Anda di halaman 1dari 16

ASUHAHA KEPERAWATAN PADA

ANAK YANG MENDERITA


SYNDROME NEFROTIK

• Susanti P
• Gresensia Ressa
• Charles Wilson Leo
• Maria Resky Lopak
• Novia Anastasya
• Reslam Dalta Romersi
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal
yang paling sering dijumpai pada anak. Sindrom
nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala-
gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif
(>40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau
rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu >2
mg/mg atau dipstik ≥2+), hipoalbuminemia <2,5
g/dl, edema, dan dapat disertai hiperlipidemia >
200 mg/dL terkait kelainan glomerulus akibat
penyakit tertentu atau tidak diketahui (Trihono
et al., 2008).
KLASIFIKASI
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi
tipe-tipe sindrom nefrotik:

Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal


01 change nephrotic syndrome)
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik
pada anak usia sekolah. Anak dengan sindrom
nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir
normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.

02 Sindrom Nefrotik Sekunder


Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik
atau sebagai akibat dari berbagai sebab lain yang
nyata. Penyebab yang sering dijumpai antara lain :
(Eddy dan Symons, 2003)

Sindrom Nefrotik Kongenital


03 Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh
gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindrom
nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya
adalah edema dan proteinuria.
Etiologi

a. Sindroma nefrotik primer yang atau


disebut juga Sindroma nefrorik Idiopatik,
yang diduga ada hubungan dengan genetik,
imunoligik dan alergi.

b. Sindroma nefrotik sekunder yang


penyebabnya berasal dari ekstra renal
(diluar ginjal).

c. Sindroma nefrotik bawaan


Diturunkan sebagai resesif autosomal
atau karena reaksi maternofetal. Resisten
terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada
masa neonatus. Pernah dicoba pencangklokan
ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil.
Prognosis buruk biasanya pasien meninggal pada
bulan-bulan pertama kehidupannya.
Manifestasi Klinis
• a. Edema
Biasanya edema dapat bervariasi dari bentuk ringan
sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan
cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya
ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut
ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas
bawah, perubahan urine dan rentan terhadap infeksi.
• Proteinuria berat > 3,5 g/hari pada dewasa atau
0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak
• Ekskresi protein <40 mg/jam/m2
• Kadardar albumin <2,5 g/dL
• Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan
risiko trombosis arteri dan vena
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan
diantaranya:
• Pemeriksaan darah rutin
• Leukosit
• Urinalisis:
• Protein urin kuantitatif dengan menghitung
protein/kreatinin urin pagi, atau dengan
protein urin 24 jam.
• Albumin serum
• Pemeriksaan lipid
• Pemeriksaan elektrolit serum
• Tes HIV
• Pemeriksaan C3

 Biopsi Ginjal
 Radiografi
 USG renal
KOMPLIKASI
• Infeksi
• Tromboemboli
• Hiperlipidemia
• Hipokalsemia
• Hipovolemia
• Malnutrisi
• Gagal ginjal
• Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)
• Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosit vena)
• Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan)
• Kerusakan kulit
• Infeksi sekunder karena imunoglobulin yang rendah akibat
hipoalbuminemia
• Peritonitis.
Penatalaksanaan

Terapi
Immunosupresant
Terapi
Penatalaksanaan Corticosteroid Terapi Diuretik
Farmakologi

Pencegahan Nutrisi dan Tingkatkan


Infeksi kebutuhan support
Penatalaksanaan emosional
Mencegah cairan
Keperawatan/ Nursing Kerusakan
Anjurkan klien
Care Management untuk Discharge
Kulit
istirahat Planning
PENGKAJIAN 9
POLA GORDON
1. Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
3. Pola Eliminasi
4. Pola aktivitas dan latihan
5. Pola tidur dan istirahat
6. Pola persepsi dan kognitif
7. Pola reproduksi dan seksualitas
8. Pola mekanisme koping dan toleransi
terhadap stress
9. Pola Nilai Kepercayaan
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan disfungsi ginjal di tandai dengan
edema anasarka.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan agens cedera kimiawi
4. Risiko infeksi berhubungan dengan factor
risiko imunosupresi
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan :


1. Monitor status hidrasi (misalnya,
Kelebihan volume cairan keperawatan selama 3x24 jam,
membrane mukosa lembab,
berhubungan dengan diharapkan kelebihan volume
denyut nadi adekuat, dan
1 disfungsi ginjal di tandai cairan dapat teratasi dengan
tekanan darah ortostatik)
dengan edema anasarka kriteria hasil :
2. Monitor makanan/cairan yang
Keseimbangan cairan
dikonsumsi dan hitung asupan
1. Keseimbangan intake dan kalori harian.
output dalam 24 jam 3. Jaga intake/asupan yang akurat
2. Turgor kulit dan catat output pasien.
3. Kelembaban membrane 4. Konsultasikan dengan dokter
mukosa jika tanda-tanda dan gejala
4. Tekanan darah kelebihan volume cairan

5. Bola mata cekung dan menetap atau memburuk.

lembek
NO DIAGNOSA NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas :


keperawatan selama 3x24
1. Buka jalan nafas dengan
2 Pola nafas tidak efektif
jam, diharapkan Pola nafas
berhubungan dengan posisi
teknik chin lift atau jaw
tidak efektif dapat teratasi
tubuh yang menghambat thrust, sebagai mana
dengan kriteria hasil :
ekspansi paru mestinya.
Status pernafasan 2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
1. Frekuensi pernapasan
3. Instruksikan bagaimana
2. Irama pernapasan
agar bias melakukan batuk
3. Suara nafas tambahan
efektif
4. Auskultasi suara nafas,
catat area yang
ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya suara
NO DIAGNOSA NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan Pengecekan kulit :


selam 3x24 jam, diharapkan
1. Amati warna, kehangatan,
kerusakan integritas kulit
bengkak, pulsasi, tekstur,
Kerusakan integritas dapat teratasi dengan kriteria
edema, dan ulserasi pada
3 kulit berhubungan hasil :
ekstremitas.
dengan agens
cedera kimiawi
Imtegritas jaringan: kulit dan 2. Monitor warna dan suhu
membrane mukosa kulit
3. Monitor kulit untuk adanya
1. Elastilitas
kekeringan yang berlebihan
2. Tekstur
dan kelembapan.
3. Lesi pada kulit
4. Monitor kulit untuk adanya
4. Hidrasi
ruam dan lecet.
5. Suhu kulit
NO DIAGNOSA NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi :


keperawatan selama 3x24
1. Bersihkan lingkungan dengan
jam, diharapkan risiko dapat
baik setelah digunakan untuk
Risiko infeksi teratasi dengan kriteria hasil :
setiap pasien.
4 berhubungan dengan Kontrol resiko
2. Ganti peralatan perawatan
factor risiko imunosupresi
1. Mencari informasi tentang per pasien sesuai protocol
risiko kesehatan institusi.
2. Mengidentifikasi factor 3. Pertahankan teknik isolasi
resiko yang sesuai
3. Menjalankan strategi 4. Anjurkan pasien mengenai
control risiko yang sudah teknik mencuci tangan
ditetapkan dengan tepat.
4. Memoifikasi gaya hidup 5. Batasi jumlah pengunjung.
untuk mengurangi risiko
NO DIAGNOSA NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :


keperawatan selama 3x24
1. Tentukan status gizi pasien
jam, diharapkan Nutrisi
dan kemampuan (pasien)
Nutrisi kurang dari kurang dari kebutuhan tubuh
untuk memenuhi kebutuhan
5 kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria
gizi.
berhubungan
hasil :
dengan
2. Identifikasi adanya alergi

ketidakmampuan Status Nutrisi atau intoleransi makanan


mencerna makanan yang dimiliki pasien.
1. Adanya peningkatan berat
badan dengan 3. Tentukan jumlah kalori dan
sesuai
jenis nutrisi yang dibutuhkan
tujuan berat badan ideal untuk memenuhi persyaratan
sesuai dengan tinggi gizi.

badan.
2. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai