Anda di halaman 1dari 2

Masa remaja adalah masa dimana terjadi perubahan dari anak-anak menuju dewasa.

Pada
masa ini remaja mengalami banyak perubahan seperti perubahan fisik, psikologis, sosial dan
biologis. Berkembangnya fungsi organ reproduksi menjadi penyebab perubahan pada remaja.
Berkembangnya organ reproduksi ditandai dari datangnya menstruasi pada remaja
perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki. Proses ini membuat remaja memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang dapat memengaruhi perilakunya. Salah satunya
adalah seks pranikah. Seks pranikah dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan dan biasanya
sering dilakukan saat remaja berpacaran. Perilaku ini merupakan akibat dari perkembangan
biologis sehingga mendorong hasrat seksualnya.

Di era globalisasi yang semakin meluas ini dampak negatif globalisasi bukan suatu hal yang
mungkin untuk dihindari dengan mudah bagi remaja. Globalisasi memiliki arti mendunia
yang ibaratnya kebebasan. Banyak kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk, sementara
kebudayaan tersebut tidak cocok dengan kebudayaan kita yang ketimuran. Sebagai contoh
kebudayaan seks bebas yang marak terjadi di budaya barat yang tidak cocok dengan
kebudayaan kita serta bertolak belakang dengan Pancasila. Seks bebas adalah salah satu
bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas-batas norma yang ada. Masalah seks bebas
ini sering muncul baik di lingkungan maupun di media massa.

Dalam data SDKI 2017 tercatat 80% wanita dan 84% pria mengaku pernah berpacaran.
Kelompok umur 15-17 merupakan kelompok umur mulai pacaran pertama kali, terdapat 45%
wanita dan 44% pria. Aktifitas yang dilakukan seperti berpegangan tangan 64% wanita, dan
75% pria, berpelukan 17% wanita dan 33% pria, cium bibir 30% wanita dan 50% pria dan
meraba/diraba 5% wanita dan 22% pria. Selain itu dilaporakan 8% pria dan 2% wanita telah
melakukan hubungan seksual. Diantara wanita dan pria yang telah melakukan hubungan
seksual pra nikah 59% wanita dan 74% pria melaporkan mulai berhubungan seksual pertama
kali pada umur 15-19 tahun. Presentase paling tinggi terjadi pada umur 17 tahun sebanyak
19%. Diantara remaja yang telah melakukan hubungan seksual dilaporkan 12% wanita
mengalami kehamilan tidak diinginkan dan 7% dilaporkan pria yang mempunyai dengan
kehamilan tidak diinginkan.
Kondisi tersebut tentu sangat memprihatinkan dan menjadi masalah serius yang masih terus
ditangani. Di era globalisasi ini faktor adanya teknologi memengaruhi perilaku seksual
pranikah. Teknologi membuat remaja dengan mudah mengakses informasi baik meliputi
media cetak, TV, internet, dan media sosial. Adanya teknologi informasi menjadikan remaja
tertarik melakukan aktivitas seks karena dianggap lumrah dan menyenangkan. Sekumpulan
informasi yang salah ini kemudian disalahgunakan sebagai dampak dari minimnya kontrol
diri dan minimnya pengetahuan mengenai seksualitas.
Oleh karena itu dapat dikatakan kecanggihan teknologi dan kemudahan-kemudahan
mengakses teknologi diduga memicu remaja melakukan perilaku seks pranikah. Semakin
terbukanya infromasi maka semakin memengaruhi remaja untuk berperilaku seks pranikah,
sehingga perlu adanya pengawasan atau kebijakan dari orangtua dan lingkungan sekitar untuk
penyesuaian penggunaan akses teknologi, khususnya remaja.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan pengawasan yang rendah dari orangtua dapat
membuat remaja melakukan seks bebas. Dua hal ini menjadi hal utama meskipun banyak hal
yang bisa membuat remaja melakukan seks secara bebas. Remaja yang tinggal di kota besar
memiliki akses informasi yang tinggi. Tanpa pengetahuan dan pengawasan, hal ini tentunya
beresiko tanpa mengetahui lebih dulu ancaman yang dihadapi. Banyak cara untuk membuat
mereka mendapatkan informasi dengan benar untuk masa depan mereka. Melalui sarana
pendidikan baik yang ada di dalam pembelajaran sekolah maupun ekstrakurikuler, menjadi
alternatif bagi remaja untuk mempelajari masalah mendasar kesehatan reproduksi remaja.

Remaja sudah semestinya membutuhkan hadirnya orang lain yang lebih paham untuk
memberikan pendidikan seks, dengan cara tatap muka. Melihat hal ini bisa dinyatakan bahwa
pendidikan seks di Indonesia sejatinya merupakan kebutuhan mendesak. Media diharapkan
mampu menjadi pelepas dahaga akan Pendidikan seks yang sesuai dengan tahapan
perkembangan remaja tanpa meninggalkan nilai budaya dan agama yang dianut serta tetap
memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi remaja.

Generasi muda dewasa ini perlu mengetahui masalah seks sejak dini. Semua pihak, seperti
orang tua, guru, tokoh agama dan masyarakat perlu memahami masalah seks. Harapannya,
yang pertama memberikan keterangan tentang seks adalah orang tua. Orang tua bisa
menjelaskan kepada anak-anaknya. Ini penting untuk menghindari terjadi prilaku seks di luar
kewajaran, seperti kehamilan di luar nikah dan seks bebas. Tentu tindakan seperti itu tidak
sesuai dengan norma-norma adat dan norma-norma agama.

Remaja hidup di dalam dunia coba-coba, keinginan besar untuk mengetahui apa saja, juga
terutama masalah seks. Di sekolah maupun di lingkungan masyarakat pada umumnya
pengenalan reproduksi masih dirasa tabu dan tidak penting. Tabu dan tidak penting menyeret
remaja pada sebuah keadaan mencari informasi dalam aliran deras internet tanpa sadar
terkadang ada arus yang menyeret mereka kedalam hal yang bersifat negatif. Padahal bagi
remaja dan temannya perbincangan mengenai hubungan seks bukan hal yang tabu, sudah
menjadi hal yang biasa. Sekarang dianggap benar dan normal atau paling sedikit di
perbolehkan. Bahkan hubungan seks di luar nikah dianggap benar apabila orang-orang yang
terlibat saling mencintai dan saling terkait.

Kengerian itu seakan tanpa kita sadari sudah muncul di depan pintu rumah kita, atau bahkan
sudah masuk ke dalam kamar remaja kita saat ini. Menguatkan peran orang tua, memilih
media serta mampu menguatkan remaja untuk memilah berita tentunya akan menjadi sebuah
kebutuhan yang wajib kita kembangkan saat ini. Memilah media tentunya akna menempatkan
media sebagai alat yang bermanfaat dalam menguatkan masa depan generasi selanjutnya.
Jangan tabu untuk membahas masalah Kesehatan reproduksi Bersama remaja kita, karena
mereka menunggu kita terbuka, jangan sampai mereka mencari ke tempat sampah dan
menemukan semuanya tanpa tahu mana yang berbahaya. Dampingi mereka Ketika mereka
membutuhkan hadirnya kita, rangkul dan kenalkan media baru yang berguna sehingga
mereka yakin mereka akan menapak masa depan mereka yang lebih baik. Tentunya kita
hanya bisa mewariskan sebuah kebajikan melalui semua perilaku kita saat ini.

Anda mungkin juga menyukai