel
miometrium dan kandungan protein ( aktin dan miosin), penurunan
estrogen setelah melahirkan menstimulasi enzim proteolitik dan makrofag
untuk menurunkan dan mencerna ( proses autolisis) kelebihan protein dan
sitoplasma intra sel, mengakibatkan pengurangan ukuran sel secra
menyeluruh. Jaringan ikat dan lemak biasanya ditelan, dihancurkan dan
dicerna oleh jaringan makrofag.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table berikut:

No WAKTU Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram
2 Plasenta Lahir Dua Jari Di Bawah Pusat 750 gram
3 1 Minggu Pertengahan Pusat-Simfisis 500 gram
4 2 Minggu Tidak Teraba Di Atas Simfisis 350 gram

33
5 6 Minggu Bertambah Kecil 50 gram
6 8 Minggu Sebesar Normal 30 gram

c. Perubahandi serviks dan Segmen Bawah Uterus


Setelah selesainya kala tiga persalinan, serviks dan segmen bawah uteri
menjadi struktur yang tipis, kolaps, dan kendur. Mulut serviks mengecil
perlahan-lahan. Selama beberapa hari, segera setelah persalinan mulutnya
dengan mudah dimasuki dua jari, tetapi pada akhir minggu pertama telah
menjadi demikian sempit sehingga sulit memasukkan jari. Setelah minggu
pertama serviks mendapatkan kembali tonusnya pada saat saluran kembali
terbentuk dan tulang internal menutup.
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis
berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam perjalanan
beberapa minggu, segmen bawah diubah dari struktur yang jelas-jelas cukup
besar untuk memuat kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthmus
uteri hamper tidak dapat dilihat yang terletak antara korpus diatas dan os
interna serviks bawah.
d. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur
vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk
lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan-lahan
mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran nullipara. Setelah minggu ketiga
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia jadi lebih menonjol. Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan
bayi pervaginam, kemudian setelag melahirkan hymen muncul sebagai
beberapa potong jaringan kecil, yang selama proses sikatrisasi diubah menjadi
carunculae mirtiformis yang khas pada wanita yang pernah melahirkan.
Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah melahirkan anak.

e. Perubahan diperitoneum dan dinding abdomen


Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah kelahiran, dan beberapa
hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagian besar uterus

34
dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan
rotundum jauh lebih kendur dari pada kondisi tidak hamil, dan memerlukan
waktu yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan penengendoran
yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.

6. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama
masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya
berlangsung kurang selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru
mengidentifikasi bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau
berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami perubahan
karena proses involusi.

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama sisa cairan.
Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea.

Pengeluaran lochea dapat dibagi menjadi lochea rubra, sanginolenta, serosa


dan alba. Perbedaan masing-masing lochea dapat dilihat sebagai berikut :

a. Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna
merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua,
verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum.

b. Lochea sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan, berwarna


merah kuning dan berisi darah lendir.

c. Lochea serosa, muncul pada hari ke 8-14 pasca persalinan, berwarna


kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi plasenta.

d. Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna putih
kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang
mati.

35
e. Leochea purulenta, terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk.

f. Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya, umumnya jumlah lochea


lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring dari pada berdiri.

7. Perubahan sistem percernaan


Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika belum melahirkan diberikan enema.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada system pencernaan, antara
lain :

a. Nafsu makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk


mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar pogesterone menurun setelah
melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

b. Motilitas

Penurunan tonus otot dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia biasanya
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas kedalam keadaan semula.

c. Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot
usus menurun selama prosees persalinan dan awal masa postpartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan kurang makan, dehidrasi, haemoroid
ataupun laserasi jalan lahir. System pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal.

8. Perubahan sistem perkemihan


Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai
respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme spingter dan
edema setelah bagian ini mengalami kompresi antar kepala janin dan tulang pubis

36
selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik
di dalam uterus.

Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah dan relatif
tidak sensiive terhadap tekanan cairan intravesika. Urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Urine desidua dan
bakteriuria pada kandung kemih mengalami cedera, ditambah dengan dilatasi
pervis renalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal untuk timbulnya
infeksi saluran kencing. Peregangan dan dilatasi selama kehamilan tidak
menyebabkan perubahan permanen di pelvis renalis, dan ureter kecuali oleh
infeksi. Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu
proses involusi ureter dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca persalinan
ibu merasa sulit buang air kecil.

9. Perubahan sistem muscuskeletal


Sistem muscuskeletal pada ibu selama masa pemulihan postpartum termasuk
penyebab relaksasi dan kemudian hiperbilitas sendi serta perubahan pada pusat
gravitasi. Adaptasi sistem muscuskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang
dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke 6
sampai ke 8 setelah melahirkan.
Dinding abdominal lembek setelah proses persalinan karena peregangan
selama kehamilan. Semua wanita puerperal mempunyai beberapa derajat tingkat
diastasis recti, yang merupakan separasi dari otot rectus abdomen. Berapa parah
diastasis tergantung pada sejumlah faktor termasuk kondisi umum wanita dan
tonus otot.
1.3. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU NIFAS DAN MENYUSUI

1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas


Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi oleh banyak
factor, seperti kelelahan, pemberian makanan, puas dengan perannya sebagai ibu,
cemas dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang
tersedia untuk ibu.

37
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu
yang berbeda dalam masa nifas menjadi snesitif terhadap factor-faktor dalam
keadaan normal mampu diatasinya.
Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering terkuras oleh tuntutan
kehamilan serta persalinan. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu
singkat, namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri
mereka dan bayinya tumbuh. Rubin melihat beberapa tahap fase aktivitas penting
sebelum menjadi seorang ibu.
1. Taking on: pada fase ini disebut meniru. Pada fase ini wanita tidak hanya
meniru tapi sudah membayangkan peran yang akan dilakukan pada tahap
sebelumnya.
2. Taking ini: periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya.
Peningkatan nutrisi ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya
bertambah, kurangnya nafsu makan menandakan tidak berlangsung normal.
3. Taking hold: periode ini berlangsung 2-4 hari postpartum ibu menjadi
orangtua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini
ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut.
Cenderung menerima nasihat bidan.
4. Letting go: periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, pada ibu
yang bersalin di klinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
yang diberikan oleh keluarganya. Dan depresi postpartum terjadi pada periode
ini.
2. Postpartum blues
a. Baby blue (Postpartum blues)
Merupakan suatu fenomenal psikologis yang dialami oleh ibu dan bayinya.
Biasanya terjadi padaa hari ke-3 sampai ke-5 postpartum. Angka kejadiannya 80%
dari ibu postpartum mengalaminya, dan berakhir beberapa jam/hari. Gejala-
gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Sedih
2. Cemas tanpa sebab
3. Menangis tanpa sebab
4. Tidak sabar
5. Tidak percaya diri

38
6. Sensitive
7. Mudah tersinggung
8. Merasa kurang menyayangi bayinya

Postpartum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang


ringan. Oleh sebab itu tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak
ditindak lanjuti sebagaimana seharusnya.

b. Depresi postpartum
Depresi postpartum dilami 20% ibu yang baru melahirkan, menurut Boback
& Jensen (1993).depresi dapat digambarkan sebagai perasaan sedih, galau, tak
bahagia atau kehilangan semangat hidup. Biasanya gejala akan tampak pada
satu bulan pertama setelah melahirkan, bisa hingga bayi berumur satu tahun.
Penyebab Depresibelum diketahui secara pasti. Banyak alas an yang dapat
dikemukakan sebagai penyebab perempuan menderita depresi. Perubahan
hormone atau kejadian di dalam kehidupan yang menimbulkan stress seperti
saat kematian keluarga, menyebabkan perubahan kimiawi di dalam otak yang
mengarah menuju depresi. Factor lain yang dapat menyebabkan depresi:
1. Kelelahan setelah melahirkan
2. Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru
3. Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun kerutinan dalam
rumah tangga.
4. Perasaan kehilangan akan identitas diri
5. Kurangnya waktu untuk diri sendiri

Gejala Depresi

1. Perasaan sedih, tak berdaya dan galau


2. Serinng menangis
3. Tidak ada energy dan motivasi hidup
4. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit
5. Sulit untuk focus, mengingat atau mengambil keputusan

A. Kesedihan

39
Kesedihan adalah reaksi emosi, mental dan fisik dan social yang normal
dari kehilangan sesuatu yang dicintai dan diharapkan.
Tahap kesedihan (Kubler Ross, 1970)
1. Denial (penyangjalan)
Menyangkal apa yang sebenarnya terjadi dan terus berharap pada apa
yang mereka angan-anagankan.
2. Anger (kemarahan)
Marah pada apa yang sedang terjadi, emosi tidak stabil dan mungkin
menyalahkan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
3. Bargaining (tawar menawar)
Terkesan seperti menerima apa yang telah terjadi tapi tahap ini
merupakan tahap pendek dan tidak mungkin dinyatakan oleh pasien.
Pasien tetap berharap, itu tidak terjadi.
4. Depression (depresi)
Fase ini merupakan fase yang berlangsung cukup lama, bisa
berlangsung dalam beebrapa bulan atau mungkin beberapa tahun.
Gejala yang tampak: perasaan depresi, bersalah, kehilangan,
kesedihan, panik dan menangis tanpa sebeb.
5. Acceptance (menerima)
Kematian merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan atau
dihindari, kesedihan akibat kematian akan mulai berkurang seiring
dengan berjalannya waktu.

Tanda gejala berduka:

1. Efek fisik, ibu akan merasa kelelahan, sulit tidur, nafsu makan hilang,
gelisah dan lemah.
2. Efek emosional, ibu mrasa bersalah terhadap apa yang terjadi, marah,
sedih dan benci pada dirinya sendiri.
3. Efek social, ibu cenderung untuk menarik diri.

40
Tahap shock, merupakan respon awal individu terhadap kehilangan.

1. Manifestasi perilaku dan perasaan


Penolakan ketidak percayaan, keputus asaan, marah, takut, frustasi,
memberontak dan kehilangan konsentrasi.
2. Manifestasi fisik
Keluhan kehilangan berat, anoreksia, tidur gelisah, keletihan, mengomel
sakit dada dan sesak nafas.
3. Tahap penekanan/fase realitas
Tahap ini terjadi penerimaan fakta kehilangan dan penyesuaian terhadap
realita yang membebaninya. Contoh: orang yang mengalami duka cita
akan menyesuaikan dengan lingkungan tanpa kehadiran orang yang
dicintainya.

1.4. PEMERIKSAAN FISIK NIFAS


1) Pemeriksaan psikososial ibu
a. Menyambut ibu dan memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan
pemeriksaan
b. Menanyakan keluhan dan apa yang dirasakan ibu
c. Menanyakan keluhan keluhan ibu atau pertanyaan yang ingin diketahui
d. Menanyakan tentang riwayat persalinannya:
a. Siapa yang menolong ibu tersebut saat persalinan
b. Di mana ia melahirkan
c. Apakah ada komplikasi selama kehamilan, persalinan dan sesudah
bersalin
d. Jenis persalinan ( spontan, vacuum, section cesarean )
e. Robekan jalan lahir
f. Menanyakan tentang makan dan minum ibu
g. Menanyakan tentang istirahat ibu
h. Menanyakan tentang pemberian ASI yaitu frekuensi dam lamanya
2) Keadaan umum ibu
a. Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu pada waktu kunjungan
b. Jelaskan kepada ibu tentang pemeriksaan yang akan di lakukan

41
c. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan lembut dan sempurna
kemudian keringkan dengan handuk yang bersih
3) Pemeriksaan tanda –tanda vital
a. Tekanan darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Pernapasan
4) Melakukan pemeriksaan payudara :
a. Ibu tidur terlentang dengan lengan kiri di atas kepala, secara sistematis
lakukan perabaaan / raba payudara sampai axial bagian kiri, perhatikan apakan
ada benjolan pembesaran kelenjar .
b. Kemudian ulangi prosedur yang sama pada payudara sampai axial bagian
kanan.
c. Inspeksi putting susu apakah menonjol, datar, terbenam atau ada nanah .
5) Melakukan pemeriksaan abdomen
a. Lihat apakah ada luka bekas operasi
b. Palpasi untuk menilai tinggi fundus uteri, kontaksi dan konsistensi uterus.
c. Palpasi untuk menentukan distasis rectie
6) Melakukan pemeriksaan kandung kemih
Pemeriksaan kandung kemih kita palpasi di suprapubis, kandung kemih harus
dikosongkan.Jika kandung kemih tidak dikosongkan maka tidak ada kontraksi
sehingga bisa menyebabakan terjadinya perdarahan.
7) Melakukan pemeriksaan pada kaki
a. Apakah ada varises
b. Ada warna kemerahan pada betis
c. Pada tulang kering kaki untuk melihat apakah ada odema
d. Lakukam pemeriksaan ( metode human ) kedua kaki diluruskan, lakukan
doringan pada telapak kaki untuk melihat adanya nyeri betis
e. Kemudian tekukan kaki secara bergantian kea rah perut untuk menilai adanya
nyeri pada pangkal paha
8) Melakukan pemeriksaan genetalia / perineum
a. Beritahu ibu tentang prosedur pemeriksaan
b. Membantu ibu mengatur posisi untuk pemeriksaan perineum
c. Mengenakan sarung tangan untuk pemeriksaan perineum

