DISUSUN OLEH :
ANUGERAH ANDHARA HARYANTI
SYAMAN MADAUDI ARKASYA
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya, terima kasih.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN PERGAULAN BEBAS
Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia. Tapi perlu diketahui bahwa tidak selamanya
perkembangan membawa kepada kemajuan. Namun ada Nampak negative yang lahir akibat
perkembangan itu, salah satunya adalah budaya pergaulan bebas.
Istilah pergaulan bebas bukan hal yang tabu lagi dalam kehidupan masyarakat, tanpa
melihat jenjang usia kata pergaulan bebas sudah sangat popular, artinya bahwa ketika
masyarakat mendengar kata pergaulan bebas maka arah pemikirannya adalah tindakan yang
terjadi diluar koridor hokum yang bertentangan, terutama bagi aturan Agama. Dari segi
bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas yaitu lepas sama sekali( tidak
terhalang, terganggu, dan sebagainya sehingga boleh bergerak, berbicara, berbuat, dsb,
dengan leluasa), tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan.
Dari beberapa pendapat tersebut diperoleh gambaran bahwa pergaulan bebas remaja
adalah perwujudan sikap dan perbuatan remaja dengan tidak memperhatikan norma dan
aturan yang berlaku, atau dengan kata lain cenderung berbuat melanggar norma dan aturan.
Remaja yang dimaksud yaitu” masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-
kanak menuju dewasa”. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah masa perpanjangan
masa kanak-kanak sebelum mencapai masa.Pergaulan bebas identik dengan “klub”
(Glittering World). Diketahui bahwa penggunaan narkoba merajalela, hal ini terkadang
identik dengan seks bebas yang pada akhirnya berujung pada penyakit HIV/AIDS dan
tentunya setelah terpapar virus tersebut, kehidupan remaja menjadi lumpuh dalam segala hal.
Pergaulan bebas yang dilakukan oleh remaja biasanya bagian dari eksistensi diri,
pelampiasan emosi atau rasa kecewa yang dialami. Adapun macam pergaulan bebas seperti
penyalahgunaan narkoba, seks bebas, mabuk, dan kenakalan remaja lainnya.Dampak dari
permasalahan ini juga bermacam macam, anak remaja bisa saja putus sekolah, menurun
prestasi belajar bahkan hingga hamil diluar nikah.Tentu pergaulan bebas merupakan tindakan
yang sangat tidak terpuji ya Grameds, maka dari itu kita harus menghindari itu semua.
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai pergaulan bebas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pergaulan” memiliki arti menjalin
pertemanan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan kata bebas berarti lepas atau tidak
terikat. Dapat disimpulkan pergaulan bebas adalah jalinan pertemanan dalam kehidupan
bermasyarakat yang bersifat lepas atau tidak terikat.Menurut Katono, pergaulan bebas
merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial, akibatnya mengmbangkan perilaku yang menyimpang.Menurut Santrock, pergaulan
bebas adalah kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial
hingga menyebabkan tindakan kriminal.Menurut B.Simanjuntak pergaulan bebas adalah
sebuah proses interaksi antara seorang dengan orang lain tanpa mengikatkan diri pada aturan-
aturan baik undang-undang maupun hukum agama serta adat kebiasaan.
3
Menurut Gunarsa pergaulan bebas adalah sebagai pergaulan yang luas antara pemuda
dan pemudi. Tidak terlampau menekankan pengelompokan yang kompak antar dua orang
saja namun antara tidak sedikit muda-mudi.Pergaulan bebas secara umum adalah perilaku
individu atau suatu kelompok yang menyimpang. Sikap menyimpang ini melewati bata dari
aturan, kewajiban, tuntutan, syarat dan perasaan malu. Pergaulan bebas juga bisa diartikan
sebagai perilaku menyimpang yang melanggar norma sosial dan agama.Seperti yang kita
tahu, di Indonesia terdapat nilai dan norma yang berdasarkan budaya, suku, agama dan jenis
kelamin. Norma ini membatasi sikap dan perilaku seseorang sesuai aturan yang berlaku
dalam masyarakat. Jika Kita sudah mendengar kata pergaulan bebas pasti pikiran kita
langsung mengarah kepada yang negatif atau perilaku buruk.
Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar. Banyak studi menunjukkan
bahwa siswa lebih mungkin untuk merokok daripada orang dewasa. Apalagi berdasarkan
hasil riset terbaru mengatakan bahwa remaja yang merokok setiap tahun semakin meningkat.
Pada umumnya, mereka mengaku sudah mulai merokok antara usia 9 hingga 12 tahun.
Kebiasaan merokok bagi para pelajar bermula karena kurangnya informasi dan
kesalahpahaman informasi, termakan iklan, atau terbujuk rayuan teman. Alasan pertama kali
merokok yang paling dominan adalah karena coba-coba, diikuti oleh pengaruh iklan TV,
ingin kelihatan gagah, dan dipaksa teman. Faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Orang
tua menjadi panutan dalam memberikan contoh bagi anak-anaknya, data dari GYTS 2009,
menunjukan 72,4% remaja usia 13-15 tahun mempunyai orang tua merokok.
Melihat dari kandungan rokok, tentu saja hal tersebut membawa pengaruh buruk bagi
anak usia sekolah. Perubahan perilaku anak yang merokok ini juga dapat dilihat seperti
kurang fokus belajar, gangguan belajar, gangguan daya tangkap, energi menurun, gangguan
kecemasan, hingga depresi ringan. Bukanlah hal yang mudah bagi seorang perokok untuk
berhenti. Ketika seseorang telah kecanduan rokok, nikotin yang terkandung dalam tembakau
merangsang otak untuk melepas zat yang memberi rasa nyaman. Kecanduan nikotin dapat
mengakibatkan rasa tidak nyaman, mudah marah, sulit berkonsentrasi.
Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif yang timbul dari perilaku
merokok, tetapi perilaku merokok bagi kehidupan nyata merupakan kegiatan yang fenomenal
artinya meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok, tetapi jumlah perokok bukannya
semakin menurun, tetapi semakin meningkat dan perokok yang usianya masih mudah
semakin bertambah. Faktanya bahwa sebagian besar remaja Indonesia mengetahui dampak
dari perilaku merokok yang mereka lakukan, tetapi sering kali mereka menganggap bahwa
akibat dari perilaku merokok tidak begitu berpengaruh bagi kehidupan mereka. Hal ini
disebabkan karena dampak negatif dari merokok tidak langsung dirasakan oleh remaja pada
saat merokok.
Ditinjau dari segi kesehatan, beberapa ahli mengemukakan bahwa rokok dapat
menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan baik pada perokok itu sendiri,
maupun orang lain disekitarnya yang tidak merokok. Kandungan dalam rokok yang berupa
nikotin, tar dan zat adiktif dapat memberikan berbagai dampak negatif bagi kesehatan seperti
kanker paru-paru, kanker mulut, kanker tenggorokan, penyakit jantung koroner, radang
saluran pernafasan, pembengkakan paru-paru, penyakit kandung kemih, gangguan
reproduksi, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Dampak yang ditimbulkan akibat
penggunaan rokok dengan intensitas yang tinggi serta usia yang lebih dini saat
mengkomsumsi rokok dapat menambah resiko kematian (McKim, 2007).
Pengertian Bullying
Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian
adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih
lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya berupa
stress yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah
makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya. Apalagi Bully
biasanya berlangsung dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga sangat mungkin
mempengaruhi korban secara psikis. Sebenarnya selain perasaan-perasaan di atas,
seorang korban Bully juga merasa marah dan kesal dengan kejadian yang menimpa
mereka. Ada juga perasaan marah, malu dan kecewa pada diri sendiri karena
membiarkan kejadian tersebut mereka alami. Namun mereka tak kuasa
“menyelesaikan” hal tersebut, termasuk tidak berani untuk melaporkan pelaku pada
orang dewasa karena takut dicap penakut, tukang ngadu, atau bahkan disalahkan.
Dengan penekanan bahwa bully dilakukan oleh anak usia sekolah, perlu dicatat bahwa
salah satu karakteristik anak usia sekolah adalah adanya egosentrisme (segala sesuatu
terpusat pada dirinya) yang masih dominan. Sehingga ketika suatu kejadian menimpa dirinya,
anak masih menganggap bahwa semua itu adalah karena dirinya. Bullying awalnya didasari
atas saling olok mengolok, bercanda. Tetapi lama kelamaan menjadi frontal bahkan sudah
mulai rasis dan mengandung SARA. Akhirnya menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan
dan tak terduga seperti penindasan, pengeroyokan, pemukulan dan hal-hal yang merusak
psikis atau mental seseorang. Setidaknya ada lima jenis bullying atau perundungan yang
harus diketahui:
Dengan mengetahui jenis-jenis bullying, Guru Pintar akan lebih mudah dalam
mengedukasi siswa tentang apa itu bullying dan bagaimana dampaknya terhadap seseorang.
Tidak hanya jenis-jenisnya, contoh bullying juga harus diberitahukan sehingga tidak menjadi
hal yang akan terus berulang.
Penting sekali untuk memahami bahwa bullying itu sama sekali bukan bagian normal
dari masa kanak-kanak yang harus dilewati. Tindakan bullying itu berakibat buruk bagi
korban, sanksi maupun bagi si pelaku itu sendiri. Bahkan efeknya bisa membekas sampai si
anak dewasa.Tidak hanya dampak yang saat ini terlihat saja yang akan dialami sang anak,
tetapi dampak dalam jangka panjang juga akan dialami. Dampak ini tentu akan
mempengaruhi kehidupan anak nantinya.
Dampak buruk yang dapat tejadi pada anak yang menjadi korban tindakan bullying,
antara lain:
1.) Kecemasan
5.) Depresi
Jika bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi diri anak
dalam menghargai dirinya sendiri. Untuk kasus yang lebih ekstrim seperti bunuh diri, korban
bullying juga bisa menjadi pelaku pembunuhan yang diakibatkan oleh rasa benci yang sangat
mendalam. Di samping itu cara mengatasi bullying yang terjadi di kalangan remaja adalah
menghimbau para orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak dini.
Agarkan anak untuk memliki rasa empati menghargai orang lain dan menyadarkan sang anak
bahwa dirinya adalah makluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Untuk itu saat melihat teman yang mendapatkan bully hendaklah kita membantunya yaitu
dengen beberapa cara dibawah ini
Saat melihat teman kita di-bully, hadapi dulu masalah ini dengan sendiri. Anggap ini
sebagai masalah kita juga. Jangan khawatir takut dengan anggapan sok pahlawan dari
komentar orang lain. Ingat, apapun bentuk perilaku bully itu salah. Dengan ikut menganggap
ini sebagai masalah kita, kita bisa katif mengurangi perilaku bully di sekolah.
Saat ikut menolong sahabat di-bully, bisa jadi keselamatan kita ikut terancam.
Makanya, kita butuh dukungan orang lain buat melindungi kita dan teman kita yang di-bully.
Kita bisa melaporkan perbuatan ini ke guru atau orangtua kita. Supaya pelaku enggak akan
menyerang kita atau melakukan tindak kekerasan yang bisa membahayakan keselamatan kita
dan teman.
Tindakan kita saat melihat teman kita di-bully kakak kelas, tentu butuh keberanian
besar. Tapi bukan artinya kita harus menyerang mereka kembali dengan kekerasan. Kita bisa
menolong mereka saat di-bully misalnya, melaporkan langsung ke guru supaya cepat diatasi.
Atau kita bisa menegur saat melihat adik kelas di-bully sahabat. Enggak selamanya bully bisa
diatasi dengan sikap agresif. Supaya terselesaikan dengan baik, kita harus bisa mencari solusi
menyelesaikannya dengan bijak.
Cara meleraikannya :
1. Melerai
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah melerai 2 orang tersebut. Setidaknya
mereka terpisah dan tidak lagi melakukan adu fisik. Hal ini untuk menjaga agar tidak ada
korban luka yang parah atau bahkan korban jiwa. Hal ini karena seseorang yang sedang
dilanda amarah bisa berbuat tanpa menggunakan akal sehatnya.
Jika kita tidak bisa melerai mereka sendirian, maka mintalah bantuan pada orang lain.
Pastikan pertengkaran tersebut telah berhenti dan masing-masing sudah tidak memiliki
keinginan untuk saling baku hantam lagi.
2. Menasehati
Setelah pertengkaran berhasil dilerai, maka kita bisa ikut menasehati mereka berdua.
Sampaikan bahwa menyelasaikan masalah dengan kekerasan bukanlah tindakan yang tepat,
justru akan menimbulkan masalah baru. Namun ketika menasehati, jangan berikan kesan
bahwa kita sedang menggurui, jangan hanya berbicara saja tapi juga dengarkan keluh kesah
mereka.
4. Jangan Memanas-manasi
Dalam menyikapi teman yang bertengkar, kita harus mendinginkan perasaan mereka
agar amarah bisa mereda. Misalnya dengan mengajak melakukan aktifitas lain atau
membicarakan hal yang menyenangkan. Jangan memanas-manasi mereka, misalnya dengan
menceritakan keburukan pihak yang lain. Hal tersebut akan membuat masalah semakin
berlarut-larut.
Demikian 4 tips yang bisa kita lakukan untuk menyikapi dua teman yang sedang bertengkar.
Jadilah penengah yang baik.
Memasuki usia dewasa, tiap orang perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi
beragam masalah, salah satunya dalam hubungan pertemanan. Memiliki konflik dengan
teman karena satu dan lain hal merupakan hal yang biasa terjadi. Rasa kecewa, sedih, kesal,
marah, hingga senang yang justru akan memperkuat pertemanan. Pasalnya, semua emosi
tersebut adalah milik Anda sendiri sehingga dapat dengan mudah dikendalikan. Yang sulit
adalah saat dua di antara sahabat Anda bertengkar. Sebagai orang yang tidak terlibat konflik,
Anda mungkin berpikir tindakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk membuat hubungan
mereka membaik. Apakah harus menjadi penengah atau mendiamkan mereka saja? Sebelum
keadaan semakin buruk, segera ambil tindakan melalui tips berikut ini.
1. Jangan memihak
Saat dua teman berselisih, secara tidak sadar, Anda tengah menjadi mediator yang
menghubungkan komunikasi keduanya. Tentu merupakan tindakan yang baik jika Anda
melakukannya. Namun, hal yang harus diingat, jangan biarkan salah satu dari mereka
berperan sebagai 'wasit' di mana Anda dipaksa dipaksa untuk menimbang siapa yang benar
dan siapa yang salah, ungkap psikolog bernama Marie Land. Jika salah satu dari mereka
mulai berbicara seolah-olah meminta Anda berada di pihaknya, katakanlah sesuatu seperti,
"Kalau membicarakan si A dengan Anda rasanya kurang nyaman, deh. Saya harap kalian bisa
membicarakannya bersama tanpa melalui saya untuk memperbaiki masalah."
Circle pertemanan Anda dan dari masing-masing kedua sahabat itu penting dan saling
mempengaruhi. Ketika berada di tengah kondisi di mana kedua teman bertengkar, hal ini
penting karena pada akhirnya Anda akan berurusan dengan orang dewasa yang menentukan
bagaimana dan dengan siapa mereka lebih banyak menghabiskan waktu. Menurut Andrea
Bonior, seorang psikolog dan pembawa acara Baggage Check di The Washington Post,
"Bukan tugas Anda mengurusi masalah orang lain. Meskipun akan sangat menyebalkan
memiliki dua teman yang bertengkar, namun ingatlah bahwa semakin membuat semuanya
tentang Anda, maka akan semakin sengsara."
Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan kata senioritas. Bagi yang belum tau
senioritas adalah keadaan atau tingkatan lebih tinggi dalam segi usia, pangkat maupun
pengalaman. Hal ini kerap terjadi diberbagai tempat sekolah,kampus,dan kantor. Senioritas
lebih terkenal dalam bidang Pendidikan. Senioritas di SMA yang saya alami sendiri menjadi
bukti kalau senioritas di SMA itu sudah seperti tradisi dibeberapa sekolah. Saat memasuki
SMA sebenarnya saya sudah tidak asing dengan senioritas, karena dari SMP juga sudah ada
yang namanya senioritas, tetapi saat memasuki SMA ternyata tidak seperti yang saya
pikirkan kita diberi tau apa saja larangan larangan lain selain larangan dari pihak sekolah,
salah satunya, tidak boleh mengurai rambut, ada toilet khusus yang tidak boleh dipakai, dan
juga harus menyapa kakak kelas saat bertemu.
Tentunya tidak hanya larangan yang diberi tahu, kita juga diberi tahu tentang
konsekuensi apabila kita melanggar hal hal yang sudah diberi tahu. Saat di sekolah, saya
pribadi berusaha sebisa mungkin tidak melanggar 'peraturan' itu, karena saya takut akan
konsekuensi yang ada. Terlebih lagi saya mendengar cerita teman saya yang dipanggil oleh
kakak kelas, sehabis dipanggil dia menangis, saya pribadi kasihan dengan teman saya. Saya
seperti yang saya bilang diatas tadi senioritas sudah seperti tradisi di beberapa sekolah,
kenapa? Karena yang dijadikan korban atau para junior memiliki rasa ingin balas dendam
juga calon juniornya nanti, apabila sudah menjadi senior kelak akan melakukan hal yang
sama
Awal mula tujuan dari senioritas adalah untuk membentuk dan mendidik mahasiswa baru
atau junior agar dapat menjadi lebih baik dalam memegang setiap tanggung jawab mereka
dan juga untuk membuat satu angkatan lebih solid.
Dalam dunia sekolah, senioritas dilakukan oleh murid yang tingkat kelas-nya lebih tinggi
(Senior) kepada para Menurut KBBI, senioritas adalah keadaan yang lebih tinggi dalam
pangkat, pengalaman, dan usia. murid yang tingkat kelas-nya lebih rendah (Junior) dengan
cara menekan para junior tersebut sesuai keinginannya.
Senioritas sendiri secara gramatikal memiliki makna prioritas atau tingkatan yang diperoleh
dari umur, pengalaman atau lamanya pekerjaan. Budaya senioritas dimiliki oleh orang-orang
yang memiliki pola pikir bahwa ada tingkatan perihal senior dan junior dalam sebuah
lingkungan dan menjadikan itu perbedaan.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
12
d. Apa yang kita lakukam bila ada teman yang sedang berkelahi
- Memisahkan dan menenangkan teman yang sedang berkelahi mendengarkan
argumen dari sudut pandang kedua pihak tanpa memihak di salah satunya.
- Melerainya dan menenangkan salah satu dari mereka agar tidak berkepanjangan
kelahinya.
- Tentunya jika ada yang berkelahi sebaiknya kita melarangnya biarkan mereka
istirahatkan pikiran mereka masing-masing setelah mereka sudah tenang baru
mereka bicara baik-baik ataupun juga depan bantuan orang ketiga (mediasi).
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Lingkungan pergaulan remaja sangat berpengaruh bagi para remaja
dalam pola tingkah lakunya termasuk dalam memilih pergaulan yang tidak
berorientasi kepada perilaku negatif seperti merokok, minuman keras, narkotika,
tawuran termasuk salah satunya yaitu dalam hal berpacaran. Dari factor
pergaulan remaja tersebut maka secara tidak langsung membuat remaja
lain muncul rasa penasaran, rasa ingin tentang hal-hal apa yang terjadi
dalam lingkung pergaulan remaja. Perilaku pergaulan bebas di kalangan
remaja dikarenakan kurangnya kontrol diri sendiri, mereka cenderung
mencari kesenangan sendiri tanpa menghiraukan nasehat orang tua.
Peran orang tua ataupun para pendidik yang ada disekolah sangat
diperlukan untuk menanamkan dalam diri remaja tentang nilai-nilai pendidikan
agama, moral, dan etika dalam keluarga. Kerjasama guru, orang tua dan
masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai tersebut sangat diperlukan agar
mudah diserap oleh remaja. Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya
kemampuan intelektual, tetapi juga mengembangkan kemauan emosional agar dapat
mengembangkan rasa percaya diri, mengembangkan keterampilan mengambil
keputusan yang baik dan tepat, mengembangkan rasa harga diri, dan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi.