Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“KESEHATAN REPRODUKSI DAN KEKERASAN


SEKSUAL PADA ANAK”

Dosen Pembimbing : Anggih Tri Cahyadi M.Kes

Di susun oleh: kelompok 1


1. Ega nailisy safa’ah(2022070027)
2. Julianti (2022070161)
3. Rafinah
4. Serlin almi
5. Putri aningsih

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
TAMAN SISWA BIMA
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI................................................................ .............................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN : ......................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................2

B. RUMUSAN MASALAH................................................. .............................................2

C. TUJUAN ................................................. .....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN : ................................................. ......................................................3

A. PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI............................................... 3

B. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI


ANAK..........................................................3

C. PENGERTIAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK...........................4

D. BENTUK KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK...........................................4

E. PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUAL PADA ANAK....................................7

F. CARA MENCEGAH TERJADINYA KEKERASAN SEKSUAL PADA


ANAK................................................. .........................................................7

BAB III

A.DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….10

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang KESEHATAN REPRODUKSI DAN
KEKERASAN SEKSUAL PADA BIMA ini dengan seebaik-baiknya.

Kamipun sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan serta saran masukan yang bersifat membangun
dari teman-teman atau rekan-rekan sekalian. Mudah-mudahan adanya tugas-tugas seperti ini dapat
menambah wawasan kita serta dapat memberikan pengetahuan lebih dalam menyusun tugas.

Bima, 5 Oktober 2023

Penyusun.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Kasus fenomena dimasyarakat saat ini adalah kekerasan seksual yang banyak menimpa siswa
PAUD/TK dan SD . Survei dan penelitian di Indonesia membuktikan tingginya kasus kejahatan
seksual pada anak, banyaknya anak di bawah umur yang dapat mengakses situs-situs
pornografi , kuangnya pengawasan dari keluarga, serta kurangnya penjelasan tentang
seks. Maraknya kasus mengungkapkan dan kekerasan seks dikalangan masyarakat ini
menyadarkan kita akan pentingnya mengembangkan materi pendidikan seks untuk anak usia
dini dan kesehatan reproduksi anak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian kesehatan reproduksi?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi?
3. Apa itu kekerasan seksual?
4. Apa saja faktor penyebab kekerasan seksual?
5. Bagaiman dampak kekerasan seksual?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan reproduksi anak
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahi apa itu kekerasan seksual
4. Untuk mengetahui faktor penyebab kekerasan seksual

3
5. Untuk mengetahui dampak kekerasan seksua

BAB II
PEMBAHASAN

A. KESEHATAN REPRODUKSI ANAK

2.1 Pengertian

Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya. Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar
perkembangan emosinya berlangsung dengan baik.

Pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak usia sekolah lebih menekankan pada proses pertumbuhan
dan perkembangan untuk mencapai dewasa sehat dan peningkatan kemampuan/daya tangkal peserta
didik untuk menghindarkan diri dari perilaku berisiko atau pengaruh luar yang akan berdampak
negatif bagi kesehatan mereka khususnya kesehatan reproduksi.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-faktor tersebut secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan
reproduksi, yaitu:

1. Faktor Demografis Ekonomi


Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu kemiskinan, tingkat pendidikan
yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia

4
pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan
faktor demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah akses terhadap
pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah, lokasi/tempat tinggal yang terpencil.

2. Faktor Budaya dan Lingkungan

Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang berdampak buruk pada
kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi
yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain..

3. Faktor Psikologis

Sebagai contoh rasa rendah diri (low self esteem), tekanan teman sebaya (peer pressure), tindak
kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi
karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli
kebebasan secara materi.

4. Faktor Biologis

Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau cacat sejak lahir, cacat pada
saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang
panggul atau adanya keganasan pada alat reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh
karena itu perlu adanya penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak-
hak reproduksinya dan menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.

B. KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

Kekerasan seksual adalah perilaku yang bersifat seksual yang tidak diinginkan dan tidak
dikehendaki oleh penerima atau korbanya dan berakibat mengganggu diri penerima pelecehan,
perilakunya yang dapat digolongkan sebagai tindakan kekerasan seksual seperti pemaksaan
melakukan kegiatan seksual, pernyataan merendahkan yang berorientasi seksual atau seksualitas,
lelucon yang berorientasi seksual, permintaan melakukan tindakan seksual yang disukai pelaku dan
juga ucapan atau perilaku yang berkonotasi seksual, tindakan-tindakan tersebut dapat disampaikan
secara langsung maupun tidak langsung (implicit).

2.3 Bentuk pelecehan seksual pada anak

5
Bentuk pelecehan seksual sesuai dengan pernyataan di atas dapat dikatagorikan menjadi :

a. Pelecehan seksual Verbal

wujud pelecehan seksual secara verbal lebih dilakukan dengan wujud ucapan/perkataan yang
ditujukan pada orang lain namun mengarah pada sesuatu yang berkaitan dengan seksual, pelecehan ini
dapat berwujud seperti :

1) Bercandaan, menggoda lawan jenis atau sejenis yang mengarah ke seksualitas

2) Bersiul-siul yang berorientasi seksual.

3) Mengkritik atau mengomentari bentuk fisik yang mengarah pada bagian-bagian seksualitas.

b. Pelecehan seksual non verbal

Bentuk pelecehan non verbal merupakan kebalikan dari verbal apabila dalam pelecehan verbal
adalah menggunakan kata-kata ataupun ajakan berbentuk tulisan dalam katagori non verbal ini lebih
menggunakan tindakan akan tetapi tidak bersentuhan secara langsung antara pelaku dengan korbanya,
misalnya :

1) Menunjukan bagian-bagian tubuh yang sensitif dihadapan orang lain ,baik personal ataupun
dihadapan umum,

2) Menatap bagian seksual orang lain dengan pandangan yang menggoda,

c. Pelecehan seksual secara fisik

Dalam katagori ini pelecehan seksual antara pelaku dan korban sudah terjadi kontak secara
fisik, dapat digolongkan perbuatan yang ringan dan berat misalnya :

1) Menyentuh tubuh seseorang dengan muatan seksual dan tidak dinginkan oleh korban.

2) Perkosaan atau pemaksaan melakukan perbuatan seksual.

3) Memeluk, mencium atau menepuk seseorang yang berorientasi seksual.

Bentuk lain pelecehan seksual pada anak selain yang dilakukan oleh orang dewasa,dapat dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu :

6
a. Inces

Perilaku seksual yang dilakukan dalam lingkup keluarga dekat dimana dalam keluarga dekat
tidak diperbolehkan adanya hubungan perkawinan, misalnya ayah dengan anak, ibu dengan anak,
saudara kandung, kakek atau nenek dengan cucu dan juga berlaku antara paman dengan keponakan
atau bibi dengan keponakan. Selain dengan adanya hubungan darah hal ini berlaku juga pada
hubungan perkawinan misalnya anak dengan ayah atau ibu tiri.Dampak dari inces, selain
meninggalkan trauma, mengganggu perkembangan anak karena belum waktunya melakukan aktifitas
seksual juga akan merusak garis keturunan apabila anak korban pelecehan seksual tersebut hingga
mengalami kehamilan, tentunya akan mengalami kebingungan dalam silsilah keluarga dan akan
mendapatkan cemooh-an dari masyarakat sekitar.

b. Pedofilia

Kelainan seksual yang ditandai dengan rasa ketertarikan terhadap seksual orang yang telah
masuk dalam usia dewasa terhadap anak-anak, hal ini bisa diakibatkan karena 2 faktor yaitu akibat
pengalaman masa kecil seseorang yang tidak mendukung tingkat perkembangannya atau pengalaman
seseorang yang pada masa kecilnya yang pernah menjadi korban pelecehan oleh seorang pedofil juga.
Penderita pedofilia belum tentu memiliki kecenderungan melakukan aksi pelecehan seksual terhadap
anak sebab beberapa di antaranya hanya memliki ketertarikan saja ,namun tidak melakukan tindak
pidana seperti kekerasan seksual pada anak.

c. Pornografi anak

Layaknya pornografi pada umumnya, pornografi pada anak juga hampir sama, hanya saja
anak-anak yang menjadi objek atau subjek dari pornografi tersebut, contoh sederhana adalah anak-
anak di paksa melihat atau mendengar gambar, video, atau tindakan seksual secara nyata bahkan
termasuk membaca tulisa-tulisan yang mengarah pada aktivitas seksual, hal ini karena patut diduga
bahwa seorang anak belum sewajarnya menerima informasi seksual.

Pornografi di Indonesia sendiri di atur dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi yang dalam Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa “Pornografi adalah gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat”.Sehingga pornografi dapat masuk dalam jajaran pelecehan seksual anak apabila si anak
dipaksa melihat atau menjadi hal-hal yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 tersebut diatas.

7
2. Pentingnya pendidikan seksual dan reproduksi pada anak

Pendidikan seksual dan reproduksi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diajarkan
sejak dini. Hal ini bertujuan agar individu bisa terbebas dari penyakit atau kecacatan yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, juga untuk menghindari perilaku seksual yang tidak
seharusnya.

Tak sekadar itu, berbagai bukti ilmiah mengatakan bahwa pendidikan seksual dan reproduksi yang
diberikan sejak dini dengan cara yang tepat mampu membentuk perilaku seks yang sehat di masa
mendatang. Lebih jauh, edukasi seksual dan reproduksi sejak dini juga turut mencegah terjadinya
tindakan yang tidak senonoh, mencegah tindakan pedofilia, serta membuat individu lebih dekat
dengan orang tuanya.

Atas dasar itu, orang tua sangat dianjurkan untuk memberikan pendidikan seks sejak dini pada si
Kecil. Supaya tepat sasaran, hal-hal yang diajarkan harus sesuai dengan usia anak saat itu. Secara
garis besar, berikut adalah panduan pendidikan seksual dan reproduksi sesuai usia anak SD:

 6–8 tahun
Di usia ini, si Kecil biasanya akan mulai penasaran mengenai aktivitas seksual dan pubertas. Orang
tua bisa memberitahukan hal tersebut, termasuk mengenai hubungan seksual antar pria dan
wanita.Ketika menyampaikan, jangan lupa untuk menekankan bahwa perilaku itu hanya boleh
dilakukan oleh dua orang yang sudah dewasa dan menikah.

 9–12 tahun

Si Kecil biasanya akan mengalami masa pubertas di rentang usia ini. Orang tua bisa
menjelaskan tentang gejala dan segala perubahan tubuh yang terjadi selama pubertas, baik yang
dialami pria maupun wanita. Misalnya saja tentang perubahan ukuran bagian-bagian tubuh
tertentu.Tak perlu sungkan, namun tetap gunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti. Bangun
komunikasi yang hangat dan akrab. Usahakan agar yang menjelaskan tentang pubertas pada anak
perempuan adalah ibu, sementara untuk anak laki-laki oleh ayah.

3. Cara mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak.

1. Bicarakan tentang Bagian Tubuh Sejak Dini

Hal ini mungkin terdengar sepele, tapi kamu harus mengenalkan anak pada bagian tubuhnya
dengan sebutan yang benar. Misalnya untuk menyebut alat laki-laki, jangan menyebutnya dengan

8
sebutan lain seperti "burung". Mama-Mama harus memberi tahu anak kalau alat kelamin pria disebut
penis. Hal ini bertujuan agar anak merasa nyaman menggunakan kata-kata ini dan mengetahui artinya.
Hal ini juga dapat membantu anak berbicara dengan jelas jika sesuatu yang tidak pantas telah terjadi.

2. Ajari Anak Bahwa Beberapa Bagian Tubuh Bersifat Pribadi

Beri tahu anak kalau ada bagian tubuh mereka yang bersifat pribadi, jadi tidak boleh dilihat
orang lain. Jelaskan bahwa Mama dan Papa boleh melihat mereka telanjang, tetapi orang-orang di luar
rumah hanya boleh melihat mereka jika sedang berpakaian.

3. Ajarkan Batasan Tubuh Anak

Beri tahu anak tanpa basa-basi bahwa tidak ada yang boleh menyentuh bagian pribadi mereka
dan tidak ada yang boleh meminta mereka untuk menyentuh bagian pribadi orang lain. Orang tua
mungkin melupakan bagian kedua dari kalimat ini. Namun harus diingat, pelecehan seksual sering
kali dimulai dengan pelaku meminta anak untuk menyentuh bagian tubuh mereka atau orang lain.

4. Beri Tahu Anak untuk Terbuka dengan Orang Tua

Kebanyakan pelaku akan memberi tahu anak untuk merahasiakan pelecehan tersebut.
Misalnya dengan omongan halus seperti, "Jangan kasih tahu Mamamu ya, nanti kita gak bisa main
lagi". Bisa juga berupa ancaman: “Ini rahasia kita ya! Awas kalau berani bilang ke Mama, nanti kamu
bakal dimarahin!”

Kamu harus memberi tahu anak-anak bahwa apa pun yang dikatakan orang kepada mereka, rahasia
soal tubuh tidak boleh dilakukan dan mereka harus selalu memberi tahu kamu jika seseorang mencoba
membuat mereka merahasiakannya.

5. Beri Tahu Anak Tidak Ada yang Boleh Memotret Tubuh Mereka

Hati-hati ya! Mama pernah baca kalau di luar sana ada para pedofil yang suka mengambil dan
memperdagangkan foto anak-anak telanjang secara online. Beri tahu anak-anak bahwa tidak ada
seorang pun yang boleh memotret tubuh mereka.

6. Ajari Anak Cara Keluar dari Situasi yang Menakutkan atau Tidak Nyaman

9
Beberapa anak mungkin merasa tidak nyaman untuk mengatakan "tidak" kepada orang lain,
terutama teman sebaya yang lebih tua atau orang dewasa. Beri tahu mereka bahwa tidak apa-apa
untuk memberi tahu orang dewasa bahwa mereka tidak suka akan sesuatu hal.Beri tahu anak jika
seseorang ingin melihat atau menyentuh bagian pribadinya, anak bisa berdalih untuk pergi buang air
kecil dan segera menjauh dari orang tersebut.

7. Miliki Kata Sandi yang Bisa Digunakan saat Anak Merasa Tidak Aman

Seiring bertambahnya usia anak-anak, kamu bisa memberi mereka kata kode yang dapat
digunakan ketika mereka merasa tidak aman. Ini dapat digunakan di rumah, ketika ada tamu di rumah,
atau ketika anak sedang di luar rumah.

DAFTAR PUSTAKA

https://rsudashari.pemalangkab.go.id/pelayanan/instalasi-kesehatan-reproduksi.html#:~:text=Faktor
%20yang%20mempengaruhi%20kesehatan%20reproduksi,serta%20tempat%20tinggal%20didaerah
%20terpencil

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2235/2/BAB%20I.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai