Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ SEKS BEBAS “

OLEH :
KELOMPOK 3
AULIA NURUL FADILLA
DERBI CLARA DOMINIQUE
ANITA
MERI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN INSTITUT


KESEHATAN DAN TEKNOLOGI BISNIS
MENARA BUNDA KOLAKA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan karuniaNyalah kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Seks Bebas” tanpa hambatan apapun. Oleh sebab
itu, kelompok kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebaik-
baiknya untuk menambah wawasan para pembaca.
Dengan demikian pada makalah ini kelompok kami berharap supaya
para remaja mengerti tentang bahayanya seks bebas bagi kalangan remaja,
dan masyarakat umum lainnya agar negara kita mendapatkan pemuda-
pemudi sebagai penerus generasi di era globalisasi sekarang ini.
Walaupun demikian, kelompok kami menyadari bahwa ada kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan dengan makalah ini anak-
anak remaja dan semuanya menyadari akibat-akibat dari pergaulan bebas
yang cenderung bersifat negatif.

Kolaka, April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. .................................................................................. i


DAFTAR ISI. ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. .............................................................................. 1
1.2 Permasalahan. ................................................................................ 2
1.3 Tujuan permasalahan...................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bahaya seks bebas. ....................................................................... 4
2.2 Menghindari seks bebas ................................................................ 6

BAB III PENUTUP


2.3 kesimpulan. ..................................................................................... 13
2.4 saran................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat
penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan
jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah
seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang
lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali.
Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat
remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan
dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki
informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook
of Adolecent psychology: 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat
berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan
dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan,
seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual
terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.
Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang
berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari
berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang
berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang
mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja
mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin
dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas
dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh
dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru
sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat remajalah
proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit,
sedih, gembira, lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka
mencari jati diri. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa
beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat
menjerumuskan. Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang
disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan.
Daya tarik persahabatan antar kelompok, rasa ingin dianggap sebagai
manusia dewasa, kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, kurangnya kontrol
dari pihak yang lebih tua (dalam hal ini orang tua), berkembangnya naruli seks
akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, ditambah kurangnya informasi
mengenai seks dari sekolah/lembaga formal serta bertubi-tubinya berbagai
informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma yang
dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil mengenai masalah
cinta dan seks begitu kompleks dan menimbulkan gesekan-gesekan dengan
orang tua ataupun lingkungan keluarganya.
Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum
pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan
remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang
berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring
perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan
pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan.
Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas
merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan
sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk
dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah.
Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja
sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi,
penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang
sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai
seksualitas.
Arus modernisasi juga berdampak negatif di kalangan remaja. Banyak
diantaranya yang telah melakukan seks bebas. Pendidikan seks dan
dampaknya masih kurang diperkenalkan kepada remaja Indonesia. Sebagian
kecil remaja Indonesia telah melakukan seks bebas terhadap pacar atau
temanya. Akses informasi yang begitu cepat melalui internet, komik dewasa,
Film dan game menyerbu remaja yang dikemas sedemikian rupa sehingga
perbuatan seks dianggap lumrah dan menyenangkan.
1.2 Permasalahan
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah yang di
hadapi adalah apa bahaya seks bebas dan bagaimana menghindari seks
bebas ?.

1.3 Tujuan Permasalahan


Tujuan permasalahan yang dihadapi yang terdapat dalam makalah ini
adalah
1. Menambah pengetahuan tentang bahaya seks bebas dikalangan remaja;
2. Mengetahui cara untuk menghindari seks bebas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahaya Seks Bebas
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Menurut beberapa penelitian,
cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah
satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai
tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan
dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik
film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Dari
tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin
meningkat, dari 5% pada tahun 1990-an menjadi 20% di tahun 2000.
Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks
bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual
(sipilis, HIV/AIDS, dll). Di Amerika Serikat setiap tahunnya hampir satu juta
remaja perempuan menjadi hamil dan sebanyak 3,7 juta kasus baru infeksi
penyakit kelamin diderita oleh remaja.
Untuk menghindari perilaku seks bebas remaja yang berisiko tinggi,
peran orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting,
antara lain bahwa orang tua harus bisa menjadi sahabat remaja agar
hubungan orang tua dengan remaja terjalin dengan baik dan dapat
menyelesaikan masalah remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan
komunikasi yang baik dan efektif.
Kehamilan remaja bahkan sudah terbukti dapat memberikan risiko
terhadap ibu dan janinnya. Risiko tersebut adalah disproporsi
(ketiduksesuaian ukuran) janin, pendarahan, prematurilas, cacat bawaan
janin, dan lain-lain. Selain hamil, timbulnya penyakit menular seksual pada
remaja juga perlu dicermati. Penyakit tersebut ditularkan oleh perilaku seks
yang tidak aman atau tidak sehat. Misalnya, remaja yang sering berganti-
ganti pasangan atau berhubungan dengan pasangan yang menderita
penyakit kelamin. Selain akan membawa cacat kepada bayi, penyakit
menular seks yang menyerang usia remaja juga dapat mengakibatkan
penyakit kronis dan gangguan kesuburan di masa mendatang.
Perilaku seks bebas tidak aman dikalangan remaja karena dapat dan
banyak menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun putri.
Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas tidak
aman tersebut lebih berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang remaja
putra. Seringkali remaja berperilaku seks berisiko karena tidak punya cukup
pengetahuan mengenai akibatnya. Berikut beberapa bahaya utama akibat
seks bebas :
1. Timbul Rasa Ketagihan
Seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya.
Sekali seseorang mencoba melakukan seks bebas, maka dapat
dipastikan orang tersebut akan melakukan terus menerus perbuatan seks
bebas. Hal ini disebabkan karena orang tersebut mendapatkan
kenikmatan untuk menyalurkan hasrat seksualnya.
2. Menciptakan Kenangan Buruk
Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks
bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila
seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka
secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga
besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban
mental yang berat.
3. Mengakibatkan Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila
dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas
menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap
“Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku
bahkan keturunannya.
4. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan Pembunuhan Bayi
Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum.
Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan kanker rahim. Menggugurkan
kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan
kematian.
5. Penyebaran Penyakit
Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan
keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti
pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila
dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah
satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV.
Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks bebas yang
merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin
“orang tuanya“ menggugurkan kehamilannya karena mereka belum siap
untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang akan dilahirkannya itu.
Tindakan menggugurkan kandungan (aborsi) dengan tidak berdasarkan
alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya
akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan
kandungan adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada
rahim, kemandulan, dan lainnya.
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan
spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan
seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak
sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada
remaja yaitu :
a. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
b. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan
selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
c. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh
perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan
karena cinta).
d. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan
sekitarnya.
e. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada
tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami
kematian strategis.
f. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-
undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat,
sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian).
Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat
dihukum.
g. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami
gangguan kejiwaan saat ia dewasa.

2.2 Menghindari Seks Bebas


Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua
dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan
seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat
pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati
antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu
dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun
tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan
anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian
usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari
mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai
anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan
terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada
saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun
mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti
yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut
anda perhatikan :
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-
ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan
yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya
lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses
pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa
uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur
9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai
perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan
dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalah tersebut.
4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak
sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi
uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan
pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu
untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap
oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat
(reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi
bagian dari pengetahuannya.
Perilaku seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan jiwa
seseorang. Perilaku seks bebas sangat berbahaya sehingga patut kita hindari.
Untuk menghindari seks bebas, perlu dilakukan pendidikan seks kepada
semua anggota keluarga.
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi
fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Pendidikan
seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada
orang dewasa. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks
dalam arti heterosexual, dan bukan semata-mata menyangkut masalah
biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologis, sosio-kultural,
agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan antara sex
intruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari
reproduksi, pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in
sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan
pengetahuan lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat
menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta hubungan-
hubungan seks yang menyimpang.
Di Amerika, materi pendidikan seks diberikan oleh orang tua secara
langsung. Dengan iklim yang sangat terbuka, mereka mendiskusikan materi
pendidikan seks dengan sang anak. Cara ini dinilai lebih baik ketimbang anak
mencari pengetahuan seks sendiri melalui media internet atau majalah.
Menurut Kartono Mohamad (Diskusi Panel Islam dan Pendidikan Seks
Bagi Remaja: 1991) pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan
membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab. Beberapa
ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan
pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik
dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan
bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa
ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin
menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila
dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta
kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar
berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial
dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja,
1987).
Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah
sebagai berikut.

2.2.1 Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama


Iman, merupakan hal yang paling penting dalam berpacaran. Karena
penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka
yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut,
tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya
orang tersebut menjadi suami atau istri kelak, tentunya keinginan untuk
melanggar norma-norma pun selalu ada.
Pencegahan menurut agama antara lain :
1. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai
memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki
minimal usia tujuh tahun.
2. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak
sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke
kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu.
3. Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian
mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat
mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
4. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual
merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri.
Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh
menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi
terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya.

2.2.2 Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga


Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks
sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi
pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila
seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat
memberikan mana ciri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga
diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang
bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan
pendidikan seks pada usia dini.
Menurut Afief Rahman (Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga:
1991), pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan
ayat-ayat suci dari Kitab Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak
yang dikandung mendapatkan keberkahan dari Sang pencipta seperti
diketahui, identitas seks manusia sudah dimulai sejak di dalam kandungan,
sehingga memang sepantasnya pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.
Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain :
1. Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum
menjelaskan kepada anak-anak mereka.
2. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu
mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
3. Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan
perempuan di ruang yang sama.
4. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks,
gunakan kata-kata yang sopan.
5. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah
teman yang baik.
6. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan
menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
7. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat
karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.
8. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.
Masa remaja merupakan masa yang rentan seorang anak dalam
menghadapi gejolak biologisnya. Ditunjang dengan era globalisasi dan era
informasi yang demikian rupa menyebabkan remaja sekarang terpancing untuk
coba-coba mempraktekkan apa yang dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya
merupakan informqasi tentang indahnya seks bebas yang bisa membawa
dampak pada remaja itu sendiri.
Pihak orang tua cenderung menganggap bahwa seks bebas dapat dicegah
dengan melakukan peraturan yang keras terhadap anak-anaknya. Padahal
hubungan seks tersebut kerap kali dilakukan di rumah saat orang tuanya sedang
pergi.
Untuk menghindari anak-anak dari hubungan seks bebas, berikut ini ada
beberapa tips yang baik untuk menghindari masalah tersebut.
1. Diskusikan seks dengan anak, meski anda sendiri, mungkin merasa risih,
pendidikan seks sebaiknya dilakukan dalam perbincangan santai, seperti
mengomentari sesuatu hal yang anda lihat bersama atau menjawab
pertanyaan anak.
2. Bercakap-cakap tentang seks dan kontrasepsi bukan berarti anda setuju dan
mengizinkan anak melakukan hubungan seks. Melalui bercakap-cakap orang
tua dapat mengungkapkan perasaannya tentang seks dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya
3. Jadikan orang tua, tempat bertanya. Orang tua sebaiknya tidak mengkritik
pertanyaan anaknya. Yang pasti anak tahu kalau orang tua akan
mendengarkannya. Kalau pertanyaan itu mungkin membuat anak takut atau
marah, cobalah untuk tidak menunjukkan hal itu atau cepat-cepat mengakhiri
diskusi. Berikanlah jawaban yang objektif.
4. Bantu peningkatan rasa percaya diri, perdalam kemampuan khusus atau hobi
bagi anak. Penguasaan suatu keterampilan akan memicu anak rasa percaya
diri tanpa harus memikirkan seks.
5. Ajak anak mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena dengan
melatih diskusi akan mengalihkan perhatiannya dari hal-hal yang berkaitan
dengan seks.
6. Bila anda seorang ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap putri anda.
Kalau ayah tak lagi menunjukkan sikap kasih sayang, seperti memeluk, saat
putrinya remaja ia jadi terluka dan mencari perhatian pada lawan jenisnya.
7. Jangan bersikap terlalu keras terhadap anak, karena akan membuat anak jadi
pembangkang. Terlebih orang tua cenderung menganggap seks dapat
dicegah dengan memberlakukan peraturan yang keras terhadap anaknya.
Padahal seks dilakukan di rumah saat orang tuanya pergi. Untuk menghindari
hal itu orang tua bisa membuat peraturan uang tidak membolehkan teman
lawan jenis datang kerumah bila tidak ada orang dewasa di rumah.
8. Bentengi anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil, agar
mereka mengerti bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan
dosa besar.

1. Keluarga Ujung Tombak Pencegahan


Pencegahan seks bebas dapat dilakukan melalui pendekatan ketahanan
keluarga. Sayangnya, fungsi keluarga ini sudah sering ditinggalkan. Pemahaman
semua serba boleh dan hilangnya rasa malu, ikut sosialisasi sehingga nilai-nilai
penting yang seharusnya menjadi fungsi sebuah keluarga ditinggalkan. Ada
delapan fungsi keluarga yang perlu diterapkan terutama kepada anak-anak. Ke
delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama, budaya, cinta kasih, fungsi
perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Selain menerapkan fungsi keluarga tadi, perlu upaya pencegahan lainnya
seperti meningkatkan sosialis dan ketakwaan kepada Tuhan, tidak melakukan
hubungan seks di luar nikah, setia pasangan, menggunakan jarum suntik yang
steril. Selain itu bila ingin melakukan atau menerima sosialisasi darah harus
benar-benar bebas dari HIV/AIDS, tidak menggunakan seks dengan kelompok
pengidap, tidak menggunakan pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi dari pengidap
HIV/AIDS serta menggunakan kondom.
2. Pola Asuh
Sementara pembicara lain, Dra Hj Telly P Siwi Zaidan Psi, mengatakan
perlunya menerapkan pola asuh yang tepat untuk menghindarkan remaja dari
pergaulan dan seks bebas. Remaja,menurut psikolog ini, sangat rentan terhadap
HIV/AIDS karenanya perlu perhatian ekstra tapi tetap dengan pola demokratis.
“Pila asuh otoriter di mana keinginan orangtua dinomorsatukan atau pola asuh
permissive (segala keinginan anak dituruti) bukan pola asuh yang tepat.
Pola asuh demokratis yang perlu diterapkan, karena di dalamnya ada
proses diskusi antara anak dan orangtua,” kata Telly. Untuk menghindarkan
remaja dari seks bebas, perlu pengetahuan dan informasi yang benar yang
sampai pada remaja bersangkutan. “Adalah tugas kita semua terutama orangtua
untuk membekali remaja dengan ajaran yang benar tapi tidak menghakimi,”
demikian Telly.
1. Agama: membina norma dan ajaran agama dan mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari
2. Budaya: membina tugas-tugas keluarga, meneruskan norma dan menyaring
budaya asing
3. Cinta kasih: tumbuh kembangkan potensi kasih sayang antara anggota
keluarga
4. Perlindungan: penuhi sosialisasi rasa aman pada anggota keluarga
5. Reproduksi: bina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan kesehatan
reproduksi bagi keluarga
6. Sosial: sadari, rencanakan keluarga sebagai pendidikan dan sosialisasi
pertama
7. Ekonomi: lakukan kegiatan ekonomi di lingkungan keluarga untuk menopang
kelangsungan kehidupan keluarga
8. Pelestarian lingkungan: bina kesadaran sikap, praktik pelestarian lingkungan
dalam keluarga.
Kiranya, pendidikan seks bagi remaja memang sangat diperlukan, untuk
memberikan kesadaran kepada remaja akan pentingnya menjaga hak
reproduksinya. Oleh karena itu, diharapkan agar pendidikan seks kepada anak-
anak dan remaja baik laki-laki maupun perempuan bisa diajarkan dengan tepat
pula.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Ada beberapa faktor penyebab
remaja melakukan seks bebas, diantaranya adalah menonton film porno,
pengaruh pergaulan bebas, penyaluran hasrat seksual, dan kurangnya peran
dan perhatian orang tua kepada anaknya.
Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks
bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual
(sipilis, HIV/AIDS, dll). Cara menghindari seks bebas yaitu melalui pendidikan
seks, pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi
fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Salah satu
bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah pencegahan seks
bebas menurut agama dan pencegahan seks bebas dalam keluarga.

3.2 Saran
1. Tingkatkan keimanan dan selalu dekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Tumbuhkan norma dan nilai-nilai sosial.
3. Hindari pergaulan bebas yang dapat menjurus ke dalam perilaku seks bebas.
4. Katakan "tidak", jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi
batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai "bukti cinta",
jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat !!, sekali
wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena
norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan
kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa
dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat
ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/hadi.asp.www.google.com.www.wikipediaseksbebas.co.id
https://id.scribd.com/248184064/Makalah-Seks-Bebas
https://eprints.umpo.ac.id/5045/2/BAB%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai