Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN ANAK

Asuhan Keperawatan Pada Bayi BBLR

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK III

1. Bernadethi Sabono C1914201204


2. Florida Krisnawati C1914201210
3. Neni Sombo Bamba C1914201217
4. Rita C1914201223
5. Siska Pratiwi C1914201226
6. Vinsensia Julita Dien C1914201274

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KHUSUS KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya yang selalu menyertai dan memberkati
kelompok sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah keperawatan
anak ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR”.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Tugas kelompok pada Mata pelajaran Keperawatan anak di STIK Stella Maris
Makassar

Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga


kelompok mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Makassar, april 2020

penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................5

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 5


B. Tujuan ...........................................................................................................................5
C. Manfaat .........................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................................7

A. KONSEP DASAR MEDIS.................................................................................................7


1. Definisi...........................................................................................................................7
2. Klasifikasi......................................................................................................................8
3. Etiologi..........................................................................................................................11
4. Perubahan-perubahan pada bayi BBLR........................................................................12
5. Patofisiologi..................................................................................................................15
6. Manifestasi Klinis.........................................................................................................22
7. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................................22
8. Penatalaksanaan ...........................................................................................................23
9. Komplikasi....................................................................................................................25
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN..............................................................................26
1. Pengkajian.....................................................................................................................26
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................29
3. Intervensi Keperawatan................................................................................................30
4. Discharge Planning.......................................................................................................35

BAB III PENUTUP................................................................................................................36

A. KESIMPULAN.............................................................................................................36
B. SARAN ........................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator yang sensitif dari
kondisi sosial ekonomi dan secara tidak langsung menjadi tolak ukur kesehatan
ibu dan anak (Joshi et al, 2011). Oleh karena itu, BBLR merupakan suatu standar
yang baik untuk mengukur kesejahteraan dari suatu negara.

4
Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilannya yang dapat
terjadi akibat dari prematuritas (Persalinan kurang bulan atau prematur) atau
persalinan dengan bayi kecil masa kehamilan. Dahulu neonates dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut
premature (Proverawati 2010).
BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang umur kehamilan (Umboh, 2013). BBLR dapat disebabkan
kelahiran prematur atau gangguan pertumbuhan dalam rahim atau kombinasi
patologis dari keduanya (Sharma et al, 2015). Lebih dari 20 juta bayi yaitu
sebesar 15,5% dari seluruh kelahiran mengalami BBLR dan 95% diantaranya
terjadi di negara berkembang, 11,6% dari total BBLR di seluruh dunia terdapat di
Asia Tenggara (WHO, 2014). Ini berarti satu dari tujuh bayi terlahir dengan
BBLR (Kayode et al, 2014).
Menurut WHO pada tahun 2015 kejadian BBLR di dunia mencapai 15,5%
yang berarti sekitar 20,6 juta bayi lahir dengan berat lahir rendah. Setiap tahun
96,5 di antaranya di negara-negara berkembang termasuk indonesia (WHO,
2015). Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2017,
prevelansi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) di indonesia mencapai 9,5 %
( Kemenkes RI, 2017).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian BBLR
2. Untuk mengetahui Klasifikasi
3. Untuk mengetahui Etiologi
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis
5. Untuk mengetahui Perubahan-Perubahan Fisiologi
6. Untuk mengetahui Tes Diagnostic
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostic
8. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan
intervensi keperawatan pada bayi BBLR
C. Manfaat

5
1. Dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang keperawatan anak
khususnya neonatus dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
2. Dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal.
3. Dapat dijadikan sumber pengembangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan
mutu kedepan dalam dunia pendidikan keperawatan, terutama tentang konsep
pengajaran asuhan keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam satu jam setelah lahir (Maternity, 2018).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Jitowiyono, 2017).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Sembiring, 2017).

6
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2500 gram (Maryunani, 2017).
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram.

2. Klasifikasi
Ada beberapa pengelompokkan dalam BBLR:
1. Prematuritas Murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan saat lahir kurang dari 2500 gram.
2. Dismaturitas
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan sesuai masa kehamilan 38-40 minggu
tapi berat badan bayi kurang dari 2500 gram.
3. Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, terdiri dari dua jenis:
a) Simetris (Intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
b) Asimetris (Intrauterus growth retardation)Terjadi kekurangan pada fase
akhir kehamilan (Jitowiyono, 2017).

3. Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan)
Segala penyakit kehamilan dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
proteinuria sampai pada tahap terparah yaitu kejang yang terjadi pada
masa kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan. Inilah yang menyebabkan kematian pada ibu atau gangguan
pada janin.
b) Perdarahan antepartum

7
Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun dalam
patologis yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan 22 minggu yang
bersumber dari kelainan plasenta, kelainan serviks atau vagina yang bisa
menghambat pertumbuhan pada janin.
c) Trauma fisik dan psikologis
Pengalaman traumatik yang terjadi yang dapat berpengaruh pada gejala
fisik (gangguan makan, gangguan tidur, energi yang rendah, merasakan
sakit terus menerus yang tidak bisa dijelaskan) dan gejala emosional
(depresi, cemas, panik).
d) Nefritis akut (penyakit ginjal)
Wanita dengan gangguan ginjal lebih mungkin untuk menderita darah
tinggi (hipertensi, preeklamsia) atau persalinan kurang bulan (prematur),
memiliki bayi yang kecil, keguguran atau penurunan fungsi ginjal yang
menetap dalam jangka panjang.
e) Diabetes melitus gestasional
Diabetes melitus gestasional sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai
tingkat yang di ketahui pertama kali saat hamil. Pada kehamilan trimester
pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Risikonya ibu
akan mengalami preeklemsia, persalinan prematur, cairan ketuban
berlebihan, keguguran, kematian pada janin, lahir kurang dari 2500 gram
dan lebih dari 4000 gram.
2) Usia ibu
a) Usia < 16 tahun
Prematur terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutamarahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, bayi berat lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang, keadaan psikologis ibu
kurang stabil, ketegangan janin dalam kandungan, dan juga penolakan
secara emosional ketika ibu mengandung bayinya.
b) Usia > 35 tahun

8
Kehamilan di usia 35 tahun atau lebih memiliki alat reproduksi terutama
rahim tidak subur lagi yang mengalami penurunan yang berisiko untuk
melahirkan bayi prematur. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi medis,
bayi kembar, atau hal lain. Bayi lahir prematur (sebelum usia kandungan
37 minggu) biasanya mengalami BBLR hal ini dikarenakan pertumbuhan
perkembangan bayi yang belum sempurna saat dilahirkan.
c) Multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
Jarak kehamilan yang dekat tidak memberikan ibu cukup waktu untuk
pulih dari stress fisik akibat kehamilan sebelumnya, misalnya kehamilan
akan menguras dan menghabiskan zat gizi yang ada di dalam tubuh ibu
karena berbagi dengan janin, seperti zat bezi, dan asam folat. Maka
ketika ibu mengalami kehamilan berikutnya dengan jarak yang dekat,
akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin karena tidak dapat
memenuhi kebutuhan masing masing. Oleh karena itu, terjadi kecacatan,
kematian kelahiran, prematur, lahir dengan berat badan rendah pada bayi.
3) Keadaaan sosial
a) Golongan sosial ekonomi rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang.
b) Perkawinan yang tidak sah
Mengandung sebelum menikah memberi dampak negatif dalam
masyarakat dan juga untuk ibu yang mengandung yang mengalami stres,
cemas, dan depresi. Hal ini yang membuat ibu jarang makan karena
banyak pikiran akibatnya janin kekurangan gizi dan dapat lahir dengan
prematur.
4) Penyebab lain
a) Ibu yang merokok
Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat menghambat aliran oksigen
dan asupan nutrisi pada bayi dalam kandungan. Keterbatasan oksigen dan

9
paparan nikotin dapat memperlambat napas bayi serta membuat jantung
bayi berdenyut lebih cepat. Anak dari ibu perokok memiliki
kemungkinan terlahir prematur, lahir dengan berat badan di bawah
normal, hal ini yang membuat bayi rentan terkena infeksi, sindrom
kematian mendadak, mengidap asma, dan cacat bawaan.
b) Ibu peminum alkohol
Ibu yang sudah terbiasa minum alkohol akan mempengaruhi janin,
alkohol yang diminum kemudian bersama dengan aliran darah akan
mengalir ditubuh dan dapat menembus plasenta, sehingga dapat
mencapai bayi dalam janin. Dalam tubuh bayi, alkohol akan dipecahkan
dihati, tubuh bayi tidak dapat memecahkan alkohol karena masih dalam
tahap perkembangan. Kadar alkohol yang tinggi dalam darah pada tubuh
bayi akan berisiko keguguran, kelahiran prematur, bayi lahir mati, bayi
lahir dengan berat badan rendah.
c) Ibu pecandu narkotik
Golongan narkotika berbahaya untuk perkembangan dan pertumbuhan
janin dalam kandungan, pecandu narkoba membuat ibu menjadi lengah,
ibu tidak memperhatikan asupan nutrisi, kecemasan, emosional
meningkat, mual muntah berlebihan, kurang cairan dan dehidrasi.
5) Faktor janin
a) Hidramnion
Hidramnion adalah cairan amnion yang lebih dari 200 ml. Pada sebagian
besar kasus, yang terjadi adalah hidramnion kronik yaitu peningkatan
cairan berlebihan secara bertahap. Pada hidramnion akut, uterus
mengalami peregangan yang jelas dalam beberapa hari. Hidramnion
dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga
dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat menyebabkan BBLR.
b) Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan yang
terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda di
bagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan monozigotik. Kehamilan

10
ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau
apabila satu ovum yang dibuahi membela secara dini sehingga
membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan ganda dapat memberi
resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu harus
dilakukan perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi
kehamilan ganda.
c) Kehamilan kromosom
Kromosom diwariskan oleh sperma dan sel telur orang tua untuk bayi.
Kelainan pada genetik makin meningkat seiring bertambahnya usia ibu
hamil. Kelainan kromosom dapat menyebabkan gangguan spesifik yang
diderita bayi yang membuat pertumbuhan dan perkembangan janin jadi
menurun.
d) Infeksi dalam kandungan
Infeksi merupakan masalah umum yang terjadi pada ibu hamil yang
membuat efek tidak nyaman. Infeksi bakteri baik (Lactobacilli) dan jahat
(Anaerobes) yang diproduksi vagina secara alami. Jika pertumbuhannya
bacterial vaginosis (BV) tidak ditangani dengan baik saat hamil,
seringkali akan menimbulkan keguguran, bayi lahir prematur dan
menderita radang panggul.
6) Faktor lingkungan
a) Tempat tinggal dataran tinggi
Ibu terlalu banyak melakukan aktivitas dapat menghambat pertumbuhan
janin, dataran tempat tinggal tinggi membuat ibu kelelahan sering naik
turun tangga yang membuat janin merasakan tekanan dari luar.
b) Radiasi
Bahaya radiasi akan berpengaruh terhadap kesehatan janin, yang
mempengaruhi perkembangan otak bayi, menyebabkan gangguan
memori, menimbulkan perasaan cemas, gangguan perilaku pada bayi.
Paparan radiasi pada otak menghambat pertumbuhan janin yang bisa
lahir dengan belum cukup bulan dan bayi bisa kecil.
c) Zat-zat racun

11
Paparan zat racun jika terhirup oleh ibu hamil bisa masuk melalui
pembuluh darah yang menghantar oksigen untuk janin. (Jitowiyono,
2017)

4. Perubahan – Perubahan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah


a) Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali
pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat
adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir. Usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah
menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di
dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli. Masa
alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya
pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi beberapa saat
setelah kelahiran yaitu 30-60 x/menit.

b) Sistem Peredaran Darah


Pada sistem peredaran darah terjadi perubahan fisiologi pada bayi baru
lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses penghantaran O 2 keseluruh
jaringan tubuh, maka terdapat perubahan, yaitu penutupan foramen ovale pada
atrium jantung dan penutup paten duktus arteriosus antara arteri paru dan
aorta. Perubahan terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh
darah, dimana O2 dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah
tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan
tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat dipotong,
resistensisnya akan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena
suplai darah ke atrium kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan
tekanan atrium kanan juga menurun. Proses tersebut membantu darah
mengalamai proses oksigenasi, pada saat terjadi pernapasan pertama dapat
menurunkan resistensi dan meningkatkan atrium kanan kemudian O2 pada

12
pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem
pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.
c) Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan, mencerna,
memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan karbohidarat sederhana serta
mengemulsi lemak. Mukosa mulut basah, berwarna merah muda, pipi penuh
karena perkembangan bantalan menghisap yang baik. Bayi tidak dapat
memindahkan makanan dari bibir ke faring, oleh karena itu puting susu harus
diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan faring. Aktivitas peristaltik esofagus
belum terorganisasi, kemudian polanya akan menjadi teratur sehingga bisa
mulai menelan dengan baik. Tidak ada bakteri pada pada saat lahir, bakteri
akan masuk setelah lahir melalui orifisiumovale anal dan udara. Kapasitas
lambung bayi 30-90 cc tergantung besarnya bayi. Keasaman lambung lebih
rendah dalam beberapa minggu sampai usia 2-3 bulan. Saat lahir perut bawah
dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk setelah janin di dalam uterus.
Mekonium dibentuk dari cairan amnion, zat-zat yang didalamnya (sel-sel
epidermis, lanugo yang ditelan bayi), sekresi saluran cerna dan pecahan sel dari
mukosa. Warna hijau kehitaman dan lengket, warna tersebut adalah akibat
pigmen empedu. Keluaran mekonium yang pertama adalah steril. Mekonium
akan berganti dengan feses dalam 12-24 jam. Distensi otot abdomen
mempengaruhi relaksasi dan kontraksi otot kolon sehingga sering bayi segera
BAB setelah makan.
d) Sistem Perkemihan
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar dinding
abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding abdomen anterior.
Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari
ginjal. Fungsi renal seperti orang dewasa baru dapat dipenuhi saat bayi berusia
2 bulan. Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang
keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau pola makan yang tidak teratur secara
cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan, seperti
dehidrasi atau edema. Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi kemampuan

13
bayi baru lahir untuk mengekskresi obat. Saat lahir biasanya bayi akan BAK
sedikit dan kemudian tidak BAK selama 2-12 jam, kemudian akan BAK 6-10
x/hari. Urine berwarna kuning jernih, berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari.
e) Sistem Integumen
Semua struktur kulit sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi masih belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis.
Verniks kaseosa berbentuk seperti keju yang disekresi oleh sebasea dan sel sel
epitel. Pada saat lahir bayi dilapisi oleh verniks kaseosa yang tebal, sementara
yang lainnya tipis pada tubuhnnya. Hilangnya perlindungan yaitu verniks
kaseosa meningkatkan deskrimisasi kulit (pengelupasan) verniks biasanya
hilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir sering kali terdapat bintik putih
khas terlihat dihidung, dahi dan pipi bayi yang disebut milia. Bintik ini
menyumbat kelenjar sebasea mulai bereskresi secara bertahap akan
menghilang.
7) Sistem Persarafan
Sistem persarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum
terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola
pertumbuhan cepat, yang dapat diprediksi selama periode bayi sampai awal
masa kanak-kanak. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan serebelum yang
dimulai pada usia kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal ini yang
mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma lain selama masa
bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang diberikan sebagian besar dilakukan
oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam medulla
spinaslis.
8) Perubahan Suhu Tubuh
Ketika bayi lahir bayi berada pada suhu lingkungan lebih rendah dari suhu
didalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 oC maka bayi
akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi (Jitowiyono,
2017)

5. Patofisiologi

14
Tabel 2.1 Patofisiologi di pandang dari usia kehamilan
dan dari segi ibu
(Maryunani, 2013)
Hal-hal yang mempengaruhi
No Uraian
kelahiran BBLR
1 Secara umum bayi BBLR ini berhubungan Biasanya hal ini terjadi
dengan usia kehamilan yang belum cukup karena adanya gangguan
bulan (prematur) disamping itu juga pertumbuhan bayi sewaktu
disebabkan dismaturitas. dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi , hipertensi
dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi
berkurang.
2 a. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu Ibu dengan kondisi kurang
hamil agar pertumbuhan janin tidak gizi kronis pada masa hamil
mengalami hambatan, dan selanjutnya sering melahirkan bayi
akan melahirkan bayi dengan normal. BBLR, vitalis yang rendah
b. Dengan kondisi kesehatan yang baik, dan kematian yang tinggi,
sistem reproduksi normal, tidak terlebih lagi bila ibu
menderita sakit, tidak ada gangguan gizi menderita anemia.
pada masa hamil maupun saat hamil, ibu
akan melahirkan bayi lebih besar dan
lebih sehat daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya.
3 a. Anemia defiseinsi besi merupakan salah Anemia gizi dapat
satu gangguan paling sering terjadi mengakibatkan kematian
selama kehamilan. janin didialam kandungan,
b. Ibu hamil umumnya mengalami depresi abortus, cacat bawaan,
besi sehingga hanya memberi sedikit BBLR, anemua pada bayi

15
besi kepada janin yang dibutuhkan untuk yang dilahirkan, hal ini
metabolisme besi yang normal. menyebabkan morbiditas dan
c. Selanjutnya mereka akan menjadi mortalitas ibu dan kematian
anemia pada saat kadar hemoglobin ibu perinatal secara lebih tinggi.
turun sampai dibawah 11gr/dl selama Kekurangan zat gizi besi
trimester III dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak.
Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat
meningkatkan risiko
morbiditas maupun mortalitas
ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan
Prematur juga lebih besar.

Tabel 2.2 Patofisiologi dari segi bayi (Maryunani, 2013)


No Sistem Uraian
1 Pengendalian suhu Bayi prematur cenderung memiliki suhu yang
abnormal. Patofisiologinya dapat dijelaskan sebagai
berikut
a. Bayi prematur cenderung memiliki suhu yang
abnormal disebabkan oleh reproduksi panas
yang buruk yang meningkatkan kehilangan
panas.
b. Kegagalan untuk menghasilakan panas yang
adekuat disebabkan tidak adanya jaringan
adipose coklat (yang mempunyai aktivitas
metabolisme yang tinggi), pernapasan yang
lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk,

16
dan masukan makanan yang rendah.
2 Sistem pencernaan Patofisiologi pada sistem pencernaan bayi BBLR,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Semakin rendah umur gestasi, maka semakin
kecil/lemah refleks menghisap dan menelan, bayi
yang paling kecil tidak mampu minum efektif,
regurgitasi merupakan hal yang paling sering
terjadi.
b. Hal ini di sebabkan oleh karena mekanisme
penutupan spingter pilorus yang secara relati
kuat.
c. Pencernaan tegantung dari perkembangan alat
pencernaan, lambung dari soerang bayi dengan
berat 900 gram memperlihatkan adanya sedikit
lapisan mukosa, glanula sekretoris, demikian juga
oto kurang berkembang.
d. Perototan usus yang lemah mengarahkan arah
pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang
dicerna.
e. Hepar relatif besar tetapi kurang berkembang,
terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan
predisposisi yang terjadi ikterus akibat adanya
ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi
bilirubin yaitu keadaan tidak larut dan
eksistensinya kedalam empedu tidaak mungkin
f. Pencernaan protein berkembang dengan baik
pada bayi paterm yang terkecil sekalipun.
g. Protein baik dari tipe manusia dan hewani
tampaknya dapat ditoleransi dan diabsorbsi.
h. Absorbsi lemak tampaknya merupakan masalah,
kendatipun sudah dapat enzim pemecah lemak

17
i. Hal ini berakibat kekurangan ASI, karbohidrat
yang mudah diserap.
3 Sistem pernapasan Patofisiologi pada sistem pernapasan BBLR, dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang
perkembangan paru-paru pada bayi dengan berat
900gr
b. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya sedikit
pembuluh darah yang mengelilingi stroma
seluler.
c. Semakin matur bayi dan lebih berat badannya
maka akan semakin berat alveoli
d. Pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh
kapler, otot pernapasan bayi lemah pada pusat
pernapasan kurang berkembang.
e. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru-paru,
yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan
permukaan pada paru-paru. Surfaktan bertindak
dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil,
sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat
terjadi ekspansi.
f. Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak
teratur, seringkali ditemukan apnea, dalam
keadaan ini harus dihitung selama 1 menit untuk
perhitungan yang tepat.
g. Pada bayi preterm yang terkecil batuk tidak ada.
h. Hal ini dapat emngarah pada timbulnya inhalasi
cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya
konsekuensi yang serius.
i. Saluran hidung sangat kecil dan mengalami
cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi, hal

18
ini penting diingat untuk memasukan tabung
nasogastrik ataua endotrakeal melalui hidung.
j. Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua
neonatus dan bayi paterm. Pada bayi neonatus
pada keadaan istirahat, maka kecepatan
pernapasan dapat 60-80 kali/menit berangsur-
angsur menurun mencapai kecepatan yang
mendekati biasa yaitu 34-36 kali/menit.
4 Sistem sirkulasi Patofisiologi pada sistem sirkulasi BBLR, dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada
beberapa bayi paterm kerjanya lambat dan lemah.
b. Terjadinya ekstrasitol dan bising yang dapat
didengar atau segera setelah lahir.
c. Hal ini hilang ketika apartusa jantung fetus
menutup secara berangsur-angsur
d. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding
pembuluh darah intrakranial
e. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya
kecenderungan perdarahan intrakranial yang
terlihat pada bayi prematur
f. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan
bayi aterm
g. Tekanan menurun dengan menurunya berat
badan. Tekanan sistolik bayi sekitar 80 mmHg.
Dan pada bayi preterm 45-60 mmHg.
h. Tekanan diastol secara proposional rendah,
bervariasi dari 30-45 mmHg.
i. Nadi bervariasi antara 100-160 kali/menit
cenderung ditemukan aritmia, dan untuk
memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan

19
untuk mendengar pada debaran apeks dengan
menggunakan stetoskop.
5 Sistem urinarius Patofisiologi pada sistem persarafan BBLR, dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Perkembangan susunan saraf sebagian besar
tergantung pada derajat maturitas, pusat
pengendalii fungsi vital, misalnya pernapasan,
suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang.
b. Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan
pada bayi prematur normal, tetapi refleks tendon
bervariasi karena perkembangan susunan saraf
yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya
yang lemah, lebih sulit untuk dibangunkan dan
mempunyai tangisan yang lemah.
6 Sistem genital Patofisiologi pada sistem genital BBLR, dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Genital pada wanita, labia minora tidak ditutup
labia mayora hingga aterm.
b. Pada laki-laki testis terdapat pada abdomen
kanalis inguinalis atau skrotum.
7 Sistem Patofisiologi pada sistem pengindraan (penglihatan)
pengindraan BBLR, dapat diuraikan sebagai berikut:
(penglihatan) a. Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34
minggu, terdapat adanya 2 stadium
perkembangan yang dapat diketahui yaitu imatur
dan transisional (peralihan) yang terjadi antara 24
dan 33-34 minggu.
b. Selama setahun ini bayi bisa menjadi buta jika
diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi
uutuk waktu yang lama.

20
6. Manifestasi Klinis
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm
d. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
e. Kepala lebih besar dari tubuh
f. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan
g. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar
h. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora
i. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
j. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan
sering mendapat apnea
k. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan
belum sempurna (Jitowiyono, 2017)

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas.
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa hari terakhir
menstruasi.
c. Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat napas (Jitowiyono, 2017).

21
8. Penatalaksanaan
Non Farmakologi :
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil
d. Membungkus bayi dengan kain hangat
e. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
f. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :
1) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
2) Menidurkan bayi dalam inkubator buatan yaitu dapat dibuat dari keranjang
yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau botol yang diisi
air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan dalam keadaan
berdiri, tutupnya ada disebelah atas agar air panas tidak tumpah dan tidak
mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol-botol ini
pun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau kain
yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin, dan dapat menggunakan handuk
atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin, ganti air dengan air
panas kembali.
3) Suhu lingkungan bayi harus dijaga:
(a)Kamar dapat masuk sinar matahari
(b)Jendela dan pintu harus kedalam keadaan tertutup
(c)Untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi
dan konveksi
(d)Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya
evaporasi
g. Pemberian nutrisi yang adekuat
1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit
2) Apabila bayi belum bisa menetek pemberian ASI diberikan melalui sendok
atau pipet

22
3) Apabila bayi belum ada refleks menghisap dan menelan harus dipasang
selang penduga/sonde fooding
h. Mengajarkan ibu/orang tua cara:
1) Membersihkan jalan napas
2) Mempertahankan suhu tubuh
a) Pengaturan temperature tubuh ditunjukan untuk mencapai lingkungan
temperature netral sesuai dengan protokol
b) Pengaturan suhu tubuh bayi dengan menggunakan incubator
(1)Bayi >2 kg adalah 35’c
(2)Bayi 2.2 kg adalah 34’c
c) Suhu inkubator dapat diturunkan 1’c perminggu untuk bayi diatas 2 kg.
d) Suhu inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya.
3) Mencegah terjadinya infeksi
a) Dipisahkan dengan bayi yang terkena infeksi dengan yang tidak terkena
infeksi.
c) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
d) Membersihkan tempat tidur bayi.
e) Memandikan bayi, bersihkan tali pusat.
f) Petugas memakai pakaian yang telah disediakan
g) Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
4) Perawatan bayi sehari-hari:
a) Memandikan
b) Perawatan tali pusat
c) Pemberian ASI
5) Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a) Memberikan ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin
6) Observasi keadaan umum bayi selam 3 hari, apabila tidak ada perubahan
atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk kerumah sakit.

23
Berikan penjelasan kepada keluarganya bahwa anaknya harus dirujuk
kerumah sakit (Mendri & Prayogi, 2018)

Farmakologi :

a. Pemberian vitamin K
1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian
2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir umur
3-10 hari, 4-6 minggu). (Fauziah, dkk 2013)

9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mendri & Prayogi, 2018) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum
atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin
Disebabkan karena membrane surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga
alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam
alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk pernafasan
berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

24
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin
di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi: nama tempat tanggal lahir, jenis kelamin. Identitas
penanggung jawab meliputi: nama(ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perluh dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru, dan ketergantungan pada
obat-obatan terlarang.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm)
e) Kebiasaan ibu saat hamil. Tinjau kembali asupan makanan yang
dikonsumsi.
2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perluh dikaji :
a) Kala I: perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.

25
b) Kala II: persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
3) Riwayat post natal
Yang perluh dikaji antara lain:
a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36).
c. Pola kesehatan
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
a) anak dirawat saat ini karena berat badannya kurang saat waktu lahir
b) Ibu memiliki riwayat mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia
sel berat, perdarahan antepartum hipertensi, preeklampsia berat,
eklampsia, infeksi selama kehamilan.
c) Riwayat Ibu merokok dan sering mengkonsumsi minuman keras
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
a) selama bayi dirawat terpasang selang NGT
b) bayi kadang minum ASI hasil pompaan
c) bayi mendapatkan tambahan susu formula
d) bayi selalu mengelurkan puting susu dari mulutnya
3) Pola Eliminasi
(1)BAK bayi berwarna kuning,jernih dan berbau khas
(2)BAB bayi warna kekuningan dengan konsistensi lembek
4) Pola Aktivitas dan Latihan
(1)bayi menangis saat menyusu
5) Pola tidur dan istirahat
(1)Bayi lebih banyak tidur
(2)Mata tertutup penuh
(3)Kadang terbangun saat merasa tidak nyaman lapar dan setelah buang air
6) Pola reproduksi dan seksulitas

26
Bayi berjenis kelamin perempuan/laki-laki, alat kelamin bersih, tidak ada
kelainan
d. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika, kebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.
e. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu
jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi.
f. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan akan aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan, adanya
BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran
lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
g. Pemeriksaan fisik
1) Ibu
a) Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
(1)Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu
dan sekarang.
(2)Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian
(3)Riwayat penyakit ibu
(4)Psikososial dan spiritual ibu
(5)Riwayat perkawinan
2) Bayi
a) Keadaan bayi saat lahir, BB < 2500gr, PB<45 cm, LK 33 cm, LD< 30cm
b) Inspeksi
(1)Kepala lebih besar dari pada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.

27
(2)Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan
(3)Kulit tipis, transparan dan mengkilap
(4)Rambut halus, tipis dan alis tidak ada
(5)Garis telapak kaki sedikit
(6)Retraksi sternum dengan iga
(7)Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan)
c) Palpasi
a) Hati mudah dipalpasi
b) Tulang teraba lunak
c) Limpa mudah teraba ujungnya
d) Ginjal dapat dipalpasi
e) Daya isap lemah
f) Retraksi tonus-leher lemah, refleks moro(+)
d) Auskultasi
a) Nadi lemah
b) Denyut jantung 140-150x/menit, respirasi 60x/menit.

2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
b. Hipotermia berhubungan dengan Transfer panas (mis., konduksi,
konveksi,evaporasi, radiasi)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
d. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan kelembapan
e. Risiko infeksi dengan faktor risiko kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen

28
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1 Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor pernafasan
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam diharapkan ketidakefktifan 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
keletihan otot pernapasan. pola napas dapat teratasi dengan kriteria hasil: kesulitan bernafas.
1. Frekuensi pernapasan normal 2. Monitor frekuensi pernafasan pola nafas
2. Irama pernapasan normal 3. Monitor saturasi oksigen
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5. Berikan bantuan terapi nebulizer jika
diperlukan.
6. Berikan terapi oksigen.

2 Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengaturan suhu


dengan transfer panas (mis., selama 3 x 24 jam diharapkan hipotermia 1. Monitor suhu bayi baru lahir setiap 2 jam
konduksi, konveksi, dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor dan laporkan adanya tanda dan
evaporasi, radiasi) 1. Suhu stabil gejala dari hipotermia
3. Selimuti bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas

29
4. Selimuti bayi berat badan lahir rendah
dengan selimut berbahan dalam plastik
(misalnya : polyethylene, polyurethane)
segera setelah lahir ketika masih tertutup
cairan amnion, sesuai kebutuhan dan
protokol institusi.
5. Tempatkan bayi baru lahir di bawah
penghangat, jika diperlukan.
6. Pertahankan kelembapan pada 50 % atau
lebih besar dalam inkubator untuk mencegah
hilangnya panas.
7. Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan
pasien.
3 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan selama 3 x 24 jam diharapkan 1. Tentukan jenis nutrisi yang dibutuhkan
tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi 2. Timbang berat badan setiap hari
ketidakmampuan mencerna dengan kriteria hasil : Perawatan Bayi
makanan. 1. Intake nutrisi tercukupi 1. Monitor berat dan panjang bayi
2. Intake cairan lewat mulut tercukupi 2. Monior intake dan output

30
3. Dukung proses menyusui
Manajemen cairan
1. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat
output pasien
2. Dukung ibu bayi untuk membantu dalam
pemberian ASI.
4 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengecekan kulit
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam diharapkan kerusakan 1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait
kelembapan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria dengan adanya kemerahan, kehangatan
hasil : ekstrim, edema atau drainase.
1. Tidak ada pengelupasan kulit 2. Amati warna dan tekstur kulit
3. Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang
berlebihan dan kelembaban
Manajemen elektrolit/cairan
1. Monitor cairan yang sesuai
2. Berikan cairan yang sesuai
Perawatan luka
1. Bersihkan kulit dengan normal saline atau
cairan yang tidak mengandung racun, dengan

31
tepat
2. Berikan perawatan pada kulit yang
diperlukan.

5 Risiko infeksi dengan faktor Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi
risiko kurang pengetahuan selama 3 x 24 jam diharapkan risiko infeksi 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
untuk menghindari dapat teratasi dengan kriteria hasil : sistemik dan lokal
pemajanan patogen 1. Kulit tidak berbintik-bintik 2. Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi protokol institusi
3. Batasi jumlah pengunjung
4. Anjurkan keluarga atau pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien (bayi)
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah keegiatan
perawatan pasien
6. Ajarkan keluarga mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus melaporkannya
kepada penyedia perawatan kesehatan
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai

32
bagaimana menghindari infeksi.

33
4. Discharge Planning
a. Berikan informasi kepada orangtua mengenai tanda dan gejala BBLR
b. Anjurkan ibu untuk menkonsumsi makanan yang bergizi
c. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayi
d. Anjurkan ibu untuk meletakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak
kulit ibu ke bayi
e. Anjurkan orangtua untuk selalu melindungi bayi dari suhu dan lingkungan
yang dingin
f. Anjurkan kepada orangtua untuk selalu memperhatikan tumbuh kembang
anaknya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator yang sensitif dari
kondisi sosial ekonomi dan secara tidak langsung menjadi tolak ukur kesehatan

34
ibu dan anak (Cahyo, 2010). Oleh karena itu, BBLR merupakan suatu standar
yang baik untuk mengukur kesejahteraan dari suatu negara.
Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilannya
yang dapat terjadi akibat dari prematuritas (Persalinan kurang bulan atau
prematur) atau persalinan dengan bayi kecil masa kehamilan. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram
disebut premature (Proverawati 2010).

B. SARAN
Diharapkan mahasiswa/mahasiswi keperawatan mampu melakukan asuhan
keperawatan pada BBLR sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Jitowiyono, S. 2017. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Nuha Medika.


Yogyakarta.
Maryunani Anik, 2013. Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir
Rendah. Jakarta
Maternity, D. (2018). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, & Anak
Prasekolah. Andi. Yogyakarta
Mendri & Prayogi, (2018). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit & Bayi Resiko
Tinggi. Pustaka Baru Press.Yogyakarta
Sembiring, J. (2017). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Deepublish. Yogyakarta
Proverawati. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Cahyo.(2010). Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka.

Irene, dkk. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4; Jakarta. EGC

35
Fauziah. dkk. (2013) Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Herdman, T.H & Kamitsuru S. (2015). Nanda-I Diagnosis Keperawatan Defenisi


dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Nurjannah Intisari & Tumanggor Roxsana D (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi keenam. Jakarta : ELSEVIER
Nurjannah Intisari & Tumanggor Roxsana D (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi kelima. Jakarta : ELSEVIER

36

Anda mungkin juga menyukai