42
d. Memeriksa perineum, pemeriksaan perineum 6jam, yaitu ibu dalam posisi
dorsal recumbent, perhatikan warna, bau lokhea, konsistensi, hematom vulva
dan kebersihan
e. Lakukan vulva hygiene, perhatikan perdarahan dan sumber darah (menilai
luka laserasi atau jahitan perineum
9) Meletakkan sarung tangan pada tempat yang telah disediakan atau larutan chlorine
0,5%
10) Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan
11) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

1.5. KEBUTUHAN PADA MASA NIFAS


1) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air suci. Diet yang di berikan harus bermutu, bergizi
tinggi cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:

1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari


2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral. Dan
vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter perhari.
4. Pil zat besi harus di mnum untuk menmbah zat gizi setidaknnya selama 40
hari pasca persalinan.
5. Minum kapsul vitamin A 200,000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI

2) Ambulansi
Ambulasi dini ( early ambulation ) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing
ibu untuk berjalan.

43
Sekarang tidak perlu lagi membimbing ibu postpartum telentang di tempat
tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dan tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut.
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3. Early ambulation memungkinkan kita mengajar ibu cara merawat anaknya
selama ibu masih di rumah sakit , misalnnya memandikan, mengganti pakaian,
dan memberi makanan.
4. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis) menurut penelitian-
penelitian yang saksama early ambulation tidak mempunya kebutuhan yang
buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan
sebagainya.Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-
angsur , jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci,
memasak dan sebagainya.

3) Eliminasi
Buang air kecil. Ibu diminta untuk buang air kecil (miski) 6 jam postpartum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belummelebhi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Kan tetapi, kalau ternyata
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (resiko urine) pada ibu
postpartum.
1. Berkurangnya tekanan intraabdominal.
2. Otot-otot perut masih lemah.
3. Edema dan uretra.
4. Dindng kandung kemih kurang sensitif.

44
4) Buang air besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua
postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar
peroral atau per rektal. Jika setalah pemberian obat pencahar masih belum bsa
BAB, maka dilakukan klisma (huknah).

5) Personal higiene
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena
itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan
tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu


postpartum adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perinium.
2. Mengajarkan ibu bagaimana kebersihan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkandaerah disektar
vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang kemuda membersihkan
daerah sekitar anus. Mashati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil dan besar.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrikannya.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika bu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

6) Istirahat dan tidur


Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan , serta untuk tidur siang atau beristirahat sebagai bayi tidur.
3. Kurag istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

45
a. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
7) Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang yang dapat di lakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat berikut ini :
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah berhenti
dan ibu dapat memasukan satu-satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan
saja ibu siap.
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 10 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersagkutan.

8) Latihan dan senam nifas


Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita.
Involus ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebaga akibat
kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas di sertai adanya strie
gravidarun yang membuat keindahan tubuh akan terganggu.oleh karena itu
mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengecangkan keadaan
dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk
tubuh menjadi indah dan langsing seperti semua adalah dengan melakukan latihan
dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal berikut
ini.
1. Diskusikanpentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal,
karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan in juga menjadikan
otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu.
a. Dengan tidur telentang dan lengan di samping, tarik otot perut selagi
menarik napas, tahan napas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai
hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah
latihan Keagel.

