Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN.

1.1.Latar Belakang Masalah

Masalah pergaulan bebas terhadap remaja Indonesia,tidak lagimenjadi hal yang asing
terdengar pada masyarakat saat ini.Melalui media cetak dan elektronik telah sering peneliti
peroleh fakta-fakta pergaulan bebas yang dilakukan oleh remaja, mulai dari merokok, tawuran,
masuk club malam, menggunakan narkoba,hingga pada tingkat seks bebas yang berakhir pada
aborsi dan menikah di usia dini.

Menurut Dadang Hawari,pengaruh gaya hidup Barat sebagai penyebab utama para
remaja mengabaikan nilai-nilai moral. Mereka menganggap seks bebas sebagai sesuatu yang
wajar. Padahal agama melarang keras seks bebas. Perkembangan teknologi sekarang ini juga
telah banyak memberi pengaruh buruk bagi remaja sehingga menyebabkan terjadinya
kenakalan remaja. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan
dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah.

Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan
tanpa adanya ikatan perkawinan. Berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan
intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual.

Menurut data World Health Organization (WHO), secara global tingkat persalinan remaja
pada tahun 2015 adalah 441 per 1000 remaja perempuan berusia 15-19 tahun.Menurut data
United Nations Population Divisiontahun 2007, sebanyak 592.975.000 penduduk remaja usia
10-19 tahun di dunia diperkirakan 47% telah menjadi seksual aktif. Sebanyak 1,2 miliar
penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun.

Penelitian yang dilakukan di Cina tahun 2009 menunjukkan bahwa 22,4% pemuda berusia
15-24 tahun pernah melakukan hubungan seksual pranikah.Data dari Taiwan Youth
Surveysyang dilakukan padatahun 2004 dan 2007 melaporkan bahwa 22% remaja wanita yang
belum menikah di usia 20 tahun telah melakukan hubungan seks dan lebih dari setengahnya
merupakan remaja seksual aktif tanpa menggunakan kondom.

Sedangkan di Indonesia, remaja (15-24 tahun) yang pernah melakukan hubungan seksual
pranikah di daerah Urban tahun 2007 sebanyak 0,9% perempuan dan 6,4% laki-laki, sedangkan
di daerah Rural sebanyak 1,7% perempuan dan 6,3% laki-laki. Angka tersebut meningkat pada
tahun 2012, sebanyak 0,9% perempuan dan 8,7% laki-laki daerah Urban serta 1,0%
perempuan dan 7,8% laki-laki daerah Rural pernah melakukan hubungan seksual pranikah.

Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan
risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahunnya 50.000 remaja di
seluruh dunia meninggal karena kehamilan dan komplikasi persalinan.

Hasil surveiBadan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)2010


menunjukkan kejadian seks pranikah di Medan merupakan 4 peringkat kedua tertinggi di
Indonesia. Hasil survei menunjukkan kejadian seks pranikah di Surabaya 54%, Medan 52%,
Jabotabek51% danBandung 47%.Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus
penularan penyakit kelamin seperti infeksi seksual menular seperti trikomoniasis, klamida, sifilisatau
gonoredan HIV/ AIDSyang cenderung berkembang di Indonesia.
Banyak remaja yang terjerumus dalam perilaku seksual yang tidak sehat disebabkan
kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehat. Pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi masih sangat rendah dibuktikan 83,7% remaja kurang memahami
kesehatan reproduksi dan hanya 3,6% yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi.
Terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sering kali mengarah pada
perilaku seksual yang tidak sehat, dan perilaku seksual yang tidak sehat disebabkan oleh
banyak faktor.

Sekolah sebagai lingkungan sekunder setelah keluarga merupakan tempat yang efektif
untuk pendidikan seks bebas bagi remaja yang umumnya masih berstatus sebagai pelajar dan
mempunyai peranan yang cukup besar di dalam pelaksanaan program penyuluhan seks bebas
pada remaja, karena pendidikan tentang seks bebas pada remaja belum masuk di kurikulum
mata pelajaran Sekolah Menegah Atas(SMA) Negeri mau pun Swasta. Mata pelajaran biologi
yang mencakup organ tubuh manusia yang anak didik dapatkan di sekolah-sekolah tidak
menerangkan secara luas tumbuh kembang remaja pada saat diSekolah Menengah Atas(SMA).

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh media massa,media elektronik terhadap pergaulan remaja dan


pengetahuan akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi?

1.3. Tujuan

Makalah ini dibuat dengan bertujuan agar remaja-remaja masa kini terarah pergaulanny
yaitu dengan melakukan kegiatan yang positif yang berguna untuk dirinya sendiri,keluarga,dan
masyarakat sekitar.Dan supaya agar remaja tidak terjebak di dalam pergaulan bebas.Maka dari itu
perlu kiranya remaja membentengi diri denan iman yang kuat dan pengetahuan akan pentingnya
menjaga kesehatan reproduksi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian pergaulan bebas

Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” ( Dunia Gemerlap ), yang
sudah menjadi rahasia umum bahwa didalamnya marak sekali pemakaian Narkoba, ini identik
dsekali dengan sek bebas yang akhirnya berujung pada HIV /AIDS dan pastinya setelah terkena
Virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi.

Pergaulan remaja saat ini menjadi sorotan utama, karena pada masa sekarang pergaulan remaja
sangat mengawatirkan dikarenakan perkembangan arus remajanya pada saat ini sangant
mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya
bangsa ini sangat bergantung pada generasi muda.

2.2 Pengertian Remaja


Kehidupan yang kita alami,mungkin salah satu tahap yang paling tak terlupakan adalah masa
remaja,karma tampaknya tidak ada fase lain banyak dipenuhi dengan pengalaman tentang patah
hati,konflik batin,dan kesalahpahaman selain masa remaja. Kita masih dapat mengingat antara rasa
sakit dan kebahagiaan bercampur menjadi satu yang kita alami saat remaja.Kita tetap menyimpan
kenangan betapa kita disalahpahami, betapa kita begitu sering dan cepat berubah-rubah,betapa kita
begitu mengharapkan penerimaan,dan betapa kita begitu merasakan kesepian dan kesendirian.

Kadang kita juga merasa mengapa tidak ada orang yang mau mengerti tentang kita.Kita
merasa heran bagaimana semua ini dimulai dan darimana.Semua ini terjadi pada masa remaja,saat
yang penuh gejolak dan keinginan,tetapi tidak jarang mengakibatkan begitu banyak persoalan jika
tidak disikapi secara arif dan bijak.

Remaja seing diidenntikan dengan usia belasan tahun sehingga dalam bahasa inggris ”remaja”
juga disebut dengan istilah “Teenager”,selain kata adolescent.Akan tetapi remaja tidak hanya dapat
diidentifikasi berdasarkan usia,tetapi juga bisa ditelisik dari kehidupan yang penuh dengan
keceriaan,warna-warni,dan permulaan usia mengenal lawan jenis.

Selain itu,di usia remaja kita juga biasanya mulai bertemu dengan nilai-nilai dan norma-
norma baru yang berbeda dengan nilai dan norma yang selama ini kita kenal.Pada masa remaja juga
kita pada umumnya mulai merasakan kegelisahan dalam hubungan kita dengan orang tua dan
teman-teman sebaya;kita ingin menunjukkan kemandirian kita di satu sisi,teapi di sisi lain kita belum
dapat melepaskan diri sepenuhnya dari pengawasan dan ketergantungan kita dari orang tua.

2.3 Pergaulan Bebas

Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang kita terlibat dalam
pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh dilakukan, asal dilakukan atas dasar suka
sama suka. Tidak ada lagi pertimbangan tentang sebab dan akibat. Tidak ada lagi pertimbangan
berdasarkan hati nurani dan akal sehat. Dengan dalih cinta, apa pun akan dilakukan. Biasanya kita
baru merasa sadar ketika efek atau akibat dari pergaulan bebas tersebut membawa dampak yg
negative semisal kehamilan di luar nikah, perasaan minder akibat kita merasa tidak seperti remaja-
remaja lain yg masih “bersih”.

Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk diketahui dengan pasti
akibat belum adanya statistik mengenai kehamilan remaja belum menikah, akan tetapi, dari pelbagai
berita di media massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil penelitian mengenai kehamilan
di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian tersebut, menunjukan kecenderungan bahwa
kehamilan remaja di luar nikah cenderung selalu meningkat dari tahu ke tahun.

2.4 Penyebab remaja melakukan Seks

Salah satu penyebab pendorong bagi remaja melakukan perilaku seks adalah akibat dampak
dari media internet yang banyak menyajikan perilaku, gambar, film porno dan cyber sex.

Perilaku seks bebas dalam kategori tinggi yaitu melakukan hubungan kelamin (bersetubuh).
Hal ini dikarenakan subyek merasa terlanjur sayang dan terlanjur cinta serta kedua subyek ini
merasa yakin bahwa pasangan seksnya sekarang ini akan menjadi pendamping hidupnya kelak.
Bahakan dlam melakukan hubungan seks kedua subyek merasa tidak ada katapenyesalan dalam
melakukanya bahkan tidak ada rasa takut bila terjadi kehamilan.
2.5 Pentingnya pengetahuan tentang menjaga kesehatan reproduksi

Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting, terutama pada remaja.
Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik menjaga kebersihan,
yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang.

Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam menghasilkan kembali
keturunan. Karena definisi yang terlalu umum tersebut, seringnya reproduksi hanya dianggap
sebatas masalah seksual atau hubungan intim. Alhasih, banyak orang tua yang merasa tidak nyaman
untuk membicarakan masalah tersebut pada remaja. Padahal, kesehatan reproduksi, terutama pada
remaja merupakan kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi nyatanya bisa memicu
terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu hal yang sering terjadi karena kurangnya sosialiasi
dan edukasi adalah penyakit seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat
pada hilangnya nyawa remaja.

Nyatanya peran orangtua merupakan satu hal yang penting dalam edukasi seksual pada
remaja. Apalagi saat ini masih belum banyak orang yang peduli terhadap risiko-risiko yang bisa
menyerang remaja “salah pergaulan” tersebut. Mulai dari ancaman HIV/AIDS, angka kematian ibu
yang meningkat karena melahirkan di usia muda, hingga kematian remaja perempuan karena nekat
mengambil tindakan aborsi.

Pada dasarnya, remaja perlu memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi. Tak
hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi yang benar terhadap
pembahasan ini juga bisa menghindari remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi, serta cara menjaga
kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab. Terutama mengenai
proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan hal yang dapat merugikan.

Lantas pengetahuan dasar apa saja yang perlu diketahui remaja?

 Pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi. Usahakanlah


untuk menyampaikan informasi sesuai dengan usia dan kesiapan anak. Tapi
sebaiknya hindari penggunaan istila-istilah tertentu yang malah bisa mengaburkan
makna dan membuat anak tidak mengenal dengan pasti masalah reproduksi.
 Risiko penyakit. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan dan disampaikan
pada remaja yang sudah beranjak dewasa. Dengan mengetahui risiko yang
mungkin terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga
kesehatan reproduksi.
 Kekerasan seksual dan cara meghindarinya. Remaja perlu dikenalkan dengan hak-
hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan tentang
kekerasana seksual yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara
mencegahnya terjadi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari analisis ini adalah tekhnologi saat ini tidak selalu berdampak positif bagi
remaja.Karena masih banyak remaja yang menyalahgunakan tekhnologi yang mendorong remaja
melakukan perilaku seks adalah akibat dampak dari media internet yang banyak menyajikan
perilaku, gambar, film porno dan cyber sex.

Remaja juga perlu mengetahui edukasi reproduksi sejak dini dengan bimbingan orangtua
dan guru juga disekolah. Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi, serta cara
menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab. Terutama
mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan hal yang dapat
merugikan.

3.2 Saran dan Kritik

A. Saran

Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah
maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua

B. Kritik

Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritikan yang membangun dari para pembaca.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

https://kulonprogokab.go.id/v31/detil/5256/pergaulan-bebas-pada-kehidupan-remaja-saat-ini

https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-pengetahuan-kesehatan-reproduksi-bagi-remaja

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/865

Anda mungkin juga menyukai