Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny R DENGAN ABORTUS


INKOMPLITUS DI RUANG THAIF LANTAI 2 RAWAT INAP BERSALIN
RSI A. YANI SURABAYA

oleh :
Robi Is Maulana : 1120021007

Pembimbing Akademik :
Farida Umamah, S. Kep., Ns., M. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
Lembar Pengesahan
Laporan pendahuluan dan Asuhan kepeawatan ini dibuat dan disusun sebagai
bukti bahwa mahasiswa di bawah ini mengikuti praktikum “Klinik Mahasiswa
Kompetensi Keperawatan Maternitas”
Nama : Robi Is Maulana
NIM : 1120021007
Kompetensi : Keperawatan Maternitas
Waktu pelaksanaan : 08 November - 05 Desember 2021
Tempat : RSI A. YANI
Ruang : Thaif

Surabaya, November 2021


Mahasiswa

(Robi Is Maulana)

Mengetahui,

Kepala Ruangan Pembimbing Klinik

(Ainun Mufidah, S.ST) ( Nurul Hidayah, STr. Keb)

Pembimbing akademik

(Farida Umamah, S. Kep., Ns., M.Kep)


BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan dengan berat badan janin kurang dari 500
gram (Ratnawati, 2018).
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20
minggu.
2. Abortus Inkomplet
Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Pitriani, 2013).
Abortus Inkompit berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir seluruh plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini
seperti halnya kehamilan aterm.Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera
berkurang sementara serviks tetap terbuka (Hutapea M. , 2017).
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah
mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan
lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih. (Pitriani,
2013).
1.2 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya abortus adalah :
a. Faktor Fetal
Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh
abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan sekitar
60-75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan
kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya.
b. Faktor maternal
1) Kelainan anatomi uterus
Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar dan multipel
atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat meningkatkan risiko
abortus. Malformasi kongenital yang disebabkan oleh abnormalitas fusi
Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki pengaruh yang sifatnya masih
kontroversial.Pembedahan pada beberapa kasus dapat menunjukkan hasil
yang positif.Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang
terjadi pada trimester II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus
memperlihatkan hasil yang positif.
2) Infeksi
Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti
secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus (Herpes simplex,
Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan semua
jenis abortus spontan. Data penelitian yang menghubungkan infeksi dengan
abortus menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of
Obstetricians and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab
utama abortus trimester awal.
3) Penyakit metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada ibu
seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan anemi.Anemia
dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin karena
dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan
janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi
dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi).
4) Faktor Imunologi
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi
autoimunitas yang ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang
melawan fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma
klinik spesifik (abortus berulang, trombosis yang penyebabnya tak jelas dan
kematian janin).Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu
pemeriksaan serologis untuk konfirmasi diagnosis (antikoagulansia lupus,
antibodi kardiolipin).Pengobatan pilihan adalah aspirin dan heparin (atau
prednison dalam beberapa kasus tertentu).
5) Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali
dilupakan.Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan
Abortus. Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu
setelah kematian mudigah atau janin (Smith, 2015).
c. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam
terjadinya abortus spontan.yang jelas, translokasi kromosom pada sperma
dapat menyebabkan abortus.
1.3 Manifestasi klinik
Mengalami perdarahan pervagina ≥500cc maka dapat menyebabkan rasa
lemas , berisiko syok, dan penurunan kesadaran ibu, tanda-tanda infeksi alat
genital berupa demam (Ratnawati, 2018). Tanda gejala dari abortus lainnya
adalah kram atau nyeri perut bagian bawah (Ratna & Yulichati, 2015).Klien juga
akan mengalami penurunan tekanan darah, denyut nadi normal atau cepat dan
lemah. Subu tubuh normal, meningkat atau menurun, mulas-mulas (Huda &
Kusuma, 2015).Gejala seperti perdarahan yang terjadi bisa sedikit kemudian
banyak dan disertai keluarnya hasil konsepsi, rasa mulas (kontraksi) tambah
hebat, ostium uteri eksternumatau serviksterbuka (1-2 jari), pada pemeriksaan
vaginal dapat di raba dalam kavum uteriatau kadang kadang sudah menonjol dari
eksternumatau sebagian jaringan keluar, perdarahan tidak akan berhenti sebelum
sisa janin dikeluarkan sehingga dapat menyebabkan syok, pada pemeriksaan
plano testditemukan test positif atau negative, ibu anemia akibat perdarahan
(Hutapea M. , 2017).
1.4 Patofisiologi dan WOC
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam.Pada
kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua lebih dalam
dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat
menyebabkan banyak pendarahan.Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa
waktu kemudian adalah plasenta.Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam
bentuk miniatur.
WOC
1.5 Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1) Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke
rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh
sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada
awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan
berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan
kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya
perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.
2) Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit.Apabila terjadi luka pada 11
ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang
memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina.
3) Perdarahan
Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabilapertolongan tidak diberikan pada waktunya.
4) Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak dipindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar.Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
USG kehamilan untuk mendeteksi adanya retensi produk/sisa kehamilan.
Pemeriksaan GinekologiPada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang baru terjadi
didapatkan serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam
kanalis servikalis atau kavum uteri.
1.7 Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera periksa apabila terjadi perdarahan, Ibu harus
beristirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi intravena atau transfusi
darah dapat dilakukan apabila diperlukan (Ratnawati, 2018)
Menurut Triana dkk 2015 penatalaksanaan Abortus Inkomplit sebagai berikut :
a) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuscular atau misoprostol 400 mg per oral.
b) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
(1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum
manual tidak tersedia
(2) jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuscular (diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg
peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
c) Jika kehamilan lebih 16 minggu :
(1) berikan infus oksitoksin 20 unit 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
(2) jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
(3) evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus d) Pastikan untuk
tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
1.8 Asuhan Keperawatan
1.8.1 Pengkajian
Jika kehamilan ditemukan perdarahan maka : Saat dalam pengkajian
pada terdapat tentang keluhan perdarahan pervaginam. Data yang muncul
pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit yaitu, pasien mengalami keluhan
perdarahan pervaginam dengan jumlah yang sedikit atau banyak (Ratnawati,
2018)
penurunan intake cairan, tekanan darah menurun, hasil konsepsi masih
dalam uterus, serviks terbuka, uterus membesar, terdapat rasa mulas dan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah, penurunan tekanan darah, adanya
perasaan takut, khawatir dan gelisah(Huda & Kusuma, 2015).
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan
perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Biodata :
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2) Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang, badan terasa lema, dan penglihatan berkunang-kunang
3) Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
a) Riwayat kesehatan sekarang
yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit kut, kronis panjang seperti Jantung, DM, Hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
c) Riwayat pembedahan :
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
d) Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
e) Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
f) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas :
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
g) Riwayat seksual :
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluhan yang menyertainya.
h) Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya.
4) Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
5) Pemeriksaan fisik, meliputi :
a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fisik, dan seterusnya.
b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh
dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung
pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ
atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi
yang terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.
e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang penting artinya dalam menegakkan diagnosis
(kausal) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula. Terapi
yang perlu dilakukan pada ibu.

1.8.2 Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
2) Resiko Ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan perdarahan
3) Resiko syok (hipofolemik) berhubungan dengan perdarahan
4) Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi vulva lembab
5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pervagina
1.8.3 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1. Diagnosa : Nyeri Akut Setalah dilakukan intervensi Menejemen nyeri
keperawatan selama 2 × 24 1. 08238
jam maka tingkat nyeri Observasi
menurun dengan kriteria 1. identifikasi lokaso,
hasil sebagai berikut : karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas
L.08066 intensitas nyeri.
1. keluhan nyeri 2. identifikasi skala nyeri
menurun 3. identifikasi respon
2. meringis menurun nyeri non verbal
3. gelisah menurun 4. identifikasi faktor
4. kesulitan tidur pemberat
menurun Terapeutik
5. frekuensi nadi 1. berikan teknik non
membaik farmakologi
6. pola tidur membaik 2. kontrol lingkungan
3. fasilitasi istirhat yang
cukup
Edukasi
1. jeaskan penyebab dan
pemicu nyeri
2. jelaskan stratgi
meredakan nyeri
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
analgesik jika perlu
2 Diagnosa : Resiko Setalah dilakukan intervensi Pemantauan Cairan
Ketidakseimbangan keperawatan selama 2 × 24 I. 03121
cairan jam maka Keseimbangan Observasi
cairan meningkat dengan 1. monitor frekuensi dan
kriteria hasil sebagai berikut : kekuatan nadi
Keseimbangan cairan 2. monitor tekanan darah
L.05020 3. monitor turgor kulit
1. kelembapan membran 4. monitor tanda tanda
mukosa meningkat hipovolemia
2. Dehidrasi menurun Terapeutik
3. membran mukosa 1. atur interval waktu
membaik pemantauan sesuai
4. mata cekung membaik dengan kondisi pasien
5. turgor kulit membaik 2. dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. jelaskan prosedur dan
tujuan pemantauan
2. informasikan hasil
pemantauan.

3 Diagnosa : Resiko Syok Setalah dilakukan intervensi Pemantauan Cairan


keperawatan selama 2 × 24 II. 03121
jam maka Tigkat syok Observasi
meningat dengan kriteria 5. monitor frekuensi dan
hasil sebagai berikut : kekuatan nadi
Tingkat syok 6. monitor tekanan darah
L.03032 7. monitor turgor kulit
1. kekuatan nadi meningkat 8. monitor tanda tanda
2. Akral dingin menurun hipovolemia
3. Pucat menurun Terapeutik
4. Haus menurun 3. atur interval waktu
5. Frkuensi nadi membaik pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
4. dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
3. jelaskan prosedur dan
tujuan pemantauan
informasikan hasil
pemantauan
4 Diagosa : Resiko Infeksi. Setalah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan diri
keperawatan selama 2 × 24 1.11348
jam maka tingkat infeksi Observasi
menurun dengan kriteria 1. identifikasi
hasil sebagai berikut : kebiasaan aktivitas
Tingkat Infeksi perawatan diri
L.14137 sesuai usia
1. kebersihan badan 2. monitor tingkat
(vagina) meningkat kemanirian
2. nyeri menurun Terapeutik
3. cairan berbau busuk 1. sediakan lingkungan yang
menurun terapeutik
4. gangguan kognitif 2. siapkan keperluan pribadi
menurun 3. dampingi dalam
melakukan prawatan diri
4. jadwalkannrutimitas
perawatan diri
Edukasi
1. njurkan perawatan diri
secara konsisten

5 Diagnosa : Ansietas. Setalah dilakukan intervensi


keperawatan selama 2 × 24 Reduksi Ansietas
jam maka Tingakat ansietas I. 09314
menurun dengan kriteria Observasi
hasil sebagai berikut : 1. identifikasi saat ansietas
Tingkat Ansietas berubah
L.09093 2. identifikasi kemampuan
1. verbalisasi kebingungan mengambil keputusan
menurun 3. monitor tanda- tanda
2. verbalisasi khawatir akibat ansietas
perdarahan meurun Terapeutik
3. perilaku gelisah menurun 1. ciptakan suasana
4. Frekuensi nadi membaik terapeutik
5. Pucaat menurun 2. temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
3. dengarkan dengan penuh
perhatian

Edukasi
1. jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
3. latik teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
obat anti ansietas jika
perlu
(TIM Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)(TIM Pokja SLKI DPP PPNI, 2017)(TIM Pokja
SIKI DPP PPNI, 2017)
1.8.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
merupakan tindakan keperawtan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Di sisi lain, tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawtan yang didasarkan oleh keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya (Ratnawati, 2018).
1.8.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian perkembangan ibu hasil
implementasi keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai (Ratnawati, 2018).
Menurut (Debora, 2013) evaluasi adalah tahap kelima dari proses
keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang
telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai
apakah masalah yang teratasi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau
bahkan belum teratasi semuanya.

.
DAFTAR PUSTAKA
A. Smith, Jonathan.(2015). Dasar-Dasar Psikologi Kualitatif. Bandung: Penerbit
Nusa Media.
Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic Noc (Jilid 3). Penerbit
Mediaction Jogja
Debora, O. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba
Medika
Hutapea, M. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Abortus. Jurnal
Ilmiah Kohesi , 272.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.
Pitriani, Risa. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus
Inkomplit.http://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/50/39
Ratnawati, A. T., Amdad, A., & Nurdiati, D. S. (2018). Upaya ibu hamil risiko tinggi
untuk mencari layanan persalinan di puskesmas Waruroyo. BKM Journal of
Community Medicine and Public Health, 67-71.
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Indikator Diagnostik) (Edisi 1 ). Jakarta: DPP PPNI.
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(definisi dan Tindakan keperawatan) (Edisi 1 ). Jakarta: DPP PPNI.
TIM Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keprawatan Indonesia
(Definisi dan Kriteria Hsil Keperawatan) (Edisi 1 ). Jakarta.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
ANTENATAL CARE

