Kelompok 1
Segala Puji dan Syukur kelompok panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat tuntunan dan kasih-Nya kelompok dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Mata Kuliah
ini, oleh karena itu sangat di harapkan kritikan dan saran dari Dosen pengampu Mata Kuliah
Kelompok yakin bahwa penulisan Makalah ini tidak bisa diselesai dengan baik tanpa
bantuan dan dorongan dari Dosen pengampu Mata Kuliah, oleh sebab itu disampaikan
terimakasih kepada Ma’am Filia Veronica Tiwatu, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Mat. Selaku
Dosen pengampu Mata Kuliah, kepada keluarga dan teman-teman yang selalu membantu
kami.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar belakang...........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
2.1 Pengertian...................................................................................................................4
2.2 Bahaya Seks Pada Remaja............................................................................................4
2.3 Pubertas dan Perkembangan Seksual......................................................................5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas Remaja........................................................6
2. 5 Strategi pencegahan.......................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Bahaya seks pada remaja
2. Perubahan emosional dan dampaknya terhadap seksualitas
3. faktor yang mempengaruhi seksualitas remaja
4. Resiko dan akibat seksualitas remaja
5. Cara pencegahan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Remaja merupakan fase kehidupan antara masa anak-anak dan dewasa. Fase remaja
merupakan fase dimana rasa keinginan tahuan terhadap sesuatu sangat besar termasuk rasa
panasaran terhadap perilaku seks. Hasil survey menunjukkan bahwa remaja di Indonesia telah
melakukan berbagai macam perilaku seksual berisiko. Peneltian ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk-bentuk perilaku seksual yang telah dilakukan oleh remaja di Indonesia.
Metode yang digunakan yaitu literatur review, dengan mencari berbagai referensi sesuai
dengan tujuan penelitian. Hasil telaah jurnal menunjukkan bahwa remaja di Indonesia telah
melakukan berbagai macam bentuk perilaku seksual. Yang paling umum dilakukan oleh
remaja adalah berpegangan tangan, menonton video porno bahkan telah sampai melakukan
hubungan seksual. Bentuk perilaku seks yang lain yaitu ciuman dan petting. Berdasarkan
hasil temuan ini, maka perlu dilakukan edukasi kesehatan reproduksi termasuk dampak dari
perilaku seksual, yang dilakukan oleh pihak sekolah bekerjasama dengan orang tua siswa.
Seksualitas merupakan istilah yang menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan
fisiologi pada laki-laki dan perempuan atau hubungan fisik (aktivitas seksual genital). Setelah
kita memahami arti seksualitas dan seks, mari kita bahas konsep seksualitas dari perspektif
psikologi. Pada dasarnya, biologi, psikologi, sosiologi, kultural, dan spiritual adalah semua
elemen yang mempengaruhi dan memengaruhi seksualitas. Remaja memiliki seksualitas,
yang mencakup perasaan, perilaku, dan identitas seksual mereka, dan merupakan bagian dari
tahap perkembangan yang normal dalam kehidupan mereka.
Anak remaja memiliki rasa ingin tahu dalam mencoba hal baru. Oleh karena itu, mereka
dapat mudah “tersesat” jika tidak memiliki bimbingan yang benar dari orang tua dan guru
mengenai pendidikan seks. Edukasi tentang bahaya seks bebas pada remaja penting dilakukan
sejak dini, Dengan begitu, mereka dapat terhindar dari perilaku seks bebas sekaligus dari
bahayanya. Berikut ini beberapa bahaya seks bebas pada remaja yang harus diketahui:
1. Terkena IM
Remaja yang terjerumus dalam seks bebas sangat rentan terkena infeksi menular
seksual. Apalagi jika mereka belum mendapat informasi, bahwa berganti-ganti
pasangan dapat meningkatkan risiko IMS. Terlebih jika mereka tidak menggunakan
pengaman seperti kondom.
2. Tertular HIV
Risiko infeksi menular seksual akibat seks bebas dapat berlanjut menjadi penularan
HIV. Risiko terinfeksi HIV lebih tinggi pada orang yang mengidap IMS. Terutama
sifilis, herpes, atau gonore. HIV dapat ditularkan melalui selaput lendir penis, vagina,
dan anus. Hal tersebut juga berpotensi menular melalui luka di mulut atau area tubuh
lainnya.
3. Terkena penyakit kanker
Bahaya seks bebas pada remaja selanjutnya yaitu risiko penyakit kanker. Remaja
perempuan yang sering berganti-ganti pasangan lebih berisiko mengalami kanker
serviks. Sedangkan orang yang sering melakukan seks oral, berisiko tinggi terkena
kanker mulut dan kanker tenggorokan.
4. Kehamilan yang tidak diinginkan
Seks bebas juga dapat meningkatkan risiko hamil di usia muda. Kehamilan tersebut
tentu bukan yang diinginkan remaja. Apalagi tubuh remaja belum optimal untuk
menanggung kehamilan, sehingga membutuhkan perhatian khusus. Bahaya tersebut
dapat berlanjut pada komplikasi kehamilan yang rentan terjadi.
Menurut Sarlito yang mempengaruhi masalah perilaku seksualitas dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut:
1. Meningkatnya Seksualitas
Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13 tahun.
Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku
seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya
juga semakin tinggi.
2. Penundaan Usia Perkawinan
Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya
17 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin lama makin
menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual
sebelum menikah.
3. Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media
Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang
merangsang seksualitas remaja.
4. Komunikasi Keluarga
Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku seksual yang
berbahaya.
5. Pergaulan yang Makin Bebas
Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat.
6. Ketaatan Beragama
Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut Monks dan Knoers (1987:
273) yaitu:
1. Usia
Usia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku seksual seseorang. Pada masa remaja
seksualitas dimulai dengan perubahan tubuh, yang menimbulkan tujuan baru dari
dorongan seks, yaitu reproduksi. Tahap inilah yang disebut fase genital.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai pandangan tentang bentuk dan perilaku seksual
yang berbeda. Pria lebih permisif terhadap perilaku seksual dibandingkan wanita,
mereka beranggapan bahwa seksualitas merupakan cara bersenggama, cara pacaran,
dan cara mencari hati lawan jenis. Sedangkan wanita lebih malu-malu dan cenderung
tidak tahu.
2.4 Resiko dan akibat seksualitas remaja
Seksualitas remaja adalah topik yang penting dan kompleks, dengan berbagai risiko dan
dampak yang terkait dengannya. Ini adalah beberapa di antaranya:
Risiko:
1. Kehamilan Remaja: Kehamilan pada remaja dapat mengganggu pendidikan dan
perkembangan mereka. Ini dapat menyebabkan tekanan emosional dan finansial, serta
memiliki dampak jangka panjang pada hidup mereka.
2. Penyakit Menular Seksual (PMS): Remaja yang aktif secara seksual memiliki risiko
tertular PMS seperti HIV, sifilis, gonore, dan klamidia. PMS dapat menyebabkan
masalah kesehatan jangka panjang, bahkan kematian.
3. Tekanan Emosional: Pergeseran dalam identitas seksual dan orientasi seksual bisa
menjadi sumber tekanan dan konflik emosional pada remaja. Diskriminasi atau
stigmatisasi juga bisa menyebabkan tekanan mental.
4. Cyberbullying dan Pelecehan: Seksualitas remaja yang diekspresikan secara online
dapat meningkatkan risiko cyberbullying, pelecehan online, atau penyebaran foto atau
video yang tidak diinginkan.
5. Keterlibatan dalam Perilaku Berisiko: Seksualitas remaja yang tidak sehat bisa
mengarah pada perilaku berisiko seperti konsumsi alkohol dan obat-obatan, kekerasan
dalam pacaran, atau pergaulan seksual yang tidak aman.
Dampak:
1. Pendidikan: Kehamilan remaja atau masalah kesehatan yang terkait dengan aktivitas
seksual dapat mengganggu pendidikan dan masa depan remaja.
2. Hubungan interpersonal: Seksualitas remaja bisa memengaruhi hubungan dengan
teman sebaya, keluarga, dan pasangan. Konflik dan ketidaksetujuan bisa timbul.
3. Kesehatan Mental: Stigma dan tekanan emosional yang terkait dengan identitas
seksual atau aktivitas seksual bisa berdampak pada kesehatan mental remaja.
4. Kesehatan Fisik: Penularan PMS atau kehamilan pada usia muda dapat memiliki
dampak negatif pada kesehatan fisik remaja.
5. Perkembangan Identitas: Seksualitas adalah bagian penting dari perkembangan
identitas remaja. Pengalaman seksualitas yang positif dan sehat dapat membantu
mereka memahami diri sendiri.
Penting untuk memberikan pendidikan seks yang komprehensif, dukungan emosional, dan
akses ke perawatan kesehatan reproduksi yang aman untuk remaja. Orang tua dan
pendidik dapat berperan penting dalam membantu remaja menghadapi risiko dan dampak
seksualitas mereka dengan cara yang positif dan aman.
2. 5 Strategi pencegahan
Salah satu cara untuk mengurangi angka tersebut adalah dengan memberikan edukasi
kesehatan tentang perawatan organ reproduksi, dampak pornografi, kehamilan tidak
diinginkan (KTD) dan aborsi, HIV/AIDS dan infeksi menular seksual, dan pendewasaan usia
reproduktif dan juga peran orang tau dalam menghadapi remaja pada masal awal pubertas.
Pencegahan seksualitas remaja yang tidak aman dan mengurangi risiko terkait memerlukan
pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk orang tua,
pendidik, komunitas, dan pemerintah. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan:
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ada 5 kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengolahan data,
analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :
1. Data Inti
Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data demografi, vital statistik,
status kesehatan komunitas.
2. Data Lingkungan Fisik
Pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas wilayah, dan kondisi geografis.
3. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan, fasilitas social (pasar, toko, swalayan).
4. Ekonomi
Jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan, jumlah pengeluaran rata-
rata tiap bulan, jumlah pekerja di bawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
5. Keamanan dan Tranportasi
6. Pilotik dan Keamanan
Sistem pengorganisasian, struktur organisasi, kelompk organisasi dalam
komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan.
7. Sistem Komunikasi
Sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas,
cara penyebaran informasi.
8. Pendidikan
Tingkat Pendidikan komunitas, fasilitas Pendidikan yang tersedia, dan jenis
Bahasa yang digunakan.
9. Rekreasi
Kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi.
3.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang kelompok kami angkat untuk masalah seksualitas pada
remaja, yaitu :
Subjektif :
Objektif :
(tidak tersedia)
Subjektif :
Objektif :
1. Konflik nilai
1. Mastektomi
2. Histerektomi
3. Kanker
4. Kondisi yang menyebabkan paralisis
5. Penyakit menular seksual (mis. Sifilis, gonore, AIDS)
b. Risiko disfungsi seksual
Definisi : Beresiko mengalami perubahan fungsi seksual selama fase respon
seksual berupa Hasrat, terangsang, orgasme dan relaksassi yang dipandang tidak
memuaskan, tidak bermakna/tidak adekuat.
Factor risiko
Biologis:
1. Gangguan neurologi
2. Gangguan urologi
3. Gangguan endokrin
4. Keganasan
5. Factor ginekologi (mis. Kehamilan, pasca persalinan)
6. Efek agen farmakologis
Psikologis:
1. Depresi
2. Kecemasan
3. Penganiayaan psikologis/seksual
4. Penyalahgunaan obat/zat
Situasional:
1. Konflik hubungan
2. Kurangnya privasi
3. Pola seksual pasangan menyimpang
4. Ketiadaan pasangan
5. Ketidakadekuatan edukasi
6. Konflik nilai personal dalam keluarga, budaya dan agama
1. Diabetes melitus
2. Penyakit jantung (mis. Hipertensi, penaykit jantung coroner)
3. Penyakit paru (mis. TB, PPOK, asma)
4. Stroke
5. Kehamilan
6. Kanker
7. Gangguan endokrin, perkemihan, neuromuscular, musculoskeletal,
kardiovaskuler
8. Trauma genital
9. Pembedahan pelvis
10. Kanker
11. Menopause
c. Risiko kehamilan tidak dikehendaki
Definisi: beresiko mengalami kehamilan yang tidak diharapkan baik karena alasan
waktu yang tidak tepat atau karena kehamilan tidak diinginkan.
Factor risiko:
1. Pemerkosaan
2. Hubungan seksual sedarah (incest)
3. Gangguan jiwa
4. Kegagalan penggunaan alat kontrasepsi
5. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
6. Tidak menggunakan alat kontrasepsi
7. Factor social ekonomi
1. Gangguan kepribadiann
2. Gangguan mental organic
3. Autism
4. Skizorfrenia
5. Depresi mayor
6. Dissociative identity disorder (DID)
7. Masokisme seksual
8. Gangguan afektif atau mania
9. Riwayat penganiayaan
e. Risiko perilaku kekerasan
Definisi: beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan/atau seksual pada diri
sendiri atau orang lain.
Factor risiko:
1. Pemikiran waham/delusi
2. Curiga pada orang lain
3. Halusinasi
4. Berencana bunuh diri
5. Disfungsi system keluarga
6. Kerusakan kognitif
7. Disorientasi atau konfusi
8. Kerusakan control impuls
9. Persepsi pada lingkungan tidaak akurat
10. Alam perasaan depresi
11. Riwayat kekerasan pada hewan
12. Kelainan neurologis
13. Lingkungan tidak teratur
14. Penganiayaan atau pengabaian anak
15. Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain atau
destruksi property orang lain
16. Impulsive
17. Ilusi
1. Hipotiroidisme
2. Sindrom gagal tumbuh (failure to thrive syndrome)
3. Leukemia
4. Defisiensi hormon pertumbuhan
5. Demensia
6. Delirium
7. Kelainan jantung bawaan
8. Penyakit kronis
9. Gangguan kepribadian (personality disorder)
3.3 Luaran
a. Identitas seksual
Definisi: pengenalan dan penerimaan diri terhadap aspek seksual
Ekspektasi: Membaik
Kriteria hasil:
- Menunjukkan pendirian seksual yang jelas meningkat
- Integrasi orientasi seksual ke dalam kehidupan seharihari meningkat
- Menyusun Batasan-batasan sesuai jenis kelamin meningkat
- Pencarian dukungan social meningkat
- Verbalisasi hubungan harmonis meningkat
- Verbalisasi hubungan seksual sehat meningkat
b. Fungsi seksual
Definisi: integrasi aspek fisik dan sosioemosional terkait penyaluran dan kinerja
seksual
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil:
- Kepuasan hubungan seksual meningkat
- Mencari informasi untuk mencapai kepuasan seksual meningkat
- Verbalisasi aktivitas seksual berubah menurun
- Verbalisasi peran seksual berubah menurun
- Verbalisasi fungsi seksual berubah menurun
- Keluhan nyeri saat berhubungan seksual (dyspareunia) menurun
- Keluhan sulit melakukan aktivitas seksual menurun
- Konflik nilai menurun
- Hasrat seksual membaik
- Orientasi seksual membaik
- Ketertarikan pada pasangan membaik
c. Penerimaan kehamilan
Definisi: Upaya untuk rekonsiliasi terhadap situasi/masalah kehamilan.
Ekspektasi; meningkat
Kriteria hasil:
- Verbalisasi penerimaan kehamilan meningkat
- Verbalisasi perasaan yang dialami meningkat
- Perilaku mencari perawatan kehamilan meningkat
- Menyusun perencanaan kehamilan meningkat
- Kemampuan menghargai diri sendiri meningkat
- Kemampuan menyesuaikan diri dengan kehamilan meningkat
- Marah menurun
- Menarik diri menurun
d. Kontrol diri
Definisi: kemampuan untuk mengendalikan atau mengatur emosi,pikiran, dan perilaku
dalam menghadapi masalah.
Ekspektasi; meningkat
Kriteria hasil:
- Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
- Verbalisasi umpatan menurun
- Pereilaku melukai diri sendiri/orang lain menurun
- Perilaku agresif/amuk menurun
- Suara keras menurun
- Bicara ketus menurun
- Verbalisasi keinginan membunuh diri menurun
- Verbalisasi isyarat bunuh diri menurun
- Verbalisasi rencana bunuh diri menurun
- Verbalisasi kehilangan hubungan yang penting menurun
- Perilaku merencanakan bunuh diri menurun
- Euphoria menurun
- Alam perasaaan depresi menurun
e. Status perkembangan
Definisi; kemampuan untuk berkembang sesuai dengan kelompok usia
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil:
- Keterampilan/perilaku sesuai usia meningkat
- Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat
- Respon social meningkT
- Kontak mata meningkat
- Kemarahan menurun
- Regresi menurun
- Afek membaik
- Pola tidur membaik
3.4 Intervensi
a. Edukasi seksualitas
Definisi: memberikan informasi dalam memahami dimensi fisik dan psikososial
seksualitas.
Tindakan
Observasi:
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik:
- Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
- Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta pengaruh media
Edukasi:
- Jelaskan anatomj dan fisiologi system reproduksi laki-laki dan Perempuan
- Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
- Jelaskan perkembangan emosi masa anak dan remaja
- Jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan social terhadap aktivitas seksual
- Jelaskan konsekuensi negative mengasuh anak pada usia ini
Edukasi seksualitas
Definisi :
Memberikan informasi dalam memahami dimensi fisik seksualitas.
Tindakan
Observasi
1.Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
2.Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3.Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4.Berikan kesempatan untuk bertanya
5.Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta pengaruh media
Edukasi
6.Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi laki-laki dan perempuan
7.Jelaskan perkembangan sesualitas sepanjang siklus kehidupan
8.Jelaskan perkembangan emosi masa anak dan remaja
9.Jelaskan pengamh tekanan kelompok dan sosial terhadap aktivitas seksual
10.Jelaskan konsekuensi negatif mengasuh anak pada usia dini (mis. kemiskinan,
kehilangan karir dan pendidikan)
11.Jelaskan risiko tertular penyakit menular seksual dan AIDS akibat seks bebas
12.Anjurkan orang tua menjadi edukator seksualitas bagi anak-anaknya
13.Anjurkan anak/remaja tidak melakukan aktivitas seksual di luar nikah
14.Ajarkan keterampilan komunikasi asertif untuk menolak tekanan teman sebaya dan sosial
dalam aktivitas
Definisi :
Mengajarkan pasien untuk mengidentifkasi dan mengelola stees akibat perubahan hidup
sehari-hari
Tindakan
Observasi :
Terapeutik:
Edukasi :
9.Anjurkan aktivitas untuk menyenangkan diri sendiri (mis. hobi, bermain musik, mengecat
kuku)
10.Ajurkan bersosialisasi
12.Anjurkan tertawa untuk melepas stres dengan membaca atau klip video lucu
Konseling seksualitas
Definisi
Tindakan
Observasi
Terapeutik
7.Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan menggunakan Bahasa yang
mudah diterima, dipahami, dan tidak menghakimi
Edukasi
Kolaborasi
Definisi
Mengidentifikasi dan menurunkan meminimalkan kemarahan pasien yang
diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali secara verbal sampai dengan
mencederai orang lain dan/atau merusak lingkungan.
Tindakan
Observasi
1.Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis: benda tajam, tali)
2.Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
3.Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan (mis: pisau cukur)
Terapeutik
4.Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
5.Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi
6.Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan pasien
7.Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
8.Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal (mis: relaksasi, bercerita)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengambilan keputusan terhadap kehamilan yang tidak
direncanakan.
Tindakan
Observasi
1.Identifikasi nilai-nilai dan keyakinan terhadap kehamilan
2.Identifikasi pilihan terhadap kehamilannya
Terapeutik
3.Fasilitasi mengungkapkan perasaan
4.Diskusikan nilai-nilai dan keyakinan yang keliru terhadap kehamilan
5.Diskusikan konflik yang terjadi dengan adanya kehamilan
6.Fasilitasi mengembangkan Teknik penyelesaian masalah
7.Berikan konseling kehamilan
8.Fasilitasi mengidentifikasi sistem pendukung
Edukasi
9.Informasikan pentingnya meningkatkan status nutrisi selama kehamilan
10.Informasikan perubahan yang terjadi selama kehamilan
Kolaborasi
11.Rujuk jika mengalami komplikasi kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/kehamilan-remaja-risiko-hamil-saat-usia-remaja-
kenali-risikonya
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/htj/article/view/660#:~:text=Hasil%20telaah%20jurnal
%20menunjukkan%20bahwa,lain%20yaitu%20ciuman%20dan%20petting
https://www.halodoc.com/artikel/bukan-hanya-hiv-ini-6-bahaya-seks-bebas-pada-remaja
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual (psychologymania.com)