Anda di halaman 1dari 25

SEKSUALITAS PADA REMAJA

Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi persyaratan


Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kelompok panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat tuntunan dan kasih-Nya kelompok dapat menyelesaikan Makalah dengan judul

“Seksualitas pada remaja”.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Mata Kuliah

Keperawatan Maternitas, dan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman Kelompok tentang

“Seksualitas pada remaja”.

Kelompok menyadari akan keterbatasan dan kemampuan dalam menyusun Makalah

ini, oleh karena itu sangat di harapkan kritikan dan saran dari Dosen pengampu Mata Kuliah

untuk kesempurnaan Makalah ini.

Kelompok yakin bahwa penulisan Makalah ini tidak bisa diselesai dengan baik tanpa

bantuan dan dorongan dari Dosen pengampu Mata Kuliah, oleh sebab itu disampaikan

terimakasih kepada Ma’am Filia Veronica Tiwatu, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Mat. Selaku

Dosen pengampu Mata Kuliah, kepada keluarga dan teman-teman yang selalu membantu

kami.

Manado, 31 Oktober 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar belakang...........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
2.1 Pengertian...................................................................................................................4
2.2 Bahaya Seks Pada Remaja............................................................................................4
2.3 Pubertas dan Perkembangan Seksual......................................................................5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas Remaja........................................................6
2. 5 Strategi pencegahan.......................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering digunakan
dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari
berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk memberi label
jender, baik seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994; Perry & Potter 2005). Seksualitas
adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan
dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman,
pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana
seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan
tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman,
pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan
tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994;
Perry & Potter, 2005). Misalnya, dalam berpacaran mereka mengekspesikan perasaannya
dalam bentuk perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti
berpelukan, berciuman hingga melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 1999). Seksualitas
dan aktivitas seksual merupakan suatu area yangharus dibicarakan dengan setiap remaja
secara rahasia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bahaya seks pada remaja
2. Perubahan emosional dan dampaknya terhadap seksualitas
3. faktor yang mempengaruhi seksualitas remaja
4. Resiko dan akibat seksualitas remaja
5. Cara pencegahan

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Bahaya seks pada remaja
2. Perubahan emosional dan dampaknya terhadap seksualitas
3. faktor yang mempengaruhi seksualitas remaja
4. Resiko dan akibat seksualitas remaja
5. Cara pencegahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Remaja merupakan fase kehidupan antara masa anak-anak dan dewasa. Fase remaja
merupakan fase dimana rasa keinginan tahuan terhadap sesuatu sangat besar termasuk rasa
panasaran terhadap perilaku seks. Hasil survey menunjukkan bahwa remaja di Indonesia telah
melakukan berbagai macam perilaku seksual berisiko. Peneltian ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk-bentuk perilaku seksual yang telah dilakukan oleh remaja di Indonesia.
Metode yang digunakan yaitu literatur review, dengan mencari berbagai referensi sesuai
dengan tujuan penelitian. Hasil telaah jurnal menunjukkan bahwa remaja di Indonesia telah
melakukan berbagai macam bentuk perilaku seksual. Yang paling umum dilakukan oleh
remaja adalah berpegangan tangan, menonton video porno bahkan telah sampai melakukan
hubungan seksual. Bentuk perilaku seks yang lain yaitu ciuman dan petting. Berdasarkan
hasil temuan ini, maka perlu dilakukan edukasi kesehatan reproduksi termasuk dampak dari
perilaku seksual, yang dilakukan oleh pihak sekolah bekerjasama dengan orang tua siswa.

Seksualitas merupakan istilah yang menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan
fisiologi pada laki-laki dan perempuan atau hubungan fisik (aktivitas seksual genital). Setelah
kita memahami arti seksualitas dan seks, mari kita bahas konsep seksualitas dari perspektif
psikologi. Pada dasarnya, biologi, psikologi, sosiologi, kultural, dan spiritual adalah semua
elemen yang mempengaruhi dan memengaruhi seksualitas. Remaja memiliki seksualitas,
yang mencakup perasaan, perilaku, dan identitas seksual mereka, dan merupakan bagian dari
tahap perkembangan yang normal dalam kehidupan mereka.

2.2 Bahaya Seks Pada Remaja

Anak remaja memiliki rasa ingin tahu dalam mencoba hal baru. Oleh karena itu, mereka
dapat mudah “tersesat” jika tidak memiliki bimbingan yang benar dari orang tua dan guru
mengenai pendidikan seks. Edukasi tentang bahaya seks bebas pada remaja penting dilakukan
sejak dini, Dengan begitu, mereka dapat terhindar dari perilaku seks bebas sekaligus dari
bahayanya. Berikut ini beberapa bahaya seks bebas pada remaja yang harus diketahui:

1. Terkena IM
Remaja yang terjerumus dalam seks bebas sangat rentan terkena infeksi menular
seksual. Apalagi jika mereka belum mendapat informasi, bahwa berganti-ganti
pasangan dapat meningkatkan risiko IMS. Terlebih jika mereka tidak menggunakan
pengaman seperti kondom.
2. Tertular HIV
Risiko infeksi menular seksual akibat seks bebas dapat berlanjut menjadi penularan
HIV. Risiko terinfeksi HIV lebih tinggi pada orang yang mengidap IMS. Terutama
sifilis, herpes, atau gonore. HIV dapat ditularkan melalui selaput lendir penis, vagina,
dan anus. Hal tersebut juga berpotensi menular melalui luka di mulut atau area tubuh
lainnya.
3. Terkena penyakit kanker
Bahaya seks bebas pada remaja selanjutnya yaitu risiko penyakit kanker. Remaja
perempuan yang sering berganti-ganti pasangan lebih berisiko mengalami kanker
serviks. Sedangkan orang yang sering melakukan seks oral, berisiko tinggi terkena
kanker mulut dan kanker tenggorokan.
4. Kehamilan yang tidak diinginkan
Seks bebas juga dapat meningkatkan risiko hamil di usia muda. Kehamilan tersebut
tentu bukan yang diinginkan remaja. Apalagi tubuh remaja belum optimal untuk
menanggung kehamilan, sehingga membutuhkan perhatian khusus. Bahaya tersebut
dapat berlanjut pada komplikasi kehamilan yang rentan terjadi.

2.3 Pubertas dan Perkembangan Seksual


Perkembangan seksual yang sehat melibatkan proses biologis, psikologis, dan sosial
budaya. Seperti semua aspek perkembangan remaja, perkembangan seksual terjadi baik
dalam diri individu maupun melalui interaksi dengan lingkungan. Misalnya, pemicu biologis
pubertas bersifat genetic, dan juga dipengaruhi oleh makanan yang tersedia. Proses psikologis
dan sosial terjadi melalui interaksi dengan keluarga, institusi budaya, dan teman sebaya, serta
dipengaruhi oleh perkembangan otak. Perkembangan seksual remaja kemungkinan besar akan
sehat, dan mengarah pada kesehatan seksual yang positif, bila setiap proses ini didukung
secara tepat di lingkungan remaja. Dengan menggabungkan semua faktor tersebut,
perkembangan seksual remaja yang sehat tidak terjadi melalui satu jalur saja, namun melalui
banyak jalur. Hal ini melibatkan lebih dari sekedar remaja yang menghindari infeksi menular
seksual atau kehamilan yang tidak diinginkan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Lintasan
perkemabangan seksual remaja yang sehat mempersiapkan seseorang menuju kehidupan yang
bermakna, produktif, dan Bahagia.

Pubertas adalah masa kehidupan di mana tubuh kita mampu


bereproduksi. Permulaan pubertas mengintensifkan perkembangan seksual, termasuk
perilaku seksual dini seperti masturbasi. Pubertas dimulai di otak – dan pada awalnya,
ini semua tentang penurunan hormon. Sebuah hormon di hipotalamus (hormon
pelepas gonadotropin atau GnRH) memberi sinyal pada kelenjar pituitari untuk mulai
memproduksi pembawa pesan kimiawi yang berhubungan dengan pubertas (hormon
luteinizing dan hormon perangsang folikel). Hormon-hormon ini mengalir melalui
aliran darah ke ovarium atau testis. Pada gilirannya, organ-organ ini mulai membuat
hormon seks (estrogen dan testosteron) yang menghasilkan perubahan fisik besar pada
masa pubertas. Otak memberi sinyal pada kelenjar pituitari untuk memproduksi
hormon yang berhubungan dengan pubertas.
 Ovarium mulai membuat estrogen; testis mulai membuat testosteron.
 Estrogen mendorong perkembangan payudara, peningkatan tinggi badan, pelebaran
pinggul, pertumbuhan rambut kemaluan dan ketiak, serta peningkatan lemak
tubuh. Siklus menstruasi biasanya dimulai sekitar dua tahun setelah perkembangan
payudara dimulai.
 Testosteron menyebabkan testis dan penis membesar, sperma muncul saat ejakulasi,
massa otot dan tinggi badan bertambah, dan banyak lagi.
 Pita suara menebal dan suara menjadi lebih dalam.
 Rambut tubuh dan wajah mulai tumbuh.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual :

Menurut Sarlito yang mempengaruhi masalah perilaku seksualitas dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut:

1. Meningkatnya Seksualitas
Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13 tahun.
Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku
seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya
juga semakin tinggi.
2. Penundaan Usia Perkawinan
Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya
17 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin lama makin
menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual
sebelum menikah.
3. Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media
Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang
merangsang seksualitas remaja.
4. Komunikasi Keluarga
Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku seksual yang
berbahaya.
5. Pergaulan yang Makin Bebas
Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat.
6. Ketaatan Beragama
Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut Monks dan Knoers (1987:
273) yaitu:

1. Usia
Usia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku seksual seseorang. Pada masa remaja
seksualitas dimulai dengan perubahan tubuh, yang menimbulkan tujuan baru dari
dorongan seks, yaitu reproduksi. Tahap inilah yang disebut fase genital.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai pandangan tentang bentuk dan perilaku seksual
yang berbeda. Pria lebih permisif terhadap perilaku seksual dibandingkan wanita,
mereka beranggapan bahwa seksualitas merupakan cara bersenggama, cara pacaran,
dan cara mencari hati lawan jenis. Sedangkan wanita lebih malu-malu dan cenderung
tidak tahu.
2.4 Resiko dan akibat seksualitas remaja
Seksualitas remaja adalah topik yang penting dan kompleks, dengan berbagai risiko dan
dampak yang terkait dengannya. Ini adalah beberapa di antaranya:
Risiko:
1. Kehamilan Remaja: Kehamilan pada remaja dapat mengganggu pendidikan dan
perkembangan mereka. Ini dapat menyebabkan tekanan emosional dan finansial, serta
memiliki dampak jangka panjang pada hidup mereka.
2. Penyakit Menular Seksual (PMS): Remaja yang aktif secara seksual memiliki risiko
tertular PMS seperti HIV, sifilis, gonore, dan klamidia. PMS dapat menyebabkan
masalah kesehatan jangka panjang, bahkan kematian.
3. Tekanan Emosional: Pergeseran dalam identitas seksual dan orientasi seksual bisa
menjadi sumber tekanan dan konflik emosional pada remaja. Diskriminasi atau
stigmatisasi juga bisa menyebabkan tekanan mental.
4. Cyberbullying dan Pelecehan: Seksualitas remaja yang diekspresikan secara online
dapat meningkatkan risiko cyberbullying, pelecehan online, atau penyebaran foto atau
video yang tidak diinginkan.
5. Keterlibatan dalam Perilaku Berisiko: Seksualitas remaja yang tidak sehat bisa
mengarah pada perilaku berisiko seperti konsumsi alkohol dan obat-obatan, kekerasan
dalam pacaran, atau pergaulan seksual yang tidak aman.
Dampak:
1. Pendidikan: Kehamilan remaja atau masalah kesehatan yang terkait dengan aktivitas
seksual dapat mengganggu pendidikan dan masa depan remaja.
2. Hubungan interpersonal: Seksualitas remaja bisa memengaruhi hubungan dengan
teman sebaya, keluarga, dan pasangan. Konflik dan ketidaksetujuan bisa timbul.
3. Kesehatan Mental: Stigma dan tekanan emosional yang terkait dengan identitas
seksual atau aktivitas seksual bisa berdampak pada kesehatan mental remaja.
4. Kesehatan Fisik: Penularan PMS atau kehamilan pada usia muda dapat memiliki
dampak negatif pada kesehatan fisik remaja.
5. Perkembangan Identitas: Seksualitas adalah bagian penting dari perkembangan
identitas remaja. Pengalaman seksualitas yang positif dan sehat dapat membantu
mereka memahami diri sendiri.
Penting untuk memberikan pendidikan seks yang komprehensif, dukungan emosional, dan
akses ke perawatan kesehatan reproduksi yang aman untuk remaja. Orang tua dan
pendidik dapat berperan penting dalam membantu remaja menghadapi risiko dan dampak
seksualitas mereka dengan cara yang positif dan aman.

2. 5 Strategi pencegahan
Salah satu cara untuk mengurangi angka tersebut adalah dengan memberikan edukasi
kesehatan tentang perawatan organ reproduksi, dampak pornografi, kehamilan tidak
diinginkan (KTD) dan aborsi, HIV/AIDS dan infeksi menular seksual, dan pendewasaan usia
reproduktif dan juga peran orang tau dalam menghadapi remaja pada masal awal pubertas.
Pencegahan seksualitas remaja yang tidak aman dan mengurangi risiko terkait memerlukan
pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk orang tua,
pendidik, komunitas, dan pemerintah. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan:

1. Pendidikan Seks Komprehensif: Sediakan pendidikan seks yang komprehensif yang


mencakup informasi tentang hubungan sehat, kontrasepsi, perlindungan dari penyakit
menular seksual, dan peran penting komunikasi yang sehat dalam hubungan.
Pendidikan seks harus diadaptasi sesuai dengan usia dan perkembangan remaja.
2. Komunikasi Terbuka: Fasilitasi komunikasi terbuka antara orang tua dan anak tentang
seksualitas. Orang tua harus merasa nyaman untuk menjawab pertanyaan dan
mendengarkan kekhawatiran anak mereka.
3. Akses ke Perawatan Kesehatan Reproduksi: Pastikan remaja memiliki akses ke
perawatan kesehatan reproduksi yang aman dan terjangkau. Ini termasuk konseling
tentang kontrasepsi, pengujian penyakit menular seksual, dan pelayanan yang ramah
remaja.
4. Promosi Hubungan Sehat: Ajarkan remaja tentang pentingnya hubungan sehat,
inklusif, dan saling hormat. Ini mencakup pemahaman tentang consent (izin) dan
penolakan yang sah dalam konteks hubungan.
5. Pengenalan Media Sosial dan Teknologi: Berikan pendidikan tentang risiko dan etika
yang terkait dengan penggunaan media sosial dan teknologi, serta dampak yang
mungkin timbul dari penyebaran gambar dan informasi pribadi.
6. Keluarga dan Dukungan Sosial: Dukung remaja dengan menciptakan lingkungan
keluarga yang stabil dan penuh kasih, serta mempromosikan jaringan dukungan sosial
yang positif.
7. Program Pencegahan Kesehatan Masyarakat: Program-program pencegahan yang
diselenggarakan di sekolah, pusat pemuda, atau komunitas dapat memberikan
informasi dan dukungan kepada remaja.
8. Penyuluhan Gender dan Keberagaman: Berikan penyuluhan tentang gender dan
keberagaman, serta diskriminasi yang mungkin dihadapi oleh individu LGBT+.
9. Peningkatan Kesadaran: Kampanye kesadaran tentang risiko dan dampak dari
seksualitas remaja yang tidak aman dapat membantu membangkitkan kesadaran
remaja.
10. Ketersediaan Kontrasepsi: Pastikan ketersediaan kontrasepsi yang aman dan efektif
bagi mereka yang membutuhkannya.
Penting untuk mencatat bahwa setiap komunitas dan budaya mungkin memiliki kebijakan
dan strategi yang berbeda untuk mengatasi seksualitas remaja. Pencegahan yang efektif
memerlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pendidik, layanan kesehatan,
keluarga, dan pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan sehat remaja.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ada 5 kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengolahan data,
analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :

1. Data Inti
Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data demografi, vital statistik,
status kesehatan komunitas.
2. Data Lingkungan Fisik
Pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas wilayah, dan kondisi geografis.
3. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan, fasilitas social (pasar, toko, swalayan).
4. Ekonomi
Jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan, jumlah pengeluaran rata-
rata tiap bulan, jumlah pekerja di bawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
5. Keamanan dan Tranportasi
6. Pilotik dan Keamanan
Sistem pengorganisasian, struktur organisasi, kelompk organisasi dalam
komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan.
7. Sistem Komunikasi
Sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas,
cara penyebaran informasi.
8. Pendidikan
Tingkat Pendidikan komunitas, fasilitas Pendidikan yang tersedia, dan jenis
Bahasa yang digunakan.
9. Rekreasi
Kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi.

3.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang kelompok kami angkat untuk masalah seksualitas pada
remaja, yaitu :

1. Pola Seksual Tidak Efektif berhubugan dengan ketakutan terinfeksi penyakit


menular seksual.
2. Resiko Disfungsi Seksual berhubungan dengan penganiayaan
psikologis/seksual dan pola seksual pasangan menyimpang.
3. Resiko Kehamilan Tidak Dikehendaki berhubungan dengan tidak
menggunakan alat kontrasepsi dan kegagalan penggunaan alat kontrasepsi.
4. Risiko Mutilasi Diri berhubungan dengan perkembangan remaja dan
penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual).
5. Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan persepsi pada lingkungan
tidak akurat.
6. Risiko Gangguan Perkembangan berhubungan dengan usia hamil di bawah 15
tahun, kehamilan tidak terencana dan kehamilan tidak diinginkan.
a. Pola seksual tidak efektif
Definisi : kekhawatiran individu melakukan hubungan seksual yang berisiko
menyebabkan perubahan Kesehatan.
Penyebab :
1. Kurangnya privasi
2. Ketiadaan pasangan
3. Konflik orientasi seksual
4. Ketakutan hamil
5. Ketakutan terinfeksi penyakit menular seksual
6. Hambatan hubungan dengan pasangan
7. Kurang terpapar informasi tentang seksualitas

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

1. Mengeluh sulit melakukan aktivitas seksual


2. Mengungkapkan aktivitas seksual berubah
3. Mengungkapkan perilaku seksual berubah
4. Orientasi seksual berubah

Objektif :

(tidak tersedia)

Gejala dan tanda minor

Subjektif :

1. Mengungkapkan hubungan dengan pasangan berubah

Objektif :

1. Konflik nilai

Kondisi klinis terkait :

1. Mastektomi
2. Histerektomi
3. Kanker
4. Kondisi yang menyebabkan paralisis
5. Penyakit menular seksual (mis. Sifilis, gonore, AIDS)
b. Risiko disfungsi seksual
Definisi : Beresiko mengalami perubahan fungsi seksual selama fase respon
seksual berupa Hasrat, terangsang, orgasme dan relaksassi yang dipandang tidak
memuaskan, tidak bermakna/tidak adekuat.
Factor risiko
Biologis:
1. Gangguan neurologi
2. Gangguan urologi
3. Gangguan endokrin
4. Keganasan
5. Factor ginekologi (mis. Kehamilan, pasca persalinan)
6. Efek agen farmakologis

Psikologis:

1. Depresi
2. Kecemasan
3. Penganiayaan psikologis/seksual
4. Penyalahgunaan obat/zat

Situasional:

1. Konflik hubungan
2. Kurangnya privasi
3. Pola seksual pasangan menyimpang
4. Ketiadaan pasangan
5. Ketidakadekuatan edukasi
6. Konflik nilai personal dalam keluarga, budaya dan agama

Kondisi klinis terkait:

1. Diabetes melitus
2. Penyakit jantung (mis. Hipertensi, penaykit jantung coroner)
3. Penyakit paru (mis. TB, PPOK, asma)
4. Stroke
5. Kehamilan
6. Kanker
7. Gangguan endokrin, perkemihan, neuromuscular, musculoskeletal,
kardiovaskuler
8. Trauma genital
9. Pembedahan pelvis
10. Kanker
11. Menopause
c. Risiko kehamilan tidak dikehendaki
Definisi: beresiko mengalami kehamilan yang tidak diharapkan baik karena alasan
waktu yang tidak tepat atau karena kehamilan tidak diinginkan.
Factor risiko:
1. Pemerkosaan
2. Hubungan seksual sedarah (incest)
3. Gangguan jiwa
4. Kegagalan penggunaan alat kontrasepsi
5. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
6. Tidak menggunakan alat kontrasepsi
7. Factor social ekonomi

Kondisi klinis terkait:

1. Penyakit menular seksual


2. Gangguan jiwa
3. Kegagalan penggunaan alat kontrasepsi
4. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
d. Risiko mutilasi diri
Definisi: berisiko sengaja mencederai diri yang menyebabkan kerusakan fisik
untuk memperoleh pemulihan ketegangan.
Factor risiko:
1. Perkembangan remaja
2. Individu autistic
3. Gangguan kepribadian
4. Penyakit keturunan
5. Penganiayaan (mis.fisik, psikologis, seksual)
6. Gangguan hubungan interpersonal
7. Perceraian keluarga
8. Keterlambatan perkembangan
9. Riwayat perilaku mencederai diri
10. Ancaman kehilangan hubungan yang bermakna
11. Ketidakmampuan mengungkapkan ketegangan secara verbal
12. Ketidakmampuan mengatasi masalah
13. Harga diri rendah
14. Peningkatan ketegangan yang tidak dapat ditoleransi

Kondisi klinis terkait:

1. Gangguan kepribadiann
2. Gangguan mental organic
3. Autism
4. Skizorfrenia
5. Depresi mayor
6. Dissociative identity disorder (DID)
7. Masokisme seksual
8. Gangguan afektif atau mania
9. Riwayat penganiayaan
e. Risiko perilaku kekerasan
Definisi: beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan/atau seksual pada diri
sendiri atau orang lain.
Factor risiko:
1. Pemikiran waham/delusi
2. Curiga pada orang lain
3. Halusinasi
4. Berencana bunuh diri
5. Disfungsi system keluarga
6. Kerusakan kognitif
7. Disorientasi atau konfusi
8. Kerusakan control impuls
9. Persepsi pada lingkungan tidaak akurat
10. Alam perasaan depresi
11. Riwayat kekerasan pada hewan
12. Kelainan neurologis
13. Lingkungan tidak teratur
14. Penganiayaan atau pengabaian anak
15. Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain atau
destruksi property orang lain
16. Impulsive
17. Ilusi

Kondisi klinis terkait:

1. Penganiayaan fisik, psikologis atau seksual


2. Sindrom atau organic (mis, penyakit Alzheimer)
3. Gangguan perilaku
4. Oppositional defiant disorder
5. Depresi
6. Serangan panik
7. Gangguan Tourette
8. Delirium
9. Demensia
10. Gangguan amnestic
11. Halusinasi
12. Upaya bunuh diri
13. Abnormalitas neurotransmittere otak
f. Risiko gangguan perkembangan
Definisi: beresiko mengalami gangguan untuk berkembang sesuai dengan
kelompok usianya.
Factor risiko:
1. Ketidakadekuatan nutrisi
2. Ketidakadekuatan perawatan prenatal
3. Keterlambatan perawatan prenatal
4. Usia hamil dibawa 15 tahun
5. Usia hamil diatas 35 tahun
6. Kehamilan tidak terencana
7. Kehamilan tidak diinginkan
8. Gangguan endokrin
9. Prematuritas
10. Kelainan genetic/kongenital
11. Kerusakan otak (mis. Perdarahan selama periode pascanatal, penganiayaan,
kecelakaan)
12. Penyakit kronis
13. Infeksi
14. Efek samping terapi (mis. Kemoterapi, terapi radiasi, agen farmakologis)
15. Penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual)
16. Gangguan pendengaran
17. Gangguan penglihatan
18. Penyalahgunaan zat
19. Ketidakmampuan belajar
20. Anak adopsi
21. Kejadian bencana
22. Ekonomi lemah
Kondisi klinis terkait:

1. Hipotiroidisme
2. Sindrom gagal tumbuh (failure to thrive syndrome)
3. Leukemia
4. Defisiensi hormon pertumbuhan
5. Demensia
6. Delirium
7. Kelainan jantung bawaan
8. Penyakit kronis
9. Gangguan kepribadian (personality disorder)

3.3 Luaran
a. Identitas seksual
Definisi: pengenalan dan penerimaan diri terhadap aspek seksual
Ekspektasi: Membaik
Kriteria hasil:
- Menunjukkan pendirian seksual yang jelas meningkat
- Integrasi orientasi seksual ke dalam kehidupan seharihari meningkat
- Menyusun Batasan-batasan sesuai jenis kelamin meningkat
- Pencarian dukungan social meningkat
- Verbalisasi hubungan harmonis meningkat
- Verbalisasi hubungan seksual sehat meningkat
b. Fungsi seksual
Definisi: integrasi aspek fisik dan sosioemosional terkait penyaluran dan kinerja
seksual
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil:
- Kepuasan hubungan seksual meningkat
- Mencari informasi untuk mencapai kepuasan seksual meningkat
- Verbalisasi aktivitas seksual berubah menurun
- Verbalisasi peran seksual berubah menurun
- Verbalisasi fungsi seksual berubah menurun
- Keluhan nyeri saat berhubungan seksual (dyspareunia) menurun
- Keluhan sulit melakukan aktivitas seksual menurun
- Konflik nilai menurun
- Hasrat seksual membaik
- Orientasi seksual membaik
- Ketertarikan pada pasangan membaik
c. Penerimaan kehamilan
Definisi: Upaya untuk rekonsiliasi terhadap situasi/masalah kehamilan.
Ekspektasi; meningkat
Kriteria hasil:
- Verbalisasi penerimaan kehamilan meningkat
- Verbalisasi perasaan yang dialami meningkat
- Perilaku mencari perawatan kehamilan meningkat
- Menyusun perencanaan kehamilan meningkat
- Kemampuan menghargai diri sendiri meningkat
- Kemampuan menyesuaikan diri dengan kehamilan meningkat
- Marah menurun
- Menarik diri menurun
d. Kontrol diri
Definisi: kemampuan untuk mengendalikan atau mengatur emosi,pikiran, dan perilaku
dalam menghadapi masalah.
Ekspektasi; meningkat
Kriteria hasil:
- Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
- Verbalisasi umpatan menurun
- Pereilaku melukai diri sendiri/orang lain menurun
- Perilaku agresif/amuk menurun
- Suara keras menurun
- Bicara ketus menurun
- Verbalisasi keinginan membunuh diri menurun
- Verbalisasi isyarat bunuh diri menurun
- Verbalisasi rencana bunuh diri menurun
- Verbalisasi kehilangan hubungan yang penting menurun
- Perilaku merencanakan bunuh diri menurun
- Euphoria menurun
- Alam perasaaan depresi menurun
e. Status perkembangan
Definisi; kemampuan untuk berkembang sesuai dengan kelompok usia
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil:
- Keterampilan/perilaku sesuai usia meningkat
- Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat
- Respon social meningkT
- Kontak mata meningkat
- Kemarahan menurun
- Regresi menurun
- Afek membaik
- Pola tidur membaik

3.4 Intervensi
a. Edukasi seksualitas
Definisi: memberikan informasi dalam memahami dimensi fisik dan psikososial
seksualitas.
Tindakan
Observasi:
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik:
- Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
- Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta pengaruh media
Edukasi:
- Jelaskan anatomj dan fisiologi system reproduksi laki-laki dan Perempuan
- Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
- Jelaskan perkembangan emosi masa anak dan remaja
- Jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan social terhadap aktivitas seksual
- Jelaskan konsekuensi negative mengasuh anak pada usia ini

Edukasi seksualitas
Definisi :
Memberikan informasi dalam memahami dimensi fisik seksualitas.
Tindakan
Observasi
1.Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
2.Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3.Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4.Berikan kesempatan untuk bertanya
5.Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta pengaruh media
Edukasi
6.Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi laki-laki dan perempuan
7.Jelaskan perkembangan sesualitas sepanjang siklus kehidupan
8.Jelaskan perkembangan emosi masa anak dan remaja
9.Jelaskan pengamh tekanan kelompok dan sosial terhadap aktivitas seksual
10.Jelaskan konsekuensi negatif mengasuh anak pada usia dini (mis. kemiskinan,
kehilangan karir dan pendidikan)
11.Jelaskan risiko tertular penyakit menular seksual dan AIDS akibat seks bebas
12.Anjurkan orang tua menjadi edukator seksualitas bagi anak-anaknya
13.Anjurkan anak/remaja tidak melakukan aktivitas seksual di luar nikah
14.Ajarkan keterampilan komunikasi asertif untuk menolak tekanan teman sebaya dan sosial
dalam aktivitas

Edukasi manajemen stress

Definisi :

Mengajarkan pasien untuk mengidentifkasi dan mengelola stees akibat perubahan hidup
sehari-hari

Tindakan

Observasi :

1.Identifkasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik:

2.Sediakan materi dan media pendiikan kesehatan


3.Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

4.Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

5.Ajarkan teknik relaksasi

6.Ajarkan latihan asertif

7.Ajarkan membuat jadwal olahraga teratur

8.Anjurkan tetap menulis jurmal untukmeningkatkan optimisme dan melepaskan beban

9.Anjurkan aktivitas untuk menyenangkan diri sendiri (mis. hobi, bermain musik, mengecat
kuku)

10.Ajurkan bersosialisasi

11.Anjurkan tidur dengan baik stiap malam ( 7-9 jam)

12.Anjurkan tertawa untuk melepas stres dengan membaca atau klip video lucu

13.Anjurkan menjalin komunikasi dengan keluarga dan profesi pemberi asuhan.

14.Anjurkan menyusun jadwal terstruktur.

Konseling seksualitas

Definisi

Memberikan bimbingan seksual pada pasangan sehingga mampu menjalankan


fungsinya secara optimal.

Tindakan

Observasi

1.Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem reproduksi, masalah seksualitas, dan


penyakit menular seksual

2.Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan penyebab


3.Monitor stres, kecemasan, depresi, dan penyebab disfungsi seksual

Terapeutik

4.Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan

5.Berikan kesempatan kepada pasangan untuk menceritakan permasalahan seksual

6.Berikan pujian terhadap perilaku yang benar

7.Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan menggunakan Bahasa yang
mudah diterima, dipahami, dan tidak menghakimi

Edukasi

8.Jelaskan efek pengobatan, Kesehatan dan penyakit terhadap disfungsi seksual

9.Informasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas seksual

Kolaborasi

10.Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu

Pencegahan perilaku kekerasan

Definisi
Mengidentifikasi dan menurunkan meminimalkan kemarahan pasien yang
diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali secara verbal sampai dengan
mencederai orang lain dan/atau merusak lingkungan.
Tindakan
Observasi
1.Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis: benda tajam, tali)
2.Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
3.Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan (mis: pisau cukur)
Terapeutik
4.Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
5.Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi
6.Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan pasien
7.Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
8.Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal (mis: relaksasi, bercerita)

Manajemen kehamilan tidak di kehendaki

Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengambilan keputusan terhadap kehamilan yang tidak
direncanakan.
Tindakan
Observasi
1.Identifikasi nilai-nilai dan keyakinan terhadap kehamilan
2.Identifikasi pilihan terhadap kehamilannya
Terapeutik
3.Fasilitasi mengungkapkan perasaan
4.Diskusikan nilai-nilai dan keyakinan yang keliru terhadap kehamilan
5.Diskusikan konflik yang terjadi dengan adanya kehamilan
6.Fasilitasi mengembangkan Teknik penyelesaian masalah
7.Berikan konseling kehamilan
8.Fasilitasi mengidentifikasi sistem pendukung
Edukasi
9.Informasikan pentingnya meningkatkan status nutrisi selama kehamilan
10.Informasikan perubahan yang terjadi selama kehamilan
Kolaborasi
11.Rujuk jika mengalami komplikasi kehamilan

DAFTAR PUSTAKA
https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/kehamilan-remaja-risiko-hamil-saat-usia-remaja-
kenali-risikonya
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/htj/article/view/660#:~:text=Hasil%20telaah%20jurnal
%20menunjukkan%20bahwa,lain%20yaitu%20ciuman%20dan%20petting
https://www.halodoc.com/artikel/bukan-hanya-hiv-ini-6-bahaya-seks-bebas-pada-remaja
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual (psychologymania.com)

Anda mungkin juga menyukai