Nama Mahasiswa : Robi Is Maulana Tanggal Pengkajian : 09-11-2021


NIM : 1120021007 Jam pengkajian : 15.00
Tempat Praktik : Ruang Thoif

A. IDENTITAS
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ny R Nama Suami : Tn H Ke 1
Umur : 36 thn Umur : 40
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : - Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Bratang Alamat : Bratang
No. RM : 74-xxxxx
Tanggal masuk : 08-11-2021

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah setelah kuret.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien hamil anak ke 3 usia 10 minggu, mual , nyeri perut bagian bawah, ada
perdarahan dari jam 12.00 sampai sekarang sehingga pasien dibawa ke RSI. A.
Yani jam 15.00.

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit terdahulu seperti DM , HT,
Jantung..

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga dengan abortus.

F. RIWAYAT OBSTETRI
1. Riwayat menstruasi
Siklus :  Teratur  Tidak teratur
Menarche : 12 tahun
Banyaknya : Normal 40 cc
Lamanya : 7 hari
Keluhan : Tidak ada keluhan menstruasi
HPHT : 28-8-2021
HPL : 05-06-2022
Diagnosa : GIII P2002 UK 9-10 mgg + abortus inkomplit

3. Keluhan selama kehamilan ini


Trimester I :
pasien mengatakan Mual, nyeri pada bagian perut bagian bawah post kuret,
dan ada perdarahan.
Trimester II :-
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________
Trimester III :-
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________
4. Rencana perawatan bayi
Sendiri  Orang tua  Lainnya, GIII P2002 UK 9-10
mgg + abortus inkomplit
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi
Breast care :-
Perineal care :-
Nutrisi :-
Senam nifas :-
KB :-
Menyusui :-
5. Aspek psikososial
a. Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit
ibu merasa cemas dan gelisah terhadap keluhan yang dialami sekarang.

b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-


hari?
 Ya  Tidak
Jelaskan: nyeri yang di alaminya membuat pasien tidak bisa beraktifitas
seperti biasanya.
c. Harapan yang ibu inginkan
pasien mengataan ingin segera sembuh dari sakitnya sekarang.

d. Ibu tinggal dengan, suami dan kedua anaknya


e. Orang yang paling penting untuk ibu, keluarga (Suami dan kedua
anaknya)
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini, keluarga selalu
mendukung pasien
g. Kesiapan mental menjadi seorang ibu,  Ya  Tidak
6. Kebutuhan dasar khusus selama hamil
a. Pola nutrisi
Frekuensi makan : 3x sehari
Nafsu makan :  Baik  Tidak nafsu, karena
Jenis makanan : semua jenis makanan, nasi, sayur, lauk pauk, daging,
buah buahan
Alergi/pantangan : pasien mengatakan tidak ada alergi makanan dan obat
obatan
b. Pola eliminasi
Eliminasi uri
Frekuensi : 6x/ hari
Warna : kuning
Keluhan : tidak ada keluhan
Eliminasi alvi
Frekuensi : 1x/ hari
Warna : kuning kecoklatan
Bau : seperti pada umumnya
Konsistensi : padat
Keluhan : tidak ada keluhan
c. Pola personal hygiene
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekuensi oral hygiene : 1 x/ hari
Frekuensi cuci rambut : 1x / hari
d. Pola istirahat tidur
Lama tidur : 6 jam / hari
Kebiasaan sebelum tidur : sikat gigi, cuci tangan, mematikan lampu.
Keluhan : tidak ada keluhan
e. Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan dalam bekerja : menyapu, memasak, mencuci pakaian, setrika.
dll
Waktu bekerja :  Pagi  Sore  Malam
Olahraga :  Ya  Tidak
Jenis olahraga : jalan jalan
Frekuensi : setiap hari
Kegiatan waktu luang : istirahat
Keluhan : tidak ada keluhan
f. Pola yang mempengaruhi kesehatan
Merokok :-
____________________________________________
Minum alkohol :-
____________________________________________
Ketergantungan obat :-
____________________________________________
g. Keadaan umum
Kesadaran :  Composmentis  Apatis  Somnolen  Sopor 
Koma
GCS : 4,5 ,6
Vital Sign : TD : 142/92 mmHg
Nadi : Frekuensi : 94 kali/menit
Irama : regular  ireguler
Kekuatan/isi :  kuat  sedang  lemah
Respirasi : Frekuensi : 20 kali/menit
Irama : regular  ireguler
o
Suhu : 35,6 C
h. Pemeriksaan fisik
Kepala
Kulit :  Normal  Hematoma  Lesi  Kotor
Rambut :  Normal  Kotor  Rontok  Kering/kusam
Muka :  Normal  Bell’s palsy  Hematom  Lesi
Mata : Konjungtiva  Normal  Anemis  Hiperemis
Sklera  Normal  Ikterik
Pupil  Isokor  Anisokor
Palpebra  Normal  Hordeolum  Edema
Lensa  Normal  Keruh
Visus  Normal ka/ki  Miopi ka/ki
 Hipermetropi ka/ki  Astigmatisma
ka/ki  Kebutaan ka/ki
Hidung :  Normal  Septum defiasi  Polip  Epistaksis
 Gangguan indra penghidu  Sekret
Mulut : Gigi  Normal  Caries dentis, lokasi
 Gisi palsu, lokasi ____________________
Bibir :  Normal  Kering  Stomatitis  Sianosis
Telinga :  Simetris  Bersih  Kotor
Gangguan pendengaran  Ada  Tidak

Leher :  Normal  Pembesaran tiroid  Pelebaran JVP


 Kaku kuduk  Hematom  Lesi
Tenggorokan :  Normal  Nyeri telan Hiperemis
Pembesaran tonsil

Dada :  Normal  Barrel chest  Funnel chest 


Pigeon chest
Payudara :  Membesar  Tidak
Areolla mammae : normal
Colostrum : normal
Pulmo
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : fremitus taktil ka/ki: teraba sama
Perkusi :ka/ki: sonor dikedua lapang paru
Auskultasi :  vesikuler ka/ki  wheezing  ronkhi

Cor
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : ictus cordis: teraba di is 5 sinistra
Perkusi : batas jantung: : batas kanan : ics 3 parastresnal kanan
batas kiri : apex di ics v midclavicula
kiri
Auskultasi : bunyi jantung I (SI): Lup
bunyi jantung II (SII) : dup
bunyi jantung III (SIII) : -

Abdomen
Inspeksi :  Normal  Ascites
Linea :  Alba  Nigra
Striae :  Albicans  Lividae
Luka operasi :  Ya  Tidak
Palpasi
Leopold I :-
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
TBJ :-
Kontraksi :-
Auskultasi
Denyut jantung janin :-

Genitalia
Perempuan :  Normal  Kondiloma  Prolapsus uteri
 Perdarahan  Keputihan
Rectum :  Normal  Hemoroid  Prolaps  Tumor

Ektremitas
Atas : kekuatan otot ka/ki: 5/5
ROM ka/ki : aktif
Capillary Refill Time : < 2 detik
Bawah : kekuatan otot ka/ki: 4/4
ROM ka/ki : pasif
Capillary Refill Time : < 2 detik

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Antigen (-)

USG
terdapat sisa jaringan hasil konsepsi

Rontgen
Normal

H. TERAPI MEDIK
Infus RL
menifal 3x 500 mg
Eminetol 2 x 1
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
KAMPUS A JL. SMEA NO. 57 SURABAYA (031) 8291920, 8284508, FAX (031) 8298582
KAMPUS B RS. ISLAM JEMURSARI JL. JEMURSARI NO. 51-57 SURABAYA
Website : www.unusa.ac.id Email : info@unusa.ac.id

ANALISA DATA

Nama klien : Ny.R No. Register : 74xxxx

Umur : 36 Diagnosa Medis : Abortus Inkomplitus

Ruang Rawat : Thaif Alamat : bratang


TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
08-11-21 DS : Perdarahan Nyeri Akut
1. pasien mengatakan nyeri
15.00 bawah perut nekrosis jaringan
P: nyeri terasa saat menggerakkan
extermitas bawah
Q : nyeri seperti di tusuk hasil konsepsi lepas
R : nyeri pada perut bagian bawah sebagian
S : skala 5 (sedang)
T : Hilang Timbul tindakan kuret

DO: uterus berkontraksi

1. Pasien tampak meringis saat Nyeri Abdomen


mengggerakkan ekstermitas
bawah MK : Nyeri Akut
2. pasien tampak gelisah
TD : 128/ 74
N : 84
RR : 16
Spo2 : 99
DS : Nyeri Abdomen Ansietas
Pasien mengatakan cemas dan
gelisah terhadap kondisi sakitya
sekarang Gelisah
DO :
1. pasien tampak khawatir akibat
perdarahan
Mk : Ansietas
2. pasien tampak gelisah.
TD : 128/ 74
N : 84
RR : 16
Spo2 : 99
Perdarahan +

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi d.d tampak meringis, gelisah.

2. Ansietas b.d krisis situasionel d.d merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, tampak gelisah.
RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : Ny R No. Register : 74xxx


Umur : 36 thn Diagnosa Medis : Abortus Inkomplit
Ruang Rawat : Thoif Alamat : bratang
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil
1 Diagnosa : Nyeri Akut Setalah dilakukan intervensi Menejemen nyeri RBY
keperawatan selama 2 × 24 jam maka 2. 08238
tingkat nyeri menurun dengan kriteria Observasi
hasil sebagai berikut : 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
Tingkat Nyeri durasi, frekuensi, kualitas intensitas
L.08066 nyeri.
1. keluhan nyeri menurun 2. identifikasi skala nyeri
2. meringis menurun 3. identifikasi respon nyeri non verbal
3. gelisah menurun 4. identifikasi faktor pemberat
Terapeutik
1. berikan teknik non farmakologi
2. kontrol lingkungan
3. fasilitasi istirhat yang cukup
Edukasi
1. jeaskan penyebab dan pemicu
nyeri
2. jelaskan stratgi meredakan nyeri
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian analgesik
jika perlu.

2 Ansietas Setalah dilakukan intervensi


keperawatan selama 2 × 24 jam maka Reduksi Ansietas
Tingakat ansietas menurun dengan II. 09314
kriteria hasil sebagai berikut : Observasi
Tingkat Ansietas 1. identifikasi saat ansietas berubah
L.09093 2. identifikasi kemampuan mengambil
1. verbalisasi kebingungan menurun keputusan
2. verbalisasi khawatir akibat 3. monitor tanda- tanda ansietas
perdarahan meurun Terapeutik
3. perilaku gelisah menurun 1. ciptakan suasana terapeutik
2. temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
3. dengarkan dengan penuh perhatian
Edukasi
1. jelaskan prosedur termasuk sensasi
yang mungkin dialami
2. anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
3. latih teknik relaksasi
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny R No. Register : 74xxx


Umur : 36 THN Diagnosa Medis : Abortus Inkomplitus
Ruang Rawat : Thaif Alamat : Bratang
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
09 - 11 – 09-11-21
Observasi 17.00
2021
1. menidentifikasi lokasi,
S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang Rby
karakteristik, durasi, frekuensi,
O:
kualitas intensitas nyeri.
TD : 128/ 74
2. mengidentifikasi skala nyeri N : 84
RR : 16
Terapeutik
Spo2 : 99
1. memberikan teknik non -
farmakologi nafas dalam
A : masalah teratasi sebagian
2. mengontrol lingkungan
P: intervensi dilanjutkan
3. memfasilitasi istirhat yang
-
cukup
Edukasi
1. menjeaskan penyebab dan
pemicu nyeri
2. menjelaskan stratgi
meredakan nyeri
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian obat
Mefinal 3x1
eminaton 1x1.
10 - 11 – Observasi
10-11-2021
1. mengidentifikasi saat ansietas
2021 12.00
berubah
08.30 S : pasien megatakan sudah tidak ada
2. memonitor tanda- tanda ansietas
keluhan, sudah tidak cemas, dan tidak
Terapeutik gelisah. , sudah tidak nyeri
1. menciptakan suasana terapeutik
O: suhu : 36,1 RBY
2. menemani pasien untuk TD : 130/80
Nadi : 84
mengurangi kecemasan
Pasien tampak lebih tenang
3. mendengarkan dengan penuh
A : Masalah teratasi
perhatian
Edukasi P: intervensi dihentikan
1. menjelaskan prosedur termasuk Pro KRS
HE pasien Pulang
sensasi yang mungkin dialami
2. mennganjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
3. melatih teknik relaksasi nafas
dalam

Anda mungkin juga menyukai