Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

ANALISIS PROGRAM PENANGGULANANGAN


HIV DI KOTA SEMARANG
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu :Nor Amalia Muthoharoh S.K.M., M.Kes.

disusun oleh :

1. Bagus Dwi Adrianto S. D11.2021.03374


2. Della Risqi Riza S. D11.2021.03392
3. Lutfi Fadilah D11.2021.03331
4. Nilam Lutfi Aulia D11.2021.03370
5. Yusuf Bakhtiar D11.2021.03367
6. Zildjian Vatahillah D11.2021.03403

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu. Adapun laporan yang kami buat yakni
mengenai Perencanaan Program Promosi Kesehatan.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Promosi Kesehatan yang telah memberikan bimbingan serta arahan sehingga
kami dapat menyelesaikan program perencanaan ini dengan baik. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah ikut membantu dalam pembuatan program ini.

Laporan ini jauh dari kesempurnaan, dan ini merupakan salah satu bentuk awal kami
dalam memperdalam ilmu Kesehatan Masyarakan serta berlatih mengimplementasikan pada
kehidupan sebenarnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan dari para pembaca laporan ini. Setiap
masukan yang diberikan akan sangat berguna bagi kami.

Semarang, 2 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. Tema................................................................................................................................................4
B. Analisis Masalah..............................................................................................................................4
1. Analisis Masalah dan Penyebab dengan Kerangka Precede-Proceed...........................................4
a. Analisis Perilaku dan Lingkungan...............................................................................................5
b. Prioritas Penyebab Perilaku.........................................................................................................6
2. Analisis Faktor Predisposing, Reinforsing, dan Enabling............................................................6
3. Analisis Policy dan Sumber Daya Masyarakat............................................................................9
C. Desain Strategi...............................................................................................................................12
1. Tujuan Promosi Kesehatan........................................................................................................12
2. Sasaran/Target Audience...........................................................................................................13
3. Positioning....................................................................................................................................13
4. Metode..........................................................................................................................................14
5. Media.............................................................................................................................................16
D. Pengembangan Program dan Pengujian.........................................................................................16
1. Pengembangan Program dan Media...........................................................................................16
2. Uji Coba (Pretest)......................................................................................................................16
PEMBAHASAN

A. Tema

Tema : Masalah Kesehatan

Topik : HIV

Tempat : Kota Semarang

Judul : Perencanaan Program Promkes HIV di Kota Semarang

B. Analisis Masalah

1. Analisis Masalah dan Penyebab dengan Kerangka Precede-Proceed


Dalam menganalisis suatu masalah terutama di bidang kesehatan, salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kerangka Precede-Proceed. Dalam kerangka ini
akan dipaparkan berbagai masalah yang menjurus dan dengan konsep Sebab-Akibat.

Gambar kasus HIV di Kota Semarang tahun 2011-2018

Masalah Kesehatan HIV di Kota Semarang sendiri dapat dikatakan sebagai masalah yang
mengkhawatirkan. Terdapat ratusanpasien terdeteksi HIV di Kota Semarang. Sedangkan, pasien
HIV sendiri tidak terlihat seperti orang sakit, sehingga apabila tidak mengecek status
kesehatannya maka akan sulit mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV.

Sama artinya dengan gunung es HIV, meskipun banyak pasien yang terdeteksi, tetapi
masih lebih banyak kasus pasien yang belum terdeteksi HIV. Apabila penyakit HIV ini tidak bisa
disembuhkan. Obat Antiretrovial hanya berfungsi untuk mengurangi keganasan virus dan
membantu menambah metabolisme tubuh. Jadi, sangat penting untuk mengajak masyarakat
mencegah dan mewaspadai penyakit HIV. Berikut analisis masalah dari HIV di Kota Semarang
menggunakan kerangka Preceed-Procede :

a. Analisis Perilaku dan Lingkungan


Dalam kerangka precede-proceed dapat dilihat bahwa terdapat berbagai penyebab yang didasari
oleh perilaku serta lingkungan yang bermasalah. Berikut analisisnya :

1. Bergonta-ganti pasangan
2. Pergaulan Bebas
3. Pornografi
4. Berhubungan tanpa Pengaman
5. Norma Agama yang diabaikan
6. Masyarakat yang acuh (tidak peduli)
7. Orangtua yang sibuk bekerja
b. Prioritas Penyebab Perilaku
Dalam memilih prioritas masalah, penilaian yang digunakan adalah skor 1-4. Dari skor tersebut
akan diliat masalah perilaku mana yang merupakan prioritas serta lebih mudah untuk ditangani.

