Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS :

KESEHATAN ANAK DAN REMAJA

“ SEKS BEBAS “

OLEH KELOMPOK VI :

RISTA WAHYUNI (C1914201256)

SUSANTI P (C1914201258)

TRYSNA LEVIA KULLA (C1914201259)

VENNY SULU (C1914201260)

PROGRAM S1 KHUSUS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa atas
berkat dan rahmatnya kami boleh menyelesaikan makalah kami mengenai
“Asuhan Keperawatan Agregat Dalam Komunitas : Kesehatan Anak dan Remaja
(Seks Bebas)” dengan baik .

Kelompok mengucapkan terima kasih kepada narasumber, dosen


pengampuh, dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini hingga
sampai kepada Mahasiswa.

Makassar, 28 April 2020

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 2

C. Tujuan Penulis .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian perilaku Seks Bebas ................................................ 3

B. Faktor penyebab perilaku Seks Bebas ....................................... 4

C. Bentuk - bentuk perilaku Seks Bebas ........................................ 5

D. Akibat yang ditimbulkan Seks Bebas ....................................... 6

E. Penanggulangan Seks Bebas ..................................................... 8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian................................................................................ 10

B. Analisa Data ............................................................................. 10

C. Prioritas Masalah ..................................................................... 11

D. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 11

E. Intervensi .................................................................................. 13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 16

B. Saran ....................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat
penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan
lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual
sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi
dari oranglain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru
sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting
terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif,
karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan
sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual
mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal
tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia
tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan
bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku
seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk
melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko
dari hubungan seksual tersebut. Karena meningkatnya minat remaja pada
masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka
remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari
sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya
sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya.
Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber
informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau
perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang
seks, media massa atau internet. Masa remaja adalah masa yang penuh
gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan
akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka
kelak.
Disaat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung.
Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu bahkan menyakitkan
mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri. Sayangnya, banyak
diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang
tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu
dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan rasional
akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Daya tarik persahabatan antar
kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-
nilai moral yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua

1
(dalam hal ini orang tua), berkembangnya naruli seks akibat matangnya
alat-alat kelamin sekunder, ditambah kurangnya informasi mengenai seks
dari sekolah/lembagaformal serta bertubi-tubinya berbagai informasi seks
dari media massa yang tidak sesuai dengan norma yang dianut
menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil mengenai masalah cinta
dan seks begitu kompleks dan menimbulkan gesekan-gesekan dengan
orang tua ataupun lingkungan keluarganya. Memasuki Milenium baru ini
sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap
dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati
terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah
seksual, yang berlangsung saat ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sek bebas ?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya sek bebas ?
3. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku sek bebas ?
4. Apa akibat yang ditimbulkan oleh perilaku sek bebas ?
5. Bagaimana cara menanggulangi perilaku sek bebas ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan untuk perilaku sek bebas ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan sek bebas
2. Memahami dan mengerti faktor yang menyebabkan terjadinya sek
bebas
3. Memahami dan mengerti bentuk-bentuk perilaku sek bebas
4. Memahami dan mengerti akibat yang ditimbulkan oleh perilaku sek
bebas
5. Memahami dan mengerti menanggulangi perilaku sek bebas
6. Memahami dan mengerti asuhan keperawatan untuk perilaku sek bebas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Seks Bebas


Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya
maupun sesama jenis. Objek seksual biasa berupa orang lain, orang dalam
khayalan, atau diri sendiri.
Hyde (2007) perilaku seksual adalah tingkah laku yang dapat
menimbulkan kemungkinan untuk mencapai organisme. Padahal ada
kalanya ketika seseorang melakukan senggama ia tidak mengalami
organisme, hal ini biasanya dialami oleh wanita. Untuk itu ditampilkan
definisi lain, yaitu perilaku seksual adalah semua jenis aktifitas fisik yang
melibatkan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau afeksi (
Nevid, Rathus & Rathus, 2005).
Seks bebas adalah bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan
di luar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi.
Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang telah
berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang bukan
pasangannya. Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi seks
ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan.
Menurut Ghifari (2003), perilaku seks bebas adalah hubungan
antara dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda dimana terjadi
hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan. Kelompok seks bebas
menghalalkan segala cara dalam melakukan seks dan tidak terbatas pada
sekelompok orang. Mereka tidak berpegang pada morality atau nilai-nilai
manusiawi. Sewaktu-waktu mereka dapat berhubunggan seksual dengan
orang lain dan di lain waktu mereka juga bisa menggauli keluarga sendiri.
Menurut Desmita (2005) perilaku seks bebas pada remaja adalah
cara remaja mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual, yang
berasal dari kematangan organ seksual dan perubahan hormonal dalam
berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu,
sampai melakukan kontak seksual. Tetapi perilaku tersebut dinilai tidak
sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang
seksual. Menurut Sarwono (2002) perilaku seks bebas adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
jenisnya maupun dengan sesama jenis.

3
B. Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas
Menurut Maslow (dalam Hall & Lindzey, 1993) dalam tingkat
hierarkis, bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi
manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis
mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu
kebutuhan yang bersifat instingtif ini biasanya akan sukar untuk
dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks.
Menurut Freud (dalam Danarto, 2003) memberikan pandangan
bahwa perilaku manusia didominasi oleh dorongan seks (sexual drive),
mengarah kepada prinsip kesenangan (pleasure principle) yang
dikendalikan oleh id-nya masing-masing. Sehingga, apabila seseorang
tidak mampu mengatur id yang dimilikinya, maka orang tersebut akan
kehilangan kontrol dalam menahan suatu keinginan seperti dorongan seks.
Menurut Prabowo & Riyanti (2008), ketika seseorang
mempertimbangkan motivasi seksual dari sudut pandang biologis, seks
mempunyai ciri yang diterangkan sebagai bagian dari dorongan biologis
yang lain:
a. Seks bukan hanya diperlukan untuk mempertahankan hidup individu,
kecuali bahwa seks diperlukan untuk kelangsungan hidup.
b. Perilaku seksual tidak ditimbulkan oleh kurangnya substansi atau zat-
zat tertentu dalam tubuh.
c. Setidaknya pada binatang tingkat tinggi, motivasi seksual mungkin
lebih dipengaruhi oleh informasi panca indera dari lingkungannya,
yaitu insentif dari pada oleh motif biologis yang lain.
Menurut Ghifari (2003) perilaku negatif remaja terutama
hubungannya dengan penyimpangan seksualitas, pada dasarnya bukan
murni tindakan diri mereka sendiri, melainkan ada faktor pendukung
atau yang mempengaruhi dari luar. Faktor-faktor yang menjadi sumber
penyimpangan tersebut adalah:
a. Kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembanggan emosional
yang tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat,
kurang mendalami norma agama, ketidakmampuan menggunakan
waktu luang.
b. Kualitas keluarga yang tidak mendukung anak untuk berlaku baik,
bahkan tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan
pergeseran norma keluarga dalam mengembangkan norma positif.
Disamping itu keluarga tidak memberikan arahan seks yang baik.
c. Kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperti lingkungan
masyarakat yang mengalami kesenjangan komunikasi antar
tetangga.

4
d. Minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja sebagai
akibat globalisasi, akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau
jarang mendapatkan informasi sehat dalam seksualitas.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga
Kaiser (Kaiser Family Foundation) (dalam Dariyo, 2004), hal-hal yang
mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar pernikahan
adalah:
a. Hubungan seks: bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam
masa pacaran. Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah
bahwa masa pacaran merupakan masa di mana seseorang boleh
mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya.
b. Kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan
benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam
menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik tanpa dipengaruhi
oleh situasi kondisi apapun. Dalam keadaan apa saja, orang yang
taat beragama, selalu dapat menempatkan diri dan mengendalika
diri agar tidak berbuat hal-hal yang bertentanggan dengan ajaran
agama. Dalam hatinya, selalu ingat terhadap Tuhan, sebab mata
Tuhan selalu mengawa.
c. Faktor kematangan biologis. Dapat diketahui bahwa masa remaja
ditandai dengan adanya kematangan biologis. Dengan kematangan
biologis, seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi
sebagai mana layaknya orang dewasa lainnya, sebab fungsi organ
seksualnya telah bekerja secara normal.

C. Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Bebas


Menurut Sarwono (2002) bentuk-bentuk dari perilaku seks bebas
dapat berupa berkencan intim, berciuman, bercumbu, dan bersenggama.
Sedangkan Desmita (2005) mengemukakan berbagai bentuk tingkah laku
seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak
seksual. Bentuk-bentuk perilaku seks bebas (dalam www.Bkkbn.go.id)
yaitu:
a. Petting adalah upaya untuk membangkitka dorongan seksual antara
jenis kelamin dengan tanpa melakukan tindakan intercourse.
b. Oral –genital seks adalah aktivitas menikmati organ seksual melalui
mulut. Tipe hubungan seksual model oral-genital ini merupakan
alternative aktifitas seksual yang dianggap aman oleh remaja masa
kini.
c. Sexual intercourse adalah aktivitas melakukan senggama.

5
d. Pengalaman Homoseksual adalah pengalaman intim dengan sesama
jenis.
Menurut Sarwono (2002) juga mengemukakan beberapa bentuk
dari perilaku seks bebas, yaitu:
a. Kissing : Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan
yang didorong oleh hasrat seksual.
b. Necking : Bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin,
biasanya dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau
melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama.
c. Petting : Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan
menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum
bersenggama.
d. intercourse : Mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh diluar
pernikahan

Menurut Santrock (2002) bentuk-bentuk perilaku seks bebas, yaitu:


a. Kissing yaitu sentuhan yang terjadi antara bibir diikuti dengan hasrat
seksual.
b. Necking yaitu aktivitas seksual disekitar tubuh tapi belum ada kontak
alat kelamin.
c. Petting yaitu menempelkan alat kelamin tapi belum ada kontak alat
kelamin.
d. intercourse yaitu bersenggama atau kontak alat kelami.

D. Akibat yang Ditimbulkan Seks Bebas


Menurut Wilson (dalam Ghifari, 2003), bahaya free sex mencakup
bahaya bagi perkembangan mental (psikis), fisik dan masa depan remaja
itu sendiri. Secara terperinci berikut ini lima bahaya utama free seks:
1. Menciptakan kenangan buruk.
Masih dikatakan “untung” jika hubungan pranikah itu tidak ada
yang mengekspos. Si gadis atau si jejaka terlepas dari aib dan
cemoohan masyarakat. Tapi jika ternyata diketahui masyarakat, tentu
yang malu bukan saja dirinya sendiri melainkan keluarganya sendiri
dan peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat sekitar.
Hal ini tentu saja menjadi beban mental yang berat.
2. Kehamilan yang tidak diharapkan (unwanted pregnancy).
Unwanted pregnancy membawa remaja pada dua pilihan,
melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya. Hamil dan melahirkan
dalam usia remaja merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang
tidak jarang membawa kematian ibu. Menurut Wibowo (1994)

6
terjadinya perdarahan pada trisemester pertama dan ketiga, anemi dan
persalinan kasip merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
kehamilan remaja. Selain itu kehamilan di usia muda juga berdampak
pada anak yang dikandung, kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR)
dan kematian perinatal sering dialami oleh bayi-bayi yang lahir dari
ibu usia muda. Menurut Affandi (1995) tingkat kematian anak pada
ibu usia muda mencapai 2-3 kali dari kematian anak yang ibunya
berusia 20-30 tahun.
Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah bukan saja
mendatangkan malapetaka bagi bayi yang dikandungnya juga menjadi
beban mental yang sangat berat bagi ibunya mengigat kandungan tidak
bisa di sembunyikan, dan dalam keadaan kalut seperti ini biasanya
terjadi depresi, terlebih lagi jika sang pacar kemudian pergi dan tak
kembali.
3. Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi.
Banyak kasus bayi mungil yang baru lahir dibunuh ibunya.
Sebagian dari bayi itu dibungkus plastik hidup-hidup, dibuang di kali,
dilempar di tong sampah, dan lain-lain, ini suatu akibat dari perilaku
binatang yang pernah dilakukannya. Selain melanjutkan kehamilan
tidak sedikit pula mereka yang mengalami unwanted pregnancy
melakukan aborsi. Lebih kurang 60 % dari 1.000.000 kebutuhan aborsi
dilakukan oleh wanita yang tidak menikah termasuk para remaja.
Sekira 70-80 % dari angka itu termasuk dalam kategori aborsi yang
tidak aman (unsafe abortion) yang juga merupakan salah satu factor
yang menyebabkan kematian ibu.
4. Penyakit Menular Seksual (PMS) – HIV/AIDS
Dampak lain dari perilaku seks bebas remaja terhadap kesehatan
reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Para remaja
seringkali melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan
kebiasaan dengan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks
menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV seperti
sifilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS. Dari data yang ada
menunjukkan bahwa diantara penderita atau kasus HIV/AIDS 53%
berusia antara 15-29 tahun.
Si wanita atau si pria yang dulu pernah melakukan hubungan
pranikah waktu pacaran lalu putus, cenderung ingin melakukan
hubungan serupa dengan pria atau wanita lain mengingat seks sifatnya
adiktif (ketergantungan), suatu waktu ia akan merasa “lapar” untuk
melakukan hubungan intim dengan pasangan lain. Jika hal ini terus
dilakukan, maka buka hal mustahil akan terjangkit penyakit kelamin.

7
5. Keterlanjuran dan timbul rasa kurang hormat.
Perilaku seks bebas (free sex) menimbulkan suatu keterlibatan
emosi dalam diri seorang pria dan wanita. Semakin sering hal itu
dilakukan, semakin mendalam rasa ingin mengulangi sekalipun
sebelumnya ada rasa sesal. Terlebih lagi bagi wanita, setiap ajakan
sang pacar sangat sulit untuk ditolak karena takut ditinggalkan atau
diputuskan. Sementara itu bagi laki-laki, melihat pasangannya begitu
mudah diajak, akan terus berkurang rasa hormat dan rasa cintanya.
6. Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi
psikologis. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja
perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam
pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan aib
keluarga yang melanggar norma-norma sosial dan agama.
Penghakiman social ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi
dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu, dan
bersalah yang dialami relaja setelah mengetahui kehamilannya
bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan
yang kadang disertai dengan rasa benci dan marah baik kepada diri
sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib yang membuat
kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan dengan
sistem, fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi.

E. Penanggulangan Dampak Seks Bebas


Ada beberapa upaya prefentif yang bisa dilakukan untuk
penanggulangan dampak seks bebas, antara lain:
1. Pendidikan agama dan akhlak.
Pendidikan agama wajib ditanamkan sedini mungkin pada anak.
Dengan adanya dasar agama yang kuat dan telah tertanam pada diri
anak, maka setidaknya dapat menjadi penyaring (filter) dalam
kehidupannya. Anak dapat membedakan antara perbuatan yang harus
dijalankan dan perbuatan yang harus dihindari.
2. Pendidikan seks dan reproduksi.
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya
berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam
posisi dalam berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat
para orangtua merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali
pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan seks berusaha
menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan

8
negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu
remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada
semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai
berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat
menghindarinya.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki
informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor
yang ada di sekitarnya.Dengan informasi yang benar, diharapkan
remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi.
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan
reproduksi sehingga lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih
luasPendidikan kesehatan reproduksi mencakup seluruh proses yang
berkaitan dengan sistem reproduksi dan aspek-aspek yang
mempengaruhinya, mulai dari aspek tumbuh kembang hingga hak-hak
reproduksi. Sedangkan pendidikan seks lebih difokuskan kepada hal-
hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.
3. Bimbingan orang tua.
Peranan orang tua merupakan salah satu hal terpenting dalam
menyelesaikan permasalahan ini. Seluruh orang tua harus
memperhatikan perkembangan anak dan memberikan informasi yang
benar tentang masalah seks dan kesehatan reproduksi kepada anak.
Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan reproduksi
kepada anak sedini mungkin saat anak sudah mulai beranjak dewasa.
Hal ini merupakan salah satu tindakan preventif agar anak tidak
terlibat pergaulan bebas dan dampak-dampak negatifnya. Selain itu
orang tua juga harus selalu mengawasi pergaulan anaknya. Dengan
siapa mereka bergaul dan apa saja yang mereka lakukan di luar rumah.
Setidaknya harus ada komunikasi antara anak dengan orang tua setiap
saat. Apabila anak menemukan masalah, maka orang tua berkewajiban
untuk membantu mencarikan solusinya.
4. Meningkatkan aktivitas remaja ke dalam program yang produktif.
Melatih dan mendidik para remaja yang telah dipilih untuk menjadi
anggota suatu organisasi, misalnya Karang Taruna, Karya Ilmiah
Remaja, Pusat Informasi dan Konseling Pendidikan Reproduksi
Remaja (karena remaja biasanya dapat lebih mudah melakukan
komunikasi dan membicarakan masalah tersebut antara sesamanya),
dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu :
pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi :
a. Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan
komunitas, data demografi, vital statistic, status kesehatan
komunitas
b. Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi,
fasilitas, batas-batas wilayah, dan kondisi geografis
c. Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan
kesehatan, fasilitas social (pasar, toko, dan swalayan)
d. Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan
rata-rata tiap bulan, jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan,
jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut
usia.
e. Keamanan dan transportasi
f. Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian,
struktur organisasi, kelompok organisasi dalam komunitas,
peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
g. Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi,
jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas,
cara penyebaran informasi
h. Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas,
fasilitas pendidikan yang tersedia, dan jenis bahasa yang
digunakan
i. Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat
rekreasi
B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki

10
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data;
a. Menetapkan kebutuhan komunitas
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunitas
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan.
C. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan yang perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria
penapisan, diantaranya:
a. Sesuai dengan perawat komunitas
b. Jumlah yang berisiko
c. Besarnya resiko
d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e. Minat masyarakat
f. Kemungkinan untuk diatasi
g. Sesuai dengan program pemerintah
h. Sumber daya tempat
i. Sumber daya waktu
j. Sumber daya dana
k. Sumber daya peralatan
l. Sumber daya orang
Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan
skala pembobotan, yaitu : 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = cukup,
4 = tinggi, 5 = sangat tinggi. Kemudian masalah kesehatan
diprioritaskan berdasarkan jumlah keseluruhan scoring tertinggi.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari
a. Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang terjadi.
b. Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan
sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
c. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)

11
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
2. Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan
yang bisa ditegakkan yaitu:
a. 1001274 - Masalah perilaku seksual
b. 00099 - Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
c. 10029991 - Kurang pengetahuan tentang perilaku seksual
d. 10032386 – Risiko terjadinya penyakit

12
E. Intervensi

Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
100127 Masalah Prevensi Primer Prevensi Primer
4 perilaku seksual 1823 Pengtahuan : 5510 Pendidikan kesehatan
promosi 1102 Dukungan spiritual :
1815 kesehatan kategori emosional
Pengetahuan: 7067 Promosi : keterlibatan
1902 fungsi seksual keluarga
Keselamatan fisik 5430 Dukungan kelompok
remaja
Prevensi Prevensi Sekunder
2115 Sekunder 1003 Konseling pasien
2807 Kesadaran diri 1062 Dukungan keluarga
Efektifitas 5440 Pendidikan perilaku
skrining seksual
kesehatan
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
2600 Koping keluarga 8100 Kesiapan keluarga
1205 Pengendalian diringkatkan
resiko : penyakit 5390 Peningkatan
menular seksual kesadaran diri

00099 Ketidakefektifan Prevensi Primer Prevensi Primer


pemeliharaan 1823 Pengetahuan; 5510 Pendidikan kesehatan
kesehatan promosi 5520 Memfasilitasi
kesehatan pembelajaran
1805 Pengetahuan; 5618 Pengajaran prosedur/
perilaku sehat tindakan
1855 Pengetahuan;

13
gaya hidup sehat
Prevensi Prevensi Sekunder
Sekunder 4350 Manajemen perilaku
Kepatuhan 4360 Modifikasi perilaku
1600 perilaku 7320 Manajemen kasus
Perilaku promosi 6520 Skrining kesehatan
1602 kesehatan
1902 Kontrol resiko
20022 Kualitas hidup
808 Efektifitas
program
komunitas
Prevensi tersier Prevensi tersier
Penggunaan 8500 Pengembangan
22110 sumber yang ada kesehatan masyarakat
8 di komunitas 8700 Pengembangan
8750 program
Pengembangan social
di masyarakat
100299 Kurang Prevensi primer Prevensi primer
91 pengetahuan Pengtahuan : 5510 Pendidikan kesehatan
tentang perilaku 1823 promosi Dukungan spiritual :
seksual kesehatan 1102 kategori emosional
Pengetahuan : Promosi : keterlibatan
1815 fungsi seksual 7067 keluarga
Keselamatan fisik Dukungan kelompok
remaja 5430
1902
Prevensi Prevensi sekunder
sekunder 1003 Konseling pasien

14
Kesadaran diri Dukungan keluarga
2115 Efektifitas 1062 Pendidikan perilaku
2807 skrining 5440 seksual
kesehatan
Prevensi tersier Prevensi tersier
2600 Koping keluarga 8100 Kesiapan keluarga
1205 Pengendalian diringkatkan
resiko : penyakit 5390 Peningkatan
menular seksual kesadaran diri

100323 Risilo terjadinya Prevensi Primer Prevensi primer


86 penyakit Pengetahuan; 5510 Pendidikan kesehatan
1844 proses penyakit 5520 Memfasilitasi
Pengetahuan : pembelajaran
promosi
1823 kesehatan
Pengetahuan:
gaya hidup yg
1855 sehat.
Prevensi Prevensi sekunder
sekunder 43607 Modifikasi perilaku
Prilaku promosi 400 Panduan system
1602 kesehatan kesehatan
Partisipasi dalam 8820 Manajemen penyakit
1606 pengambilan menular
keputusan
perawatan
kesehatann

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi di atas dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
a. Permasalahan perilaku seks bebas remaja di Indonesia semakin lama
semakin memprihatinkan, maka diperlukan penanganan yang serius.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan beberapa pihak didapatkan data-
data pergaulan seks bebas yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
membuktikan bahwa permasalahan tersebut harus segera diminimalisir agar
tidak merusak generasi muda di masa yang akan datang.
b. Ada banyak faktor yang memicu terjadinya sex bebas dikalangan remaja,
antara lain faktor kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan
timur dan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Dari faktor-faktor
tersebut, semuanya mempunyai dampak negatif dan positif bagi remaja. Jika
kita bisa mengendalikannya maka akan memberikan dampak positif, tetapi
sebaliknya jika tidak bisa mengendalikan maka akan berdampak negatif.
c. Semua permasalahan yang timbul akibat pengaruh sex bebas di kalangan
remaja perlu mendapat perhatian khusus. Generasi muda di Indonesia harus
diselamatkan agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang merusak moral
mereka. Semuanya akan dapat berjalan dengan baik apabila adanya
kerjasama antara pihak orang tua, anak dan lembaga yang terkait.
B. Saran
Ada beberapa upaya preventif dalam penanggulangan dampak sex bebas
di kalangan remaja, antara lain:
a. Orang tua hendaknya menanamkan pendidikan agama dan akhlak sejak
anak berusia dini.
b. Guru dan orang tua hendaknya memberikan pendidikan seks yang benar
dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
c. Adanya komunikasi antara anak dan orang tua serta proteksi orang tua
terhadap pergaulan anak sehari-hari dan media yang dikonsumsi anak baik
media cetak maupun elektronik.

16
d. Adanya keterlibatan orang tua yang berkewajiban memberikan bimbingan
terhadap perkembangan psikologis anak.
e. Melibatkan remaja ke dalam aktivitas yang positif dan bermanfaat agar
mereka tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif

17
DAFTAR PUSTAKA

https://dwinovitaernaningsih.wordpress.com/2011/07/02/pengaruh-seks-bebas-terhadap-
kesehatan-reproduksi-remaja/ diunggah 24 April 2020 pukul 1500 wita

http://myinspirationsblogs.blogspot.com/2019/03/askep-sex-bebas-di-kalangan-
remaja.html?m=1 diunggah 23 April 2020 pujul 2000 wita

https://www.kemkes.go.id/article/view/15090200001/situasi-kesehatan-reproduksi-
remaja.html diunggah 23 April 2020 pukul1930 wita

IPKKI.2017.Panduan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Komunitas Meliputi individu,


Keluarga, Kelompok dan Komunitas dengan modifikasi NANDA, NIC, NOC, Jakarta.

18
DAFTAR HADIR

NAMA NAMA
1. Anastasia Astin 19. Rexy Pasamboan
2. Aprilianti Paembonan 20. Rian Adhi Pratama
3. Aris Gandeng 21. Ridha Apriati Nengrum
4. Aurelia Antonieta Exposto 22. Rista Wahyuni
5. Charles Wilson Lao 23. Susanti P
6. Christian Delchky Youfans 24. Trysna Levia Kulla
7. Dhanty Jovica Dangeubun 25. Venniy Sulu
8. Dian Novita Sari 26. Zyatna Patattan ( Izin)
9. Duwi Septiyani 27. Delfianus Robert
10. Frastika Glediderya 28. Maria Rosalia Yoana
11. Gresensia Ressa Gosal
12. Isabella Rosigna Kota 29. Reslam Dalta Romersi
13. Mardiana ( Sakit) 30. Yunik Melyani Steni
14. Marini Vanessa 31. Fabiola Paula Lengkong
15. Marni 32.Harry Christiani
16. Monika Tangki’ Saroinsong
17. Novia Anastasya 33. Maria Anjelina Tuku
18. Nurnisa Ramadhani 34. Meliana Puji Astuti
35. Maria Resky Lopak

19
DOKUMENTASI

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai