Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU AKHLAK

“Free sex dan Pergaulan Bebas”

Disusun Oleh :
Cendi Aprilianto ( 2020304048 )
Edo Romadon ( 2020304055 )

Dosen Pengampu : Ibu MURTININGSIH M. Pd. I

Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang


2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Free Sex dan Pergaulan Bebas”
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliah menuju
alam yang berilmu seperti sekarang ini.

Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah
sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah
berjasa membantu kami selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan luput
dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh
karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.

Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para
pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

Palembang, September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI…………………………………………………………….................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Sex Bebas………………………………………………………………..5
2. Sebab-sebab Seks Bebas…………………………………………………………….5
3. Dampak Free sex…………………………………………………………………….6
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas………………………..7

A. Pengertian Pergaulan Bebas………..……………………………………………………...9


B. Faktor-faktor Penyebab Pergaulan………………………………………………………...9
1. Karena Kehidupan Iman yang Rapuh……..………………………………………10
2. Kurangnya Perhatian Orang Tua………………...………………………………...11
3. Pelampiasan Diri……………………...……………………………………………11
4. Salah Bergaul………………………………………………………………………11
5. Kegagalan Remaja Menyerap Norma…………...…………………………………11
6. Perubahan Zaman………………………………….……………………………….11
7. Faktor Kesadaran atau Kedewasaan………….…………………………………….11
8. Faktor Budaya……………………………..………………………………………..12
9. Faktor Keseimbangan Hidup…………..……………………………………………12
C. Dampak Pergaulan Bebas…………………………..………………………………………12
D. Solusi dan Upaya Pencegahan Pergaulan Bebas………………..………………………….13
1. Menanamkan Nilai-nilai Agama, Moral, dan Etika……….………………….…….13
2. Penyuluhan pada Remaja……………………………………….…………………..13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………..……….………………………….13
B. Saran………………………………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang terjerumus
ke dalam lembah perzinaan (seks bebas), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam
bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap
batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Di samping itu didukung oleh arus modernisasi yang
telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya budaya asing
tanpa penyeleksian yang ketat. Anak remaja sekarang banyak menyalah artikan arti pergaulan
bebas yang sebenarnya. Mereka hanya tahu kalau kita bebas melakukan perbuatan apa pun itulah
yang ada di benak mereka semua. Salah satu contoh yang selalu dilakukan anak remaja sekarang
adalah seks bebas.

Biasanya para remaja melakukan perbuatan-perbuatan memalukan itu karena rasa ingin tahunya
dan ingin mencoba sesuatu. Seperti halnya seks bebas, mereka melihat adegan-adegan yang
melanggar agama akhirnya nafsu mereka bergerak dan ingin mencobanya. Mereka pun melakukan
hal itu dengan pasangannya tapi bukan istrinya melainkan bersama dengan pacar mereka. Untuk
itu saya mencoba mengangkat judul bahaya pergaulan bebas, agar para pembaca terkhusus untuk
para remaja sekarang untuk menghindari pergaulan bebas dan tahu dampak dari pergaulan bebas
tersebut.

B. Rumusan Masalah

Apa pengertian pergaulan bebas?

Apa faktor-faktor penyebab pergaulan dan seks bebas?

Apa bahaya dan dampak pergaulan bebas?

Bagaimana solusi dan upaya mencegah pergaulan dan seks bebas?

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sex Bebas


Free sex menurut Sarwono (1988: 8) didefinisikan sebagai perilaku hubungan seksual yang
dilakukan antara laki-laki dan perempuan tanpa ikatan apa-apa selain suka sama suka dan bebas
dalam seks. Pendapat lain yang dikemukakan Sarwono (2002: 137) bahwa yang dimaksud seks
bebas adalah hubungan yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
dengan sesama jenis yang di lakukan pada pasangan tanpa adanya ikatan pernikahan.

Free sex menurut Hasan Basri (2000: 10) merupakan kegiatan seksual yang menyimpang, yang
dilakukan baik secara individual maupun bergerombol pada waktu dan tempat yang disepakati
bersama. Free sex ini biasanya diawali dengan acara-acara yang cukup merangsang secara seksual
dan pada tempat yang dipandang “aman“ dari pengetahuan masyarakat.

Menurut Kartono (1997: 188), yang dimaksud seks bebas adalah hubungan seks secara bebas
dengan banyak orang dan merupakan tindakan hubungan seksual yang tidak bermoral, dilakukan
dengan terang-terangan tanpa ada rasa malu sebab didorong oleh nafsu seks yang tidak terintegrasi,
tidak matang, dan tidak wajar.

2. Sebab-sebab Seks Bebas


Menurut Kartono (2005:193-194), immoralitas seksual pada anak-anak gadis pada umumnya
bukanlah didorong oleh motif pemuasan nafsu seks seperti pada anak laki-laki umumnya. Mereka
biasanya lebih didorong oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap labilitas kejiwaan yang
disebabkan karena perasaan tidak senang dan tidak puas atas kondisi diri dan situasi lingkungannya.
Tindak immoril yang dilakukan oleh gadis-gadis ini disebabkan oleh:

1) Kurang terkendalinya rem-rem psikis.

2) Melemahnya sistem pengontrol diri.

3) Belum atau kurangnya pembentukan karakter pada usia pra-puber, usia puber dan, adolensens.

4) Immoralitas di rumah yang dilakukan oleh orang tua atau salah seorang anggota keluarga.
Anggota keluarga itu mempromosikan tingkah laku seksual abnormal kepada anak remaja, yang
akhirnya mengakibatkan timbulnya seksualitas yang terlalu dini; yaitu seksualitas yang terlalu

5
cepat matang sebelum usia kemasakan psikis sebenarnya. Maka tindakan immorilnya berlangsung
secara liar dan tidak terkendali lagi.

Kartono (2005: 196), menjelaskan lebih lanjut perbuatan seks bebas yang dilakukan oleh remaja
pada umumnya disebabkan oleh disharmoni dalam kehidupan psikisnya, yang ditandai dengan :

1) Bertumpuknya konflik-konflik batin.

2) Kurangnya rem terhadap nafsu-nafsu hewani.

3) Kurang berfungsinya kemauan dan hati nurani

4) Kurang tajamnya intelek untuk mengendalikan nafsu seksual yang bergelora.

5) Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga, broken home, ayah atau ibu lari, kawin
lagi atau hidup bersama dengan partner lain. Sehingga anak merasa sangat sengsara batinnya, tidak
bahagia, dan ada keinginan untuk memberontak.

Sedangkan menurut Ajen Dianawati (2003: 7-10), anggapan sebagian orang tua bahwa
membicarakan masalah seks adalah sesuatu yang tabu dan sebaiknya dihilangkan adalah anggapan
yang salah dan dapat menghambat penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah dimulai
dari segala usia. Pola asuh keluarga yang otoriter atau orang tua yang memberikan pendidikan seks
dengan hanya memberikan laranganlarangan menurut ajaran agama dan norma-norma yang
berlaku atau berupa kata-kata “tidak boleh” tanpa adanya penjelasan yang lebih lanjut, kurangnya
komunikasi dan tidak mengajak diskusi masalah seks yang ingin diketahui oleh anak, orang tua
tidak memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan terbuka akan segala sesuatu masalah seks
tanpa perasaan segan juga sangat tidak efektif untuk mempersiapkan para remaja dalam
menghadapi kehidupan dan pergaulannya yang semakin bebas. Ini malah akan semakin
menjerumuskan remaja pada aktivitas seksual lebih dini.

3. Dampak Free sex

a. Klamidia
Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Pada pria yang terjangkit klamidia,
biasanya akan muncul gejala yang berupa peradangan pada saluran kencing, demam, keluarnya
cairan dari penis, rasa sakit, atau rasa berat pada kantong buah zakar. Sedangkan pada wanita,
infeksi klamidia ditandai dengan infeksi saluran kemih dan serviks, infeksi di rahim, iritasi dan
keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina, rasa panas saat buang air kecil, sakit perut bagian
bawah, dan terjadinya pendarahan di luar menstruasi.

b. Sifilis

Sifilis juga dikenal sebagai penyakit raja singa. Penyakit yang disebabkan bakteri Treponema
pallidum ini memiliki masa penularan yang berkisar antara 10-90 hari. Sifilis ditandai dengan

6
gejala timbulnya luka kecil dengan karakteristik bundar, hampir selalu muncul di dalam atau
sekitar alat kelamin, anus, atau di mulut. Sejumlah orang tidak mengalami gejala sifilis, tetapi jika
tidak diobati, penderitanya bisa mengalami kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung,
kerusakan hati, lumpuh, hingga kematian.

c. Gonore

Gonore atau kencing bernanah terjadi karena adanya infeksi dari bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Gejala gonore meliputi sakit saat buang air kecil, sering buang air kecil, keluarnya nanah pada
ujung penis atau vagina, dan nyeri di bagian kelamin.

d. Infeksi jamur (Candida)

Bagi wanita yang terjangkit infeksi jamur, ciri-cirinya dapat berupa terasa gatal di sekitar area
vagina. Sedangkan untuk pria, akan muncul warna merah pada ujung penis. Jika sudah parah, area
tersebut akan tampak seperti luka bakar.

e. Kutil kelamin

Gejala awal munculnya infeksi ini ditandai dengan adanya sekumpulan kutil di sekitar alat
kelamin, anus, dan pantat. Pada beberapa kasus disebutkan bahwa kutil ini ditemukan pada bagian
dalam vagina yang mengakibatkan rasa gatal dan nyeri. Kutil kelamin disebabkan oleh infeksi
virus HPV, dan menjadi salah satu infeksi menular seksual yang penyebarannya paling cepat.
Virus ini bisa ditularkan melalui kontak fisik secara langsung, baik melalui hubungan seksual
dengan penderita atau hanya dengan menyentuh bagian yang terinfeksi saja. HPV juga bisa
menyebabkan kanker serviks pada wanita.

f. Herpes simplex

Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes Simplex yang menyerang kulit, mukosa, dan saraf
manusia. Herpes simplex dibagi menjadi dua tipe, yaitu herpes simpleks tipe 1 dan 2.
Perbedaannya terletak pada lokasi kemunculannya. Herpes simplex tipe 1 terjadi di sekitar mulut
dan tubuh, sementara herpes simplex tipe 2 muncul di area kelamin. Gejala khasnya adalah
munculnya bintil kecil yang bergerombol. Penyakit ini dapat menular melalui sentuhan langsung
maupun tidak langsung. Misalnya melalui ciuman atau hubungan seksual dengan penderita, serta
melakukan seks oral ataupun anal.

g. HIV/AIDS

Penyakit ini terjadi akibat infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak
sistem kekebalan tubuh. HIV dapat ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam

7
atau aliran darah dengan cairan yang mengandung virus HIV. Cairan tersebut meliputi darah, air
mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Jika tidak segera ditangani, HIV dapat berkembang menjadi
suatu penyakit mematikan yang disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas

Bachtiar (2005: 111) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor


yang mempengaruhi perilaku seksual, antara lain :

a. Biologis
Faktor biologis merupakan perubahan keadaan fisik yang terjadi pada masa pubertas dan
pengaktifan hormonal yang dapat menimbulkan perilaku seksual.

b. Pengaruh orang tua


Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orangtua dengan individu dalam masalah seksual
dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual

c. Pengaruh teman
Pengaruh teman memang sangat kuat. Hal ini membuat individu memiliki kecenderungan
memakai patokan norma teman disbanding norma yang normal.

d. Akademik
Secara teoritis, individu yang prestasi dan aspirasi rendah cenderung lebih sering memunculkan
aktivitas seksual dibandingkan individu dengan prestasi yang baik di sekolah

e. Pemahaman kehidupan sosial


Pemahaman kehidupan sosial diasosiasikan dengan pengambilan keputusan yang memberikan
pemahaman perilaku seksual pada individu. Individu yang mampu mengambil keputusan secara
tepat berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, dapat lebih menampilkan perilaku seksual yang lebih
sehat.

f. Pengalaman seksual
Makin banyak pengalaman mendengar, melihat, dan mengalami hubungan seksual, maka makin
kuat stimulasi yang dapat mendorong munculnya perilaku seksual. Misalnya media massa (film,
internet, gambar atau majalah), obrolan dari teman atau pacar tentang pengalaman seks, melihat
orang-orang yang tengah berpacaran atau melakukan hubungan seksual.

g. Faktor kepribadian
Faktor kepribadian meliputi harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, kemampuan membuat
keputusan, dan nilai-nilai yang dimiliki. Individu yang punya harga diri positif mampu mengelola
dorongan dan kebutuhannya secara memadai, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri dan
orang lain, mampu mempertimbangkan resiko perilaku sebelum mengambil keputusan, mampu
mengikatkan diri pada teman sebaya secara sehat dan proposional, cenderung dapat mencari

8
penyaluran seksual secara sehat dan bertanggung jawab, lebih lanjut Hurlock (1999: 237)
menyatakan bahwa kepribadian manusia memiliki dua komponen utama, yaitu sifat dan konsep
diri.

h. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan


Individu yang punya penghayatan yang kuat tentang nilai-nilai keagamaan, intergritas yang baik
juga cenderung mampu menampilkan perilaku seksual yang selaras dengan nilai yang diyakininya
serta mencara kepuasan dari perilaku yang produktif.

I Berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol, penanaman nilai moral, dan
keterbukaan komunikasi. Keluarga yang mampu berfungsi secara optimal membantu remaja
untuk menyalurkan dorongan seksual dengan cara yang selaras dengan norma dan nilai yang
berlaku serta menyalurkan energi psikis secara produktif.

j. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi


Individu yang memiliki pemahaman secara benar dan proposional tentang kesehatan reproduksi
cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk
menyalurkan dorongan seksual secara sheat dan bertanggung jawab.

A. Pengertian Pergaulan Bebas


Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah
makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia
dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga adalah hak asasi
manusia setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi
dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu merupakan pelanggaran
HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma
agama, norma budaya, norma kesopanan, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis
kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia
tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.

Pergaulan bebas juga sering didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari
pergaulan yang benar. Pergaulan bebas diidentikkan sebagai bentuk dari pergaulan di luar batas
atau bisa juga disebut pergaulan liar. Padahal sebenarnya suatu pergaulan bebas bisa membawa
pengaruh positif atau pun pengaruh negatif tergantung pada individu itu sendiri. Positif yang
dimaksud di sini adalah bebas bisa berteman atau menjalin hubungan tanpa membeda bedakan
satu sama lain. Misalnya orang kulit putih berteman dengan orang kulit hitam, orang Indonesia
berteman dengan orang Malaysia, dan lain sebagainya.

Dikategorikan negatif jika pergaulan bebas tersebut telah menjerumus menjadi salah satu bentuk
perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma
ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun

9
dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh
pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan
ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda
Indonesia dalam kemajuan bangsa.

B. Faktor-faktor Penyebab Pergaulan


Dalam perkembangannya, kehidupan di jaman yang telah maju ini memiliki dampak bagi
masyarakat terlebih lagi dalam pergaulan remaja masa kini. Pergaulan pada remaja masa kini telah
jauh dari batas norma yang telah ditetapkan. Telah banyak penyimpangan yang dilakukan oleh
para remaja dalam pergaulannya, seperti seks bebas. Oleh karena itu tidak aneh jika jumlah
penderita HIV/AIDS dan wanita terutama dari kalangan remaja/anak sekolah yang hamil di luar
nikah. Hal ini dikarenakan sekarang mereka sangat begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus
orang-orang dewasa.

Bahkan sekarang pelakunya bukan saja mahasiswa dan anak SMA saja, namun sudah merambat
sampai ke anak SMP. Sekitar 60-80% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks,
ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya
berkembang semakin serius. Rata-rata mereka berusia 16-25 tahun, dan umumnya masih
bersekolah di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa
kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas adalah salah bergaul dan mudah
terpengaruh oleh temannya yang tidak benar. Kebanyakan remaja ini ingin dipuji dan dikatakan
gaul oleh teman-temannya tanpa memikirkan dampak dan akibat yang berkelanjutan. Maksud dari
salah bergaul adalah bukan berarti kita harus memilih-milih dalam bergaul, kita boleh saja bergaul
dengan siapa pun asalkan kita jangan mudah terpengaruh dan tetap berpegang teguh kepada
norma-norma agama dan norma hukum yang berlaku, karena gaul tidak harus melakukan seks
bebas.

Oleh karena itu kita sebagai remaja harus membiasakan berpikir panjang ke depan sebelum
melakukan sesuatu hal, apalagi yang belum kita ketahui dampak baik dan buruknya bagi diri kita,
keluarga dan orang lain. Berikut Beberapa faktor yang mendorong para remaja untuk melakukan
seks bebas adalah sebagai berikut:

1. Karena Kehidupan Iman yang Rapuh

Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan
dalam menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi
apapun. Seseorang dapat melakukan seks bebas karena kurangnya keimanan dalam dirinya. Oleh

10
sebab itu sejak dini para remaja dan mahasiswa harus meningkatkan pengetahuan tentang
agamanya sendiri, karena agama adalah tumpuan bagi hidup kita. Jika pengetahuan tentang agama
saja minim, apalagi pengetahuan di luar agama tentu sangat minim. Ini sebenarnya faktor
terpenting dalam membekali orang muda menjalani hidup. Orang muda yang imannya tidak andal,
memiliki kecenderungan untuk tidak berjalan dalam jalan Tuhan, termasuk tidak berdoa untuk
pergaulan mereka.

Sebaliknya yang imannya andal dan berjalan dalam jalan Tuhan, jelas akan menuai dalam damai
sejahtera. Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup
mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan juga
dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut ke dalam pergaulan bebas ini biasanya
tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.

2. Kurangnya Perhatian Orang Tua

Orang tua sangat berperan penting dalam kehidupan seorang anak. Perhatian orang tua sangat
diperlukan oleh seseorang karena orang tualah yang paling dekat dengannya. Bimbingan orang tua
sangat berpengaruh pada tingkah laku seseorang. Apabila orang tua kurang memberi pengarahan
serta pengetahuan maka seorang anak akan mudah terjerumus dalam pergaulan bebas. Tetapi ada
juga anak yang memang memiliki kepribadian buruk, walaupun orang tuanya sudah memberikan
perhatian yang cukup serta pengarahan yang cukup pula, anak yang tergolong memiliki
kepribadian buruk akan senantiasa tidak mendengarkan perkataan orang tuanya. Hal tersebut akan
meninggalkan penyesalan pada akhir perbuatan remaja atau mahasiswa tersebut.

3. Pelampiasan Diri

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja
perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya,
maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan
menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.

4. Salah Bergaul

Teman merupakan orang yang sangat berpengaruh bagi para remaja dan mahasiswa. Apabila
seorang remaja atau mahasiswa salah dalam memilih teman maka akibatnya akan fatal. Memilih
teman berarti memilih masa depan, maka siapa pun yang ingin masa depannya cerah di tengah
arus globalisasi, serta luas ilmu dan wawasannya, maka ia harus pandai dalam memilih teman.

11
Seseorang akan dipastikan rusak masa depannya jika bergaul dengan orang-orang yang
membenarkan kemaksiatan.

5. Kegagalan Remaja Menyerap Norma

Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang
sebenarnya adalah westernisasi budaya. Boleh saja kita mengikuti modernisasi namun tetap harus
disesuaikan dengan norma-norma adat dan budaya serta agama yang ada. Perubahan zaman faktor
ini juga adalah hal yang cukup kuat menjadi penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja.

6. Perubahan Zaman

Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering
dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang
berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang
lebih bebas.

7. Faktor Kesadaran atau Kedewasaan

Faktor ini bukan hanya umurnya yang kurang, tetapi orang muda pada umumnya memang
memiliki kecenderungan belum memiliki modal yang cukup dalam mempertimbangkan,
memutuskan, dan melakukan segala sesuatu. Misalnya pengalaman belum cukup, usia masih
sedikit, kedewasaan belum penuh, pertimbangan belum matang, kurang menyadari akan bahaya,
cenderung meremehkan hal-hal yang sebenarnya penting, belum dapat menghayati sakitnya akibat
dari tindakan yang salah, sehingga sering terjebak dalam langkah yang berbahaya. Ditambah lagi
kecenderungan orang muda ingin mencoba-coba sesuatu yang baru yang belum pernah dirasakan
atau dialaminya.

8. Faktor Budaya

Orang muda cenderung menganggap bahwa pergaulan bebas adalah budaya orang muda jaman
sekarang. Mereka merasa pergaulan bebas adalah hak mereka. Mereka mengatakan sekaranglah
waktunya bergaul sebebas-bebasnya. Hal ini menimbulkan budaya iseng. Daripada dikatakan tidak
gaul, mereka akhirnya bergaul sebebas-bebasnya.

9. Faktor Keseimbangan Hidup

12
Orang muda memiliki potensi, tenaga, idealisme, semangat yang sedang bertumbuh dan sedang
mekar-mekarnya, termasuk nafsu seksualitasnya, dll. Kondisi ini jika tidak didukung prinsip-
prinsip rohani yang kuat, penguasaan diri yang baik, dan pendampingan dari seorang senior yang
andal akan berakibat fatal. Maka banyak kehidupan orang muda cenderung menjadi liar.

C. Dampak Pergaulan Bebas

Akibat dari pergaulan bebas berorientasi negatif yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya
sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental. Walaupun perbuatan itu dapat memberikan
suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Pergaulan bebas yang
dilakukannya akan membawa dampak bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit
karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja
tersebut akan mengantarnya kepada mental-mental yang lembek, berpikirnya tidak stabil dan
kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral dan akhirnya akan menyalahi aturan etika
dan estetika. Dan hal itu kan terus berlangsung selama tidak ada yang mengarahkan.