Besar Kemungkinan Nilai


Masalah Kegawatan
Masalah diatasi Total
Pergaulan remaja yang bebas dan
3 4 3 15
lepas kontrol dari orangtua
Kurangnya wadah kegiatan positif
2 2 3 7
remaja
Norma agama dan norma susila
2 3 3 8
yang rendah
Penggunaan kondom pada
hubungan seks beresiko tinggi 3 4 2 14
masih rendah
LGBT, Waria, Pekerja Asusila 3 4 2 9

Dari perbandingan nilai total tiap masalah, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
prioritas masalah perilaku sekarang adalah Pergaulan remaja yang bebas dan lepas kontrol
orangtua. Alasannya adalah karena dari pergaulan bebas itulah awal mula remaja mulai
mengenal kenakalan remaja. Apabila kenakalan remaja ini sudah melewati batas normal, seperti
narkoba, sex bebas, prostitusi, maka sangatlah mudah mereka terjangkit penyakit HIV. Jadi
mereka perlu diingatkan sejak dini untuk mempersiapkan benteng diri agar menjauhi perilaku-
perilaku penyimpangan di usia remaja.

2. Analisis Faktor Predisposing, Reinforsing, dan Enabling

A. Faktor Predisposing

Faktor Predisposing adalah yaitu faktor dari diri seseorang untuk melakukan praktik
kesehatan tertentu yang meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap, pekerjaan, paritas dan tradisi /
budaya. Dalam kasus HIV ini, terdapat beberapa faktor predisposing yang membuat seseorang
mudah terjangkit HIV yaitu :

1. Rasa ingin mencoba


Para remaja di Kota Semarang sudah mendapatkan pendidikan kesehatan
reproduksi sejak Sekolah Dasar, bahkan di SMP, SMA, dan Kuliah pun materi mengenai
Kesehatan Reproduksi dan HIV sudah dijelaskan secara gamblang. Hanya saja
masalahnya usia remaja adalah usia yang memiliki rasa ingin mencoba yang tinggi.
Dimana mereka sedang mencari jatidiri dan perlu banyak sekali arahan dari orangtua.
Saat rasa ingin mencoba mereka sudah mempengaruhi pikiran, maka apapun teori yang
mereka ketahui akan merasa tidak peduli akan bahaya yang didapatkan kedepan.
2. Tidak berfikir jangka Panjang
Remaja yang baru terlepas dari masa kanak-kanak memiliki emosi dan pikiran
yang masih labil. Mereka cenderung hanya bermain-main dan jika melakukan sesuatu
tidak berfikir jangka Panjang. Apabila mereka mencoba narkoba, berhubungan intim, dan
kegiatan lain yang beresiko HIV, mereka akan merasa hal itu wajar dilakukan karena
tidak memikirkan resiko yang akan dialaminya.
3. Pasien HIV terlihat sehat.
Inipun juga merupakan masalah yang cukup serius , seperti yang kita ketahui
bahwa penderita HIV sendiri tidak terlihat layak nya orang sakit pada umumnya apabila
belum mengalami penurunan metabolisme secara drastis. Apabila si pasien tidak
menyadari sedang menyebarkan virus HIV, dan dengan sesuka hati berhubungan intim
dengan banyak orang, maka pemutusan rantai penyebaran HIV pun sulit dilakukan.

B. Faktor Enabling

Faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
mem- fasilitasi perilaku seseorang.

1. Mudahnya melakukan sex bebas.


Dijaman yang modern ini, sex bebas menjadi hal yang mudah untuk dilakukan.
Salah satunya adalah mudahnya berkomunikasi dengan lawan jenis yang bahkan tidak
terlalu kita kenal dan tidak tau apakah orang tersebut memiliki HIV atau tidak. Selain itu,
sangat mudah untuk mencari tempat-tempat dilakukannya prostitusi. Alat kontrasepsi
seperti kondom pun sangat mudah didapatkan, jadi masyarakat akan berfikir untuk aman
melalukan hubungan seksual meskipun bukan dengan pasangan sahnya.
2. Sarana dan Prasarana yang mudah didapatkan.
Merupakan rahasia umum bahwa tempat-tempat melakukan sex bebas seperti
hotel, oyo, motel, kos, dan lain-lain ini sangat mudah didapatkan dari segala usia. Bahkan
untuk mendapatkan nya pun dengan harga yang murah. Apabila seorang remaja nekat
untuk berhubungan, mereka bisa dengan mudah melakukannya di tempat-tempat tersebut
dengan harga yang murah. Ini merupakan salah satu faktor penguat mengapa seseorang
bisa dengan mudah terjangkit HIV.

C. Faktor Reinforcing

Faktor penguat (reinforcing) merupakan faktor yang ikut mendorong terlaksananya


perilaku. Di bagian ini akan dianalisis apa saja faktor pendukung terjangkitnya HIV kepada
masyarakat.

1. Konseling HIV yang belum optimal terlaksana.


Seperti yang kita tau bahwa pemerintah sudah memfasilitasi masyarakat yang
ingin berkonsultasi dan bertanya lebih dalam terkait HIV. Hanya saja, dipraktek lapangan
nya terutama di Kota Semarang, jarang sekali ada remaja yang berinisiatif datang ke
puskesmas untuk melakukan konseling terkait HIV, karena merasa dirinya aman dan
tidak mungkin terjangkit. Maka ini menjadi salah satu masalah yang perlu ditangani lebih
lanjut.
2. Kurangnya partisipasi dari Tokoh Masyarakat.
Sebagai seorang remaja, masa ini adalah masa perlunya bimbingan dan dukungan
dari banyak pihak. Sedangkan di Kota Semarang yang pada dasarnya Perkotaan, nilai
moral dan kepedulian masyarakat juga mulai luntur. Hal ini dibuktikan dengan jarangnya
ditemukan masyarakat yang menegur apabila ada pasangan yang berpacaran ditempat
umum, perempuan maupun laki-laki remaja yang pulang larut malam, dan lain-lain. Hal
ini memicu keberanian remaja untuk melakakukan kenakalan remaja yang diluar kata
wajar.
3. Analisis Policy dan Sumber Daya Masyarakat

Kebijakan Kesehatan Adapun meliputi :

A. Kurang tegasnya penegakan hukum dan aparatur negara

Kurang tegas nya penegak hukum dan aparatur negara dapat dilihat di berbagai tempat seperti
club, hollywings dan tempat-tempat besar lainnya. Di tempat-tempat tersebut tentunya ada
sebuah kamar mungkin Cuma beberapa yang ada di dalam nya sehingga memudahkan orang-
orang tersebut yang masuk di tempat club, hollywings yang sudah mabuk minum-minuman keras
bisa menyewa kamar yang ada di situ, penegak hukum kurang tegas karena biasanya pemilik dari
club dan hollywings tersebut memberikan tip atau uang kepada penegak hukum supaya tidak
memberlakukan secara tegas akan hukum yang berlaku. Itu salah satu penghambat dari
penurunan angka penyakit HIV.

B. Belum optimalnya kebijakan mengenai waria, LGBT, PSK

Kurang tegasnya kebijakan pemerintah kepada pelaku waria, LGBT, PSK. Seperti yang kita
ketahui pada saat ini banyak sekali di media sosial yang memperlihatkan pelaku waria, LGBT,
dan PSK berkeliaran di media sosial. Hal ini lah yang akan membuat masyarakat sekitar menjadi
termotivasi khususnya bagi pelaku yang masih tertutup atau sembunyi sembunyi menjadi terang-
terangan. Hal ini lah yang akan menyebabkan angka penderita HIV sulit untuk dikendalikan.
Mengapa hal ini terjadi? karena kebijakan dari pemerintah maupun apparatur penegak hukum
kurang tegas dalam memberantas pelaku menyimpang tersebut. Kita ambil contoh di media
sosial banyak postingan pelaku yang terang-terangan menunjukkan atau mempromosikan tentang
perilaku menyimpangnya dan belum sama sekali ada Tindakan tegas dari apparat. Melainkan
mereka mendapat ruang yang lebih luas lagi. Mengapa mendapat ruang yang lebih luas lagi ?
karena pelakumasih sering sekali di undang media baik di podcast atau talkshow lainnya, dan
mereka menceritakan semua tentang perlakuan mereka dan seolah-olah mereka telah
mendapatkan ruang karena sama sekali tidak ada Tindakan tegas.
4. Analisis Karakteristik Sasaran

1. Media yang biasa dipakai

Komunitas remaja seperti genre mengkampanyekan mengenai HIV terutama kepada anak muda
dan generasi muda. Media yang dapat dipakai seperti :

- Media Sosial
Di dalam media sosial akan menggunakan platform aplikasi tiktok yang berisi konten
video tentang HIV. Karena pada saat ini pengguna lebih sering menonton video di tiktok.
- Poster
Menyebarkan poster yang berisikan informasi mengenai HIV melalui grup WatsApp, di
tambah telegram tidak memiliki batas maksimal anggota grup sehingga penyebar poster
akan semakin luas dari kalangan muda sampai dewasa.
- Banner
Kemudian melalui Banner yang berisi informasi penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga
Kesehatan yang akan di tempatkan di tempat yang ramai dan mudah di baca oleh
masyarakat.
- Brosur
Brosur berisi mengenai HIV yang akan di sebarkan secara langsung baik di bagikan di
perkumpulan permasyarakatan. Seperti PKK, posyandu, saat gotong royong di
lingkungan masyarakat dll.
- Film atau Video Singkat
Membuat video atau film yang berisi animasi tentang HIV dan akan ditayangkan pada
saat penyuluhan atau di sebar luaskan melalui media sosial.

2. Perilaku dan Karakteristik Sasaran


- Remaja yang masih labil
Remaja yang masih labil masih belum punya pemikiran atas akibat yang akan terjadi jika
melakukan seks bebas mulai akibat yang ditimbulkan seperti penyakit menular seksual,
dampak psikis dan akan membuat orang tua menjadi malu apalagi sampai hamil di luar
nikah.
- Usia yang sedang mencari jati diri
Pada usia yang sedang mencari jati diri ini remaja ingin sekali mengekspresikan dirinya
dengan cara mencoba hal-hal yang baru termasuk dalam hubungan. Nah pada usia
tersebut, mereka merasa bahwa usia nya sudah dewasa sehingga mereka bisa mencoba
melakukan hal seperti ciuman dengan pacar sampai melakukan hubungan seksual dengan
pacar.
- Tidak tau ingin kemana jika ada masalah dan mencari pelampiasan
Seperti remaja yang broken home yang merasa kurang kasih sayang dari orang tua,
sehingga melampiaskan dengan cara berhubungan seksual dengan pacar atau pasangan.
Dan sekaligus kurang nya pengawasan dari kedua orang tua sehingga menyebabkan
mereka merasa bebas.

3. Budaya dan Lingkungan


- Budaya perkotaan yang tergolong bebas
Di daerah perkotaan banyak sekali tempat-tempat hiburan yang memberikan kenikmatan,
kebebasan bagi masyarakat perkotaan. Contoh nya di club banyak sekali dari kalangan
remaja maupun dewasa melakukan pesta miras. Banyak sekali remaja perempuan di
perkotaan yang memakai pakaian minim atau terbuka sehingga mengundang pikiran
negative dari yang melihatnya.
- Individualis dan cenderung tertutup
Biasanya remaja Ketika mendapat suatu masalah mereka cenderung untuk tidak terbuka
kepada orang lain. Sehingga mereka tidak mendapatkan solusi dari masalah yang mereka
hadapi. Hal itulah yang mendorong mereka untuk melampiaskan masalah mereka dengan
cara minum-minuman keras dan seks bebas.
- Masyarakat yang tidak peduli sekitar
Mempunyai tetangga seperti itu bisa mendorong remaja untuk bebas melakukan hal-hal
negative karena tidak pernah di tegur dan di perdulikan oleh tetangga sekitar. Misalnya
membawa pasangan menginap di rumah, pulang larut malam.
- Status Sosial
Remaja dari keluarga yang berada mereka cenderung pergi ke tempat-tempat hiburan
yang tergolong mahal seperti club. Untuk masuk di tempat club tersebut tidak semua
orang bisa masuk karena di dalam club membutuhkan biaya yang cukup mahal, hal ini
lah yang mempengaruhi kesenjangan sosial yang akan berdampak kepada remaja untuk
berani masuk ke tempat club tersebut.

C. Desain Strategi
Desain strategi bertujuan untuk merancang strategi dalam memecahkan masalah desain
dengan bertahap. Tahapan pertama adalah menetapkan tujuan yang akan dicapai, kemudian
menetapkan siapa saja sasaran atau orang-orang yang menjadi tujuan penyampaian promosi
kesehatan tersebut. Lalu tahap berikutnya adalah positioning atau memposisikan diri selayaknya
target untuk mengetahui metode jenis apa dan bagaimana metode nya untuk membujuk target
mau mengikuti arahan kesehatan. Berikutnya ada tahapan menentukan metode dan media apa
saja yang akan dilakukan untuk melaksanakan promosi kesehatan. Berikut penjabaran dari tiap-
tiap tahapan desain strategi :

1. Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan dilakukannya promosi kesehatan terkait HIV di Kota Semarang ini adalah :

a. Meningkatkan persepsi kewaspadaan remaja akan bahaya IMS dan HIV


b. Menyebarluaskan informasi dan menggalakkan pelaksanaan kegiatan konseling HIV
c. Menurunkan prevalensi penderita HIV di Kota Semarang
d. Mengurangi penyebaran HIV dengan meningkatkan kemauan masyarakat (terutama
yang beresiko tinggi) untuk melakukan deteksi HIV
e. Meningkatkan pengetahuan pasutri mengenai pentingnya alat kontrasepsi dan
kesehatan seksual
f. Tokoh Masyarakat di Kota Semarang mendukung pencegahan HIV

Dari berbagai tujuan yang telah dijelaskan diatas maka langkah selanjutnya adalah
menetapkan sasaran promosi kesehatan dan menentukan metode maupun media yang
tepat untuk melakukan promosi kesehatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sasaran/Target Audience
Terdapat berbagai golongan yang menjadi sasaran promosi kesehatan HIV di Kota
Semarang. Akan tetapi penentuan sasaran atau target yang akan dijadikan sasaran promosi
kesehatan dapat dilakukan dengan menilai kembali siapa saja yang lebih penting dan lebih
mudah diubah berdasarkan tabel intervensi target, sebagai berikut :

More Important Less Important

Remaja, WUS, Ibu


More Changeable Pasangan Suami Istri
Hamil

Less Changeable LGBT, Waria, PSK Anak-anak, Lansia

Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa sasaran atau target audience yang menjadi bahan
sasaran promosi kesehatan HIV di Kota Semarang adalah :

1) Remaja
2) Wanita Usia Subur (WUS)
3) Ibu Hamil

Hal ini dikarenakan mereka adalah golongan target yang beresiko tinggi terkena HIV dan juga
lebih mudah diarahkan untuk pencegahan HIV khususnya di Kota Semarang.

3. Positioning
Positioning adalah menempatkan rancangan sesuai dengan kebutuhan target. Setiap target
pasti memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dan proses untuk pendekatan terhadap target pun
harus digolongkan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Bukan hanya metode tetapi materi yang
disampaikan kepada tiap golongan pun tentunya berbeda. Berikut positioning terhadap tiap target
serta pesan yang ingin disampaikan kepada tiap kelompok sasaran :

a. Remaja
Pesan : “ Bedakan antara menikmati masa muda dan menghancurkan masa depan”
Posisi :Jika remaja terinfeksi HIV, maka akan berdampak pada masa depannya jangka
Panjang karena remaja memiliki banyak imipan dan tujuan (Sekolah, Pekerjaan,
Pergaulan, Keluarga).
Materi :
b. Pasangan Suami Istri
Pesan : Mencegah jauh lebih baik daripada mengobati
Posisi : Apabila pasutri terjangkit HIV maka dampaknya akan ke kehidupan rumah
tangga (Ekonomi, Masa depan anak, Sosial, Konflik rumah tangga, Biaya perawatan,
dll)
Materi :
c. Wanita Usia Subur
Pesan : Jadilah Cantik, Cerdas, dan Bergaya! Tapi, Lindungilah diri anda
Posisi :Wanita penderita HIV akan khawatir memiliki keturunan dan kesulitan dalam
mendidik anak, mengelola rumah tangga, menjaga diri dan keluarga, dan butuh biaya
besar untuk pengobatan kesehatan
Materi :
d. Pria Usia Produktif
Pesan : Jadilah AID, Bukan menjadi pasien AIDS
Posisi :Pria yang menderita HIV akan sulit mendapatkan pekerjaan dan kinerja diri
menurun sehingga dalam menafkahi diri maupun keluarga akan terhambat dari waktu
ke waktu
Materi :

4. Metode
Metode adalah suatu prosedur atau tata cara sistematis yang digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi. Dalam rancangan promosi kesehatan ini,
perlu suatu metode menarik yang diharapkan mampu membuat masyarakat khususnya
target/sasaran berminat untuk mengikuti kegiatan serta arahan dari promotor untuk melakukan
pencegahan terkait HIV tersebut. Berikut beberapa metode yang dirancang untuk meningkatkan
minat masyarakat dalam kegiatan ini, yakni :

1. Komunitas Remaja
Komunitas remaja adalah salah satu metode yang diharapkan mampu
membimbing serta meningkatkan kesadaran remaja akan bahaya nya HIV. Sehingga
remaja menjadi lebih waspada akan hal-hal apa saja yang memicu dirinya terjangkit HIV
dan dapat menghindari akan hal tersebut.
Selain itu, dari komunitas remaja ini, akan mengajak seluruh anggota nya untuk
membagikan informasi mengenai HIV mulai dari pencegahan hingga hal-hal yang boleh
atau tidak dilakukan oleh para remaja. Pembagian informasi ini dapat melalui platform
media sosial para anggota maupun media sosial dari komunitas itu sendiri.
2. Lomba tentang HIV
Metode pencegahan suatu penyakit melalui lomba telah banyak dilakukan oleh
masyarakat terutama saat memperingati hari HIV sedunia. Melalui metode lomba online
ini, diharapkan orang yang mengikutinya akan lebih ingat akan bahaya HIV dan menjadi
lebih mawas diri. Selain itu, remaja lebih tertarik untuk mengikuti lomba dibandibgkan
komunitas karena para remaja akan mengharapkan hadiah jika memenangkan lomba
tersebut. Maka metode lomba ini diharapkan lebih efektif dan diminati para remaja.
3. Webinar HIV
Terdapat banyak sekali webinar kesehatan yang menyajikan info-info kesehatan
untuk masyarakat. Akan tetapi, webinar tersebut dinilai kurang diminati karena
masyarakat cenderung melihat siapa pembawa materi yang akan menyampaikan, bukan
isi materinya. Maka, pada metode kali ini, webinar mengenai HIV akan mengajak public
figure (orang yang banyak diminati masyarakat khususnya remaja) seperti dokter, tenaga
medis, orang berpendidikan lainnya yang memiliki banyak penggemar di Youtube,
Instagram, Tiktok, dan lain-lain.
4. Penyuluhan HIV di kegiatan masyarakat
Untuk metode kali ini, sasarannya adalah ibu-ibu. Meskipun mereka sudah
menikah, tetapi bukan berarti mereka bebas dari resiko HIV. Masih terdapat banyak
faktor yang membuat mereka rentan terjangkit virus HIV. Pada metode kali ini, cara
yang dilakukan adalah mengunjungi organisasi masyarakat seperti kegiatan PKK, lalu
melakukan penyuluhan tentang penting nya menjaga kesehatan organ reproduksi,
pentingnya setia pada satu pasangan, manfaat penggunaan alat kontrasepsi, dan lain-lain.
Selain itu, saat penyuluhan dilakukan, akan ada doorprize bagi ibu-ibu yang
mampu menjawab pertanyaan dari promotor kesehatan. Hal ini akan membuat mereka
lebih tertarik untuk mengikuti acara penyuluhan sampai selesai.

5. Media
Menurut Robert Heinich, Media adalah sesuatu yang dapat membawa sebuah informasi
atau pesan yang terjadi antara sumber pesan (source) dengan penerima informasi (receiver).
Maka penentuan media menjadi salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan suatu program.
Dalam menentukan media pun harus memilih apa yang dianggap paling efektif, efisien, dan tidak
memberatkan, baik dari segi waktu, biaya, maupun tenaga. Berikut berbagai media yang
diperlukan untuk melakukan program promosi kesehatan pencegahan HIV di Kota Semarang :

a. Platform Sosial Media


b. Gadget (Handphone, Laptop, komputer)
c. Aplikasi Desain grafis
d. Poster HIV
e. Modul bacaan HIV (Buku, internet, e-book)
f. Pemateri HIV

D. Pengembangan Program dan Pengujian


1. Pengembangan Program dan Media
Pada pengembangan program dan pengujian pada kasus kali ini dapat menggunakan
media gadget,poster,modul materi hiv dan juga dapat bias juga dengan mengadakan
webinar pencegahan penyakit hiv dengan mengundang narasumber yang ahli dalam
bidangnya yitu dokter yang dapat menjelaskan dengan lengkap dan tepat terkait
bagaimana penyebab,penularan dan pencegahannya dan juga pada narasumber tersebut
akan menyampaikan materi tentang pencegahan hiv dengan referensi yang ada pada
modul pencegahan hiv
2. Uji Coba (Pretest)
Ada 3 uji coba dalam mempromosikan pencegahan terhadap penyakit hiv yaitu dengan
dilakukan melalui teman,organisasi kampus,pkk pada ibu ibu yang berada dikampung
berikut penjelasannya
1.Teman

Pada uji coba kepada teman ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan pribadi
kepada teman dengan cara menyampaikan informasi terkait hiv kepada teman kemudian
melakukan wawancara individu kepada teman tersebut guna mengetahui apa saja kekurangan
dari penyampaian informasi nya ataupun metode materi yang di lakukan supaya kita dapat
mengevaluasi hal tersebut dan kedepannya akan lebih baik.

2.Organisasi Kampus

Pada uji coba pada organisasi kampus kita dapat melakukan nya dengan metode penyebaran
informasi di social media kemudian kita dapat meminta izin kepada organisasi terkait supaya
akun social media yang ada pada organisasi kampus tersebut agar dapat melakukan penyampaian
informasi terkait pencegahan hiv yang dimana juga dapat meningkatkan insight agar dapat
informasi tentang pencegahan hiv dapat terlealisasikan.

3.PKK

Pada uji coba terhadap ibu ibu pkk disini kita dapat menyampaikan informasi terkait
pencegahan hiv kemudian jika dapat terkondisikan maka dapat dilakukan penyuluhan tentang
pencegahan hiv dengan media yang dapat dipahami oleh oleh ibu ibu pkk dan masyarakat sekitar
misalnya dengan melalui media poster maupun media cetak lainnya dan dilakukan evaluasi
terhadap materi tentang pencegahan hiv apakah dapat dipahami maupun dapat dilakukan secara
terus menerus agar dapat menurukan terjadinya hiv.

Anda mungkin juga menyukai