Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG PERGAULAN BEBAS PADA REMAJA

Disusun guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Hukum
DOSEN PENGAMPU : NURUZZAMAN, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

Fiki Bangkit Prabowo (20.74201.023)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pergaulan bebas pada remaja” tepat waktu.

Makalah “Pergaulan bebas pada remaja” disusun guna memenuhi tugas Bapak
Nuruzzaman, S.H., M.H.. pada mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum di Universitas
Nahdlatul Ulama Surakarta. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentangMetodologi Penelitian Hukum.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Nuruzzaman,


S.H., M.H.. selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 16 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Pergaulan Bebas.........................................................................3
2.2 Pengertian Remaja.......................................................................................3
2.3 Ciri-Ciri Fisik dan Psikologis......................................................................4
2.4 Pergaulan Bebas...........................................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
3.2 Saran dan Kritik...........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk salah satu bentuk perilku menyimpang yang
mana “Bebas” yang dimaksud adalah melewati batas batas norma ketimuran yang ada.
Mesalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik dilingkungan maupu dari media
masa. Remaja adalah individu labil yang emosionalnya sangat rentan pengetahuan yang
minim dan ajakan teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi
generasi muda dalam kemajuan zaman.

Pergaulan Bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makluk sosial yang dalam
kesehariannya membutuhkan orang lain dan hubungan antar manusia melalui suatu
pergaulan ( interpersonal relationship).

Pergaulan adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap
manusia tidak boleh bibatasi dalam pergaulan, apalagi melakukan diskriminasi, sebab hal
itu melanggar HAM. Jadi perhgaulan manusia hendaknya bebas, tetapi tetap mematui
norma, hukum,norma agama,Budaya,serta norma bermasyarakat, jadi klo secara medis
kalau pergaulan bebas namun tidak teratur terbatasi aturan aturan dan norma norma hidup
manusia tentunya tidak menimbulkan akses akses seperti saat ini.

Remaja adalah generasi penerus yang akan membangun bangsa kearah yang lebih
baik yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat
menguntungkan diri sendiri,keluarga,dan lingkungan sekitar. Maka dari itu remaja
tersebut harus mendapatkan perhatian khusus,baik oleh dirinya sendiri,orang tua,dan
masyarakat sekitar.

1
Banyak kita basa di media massa maupun kita lihat di media elektronik adanya
remaja yang berprestasi juga ada remaja yang melakukan tindakan atau perbuatan yang
merugikan dirinya sendiri,keluarga dan masyarakat sekitar.

Pada makalah ini kami akan mencoba membahas cara mengatasi pergaulan bebas
terhadap remaja.

1.2 Pembatasan Masalah

Kesempatan ini kami hanya akan membatasi pengaruh media massa,media elektronik
terhadap pergaulan remaja. Media massa (cetak) perlunya remaja membaca hal-hal yang
positif.Dan media elekronik,tayangan-tayangan di televisi yang dapat merusak aqidah dan
moral remaja tidak layak untuk ditonton oleh para remaja missal tayangan yang berbau
misteri dan film-film yang berbau alam gaib.

1.3 Tujuan

Makalah ini kami buat dengan bertujuan agar remaja-remaja masa kini terarah
pergaulanny yaitu dengan melakukan kegiatan yang positif yang berguna untuk dirinya
sendiri,keluarga,dan masyarakat sekitar.

Dan supaya agar remaja tidak terjebak di dalam pergaulan bebas.Maka dari itu perlu
kiranya remaja membentengi diri denan iman yang kuat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” (Dunia Gemerlap),
yang sudah menjadi rahasia umum bahwa didalamnya marak sekali pemakaian Narkoba,
ini identik dsekali dengan seks bebas yang akhirnya berujung pada HIV /AIDS dan
pastinya setelah terkena Virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari
segala segi

Pergaulan remaja saat ini menjadi sorotan utama, karena pada masa sekarang
pergaulan remaja sangat mengawatirkan dikarenakan perkembangan arus remajanya pada
saat ini sangant mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini
akan dibawa, baik buruknya bangsa ini sangat bergantung pada generasi muda.

2.2 Pengertian Remaja

Kehidupan yang kita alami,mungkin salah satu tahap yang paling tak terlupakan
adalah masa remaja,karma tampaknya tidak ada fase lain banyak dipenuhi dengan
pengalaman tentang patah hati,konflik batin,dan kesalah pahaman selain masa remaja.
Kita masih dapat mengingat antara rasa sakit dan kebahagiaan bercampur menjadi satu
yang kita alami saat remaja.Kita tetap menyimpan kenangan betapa kita disalahpahami,
betapa kita begitu sering dan cepat berubah-rubah,betapa kita begitu mengharapkan
penerimaan,dan betapa kita begitu merasakan kesepian dan kesendirian.

Kadang kita juga merasa mengapa tidak ada orang yang mau mengerti tentang
kita.Kita merasa heran bagaimana semua ini dimulai dan darimana.Semua ini terjadi pada
masa remaja,saat yang penuh gejolak dan keinginan,tetapi tidak jarang mengakibatkan
begitu banyak persoalan jika tidak disikapi secara arif dan bijak.

3
Remaja seing diidenntikan dengan usia belasan tahun sehingga dalam bahasa inggris
”remaja” juga disebut dengan istilah “Teenager”,selain kata adolescent.Akan tetapi
remaja tidak hanya dapat diidentifikasi berdasarkan usia,tetapi juga bisa ditelisik dari
kehidupan yang penuh dengan keceriaan,warna-warni,dan permulaan usia mengenal
lawan jenis.

Selain itu,di usia remaja kita juga biasanya mulai bertemu dengan nilai-nilai dan
norma-norma baru yang berbeda dengan nilai dan norma yang selama ini kita kenal.Pada
masa remaja juga kita pada umumnya mulai merasakan kegelisahan dalam hubungan kita
dengan orang tua dan teman-teman sebaya;kita ingin menunjukkan kemandirian kita di
satu sisi,teapi di sisi lain kita belum dapat melepaskan diri sepenuhnya dari pengawasan
dan ketergantungan kita dari orang tua.

2.3 Ciri-Ciri Fisik dan Psikologis

Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap
perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama, sembilan
tahun kedua dan sembilan tahun ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita
dapat disebut sebagai masa kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya
bergantung pada perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari
persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai, pilihan sekolah, dan teman hamper semuanya
di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai
dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik yg sangat cepat: mulai dari belajar
telungkup, merangkak, berjalan, berbicara, dan berpikir. Usia remaja berada pada
perkembangan psikologis kedua dan sembilan tahun kedua setelah kita melewati masa
kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai diajari tantang kemandirian dan bagaimana
membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik umum dari
pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap;
pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-
perubahan menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami

4
perubahan hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian
tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan.

Pada tingkat usia ini system peredaran darah, pencernaan dan pernapasan sudah
berfungsi secara lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru kita
sudah hampir berkembang secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa. Tekanan
darah meningkat menjadi sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa. Otak dan
urat syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa pada usia 10 tahun,
tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan perkembangan mental belum sempurna
dan terus berlanjut selama beberapa tahun kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah
mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah berkembang secara maksimal.

Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum
memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-
kanakan atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih
kanak-kanak hamper sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau
wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya
mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita
juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk membebaskan diri meskipun
kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak
langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah
“salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-
pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-
derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk menemukan diri kita. Ketergugahan dan
keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan menjembatani antara masa kanak-kanak
dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan secara
lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik untuk menghadapi masa
remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga
dengan kewajiban-kewajiban dan kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah
kehidupan baru yg lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak
hanya memiliki sedikit peran dan pengaruh.

5
Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah
“puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-
lakian dan menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan
ditandai oleh kematangan fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg
berarti rambut-rambut kemaluan, yg menandakan kematangan fisik. Dengan demikian,
masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan
fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat
perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses kematangn jenis kelamin.
Terlihat pula adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita
dalam lingkungan social, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh
kepada orangtua, pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru.

Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut
sebagai adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan
pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg
terjadi di dalamnya. Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-
perubahan yg dianggap penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase
kehidupan, dengan terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr
tercakup dalam aspek kognitif seseorang. Tokoh lain, Ana Freud, menggambarkan masa
adolesensia sebagai suatu proses perkembangan yg meliputi perubahan-perubahan
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita
dengan orangtua dan cita-cita. F. Neidhart juga melihat masa adolesensia sebagai masa
peralihan ditintau dari kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke
kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.

Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas


dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan
dengan penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah
mengalami perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.

Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja”


dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja

6
merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia
12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa
peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan umurnya.
Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya
perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11
tahun atau mungkin 12 tahun pada anak permpuan sedangkan pada anak laki-
lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun. 2.3 Mengenali Kebutuhan-kebutuhan
[ Psikologis ] Remaja

Konsepsi “ kebutuhan pada hakikatnya lrbih berkaitan dengan implikasi-implikasi


social dari pada sekedar sebuah penggambaran tentang perilaku manusia berkaitan
dengan insting-insting yg dimilikinya. Insting, berdasarkan definisinya, merupakan
sebuah atribut bagi seseorang individu. Kebutuhan mengisyaratkan kerjasama
( cooperation ) kelompok untuk dapat memenuhinya. Ia mengarahkan perhatian dari
individu kepada masyarakatnya dengan cara-cara yg, jika diperlukan, mungkun
digunakan oleh suatu kelompok untuk memodifikasi metodo-metodenya dengan harapan
mendapatkan pelbagai perubahan yg dihasilkan dalam reaksi seorang individu.

Pelbagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama ini telah di kompilasikan dari
kebutuhan-kebutuhan psikologis mendasar. Salah satu penjelasan paling awal mengenai
kebutuhan-kebutuhan remaja adalah bahwa pada mas remaja pada umumnya kita
merindukan pengalaman baru, rasa aman, resons, dan pengakuan. Di usia ini kita
seringkali merasa bahwa rumah tempat kita tinggal telah memberi kita monotomi [bukan
otonomi], rasa tidak aman dan penolakan. Penyimpangan yg kita lakukan kadang-kadang
dapat digambarkan sebagai upaya yg salah arah untuk menenukan kepuasan atau
pemenuhan atas keinginan-keinginan kita yg paling fundamental. Salah satu kebutuhan
psikologis kita yg paling penting dan juga kebutuhan seluruh manusi adalah peneromaan
oleh kelompoksosial di sekitarnya. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan kasih saying
dalam lingkungan dekat dalam rumah, penghormatan di antara teman-teman kita sebaya
dan apresiasi dari orangtua atau guru-guru yg mengajar kita. Kebutuhan ini mengambil
bentuk-bentuk yg berbeda pada tahap-tahap usia yg berbeda dan dalam hubunganya
dengan orang-orang berbeda. Tetapi kebutuhan ini tampaknya muncul dari watak esensial

7
manusia sebagai makhluk social sebagai anggota kelompok sosisal tertentu. Pengalaman
akan penerimaan ini pada masa balita dan kanak-kanak mengarahkan pada rasa aman yg
kemudian membentuk salah satu bahan penting untuk kesehatan mental semangat juang
dari warga sipil atau tentara yg karena diperkuat oleh perasaan ini, mampu menghadapi
pelbagai kesulitan dan kekecewaan tanpa kecemasan yg berlebihan. Hilanhnya perasaan
ini pada umumnya akn diikuti oleh rsa tertekan yg kemudian dapat memeunculkan
penyimpangan dan disharmoni mental. Anak-anak yg ditolak atau tidak diinginkan pada
masa balitanya lebih besar kemungkinanya untuk menjadi nak-anak yg sulit diatur dan
akan menyulitkan para gurunya pada usia sekolah.

Bersamaan dengan kebutuhan ini, manusia pada umumnya juga memiliki kebutuhan
untuk “memberi dan menerima” untuk menunjukan rasa kasih saying, merasakan
penghormatan, mengekspresikan penghargaan Pelbagai studi kasus yg dilakukakn C.M.
Fleming, misalnya, menunjukan efek-efek yg merugikan akibat dihalanginya komplemen
atas penerimaan oleh kelompok sosial ini. Hilangnya rasa ini larangan atas kasih saying
dalam bentuk ekstrem mengarah pada penekana yg berlebihan atas nilai kepuasaan-
kepuasaan pengganti semisal hasrat yg besar akan kekuasaa ataau atas kesenangan.

Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal baru kebutuhan


untuk mengalami “petualangan-petualangan segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan
impuls organisme manusia terhadap pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak
terbatas hanya pada pertumbuhan fisikal semata. Kebutuhan ini tampaknya dirasakan
secara terus-menerus sebagai atribut umat manusia dari kelahiran hingga kematiannya.
Pada masa kanak-kanak, kebutuhan ini ditunjukan sebagai eksplorasi atas ruangan,
rumah, atau jalan. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan ini kemudian meluas hingga
mencakup pengalaman-pengalaman baru di sekolah dan lingkungan; dan, pada masa
remaja atau dewasa, kebutuhan ini secara potensial meluas sampai pada batas-batas
pengetahuan mengenai suku, bangsa atau ras. Penaklukannya dari satu langkah menuju
langkah lainnya ditandai dengan pengalaman akan hasilan pengakuan yg diberikan olah
kelompok, atau individu itu sendiri, pada fakta bahwa sebuah kemenangan baru telah
diraih.

8
Yang sepadan dengan kebutuhan ini adalah kebutuhan akan pemahaman pencarian
jawaban atas pelbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yg sedang terjadi, dan, (dalam
peradabanyg kita kenal dengan baik), dari usia empat atau lima tahun dan seterusnya,
pertanyaan berkaitan dengan mengapa hal-hal itu terjadi seperti sekarang ini. Pertanyaan-
pertanyaan metafisikal seseorang anak kecil secara langsung sejalan dengan pemikiran
keagamaan atau filosofis dari seorang remaja atau dewasa. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut tampaknya diasosiasikan dengan kebutuhan yg selalu hadir dengan mendapatkan
wawasan berkaitan dengan pengalaman yg terus berubah dan kesalingterkaitan yg juga
terus bergeser daru umat manusia sebagai makhluk sosial dalam pelbagai kelompok
sosial dimana anak itu merupakan salah seorang anggotanya.

Kebutuhan lain yg melengkapi kebutuhan akan petualangan dan pemahaman ini


adalah kebutuhan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam jenis tertentu untuk
memberi sumbangan secara progresif melalui tindakan tertentu bagi kesejahteraan
kelompok. Seorang anak kecil yg berbahagia dalam kehidupan keluarganya pada
umumnya dapat dilibatkan untuk melakukan kerjasama aktif dalam kehidupan keluarga.
Seorang anak kecil sebaiknya diizinkan untuk berbagi “tugas-tugas ringan” dengan ibu
atau ayahnya, maupun dengan saudara-saudaranya. Hal ini dimaksudkan untuk memupuk
rasa percaya diri dan tanggung jawab pada si anak agar si anak merasa aman dan nyaman
di rumahnya sendiri. Kebutuhan-kebutuhan yg kita miliki sebagai remaja mempunyai
keterkaitan satu sama lain yg tidak dapat dipisahkan.

2.4 Pergaulan Bebas

Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang kita terlibat dalam
pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh dilakukan, asal dilakukan atas
dasar suka sama suka. Tidak ada lagi pertimbangan tentang sebab dan akibat. Tidak ada
lagi pertimbangan berdasarkan hati nurani dan akal sehat. Dengan dalih cinta, apa pun
akan dilakukan. Biasanya kita baru merasa sadar ketika efek atau akibat dari pergaulan
bebas tersebut membawa dampak yg negative semisal kehamilan di luar nikah, perasaan
minder akibat kita merasa tidak seperti remaja-remaja lain yg masih “bersih”.

9
Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk diketahui dengan
pasti akibat belum adanya statistik mengenai kehamilan remaja belum menikah, akan
tetapi, dari pelbagai berita di media massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil
penelitian mengenai kehamilan di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian tersebut,
menunjukan kecenderungan bahwa kehamilan remaja di luar nikah cenderung selalu
meningkat dari tahu ke tahun.

Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil penelitian yg


menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling
remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai kasus yg mereka tangani pada tahun
1990 dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg hamil sebelum nikah. Penalitian di
Manado yg dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang
meminta induksi haid ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah (71,3%)
mengalami kehamilan yg tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut,
291 responden (28,8%) berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun.

Penelitian lain yg dikutip Khisbiyah adalah penelitian yg dilakukan Widyantoro pada


tahun 1989 di Jakarta dan Bali. Widyantoro menemukan 405 kasus kehamilan tak
dikehendaki yg terkumpul di klinik WKBT di dua kota tersebut selama satu tahun. Dari
data yg terkumpul terungkap bahwa 95 persen kehamialn adalah kehamilan pada remaja
berusia 15-25 tahun. Dari segi pendidikan, 47 persen remaja tersebut duduk di tingkat
SLTP dan SLTA. Selanjutnya Khisbiyah melaporkan bahwa data dari klinik dan praktik
dokter di sekitar kabupaten Magelang diduga ada sekitar 1456 kasus kehamilan remaja
dalam setahun. Tentu saja kasus yg terjadi sebenarnya berbeda dari laporan penelitian
tersebut. Boleh jadi angkanya jauh lebih besar mengingat ada sebagian kasus yg luput
dari penelitian atau tidak terdektesi oleh klinik atau dokter setempat karena mereka dating
ke “tempat lain” untuk melakukan “pengobatan”.

Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan mencari
penangan atas masalah tersebut secara lebih serius dan komprehensif. Kehamilan remaja
di luar nikah tidak hanya membawa dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi
anak yg di kandungnya. Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun

10
akan mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si remaja maupun
keluarganya. Rasa malu pada tetangga dan teman-teman merupakan penderitaan batin
tersendiri yg harus ditanggung si remaja dan keluarganya. Meskipun ada sebagian orang
yg tidak malu dengan kehamilannya di luar nikah.

Dalam islam, jelas sekali Al-Qur’an melarang perzinahan karena dampak buruk yg
diakibatkannya. Ayat-ayat yg melarang zina antara lain adalah,

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah Suatu perbuatan
yang keji dan jalan yang sangat buru (Al-Isra’:32).

Dan terhadap wanita-wanita yg mengerjakan perbuatan keji (zina), Hendaklah ada


empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksi-Kannya). Kemudian apabila mereka
telah memberikan persaksian, Maka kurunglah wanita-wanita itu dalam rumah sampai
menemui Ajalnya, atau sampai Allah memberikan jalan yg lain kepada mereka (An-
Nisa’:15).

Meskipun persoalan tafsir dan pemahaman atas ayat tersebut masih dapat
diperdebatkan, tetapi yg jelas zina zina memberikan dampak buruk dan perbuatan yg
tidak layak dilakukan. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yg dapat ditimbulkan
dari kehamilan di usia remaja, utamanya yg menyakut perkenbangan bayi yg akan
dilahirkan sebagai manusia.

# Perkembangan Kognitif

Aspek kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan. Kecerdasan kita
terdiri atas beberapa aspek yg salah satunya adalah kemampuan berbahasa dan menalar.
Perkembangan kognitif kita dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, anara lain perawatan
kesehatan, keadaan gizi, dan stimulasi mental yg diberikan oleh lingkungan, terutama
kedua orangtua. Selain itu, kondisi sosial dan eoknomi serta kematangan psikologis
kedua orangtua kita pun ikut berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan
kognitif kita.

11
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di Amerika, misalnya, anak yg dilahirkan oleh ibu-
ibu remaja rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yg lebuh rendah dibandingkan dengan
anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu yg usianya lebuh dewasa (lihat Baldwin & Cain, 1978).
Perkembangan bahasa dan penalaran anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remajaumumnya
jauh lebuh terbelakang dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu-ibu yg usianya
lebih dewasa.

Menurut sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan Suroso (1995),
rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak tersebut disebabkan oleh si ibu yg belum
mampu memberikan stimulasi mental yg baik pada anak-anak mereka. Hal ini, antara lain
disebabkan ibu-ibu yg masih remaja ini belum memiliki kesiapan untuk menjadi seorang
ibu. Perkembangan bahasa seorang anak sangat banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara
kedua orngtuanya berbicara kepada si anak. Aspek-aspek kecerdasan lainnya akan
berkembang jika kedua orangtua dan lingkungannya dapat memberikan permainan atau
stimulasi mental dengan baik. Orangtua yg masih remaja pada umumnya kurang mampu
memberikan stimulasi mental semacam ini.

Mengingat kecerdasan memiliki peran yg sangat penting dalam keberhasilan di bidang


akademik maupun karier, maka rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak yg lahir dari
ibu-ibu remaja di luar nikah ini boleh jadi akan mengakibatkan kesulitan hidup bagi si
anak itu kelak.

# Perkembangan Sosial dan Emosinal

Meskipun penelitian mengenai dampak kehamilan ibu remaja diluar nikah terhadap
perkembangan sosial dan emosinal anaknya belum menunjukan hasil-hasil yg konsisten;
tetapi cukup banyak penelitian yang menemukan dampak negatif dari kehamilan
semacam ini. Baldwin dan Cain (1981), misalnya, menemukan bahwa anak-anak yg lahir
dari ibu remaja lebih banyak memiliki sifat hiperaktif, rasa bermusuhan yg besar , kurang
mampu mengontrol emosi dan lebih impulsive jika dibandingkan dengan anak-anak yg
lahir dari ibu dewasa.

12
Sifat-sifat negatif seperti di atas sedikit banyak akan mempengaruhi proses
penyesuaian diri kita terhadap lingkungannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat.

Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan kognitif kita
(kecerdasan kita) dan kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah. Anak yg tingkat
kecerdasannya rendah biasanya memiliki prestasi kurang (atau bahkan tidak) baik di
sekolah. Selain itu, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di sekolah
memiliki pengaruh yg cukup besar terhadap prestasi belajar anak. Anak yg agresif, suka
menyerang, suka diatur biasanya memiliki prestasi yg kurang baik. Para guru biasanya
tidak menyukai anak-anak hiperaktif, nakal, dan suka mengganggu teman-temannya.

Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg bernama Ari,
anak berusia sembilan tahun, yg memiliki masalah yg berkaitan dengan sikap agresif Ari
dan ketelengasannya kepada anak lain. Dalam sebuah perkelahian Ari pernak mendorong
lawannya keluar dari jendeladan pernah menikam lawannya yg lain dengan gunting. Dua
sekolahnya yg dahulu telah menyatakan bahwa Aria tidak dapat dikendalikan dank arena
itu dikeluarkan. Setiap orang yg mengenalnya sependapat bahwa di luar biasa over aktif,
tidak pernah mengasyiki suatui kegiatan apa pun, dikucilkan oleh teman-teman
sebayanya, dan mudah mengamuk bila merasa frustasi. Pola perilaku seperti ini sudah
tampak sejak Ari masih berusia satu tahun, tetapi bersamaan dengan tambahnya usia,
nyata sekali dia menjadi semakin menjadoi pemurung. Sifat lekas marah dan
kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar agaknya terkait dengan suasana rumahnya
yg penyh “badai”, dimana perbantahan menyangkut kebiasaan buruk ayahnya seringkali
tidak terkendalikan dan meningkat menjadi percekcokansecara fisik.

Dalam kasus Ari, jelas sekali perangi atau watak yg ditunjukan orangtua memiliki
pengaru yg besar terhadap perkembangan psikologis seorang anak. Ada sebuah ungkapan
bijak yg menyatakan,”Jika seorang anak dan pujian, dia akan belajar untuk menghormati
orang lain. Jika seorang anak dibesarkan dengan caci maki dan hinaan, dia akan belajar
untuk membenci orang lain”.

13
# Perkembangan Seksual

Mungkin ada pertanyaan yg pernah terbersit dalam benak sebagian kita: Apakah anak
perempuan yg dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah pada saat anak itu menginjak
remaja nanti lebuh memiliki kemungkinan untuk hamil di luar nikah jika dibandingkan
dengan anak-anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu dewasa dalam pernikahan yg sah?
Pertanyaan ini cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya
efek estafet dari kehamilan remaja di luar nikah terhadap generasi penerusnya.

Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya efek estafet itu
memang ada. Anak-anak yg lahir dari ibu remaja memiliki kemungkinan lebih besar
untuk hamil di luar nikah pada usia remaja jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir
dari ibu dewasa dan dalam pernikahan yg sah. Ini memang logis mengingat remaja pada
umumnya belum siap untu menerima kehadiran seorang anak sebagai bagian
darikehidupannya. Ketidaksiapan ini kemudian yg, antara lain, menyebabkan kurangnya
kemampuan orangtua untuk mendidik dan mengasuh anaknya dengan baik dan benar
sehingga risiko untuk terjerumus kedalam hal-hal yg negatif akan lebih besar.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kami kira remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam
pergaulan bebas yang telah merusak aqidah dan moral sebagian remaja di negeri ini

Oleh karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian
remaja,karang taruna,dan kegiatan lainnya.

3.2 Saran dan Kritik

A. Saran
Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah
maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua

B. Kritik

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu
kami sangat membutuhkan kritikan yang membangun dari para pembaca

15
DAFTAR PUSTAKA

Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz


publisher.

16

Anda mungkin juga menyukai