Bagi keluarga anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung
keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Dan oleh para orang tuanya apabila
anaknya berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan berakibat terjadi ketidakharmonisan di
dalam keluarga, komunikasi antara orang tua dan anak akan terputus. Dan tentunya ini sangat tidak
baik, sehingga mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta
menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang dengan jalan minum-
minuman keras, mengonsumsi narkoba dan narkotika.

Pergaulan bebas menyebabkan keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang telah dilakukan
oleh remaja. Yang mana ke semuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya saja
terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya. Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya
remaja sering bertemu orang dewasa atau para orang tua, baik itu di tempat ibadah ataupun di
tempat lainnya, yang mana nantinya apa pun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua
itu akan menjadi panutan bagi kaum remaja.

Dan apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan
keluarga. Sehingga masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-
mabukan ataupun mengganggu ketenteraman masyarakat mereka dianggap remaja yang memiliki
moral rusak. Pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek dan untuk merubah
semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh
keikhlasan.

13
D. Solusi dan Upaya Pencegahan Pergaulan Bebas

1. Menanamkan Nilai-nilai Agama, Moral, dan Etika

Pendidikan agama, moral dan etika dalam keluarga, kerja sama guru, orang tua dan tokoh
masyarakat. Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya kemampuan intelektual, tetapi juga
mengembangkan kemauan emosional agar dapat mengembangkan rasa percaya diri,
mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan yang baik dan tepat, mengembangkan rasa
harga diri, mengembangkan ketrampilan berkomunikasi, yang mampu mengatakan “tidak” tanpa
beban dan tanpa mengikuti orang lain.

2. Penyuluhan pada Remaja

Dalam penyuluhan pada remaja perlu dibahas secara singkat anatomi dan fisiologi alat kelamin,
serta fisiologi hubungan seksual. Juga variasi dan penyimpangannya yang masih dianggap dalam
batas-batas normal perlu dikemukakan. Semua itu dilakukan dengan latar belakang norma-norma
yang berlaku, termasuk agama dan pandangan masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pergaulan bebas juga sering didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari
pergaulan yang benar. Pergaulan bebas diidentikkan sebagai bentuk dari pergaulan di luar batas
atau bisa juga disebut pergaulan liar. Padahal sebenarnya suatu pergaulan bebas bisa membawa
pengaruh positif atau pun pengaruh negatif tergantung pada individu itu sendiri. Positif yang
dimaksud di sini adalah bebas bisa berteman atau menjalin hubungan tanpa membeda bedakan
satu sama lain. Misalnya orang kulit putih berteman dengan orang kulit hitam, orang Indonesia
berteman dengan orang Malaysia dan lain sebagainya.

Akibat dari pergaulan bebas berorientasi negatif yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya
sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental. Walaupun perbuatan itu dapat memberikan
suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Pergaulan bebas yang
dilakukannya akan membawa dampak bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit
karena gaya hidup yang tidak teratur.

14
B. Saran

Kepada pihak orang tua, berikan semua yang terbaik untuk anak tetapi tetap memperhatikan dalam
membimbing dan mengarahkan remaja dengan dalam memberikan pandangan yang benar
mengenai persepsi pacaran agar terhindar dari seks bebas.

Kepada generasi muda agar menetapkan tujuan dan arah hidup yang jelas, belajar lebih mengenal
diri sendiri, meningkatkan keimanan dan ketakwaannya dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat
serta bergaul dengan teman secara benar sehingga dapat terhindar dan terjerumus pada perilaku
seks bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarso, Singgih D. 1988. Psikologi perkembangan. Jakarta: PT Gramedia.

Husniaty, E. Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif dan Mandiri. Yogyakarta: Dozz Publisher.

Kartono, Kartini. 1988. Psikologi Remaja. Bandung: PT. Rosda Karya.

http://handarsubhandi.blogspot.com/2014/11/pengertian-dan-sebab-sebab-seks-bebas.html

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/29/143809020/ini-dampak-seks-bebas-bagi-
kesehatan-fisik-dan-mental?page=all

https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/F11A/2011/F.131.11.0086/F.131.11.0086-05-BAB-II-
20190430014525.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai