Anda di halaman 1dari 3

3

Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan
eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan Iisik dan mentalnya.

Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak
rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara eIektiI dan kreatiI dalam
berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.
c.Pentingnya Pendidikan Seks di Kalangan Remaja
Pendidikan seks penting diberikan kepada remaja, baik melalui pendidikan Iormal maupun inIormal. Upaya ini perlu
dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat selama ini banyak remaja yang memperoleh 'pengetahuan
seksnya dari teman sebaya, membaca buku porno, menonton Iilm porno, dsb. Oleh karena itu, perlu diupayakan adanya
pendidikan seks dikalangan remaja.
Secara umum pendidikan seksual adalah suatu inIormasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar,
yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan
seksual,
dan
aspek-aspek
kesehatan,
kejiwaan
d
an kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku
di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi
masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan
segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut singgih, d. Gunarsa, penyampaian
materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara
dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak
(dalam psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya
WRITTEN BY :ARRUM CHYNTIA YULIYANTI
4
diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Tetapi
sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain
itu, tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan
mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut.
Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.
Masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak dengan dewasa, dan reaktiI belum mencapai tahap kematangan
mental dan social sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan social yang saling bertentangan. Banyak sekali
liIe events yang akan terjadi, tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya
sehingga menempatkan masa ini sebagai masa krisis.
Di negara-negara berkembang, masa transisi ini berlangsung sangat cepat. Bahkan usia saat berhubungan seks pertama kali
ternyata selalu lebih muda daripada usia ideal untuk menikah. Menurut data yang ada, sekitar 60 kelahiran anak di kalangan
remaja di dunia adalah kehamilan yang tidak diharapkan. Hal ini diperkuat oleh semakin canggihnya perkembangan teknologi
komunikasi yang menyebarkan berbagai inIormasi dan hiburan budaya pop sehingga justru memancing remaja untuk mengadopsi
perilaku- perilaku yang tidak sehat, mempercepat usia awal seksual aktiI, serta dapat mengantarkan remaja pada kebiasaan
berperilaku seksual yang berisiko tinggi. Mengingat dampaknya tersebut, maka sebagian masyarakat tidak perlu ragu dan segera
menyadari pentingnya pendidikan seks bagi remaja.
I I . Bahaya Seks Bebas
a.Dampak Seks Bebas terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologis
Remaja
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini
adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana
20 pelakunya adalah remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2
WRITTEN BY :ARRUM CHYNTIA YULIYANTI

anak hasil perzinahan, 7 gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1, juta hubungan seks dengan pelacuran. Di
Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis
meningkat hingga 486. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170 dalam jangka waktu satu tahun. Di negara liberal,
pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang
menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun
tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu.
Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak proIesional (unsaIe abortion). Secara Iisik tindakan aborsi ini memberikan dampak
jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, inIeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa
mengganggu kesuburan sampai terjadinya inIertilitas.
Secara psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil,
lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.
Penelitian di Bandung tahun 1991 menunjukkan dari pelajar SMP, 10,3 pernah melakukan ciuman bibir, ,6
melakukan ciuman dalam, dan 3,86 pernah berhubungan seksual. Dari aspek medis, menurut Dr. Budi Martino L., SPOG, seks
bebas memiliki banyak konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual, (PMS), selain juga inIeksi, inIertilitas dan kanker.
Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit
menular seksual di kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS).
Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan bertambah panjangnya problem sosial yang dialaminya.
Menurut WHO, di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilan melakukan
aborsi. Setiap tahun diperkirakan 00.000 ibu mengalami kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-0 diantaranya
meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Bahaya seks
bebas antara lain :
WRITTEN BY :ARRUM CHYNTIA YULIYANTI

Anda mungkin juga menyukai