46
3. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul,
tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
4. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

47
D. ASUHAN KOLABORATIF BBL PATOLOGIS DAN KOMPLIKASI
ASI Eksklusif
a. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya
air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.
b. Bayi yang diberikan ASI secara eksklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-
nya daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula. Bayi baru lahir
biasanya setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya. Semakin bertambah usianya,
waktu atau jarak antara menyusui akan meningkat karena kapasitas perut mereka
menjadi lebih besar. Sebaliknya, bayi baru lahir yang hanya mengenal susu
formua akan memulai minum susu formula kira-kira setiap 3 sampai 4 jam selama
beberapa minggu pertama kelahiran.
c. Daripada menggunakan jam sebagai panduan untuk memberikan makan bayi,
lebih baik perhatikan isyarat bahwa dia sudah kenyang ketika memberinya ASI
atau susu formula. Ini lebih penting bahwa memperhatikan petunjuk atau sinyal
dari bayi yang menunjukkan dia lapar. Ini disebut isyarat kelaparan.
d. Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi,
memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa
6 bulan inilah yang disebut ASI eksklusif.

Manfaat dan keunggulan ASI.


Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu; aspek
gizi, aspke imunologik, aspek psikolog, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan
aspek penundaan kehamilan.
1. Aspek Gizi.
Manfaat kolostrum.
a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare.
b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada
hari-hari kelahiran pertama. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi.

48
c. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada
hari-hari pertama kelahiran.
d. Membantu mengelurkan mekonium yaitu, kotoran bayi yang pertama bewarna
hitam kehijauan.

Komposisi ASI
a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI
tersebut.
b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI


a. Taurin adalah sejenis asam ammino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi
sel otak.
b. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukup untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu,
DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya
(precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6
(asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
b. Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli
dan berfungsi sebagai virus pada saluran pencernaan.
c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
d. Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
daripada susu sapi.

49
e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)
antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tisuue ( MALT)
antibodi jaringan payudara ibu.
f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora
usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
3. Aspek Psikologik
a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusi: bahwa ibu mampu menyusi dengan
produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi
ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon
terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
b. Interaksi ibu dan bayi: pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi
terggantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi
karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi
akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangantan tubuh ibu
dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih di
dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ
point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 pint lebih tinggi pada usia
3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan
bayi yang tidak diberikan ASI.
5. Aspek Neurologis
a. Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan
bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
a. Dengan menyusi secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan

50
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya.

PENYULUHAN KESEHATAN PADA BAYI BARU LAHIR


Jenis-jenis pelayanan kesehatan pada balita

1) Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali


KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa
setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
bidan dan dokter.
Manfaat KMS adalah :
a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secaralengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi,penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
c. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2) Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik )
dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel,
untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain Pemantauan
pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-
anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari
seluruh balita. Dengan demikian diharapkan.
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :

51
a. Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11
bulansatu kali dalam satu tahun
b. Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal
ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan
sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput
bening ( kornea mata ).
balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari
keluarga menengah kebawah.

3) Manajemen terpadu balita sakit(MTBS)


Suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan
balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan
upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering
terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:


a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien asalkan sudah dilatih).
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).

52
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan)
4) Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
a. Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
b. Pemberian makanan bayi
c. Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
d. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
e. Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual
dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau
perempu.

5) Vaksinasi atau Imunisasi


Pada saat sekarang ini vaksin yang dapat digunakan dalam pencegahan penyakit
telah banyak beredar di Indonesia, dan hasil daya lindung yang ditimbulkannya
juga telah terbukti bermanfaat.imunisasi wajib diantaranya:
a. BCG: Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Pada anak
yang telah mendapat vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari
penyakit tuberkulosis, ataupun kalau terinfeksi bentukna adalah ringan, tidak
menimbulkan infeksi yang berat seperti tuberkulosis otak, tulang ataupun
melibatkan organ tubuh yang lain.
b. Polio Oral Vaksin: Mengandung tiga macam virus hidup yang telah
dilemahkan, yang dapat digunakan dalam memberikan daya lindung terbadap
kelumpuhan dan kematian.
c. Vaksin Hepatitis B : Pemberian vaksin ini sangat bermanfaat untuk
memberikan perlindungan agar tidak terjadi penyakit hati yang kronis, yang
rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.
d. Vaksin campak: memberi kekebalan terhadap penyakit campak
e. DPT: memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri pertusis dan tetanus.

6) Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

53
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
a. Penimbangan berat badan
b. Penentuan status pertumbuhan
c. Penyuluhan
d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan,
segera ditunjuk ke Puskesmas.
7) Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada Anak
Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian makanan
yang bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak,
yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini
tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi pada anak tersebut yang
mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
fisik anak tersebut maupun gangguan intelegensia.
Untuk Tumbuh Kembang Anak Pesan Utamanya Adalah:
a. Asi saja (ASI ekslusif) adalah makanan terbaik bagi kehidupan bayi 4-6 bulan
pertama kehidupan.
b. Pasca umur 4-6 bulan, bayi memerlukan makanan lain disamping ASI.
c. Anak dibawah 3 tahun membutuhkan 5-6 kali sehari.
d. Anak dibawah 3 tahun membutuhkan sejumlah/sedikit lemak atau minyak
ditambahkan dalam makanannya sehari-hari.
e. Semua anak membutuhkan makanan kaya Vitamin A.
f. Sesudah sakit, anak membutuhkan extra meals untuk mengejar (catch up)
kehilangan pertumbuhan selama sakit.

54
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik.Tanda terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir,saat bayi baru lahir datang
atau saat perawatan di rumah sakit.Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini
adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk.Tanda ini mencakup:
a. Tidak bisa menyusui
b. Kejang
c. Mengantuk atau tidak sadar
d. Frekuensi napas <20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik)
e. Frekuensi napas > 60 kali/menit
f. Merintih
g. Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
h. Sianosis sentral

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya :


a. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami
sianosis atau distres pernapasan berat.
b. Beri VTP dengan balon dan sungkup ,dengan oksigen 100% (atau udara ruangan
jika oksigen tidak tersedia)jika frekuensi naps terlalu lambat (<20 kali/menit).
c. Jika terus mrngantuk,tidak sadar atau kejang,periksa glukosa darah.jika glukosa
<45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dektrosa 10% (2 ml/kg
BB) IV selama 5 menit,diulang sesuai keperluan dan infus tidak terputus
(continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus
dimulai.jika tidak mendapat akses IV,berikan ASI atau glukosa melalui pipa
lambung.
d. Beri fenobarbital jika terjadi kejang

INFEKSI BAKTERI YANG BERAT


a. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat
b. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit
c. Pantau bayi dengan ketat

55
i. Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
j. Sianosis sentral

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya :


e. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami
sianosis atau distres pernapasan berat.
f. Beri VTP dengan balon dan sungkup ,dengan oksigen 100% (atau udara ruangan
jika oksigen tidak tersedia)jika frekuensi naps terlalu lambat (<20 kali/menit).
g. Jika terus mrngantuk,tidak sadar atau kejang,periksa glukosa darah.jika glukosa
<45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dektrosa 10% (2 ml/kg
BB) IV selama 5 menit,diulang sesuai keperluan dan infus tidak terputus
(continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus
dimulai.jika tidak mendapat akses IV,berikan ASI atau glukosa melalui pipa
lambung.
h. Beri fenobarbital jika terjadi kejang

INFEKSI BAKTERI YANG BERAT


d. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat
e. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit
f. Pantau bayi dengan ketat

E. ALUR RUJUKAN PELAYANAN KEBIDANAN


1. Pengertian

Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap kondisi


klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau pengetahuan, obat, dan
peralatannya).

Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009,


merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dariunit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horizontal antar unitunit yang stingkat kemampuannya. Sistem rujukan upaya

56
keseamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik
secara vertikal (komunikasi antar unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti
yang lebih tingi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi

2. Jenis-Jenis Rujukan
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari:
1. Rujukan medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul
baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional.
Jenis rujukan medic antara lain:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic,
pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lenih lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.

2. Rujukan kesehatan

Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas


yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah
kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

3. Persiapan Rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat


“BAKSOKUDA” yang dijabarkan sebagai berikut :

57
1. B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
2. A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus
set, tensimeter, dan stetoskop
3. K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain diusahakan untuk dapat
menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4. S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
5. O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
6. K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien)
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
7. U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat rujukan
8. DA (Darah & Do’a)

4. Mekanisme Rujukan
Adapun mekanisme rujukan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
a. Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan
tingkat kegawatdaruratan
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.

58
Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera
dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau radio
komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
5. Persiapan penderita

Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu atau
dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam
perjalanan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan
seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat
rujukan.

6. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
7. Tindak lanjut penderita
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan
tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
b. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka perlu
dilakukan kunjungan rumah

5. Hirarki Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan kesehatan yang ada
mulai dari:
1. Pelayanan kesehatan tingkat primer di puskesmas.
Meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes / Poskesdes, Bidan Praktik
Mandiri, Klinik Bersalin serta fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah maupun
swasta.

59
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi
dini dan memberikan pertolongan pertama pada kegawat-daruratan obstetri neonatal
(PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan PONED di Puskesmas serta pembinaan
UKBM termasuk Posyandu
2. Pelayanan kesehatan tingkat sekunder
Meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah maupun Swasta
yang setara dengan  RSU Kelas D, C dan B Non Pendidikan, termasuk Rumah Sakit
Bersalin (RSB), serta Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA).
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi
dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah  terjadinya
keterlambatan penanganan dan kolaborasi dengan nakes lain dalam penanganan
kasus (PONEK).
3. Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS type B dan A
Meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah maupun swasta.
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi
dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah terjadinya
keterlambatan penanganan, kolaborasi dg nakes lain dalam penanganan kasus
PONEK dan asuhan kebidanan/penatalaksaaan kegawat-daruratan pada kasus-kasus
kompleks sebelum mendapat penanganan lanjut.

6. Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Rujukan Obstetri & Neonatal Dasar dan


Komprehensif ( PONED & PONEK )
Pengertian: Lembaga dimana rujukan kasus diharapkan dapat diatasi dengan baik,
artinya tidak boleh ada kematian karena keterlambatan dan kesalahan penanganan
Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan:
Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil, bersalin,nifas atau bayi
baru lahir), tidak dapat diprediksi.Oleh karena itu, Tenaga bidan perlu memiliki
kemampuan penanganan kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat dan cepat
Upaya Penanganan Terpadu Kegawatdaruratan:
1. Di masyarakat
Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam memberikan pelayanan
esensial, deteksi dini dan penanganan kegawatdaruratan  (PPGDON)
2. Di Puskemas

60
Peningkatan kemampuan  dan kesiapan puskesmas dlm memberikan Penanganan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED )
3. Di Rumah Sakit
Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kab / kota dlm PONEK
4. Pemantapan jarigan pelayanan rujukan obstetri & neonatal
Koordinasi lintas program, AMP kab / kota dll

Kegiatan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk Meningkatkan Kesehatan Ibu dan
Bayi

1. Pelayanan Obstetri dasar di tingkat Polindes dan Puskesmas


2. Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di setiap Kabupaten/Kota
3. Menyediakan 1 Pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota

Jenis kriteria pelayanan kesehatan rujukan:

1. PUSKESMAS PONED

Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri


neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal
dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan neonatus

Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar, meliputi:

a. Pemberian oksitosin parenteral


b. Pemberian antibiotik parenteral
c.  Pemberian sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan plasenta
manual
d. Melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual
e.  Partus dengan tindakan ekstraksi vacum,ekstraksi forcep

Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi:

a. Resusitasi bayi asfiksia


b.  Pemberian antibiotik parenteral
c. Pemberian anti konvulsan parenteral
d. Pemberian Phenobarbital

61
e. Kontrol suhu
f. Penanggulangan gizi
2. RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM

Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana
penunjang yang memadai untuk memberikan pertolongan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar dan komprehensif dan terintergrasi selama 24 jam
secara langsung terhadap ibu hamil, nifas dan neonatus, baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader, bidan, Puskesmas PONED, dll

Kemampuahn PONEK meliputi :

a. Pelayanan obstetri komprehensif


 Pelayanan obstetri emergensi dasar (PONED)
  Transfusi darah
 Bedah Caesar
b. Pelayanan Neonatal Komprehensif
 Pelayanan neonatal emergensi dasar
  Pelayanan neonatal intensif

Kriteria RS PONEK 24 Jam:

a.  Memberikan pelayanan PONEK 24 jam secara efektif (cepat, tepat-cermat


dan purnawaktu) bagi bumil/bulin, bufas, BBL – ada SOP
b. Memiliki kelengkapan sarana dan tenaga terampil untuk melaksanakan
PONED/PONEK (sesuai dengan standar yang dikembangkan) – tim PONEK
terlatih
c. Kemantapan institusi dan organisasi, termasuk kejelasan mekanisme kerja
dan kewenangan unit pelaksana/tim PONEK- ada kebijakan 
d.  Dukungan penuh dari Bank Darah / UTD – RS, Kamar Operasi,
HCU/ICU/NICU, IGD dan unit terkait lainnya 
e. Tersedianya sarana/peralatan rawat intensif dan diagnostik pelengkap
(laboratorium klinik, radiologi, RR 24 jam, obat dan penunjang lain. )

7. RUJUKAN KLIEN/PASIEN PADA KASUS PATOLOGIS

62
Pengertian: suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus kebidanan atau
dengan penyakit penyerta atau komplikasi yang memerlukan pelayanan dengan
menggunakan pengetahuan, fasilitas, dan peralatan yang memadai, atau kondisi
klien/pasien di luar kewenangan bidan.
Indikasi perujukan ibu yaitu :
1. Riwayat seksio sesaria
2. Perdarahan per vagina
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10.  Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
11.  Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
12.  Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5
13.  Presentasi bukan belakang kepala
14.  Kehamilan gemeli
15.  Presentasi majemuk
16.  Tali pusat menumbung
17.  Syok

Pendekatan yang digunakan dalam memberikan Asuhan kebidanan kepada klien  sesuai
denganPedoman Asuhan Kebidanan pada Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan
Bayi Baru Lahir dan Standar Asuhan Kebidanan Kepmenkes nomor 938 tahun 2007,
dimana  pengambilan keputusan klinis bidan diambil berdasarkan hasil pengkajian
melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik, kemudian dirumuskan diagnosa kebidanan
berdasarkan permasalahan yang ditemui. Setelah diagnosa  dibuat, maka diberikan
intervensi sesuai dengan prioritas kegawatan kondisi ibu dan janin, sesuai kewenangan
bidan, dan kewenangan tempat pelayanan dasar, PONED serta PONEK. Kemudian
pencatatan asuhan pada formulir/ status klien/ Rekam medis yang digunakan.

63
64
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang
mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus, untuk
mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada persalinan, baik penyakit
komplikasi dan lain-lain. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri)
yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Masa nifas atau peurperium
ialah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan diakhiri ketika alat kandungan
kembali seperti kekeadaan sebelum hamil, dimana massa ini berlangsung selama 6 minggu.
(Maryunani,2009)
Jadi, setelah persalinan selesai, plasenta sudah lahir maka akan kita sebut masa nifas.
Sesungguhnya berakhirnya masa nifas ialah jika perempuan itu sembuh sama sekali sampai
mencapai keadaan biasa seperti sebelum ia hamil. Hal ini jika tak ada gangguan biasanya
memakan waktu kira-kira 6 minggu lamanya, sungguhpun kita mengetahui, bahwa luka yang
sekecil-kecilnya di jalan lahir utau perineum begitu pula regangnya dinding perut di waktu
hamil senantiasa meninggalkan bekas. Oleh sebab itu biasanya yang dimaksud dengan
sebutan nifas itu ialah waktu 8-14 hari sesudah bersalin, dalam waktu perempuan itu begitu
kuat dan masih ebutuhkan pertolongan. Sesuadah itu alat kandungan dan jalan lahir belum
sembuh dama sekali, perempuan itu dengan berangsur-angsur sudah dapat melakukan
perkerjaannya sehari-hari.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko
tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.

65
DAFTAR PUSTAKA

Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. UNPAD: Bandung.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta.

Sarwono, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Manuaba, Ida Bagus Gde.
1998. Ilmu Kebidanan, Peneyakit

Wildan, Moh dan Aziz, A. Alimul. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Christina, Lia Uprini. dkk. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Bihayatun, S.Pd, S.Si.T. 2008. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

66

Anda mungkin juga menyukai