Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SOSIOLOGI

PERGAULAN BEBAS PADA REMAJA SAAT INI


D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA: LULU SUPIARA
KELAS:X MIPA 5
GURU PEMBIMBING STUDI:DRA.KARTINI
SMAN 1 TEMBILAHAN HULU
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Syukur Allhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan ramat dan kerunia-nya, sehingga saya dapat

menyesaikan makalah ini guna memenuhi tugas individu untuk mata pelajaran

sosiologi dengan judul “Bahaya narkoba bagi generasi muda”.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik

sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna dikarenakan terbatas pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki

oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berkembangan dunia

pendidikan.

Tembilahan, maret 2023

PENULIS
2.2 Bentuk Kenakalan
Remaja
....................................................
........................ 6
2.3 Penyebab Kenakalan
Remaja
....................................................
.................... 8
2.4 Dampak Kenakalan
Remaja
....................................................
.................... 11
2.5 Upaya Mengatasi
Kenakalan Remaja
....................................................
...... 11
BAB III PENUTUP
....................................................
........................................... 13
3.1 Kesimpulan
....................................................
..............................................
13
3.2 Saran
....................................................
....................................................
... 13
DAFTAR PUSTAKA
....................................................
........................................ 14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
Latar belakang masalah..............................................................................................
Pembatasan masalah....................................................................................................
Tujuan................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
Pengertian pergaulan bebas......................................................................................
Pengertian Remaja........................................................................................................
Ciri-ciri Fisik dan Psikologis......................................................................................
Pergaulan Bebas.............................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................
Jenis Penelitian...............................................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................................
Sumber Data....................................................................................................................
BAB IV....................................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................................
Kesimpulan......................................................................................................................
Saran dan Kritik.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
 
 

  Latar belakang masalah

              Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk salah satu bentuk
perilku menyimpang yang mana “Bebas” yang dimaksud adalah
melewati batas batas norma ketimuran yang ada. Mesalah pergaulan
bebas ini sering kita dengar baik dilingkungan maupu  dari media
masa. Remaja adalah individu labil yang emosionalnya sangat rentan
pengetahuan yang minim dan ajakan teman  yang bergaul bebas
membuat makin berkurangnya potensi generasi muda dalam
kemajuan zaman.

Pergaulan Bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makluk


sosial yang dalam kesehariannya  membutuhkan orang lain dan
hubungan antar manusia melalui suatu pergaulan ( interpersonal
relationship)

Pergaulan adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan,


sehingga setiap manusia tidak boleh bibatasi dalam pergaulan,
apalagi melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi
perhgaulan manusia hendaknya bebas, tetapi tetap mematui norma,
hukum,norma agama,Budaya,serta norma bermasyarakat, jadi klo
secara medis kalau pergaulan bebas namun tidak teratur terbatasi
aturan aturan dan norma norma hidup manusia tentunya tidak
menimbulkan akses akses seperti saat ini.

                Remaja adalah generasi penerus yang akan membangun bangsa


kea rah yang lebih baik yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan
kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri,keluarga,dan
lingkungan sekitar. Maka dari itu remaja tersebut harus mendapatkan
perhatian khusus,baik oleh dirinya sendiri,orang tua,dan masyarakat
sekitar.
           Banyak kita basa di media massa maupun kita lihat di media
elektronik adanya remaja yang berprestasi juga ada remaja yang
melakukan tindakan atau perbuatan yang merugikan dirinya
sendiri,keluarga dan masyarakat sekitar.

           Pada makalah ini kami akan mencoba membahas cara mengatasi


pergaulan bebas terhadap remaja.

Pembatasan masalah
           Kesempatan ini kami hanya akan membatasi pengaruh media
massa,media elektronik terhadap pergaulan remaja. Media massa
(cetak) perlunya remaja membaca hal-hal yang positif.Dan media
elekronik,tayangan-tayangan di televisi yang dapat merusak aqidah dan
moral remaja tidak layak untuk ditonton oleh para remaja missal
tayangan yang berbau misteri dan film-film yang berbau alam gaib.

Tujuan
           Makalah ini kami buat dengan bertujuan agar remaja-remaja masa
kini terarah pergaulanny yaitu dengan melakukan kegiatan yang positif
yang berguna untuk dirinya sendiri,keluarga,dan masyarakat sekitar.

Dan supaya agar remaja tidak terjebak di dalam pergaulan bebas.Maka


dari itu perlu kiranya remaja membentengi diri denan iman yang kuat.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian pergaulan bebas


       Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem”
( Dunia Gemerlap ), yang sudah menjadi rahasia umum bahwa
didalamnya marak sekali  pemakaian Narkoba, ini identik dsekali
dengan sek bebas yang akhirnya  berujung pada HIV /AIDS  dan pastinya
setelah terkena Virus ini kehidupan remaja akan menjadi  sangat
timpang dari segala segi

Pergaulan remaja saat ini menjadi sorotan utama, karena pada masa
sekarang pergaulan remaja sangat mengawatirkan dikarenakan
perkembangan arus remajanya pada saat ini sangant mengkhawatirkan
bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik
buruknya bangsa ini sangat bergantung pada generasi muda.

Pengertian Remaja
           Kehidupan yang kita alami,mungkin salah satu tahap yang paling
tak terlupakan adalah masa remaja,karma tampaknya tidak ada fase
lain banyak dipenuhi dengan pengalaman tentang patah hati,konflik
batin,dan kesalahpahaman selain masa remaja. Kita masih dapat
mengingat antara rasa sakit dan kebahagiaan bercampur menjadi satu
yang kita alami saat remaja.Kita tetap menyimpan kenangan betapa kita
disalahpahami, betapa kita begitu sering dan cepat berubah-
rubah,betapa kita begitu mengharapkan penerimaan,dan betapa kita
begitu merasakan kesepian dan kesendirian.

           Kadang kita juga merasa mengapa tidak ada orang yang mau
mengerti tentang kita.Kita merasa heran bagaimana semua ini dimulai
dan darimana.Semua ini terjadi pada masa remaja,saat yang penuh
gejolak dan keinginan,tetapi tidak jarang mengakibatkan begitu banyak
persoalan jika tidak disikapi secara arif dan bijak.

           Remaja seing diidenntikan dengan usia belasan tahun sehingga


dalam bahasa inggris ”remaja” juga disebut dengan istilah
“Teenager”,selain kata adolescent.Akan tetapi remaja tidak hanya dapat
diidentifikasi berdasarkan usia,tetapi juga bisa ditelisik dari kehidupan
yang penuh dengan keceriaan,warna-warni,dan permulaan usia
mengenal lawan jenis.

           Selain itu,di usia remaja kita juga biasanya mulai bertemu dengan
nilai-nilai dan norma-norma baru yang berbeda dengan nilai dan norma
yang selama ini kita kenal.Pada masa remaja juga kita pada umumnya
mulai merasakan kegelisahan dalam hubungan kita dengan orang tua
dan teman-teman sebaya;kita ingin menunjukkan kemandirian kita di
satu sisi,teapi di sisi lain kita belum dapat melepaskan diri sepenuhnya
dari pengawasan dan ketergantungan kita dari orang tua.

Ciri-ciri Fisik dan Psikologis


           Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan
pembagian tahap perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap:
sembilan tahun pertama, sembilan tahun kedua dan sembilan tahun
ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat disebut
sebagai masa kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya
bergantung pada perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya
orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai, pilihan
sekolah, dan teman hamper semuanya di pengaruhi oleh keputusan dan
kebijakan orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan
perkembangan dan pertumbuhan fisik yg sangat cepat: mulai dari
belajar telungkup, merangkak, berjalan, berbicara, dan berpikir. Usia
remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan
tahun kedua setelah kita melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini
kita mulai diajari tantang kemandirian dan bagaimana membuat
keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik umum dari
pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

           Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat


dan mantap; pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak
telah selesai dan perubahan-perubahan menginjak usia remaja mulai
tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan
hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di
bagian tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh
tertentu bagi perempuan.

          Pada tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan


pernapasan sudah berfungsi secara lengkap meskipun pertumbuhan
masih terus berlanjut. Parui-paru kita sudah hampir berkembang secara
lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa. Tekanan darah meningkat
menjadi sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa. Otak dan
urat syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa pada
usia 10 tahun, tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan
perkembangan mental belum sempurna dan terus berlanjut selama
beberapa tahun kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah mencapai
ukuran dewasa dan fungsinya sudah berkembang secara maksimal.

           Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-
kanak, tetapi belum memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga
di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg sudah
mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak
hamper sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama
orangtua atau wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa
“ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-
sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita
juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk
membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas
dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak langsung kita menjadi
sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-
diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah
pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-
bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk
menemukan diri  kita. Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg
merupakan titik yg akan menjembatani antara masa kanak-kanak dan
masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan
secara lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik
untuk menghadapi masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki
nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga dengan kewajiban-
kewajiban dan kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah
kehidupan baru yg lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada
masa kanak-kanak hanya memeliki sedikit peran dan pengaruh.

           Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau


pubertas. Istilah “puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dri
bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan menunjukan
kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh
kematangan fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”,
yg berarti rambut-rambut kemaluan, yg menandakan kematangan fisik.
Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa
anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun
sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan
jasmaniah berkaitan dengan proses kematangn jenis kelamin. Terlihat
pula adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan ber
fungsinya kita dalam lingkungan social, yakni dengan melepaskan diri
dari ketergantungan penuh kepada orangtua, pembentukan rencana
hidup dan system nilai-nilai yg baru.            Dalam literature Barat,
remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai
adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan
pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-
perubahan penting yg terjadi di dalamnya. Jean Piaget, misalnya, lebih
menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap penting
dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan
terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr
tercakup dalam aspek kognitif seseorang. Tokoh lain, Ana Freud,
menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses perkembangan
yg meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan
cita-cita. F. Neidhart juga melihat masa adolesensia sebagai masa
peralihan ditintau dari kedudukan ketergantungannya dalam keluarga
menuju ke kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.

  Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru


tentang identitas dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya
gaya hidup tertentu sehubungan dengan penempatan diri kita, yg tetap
dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah mengalami perubahan
baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.

           Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan


sebagai “masa remaja” dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh
perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja merupakan masa peralihan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12
sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan
pada masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit
menentukan batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat dikatakan
bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan
berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11
tahun atau mungkin 12 tahun pada anak permpuan sedangkan pada
anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun. 2.3 Mengenali
Kebutuhan-kebutuhan [ Psikologis ] Remaja

           Konsepsi “ kebutuhan pada hakikatnya lrbih berkaitan dengan


implikasi-implikasi social dari pada sekedar sebuah penggambaran
tentang perilaku manusia berkaitan dengan insting-insting yg
dimilikinya. Insting, berdasarkan definisinya, merupakan sebuah
atribut bagi seseorang individu. Kebutuhan mengisyaratkan kerjasama (
cooperation ) kelompok untuk dapat memenuhinya. Ia mengarahkan
perhatian dari individu kepada masyarakatnya dengan cara-cara yg, jika
diperlukan, mungkun digunakan oleh suatu kelompok untuk
memodifikasi metodo-metodenya dengan harapan mendapatkan
pelbagai perubahan yg dihasilkan dalam reaksi seorang individu.

Pelbagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama ini telah di


kompilasikan dari kebutuhan-kebutuhan psikologis mendasar. Salah
satu penjelasan paling awal mengenai kebutuhan-kebutuhan remaja
adalah bahwa pada mas remaja pada umumnya kita merindukan
pengalaman baru, rasa aman, resons, dan pengakuan. Di usia ini kita
seringkali merasa bahwa rumah tempat kita tinggal telah memberi kita
monotomi [bukan otonomi], rasa tidak aman dan penolakan.
Penyimpangan yg kita lakukan kadang-kadang dapat digambarkan
sebagai upaya yg salah arah untuk menenukan kepuasan atau
pemenuhan atas keinginan-keinginan kita yg paling fundamental. Salah
satu kebutuhan psikologis kita yg paling penting dan juga kebutuhan
seluruh manusi adalah peneromaan oleh kelompoksosial di sekitarnya.
Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan kasih saying dalam
lingkungan dekat dalam rumah, penghormatan di antara teman-teman
kita sebaya dan apresiasi dari orangtua atau guru-guru yg mengajar kita.
Kebutuhan ini mengambil bentuk-bentuk yg berbeda pada tahap-tahap
usia yg berbeda dan dalam hubunganya dengan orang-orang berbeda.
Tetapi kebutuhan ini tampaknya muncul dari watak esensial manusia
sebagai makhluk social sebagai anggota kelompok sosisal tertentu.
Pengalaman akan penerimaan ini pada masa balita dan kanak-kanak
mengarahkan pada rasa aman yg kemudian membentuk salah satu
bahan penting untuk kesehatan mental semangat juang dari warga sipil
atau tentara yg karena diperkuat oleh perasaan ini, mampu menghadapi
pelbagai kesulitan dan kekecewaan tanpa kecemasan yg berlebihan.
Hilanhnya perasaan ini pada umumnya akn diikuti oleh rsa tertekan yg
kemudian dapat memeunculkan penyimpangan dan disharmoni mental.
Anak-anak yg ditolak atau tidak diinginkan pada masa balitanya lebih
besar kemungkinanya untuk menjadi nak-anak yg sulit diatur dan akan
menyulitkan para gurunya pda usia sekolah. 

Bersamaan dengan kebutuhan ini, manusia pada umumnya juga


memiliki kebutuhan untuk “memberi dan menerima” untuk
menunjukan rasa kasih saying, merasakan penghormatan,
mengekspresikan penghargaan Pelbagai studi kasus yg dilakukakn C.M.
Fleming, misalnya, menunjukan efek-efek yg merugikan akibat
dihalanginya komplemen atas penerimaan oleh kelompok sosial ini.
Hilangnya rasa ini larangan atas kasih saying dalam bentuk ekstrem
mengarah pada penekana yg berlebihan atas nilai kepuasaan-kepuasaan
pengganti semisal hasrat yg besar akan kekuasaa ataau atas
kesenangan.

Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal


baru kebutuhan untuk mengalami “petualangan-petualangan
segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan impuls organisme manusia
terhadap pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak terbatas hanya
pada pertumbuhan fisikal semata. Kebutuhan ini tampaknya dirasakan
secara terus-menerus sebagai atribut umat manusia dari kelahiran
hingga kematiannya. Pada masa kanak-kanak, kebutuhan ini ditunjukan
sebagai eksplorasi atas ruangan, rumah, atau jalan. Pada tahap
selanjutnya, kebutuhan ini kemudian meluas hingga mencakup
pengalaman-pengalaman baru di sekolah dan lingkungan; dan, pada
masa remaja atau dewasa, kebutuhan ini secara potensial meluas
sampai pada batas-batas pengetahuan mengenai suku, bangsa atau ras.
Penaklukannya dari satu langkah menuju langkah lainnya ditandai
dengan pengalaman akan hasilan pengakuan yg diberikan olah
kelompok, atau individu itu sendiri, pada fakta bahwa sebuah
kemenangan baru telah diraih.

Yang sepadan dengan kebutuhan ini adalah kebutuhan akan


pemahaman pencarian jawaban atas pelbagai pertanyaan berkaitan
dengan apa yg sedang terjadi, dan, (dalam peradabanyg kita kenal
dengan baik), dari usia empat atau lima tahun dan seterusnya,
pertanyaan berkaitan dengan mengapa hal-hal itu terjadi seperti
sekarang ini. Pertanyaan-pertanyaan metafisikal seseorang anak kecil
secara langsung sejalan dengan pemikiran keagamaan atau filosofis dari
seorang remaja atau dewasa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
tampaknya diasosiasikan dengan kebutuhan yg selalu hadir dengan
mendapatkan wawasan berkaitan dengan pengalaman yg terus berubah
dan kesalingterkaitan yg juga terus bergeser daru umat manusia sebagai
makhluk sosial dalam pelbagai kelompok sosial dimana anak itu
merupakan salah seorang anggotanya. 

Kebutuhan lain yg melengkapi kebutuhan akan petualangan dan


pemahaman ini adalah kebutuhan untuk melaksanakan tanggung jawab
dalam jenis tertentu untuk memberi sumbangan secara progresif
melalui tindakan tertentu bagi kesejahteraan kelompok. Seorang anak
kecil yg berbahagia dalam kehidupan keluarganya pada umumnya dapat
dilibatkan untuk melakukan kerjasama aktif dalam kehidupan keluarga.
Seorang anak kecil sebaiknya diizinkan untuk berbagi “tugas-tugas
ringan” dengan ibu atau ayahnya, maupun dengan saudara-saudaranya.
Hal ini dimaksudkan untuk memupuk rasa percaya diri dan tanggung
jawab pada si anak agar si anak merasa aman dan nyaman di rumahnya
sendiri. Kebutuhan-kebutuhan yg kita miliki sebagai remaja mempunyai
keterkaitan satu sama lain yg tidak dapat dipisahkan.

Pergaulan Bebas 
Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang kita
terlibat dalam pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh
dilakukan, asal dilakukan atas dasar suka sama suka. Tidak ada lagi
pertimbangan tentang sebab dan akibat. Tidak ada lagi pertimbangan
berdasarkan hati nurani dan akal sehat. Dengan dalih cinta, apa pun
akan dilakukan. Biasanya kita baru merasa sadar ketika efek atau akibat
dari pergaulan bebas tersebut membawa dampak yg negative semisal
kehamilan di luar nikah, perasaan minder akibat kita merasa tidak
seperti remaja-remaja lain yg masih “bersih”.

Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk


diketahui dengan pasti akibat belum adanya statistik mengenai
kehamilan remaja belum menikah, akan tetapi, dari pelbagai berita di
media massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil penelitian
mengenai kehamilan di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian
tersebut, menunjukan kecenderungan bahwa kehamilan remaja di luar
nikah cenderung selalu meningkat dari tahu ke tahun.

Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil penelitian yg


menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah.
Lembaga konseling remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai
kasus yg mereka tangani pada tahun 1990 dijumpai ada 80 remaja usia
14-24 tahun yg hamil sebelum nikah. Penalitian di Manado yg
dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106
orang meminta induksi haid ditemukan sebanyak 472 responden yg
belum menikah (71,3%) mengalami kehamilan yg tidak dikehendaki
(unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden (28,8%)
berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun.

Penelitian lain yg dikutip Khisbiyah adalah penelitian yg dilakukan


Widyantoro pada tahun 1989 di Jakarta dan Bali. Widyantoro
menemukan 405 kasus kehamilan tak dikehendaki yg terkumpul di
klinik WKBT di dua kota tersebut selama satu tahun. Dari data yg
terkumpul terungkap bahwa 95 persen kehamialn adalah kehamilan
pada remaja berusia 15-25 tahun. Dari segi pendidikan, 47 persen
remaja tersebut duduk di tingkat SLTP dan SLTA. Selanjutnya Khisbiyah
melaporkan bahwa data dari klinik dan praktik dokter di sekitar
kabupaten Magelang diduga ada sekitar 1456 kasus kehamilan remaja
dalam setahun. Tentu saja kasus yg terjadi sebenarnya berbeda dari
laporan penelitian tersebut. Boleh jadi angkanya jauh lebih besar
mengingat ada sebagian kasus yg luput dari penelitian atau tidak
terdektesi oleh klinik atau dokter setempat karena mereka dating ke
“tempat lain” untuk melakukan “pengobatan”.

Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan
mencari penangan atas masalah tersebut secara lebih serius dan
komprehensif. Kehamilan remaja di luar nikah tidak hanya membawa
dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi anak yg di kandungnya.
Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun akan
mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si
remaja maupun keluarganya. Rasa malu pada tetangga dan teman-
teman merupakan penderitaan batin tersendiri yg harus ditanggung si
remaja dan keluarganya. Meskipun ada sebagian orang yg tidak malu
dengan kehamilannya di luar nikah.
Dalam islam, jelas sekali Al-Qur’an melarang perzinahan karena dampak
buruk yg diakibatkannya. Ayat-ayat yg melarang zina antara lain adalah,

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah


Suatu perbuatan yang keji dan jalan yang sangat buru (Al-Isra’:32).

Dan terhadap wanita-wanita yg mengerjakan perbuatan keji


(zina), Hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu (yang
menyaksi-Kannya). Kemudian apabila mereka telah memberikan
persaksian, Maka kurunglah wanita-wanita itu dalam rumah sampai
menemui Ajalnya, atau sampai Allah memberikan jalan yg lain kepada
mereka (An-Nisa’:15).

Meskipun persoalan tafsir dan pemahaman atas ayat tersebut masih


dapat diperdebatkan, tetapi yg jelas zina zina memberikan dampak
buruk dan perbuatan yg tidak layak dilakukan. Berikut ini adalah
beberapa dampak negatif yg dapat ditimbulkan dari kehamilan di usia
remaja, utamanya yg menyakut perkenbangan bayi yg akan dilahirkan
sebagai manusia.

# Perkembangan Kognitif 

Aspek kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan.


Kecerdasan kita terdiri atas beberapa aspek yg salah satunya adalah
kemampuan berbahasa dan menalar. Perkembangan kognitif kita dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, anara lain perawatan kesehatan,
keadaan gizi, dan stimulasi mental yg diberikan oleh lingkungan,
terutama kedua orangtua. Selain itu, kondisi sosial dan eoknomi serta
kematangan psikologis kedua orangtua kita pun ikut berperan besar
dalam mempengaruhi perkembangan kognitif kita.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di Amerika, misalnya, anak yg


dilahirkan oleh ibu-ibu remaja rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yg
lebuh rendah dibandingkan dengan anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu yg
usianya lebuh dewasa (lihat Baldwin & Cain, 1978). Perkembangan
bahasa dan penalaran anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remajaumumnya
jauh lebuh terbelakang dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari
ibu-ibu yg usianya lebih dewasa. 

Menurut sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan


Suroso (1995), rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak tersebut
disebabkan oleh si ibu yg belum mampu memberikan stimulasi mental
yg baik pada anak-anak mereka. Hal ini, antara lain disebabkan ibu-ibu
yg masih remaja ini belum memiliki kesiapan untuk menjadi seorang
ibu. Perkembangan bahasa seorang anak sangat banyak dipengaruhi
oleh bagaimana cara kedua orngtuanya berbicara kepada si anak.
Aspek-aspek kecerdasan lainnya akan berkembang jika kedua orangtua
dan lingkungannya dapat memberikan permainan atau stimulasi mental
dengan baik. Orangtua yg masih remaja pada umumnya kurang mampu
memberikan stimulasi mental semacam ini.

Mengingat kecerdasan memiliki peran yg sangat penting dalam


keberhasilan di bidang akademik maupun karier, maka rendahnya
tingkat kecerdasan anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remaja di luar nikah
ini boleh jadi akan mengakibatkan kesulitan hidup bagi si anak itu
kelak.

# Perkembangan Sosial dan Emosinal 

Meskipun penelitian mengenai dampak kehamilan ibu remaja diluar


nikah terhadap perkembangan sosial dan emosinal anaknya belum
menunjukan hasil-hasil yg konsisten; tetapi cukup banyak penelitian
yang menemukan dampak negatif dari kehamilan semacam ini. Baldwin
dan Cain (1981), misalnya, menemukan bahwa anak-anak yg lahir dari
ibu remaja lebih banyak memiliki sifat hiperaktif, rasa bermusuhan yg
besar , kurang mampu mengontrol emosi dan lebih impulsive jika
dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa.

Sifat-sifat negatif seperti di atas sedikit banyak akan mempengaruhi


proses penyesuaian diri kita terhadap lingkungannya, baik di sekolah
maupun dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan
kognitif kita (kecerdasan kita) dan kemampuan menyesuaikan diri
dengan sekolah. Anak yg tingkat kecerdasannya rendah biasanya
memiliki prestasi kurang (atau bahkan tidak) baik di sekolah. Selain itu,
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di sekolah
memiliki pengaruh yg cukup besar terhadap prestasi belajar anak. Anak
yg agresif, suka menyerang, suka diatur biasanya memiliki prestasi yg
kurang baik. Para guru biasanya tidak menyukai anak-anak hiperaktif,
nakal, dan suka mengganggu teman-temannya.

Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg


bernama Ari, anak berusia sembilan tahun, yg memiliki masalah yg
berkaitan dengan sikap agresif Ari dan ketelengasannya kepada anak
lain. Dalam sebuah perkelahian Ari pernak mendorong lawannya keluar
dari jendeladan pernah menikam lawannya yg lain dengan gunting. Dua
sekolahnya yg dahulu telah menyatakan bahwa Aria tidak dapat
dikendalikan dank arena itu dikeluarkan. Setiap orang yg mengenalnya
sependapat bahwa di luar biasa over aktif, tidak pernah mengasyiki
suatui kegiatan apa pun, dikucilkan oleh teman-teman sebayanya, dan
mudah mengamuk bila merasa frustasi. Pola perilaku seperti ini sudah
tampak sejak Ari masih berusia satu tahun, tetapi bersamaan dengan
tambahnya usia, nyata sekali dia menjadi semakin menjadoi pemurung.
Sifat lekas marah dan kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar
agaknya terkait dengan suasana rumahnya yg penyh “badai”, dimana
perbantahan menyangkut kebiasaan buruk ayahnya seringkali tidak
terkendalikan dan meningkat menjadi percekcokansecara fisik.

Dalam kasus Ari, jelas sekali perangi atau watak yg ditunjukan orangtua
memiliki pengaru yg besar terhadap perkembangan psikologis seorang
anak. Ada sebuah ungkapan bijak yg menyatakan,”Jika seorang anak dan
pujian, dia akan belajar untuk menghormati orang lain. Jika seorang
anak dibesarkan dengan caci maki dan hinaan, dia akan belajar untuk
membenci orang lain”.

# Perkembangan Seksual 

Mungkin ada pertanyaan yg pernah terbersit dalam benak sebagian kita:


Apakah anak perempuan yg dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah
pada saat anak itu menginjak remaja nanti lebuh memiliki kemungkinan
untuk hamil di luar nikah jika dibandingkan dengan anak-anak yg
dilahirkan oleh ibu-ibu dewasa dalam pernikahan yg sah? Pertanyaan
ini cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui ada
tidaknya efek estafet dari kehamilan remaja di luar nikah terhadap
generasi penerusnya.

Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya


efek estafet itu memang ada. Anak-anak yg lahir dari ibu remaja
memiliki kemungkinan lebih besar untuk hamil di luar nikah pada usia
remaja jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa
dan dalam pernikahan yg sah. Ini memang logis mengingat remaja pada
umumnya belum siap untu menerima kehadiran seorang anak sebagai
bagian darikehidupannya. Ketidaksiapan ini kemudian yg, antara lain,
menyebabkan kurangnya kemampuan orangtua untuk mendidik dan
mengasuh anaknya dengan baik dan benar sehingga risiko untuk
terjerumus kedalam hal-hal yg negatif akan lebih besar.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu


penelitianyang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif juga merupakan suatupendekatan induktif untuk penyusunan
pengetahuan yang menggunakan riset dan menekankan subjektifitas
serta arti pengalaman bagi individu.1 Penelitian ini akan
mendeskripsikan upaya pencegahan seks bebas pada remaja. Alasan
digunakannya jenis penelitian kualitatif karena, permasalahan dalam
penelitian ini belum jelas, holistik, kompleks, dan dinamis. Olehnya
itu,peneliti bermaksud untuk memahami situasi sosial secara mendalam
dengan jenis penelitian kualitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di tembilahan

Sumber Data

Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang telah

menetapkan populasi dan sampel. Sesuai dengan fokus penelitian, maka


sumber
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Kami kira remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak
terjerumus dalam pergaulan bebas yang telah merusak aqidah dan
moral sebagian remaja di negeri ini

Oleh karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti


pengajian remaja,karang taruna,dan kegiatan lainnya

 Saran dan Kritik

A. Saran

Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang


positif baik di sekolah maupun di lingkungannya yang tentunya harus
mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua 

B. Kritik

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang baik oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritikan yang membangun dari
para pembaca

Anda mungkin juga menyukai