Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Seksualitas Remaja

Dosen Pembimbing:
Tika Sari Dewy, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh
Kelompok 2:

Eka Nurdamayanti NIM 1114190633


Helda Aprilia NIM 1114190635
Neli Safitri NIM 1114190640
Rovita Usnul Ado NIM 1114190642
Siska Rahmawati NIM 1114190644

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dialah satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan akhirat kelak.Dialah
sesungguhnya Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat menyesatkan.Pertama-tama marilah
kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan, dan
motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasihkepada:
1. Tika Sari Dewy, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
2. Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Maternitas yang telah memberikan masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
3. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
4. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah Swt. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.Aamin.

Simpang Empat, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................
1.4 Manfaat..........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1 Definisi seksualitas remaja.............................................................................
2.2 Faktor-faktor seksualitas remaja....................................................................
2.3 Dimensi seksualitas........................................................................................
2.4 Perkembangan seks pada remaja....................................................................
2.5 Dampak seksualitas........................................................................................
BAB III HASIL SURVEY.........................................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................................
4.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui
interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup
pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan
dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang
dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui
perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata .
Masa remaja pekembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya interaksi antar
lawan jenis, baik itu interaksi antar teman atau interaksi ketika berkencan. Dalam
berkencan dengan pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan
dalam berbagai cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat,
bergandengan tangan, berciuman dan lain sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan
seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan
untuk menarik perhatian lawan jenis. Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks,
ada remaja yang melakukan secara terbuka mengadakan percobaan dalam kehidupan
seksual. Misalnya, dalam berpacaran mereka mengekspesikan perasaannya dalam bentuk
perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berpelukan,
berciuman hingga melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan Makalah ini adalah: Bagaimana
pengetahuan, sikap dan perilaku seksualitas pada remaja.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas I, untuk menambah wawasan tentang seksualitas
remaja, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana memberikan
pelayanan dalam masalah pada seksualitas remaja, dan sebagai salah satu
sarana belajar mahasiswa.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1) Apa itu sesksualitas remaja ?
2) Apa saja faktor-faktor seksualitas remaja ?
3) Apa saja yang termasuk kedalam dimensi seksualitas ?
4) Bagaimana perkembangan seks pada remaja ?
5) Apa saja dampak yang ditimbulkan dari seksualitas remaja ?

1.4 Manfaat
Agar kami sebagai mahasiswa/i keperawatan dapat mendalami ilmu dan dapat menjauhi
tentang bahayanya seksualitas remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Seksualitas Remaja


Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering
digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian
fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk
memberi label jender, baik seseorang itu pria atau wanita.
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui
interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup
pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan
dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang
dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui
perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata .
Masa remaja pekembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya interaksi antar
lawan jenis, baik itu interaksi antar teman atau interaksi ketika berkencan. Dalam
berkencan dengan pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan
dalam berbagai cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat,
bergandengan tangan, berciuman dan lain sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan
seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan
untuk menarik perhatian lawan jenis. Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks,
ada remaja yang melakukan secara terbuka mengadakan percobaan dalam kehidupan
seksual. Misalnya, dalam berpacaran mereka mengekspesikan perasaannya dalam bentuk
perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berpelukan,
berciuman hingga melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 2016).
`Seksualitas dan aktivitas seksual merupakan suatu area yang harus dibicarakan
dengan setiap remaja secara rahasia. Insidensi aktivitas seksual pada remaja tinggi dan
meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Kebanyakan remaja di bawah usia 15 tahun
belum pernah melakukan hubungan seksual, 8 dari 10 remaja putri dan 7 dari 10 remaja
putra belum pernah melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun.
Remaja terlibat dalam seksualitas karena berbagai alasan, diantaranya yaitu: untuk
memperoleh sensasi menyenangkan, untuk memuaskan dorongan seksual, untuk
memuaskan rasa keingintahuan, sebagai tanda penaklukan, sebagai ekspresi rasa sayang,
atau mereka tidak mampu menahan tekanan untuk menyesuaikan diri. Keinginan yang
sangat mendesak untuk menjadi milik seseorang memicu meningkatnya serangkaian
kontak fisik yang intim dengan pasangan yang diidolakan. Masa remaja pertengahan
adalah waktu ketika remaja mulai mengembangkan hubungan romantis dan ketika
kebanyakan remaja ingin memulai percobaan seksual.

2.2 Faktor-faktor Seksualitas Remaja


Faktor- faktor yang mempengaruhi Seksualitas Remaja
a. Faktor internal
yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang berupa bekerjanya
hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada
individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan.
b. Faktor eksternal,
yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual
sehingga memunculkan perilaku seksual. Stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh
melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas, diskusi dengan teman,
pengalaman masturbasi, pengaruh orang dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan
dan tontonan porno.

2.3 Dimensi Seksualitas


Seksualitas memiliki dimensi dimensi sosiokultural, dimensi agama dan etik,
dimensi psikologis dan dimensi biologis (Perry & Potter, 2015). Masing-masing dimensi
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi Sosiokultural Seksualitas, dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural
yang menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman
kultural secara global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam norma
seksual dan menghadapi spektrum tentang keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya
termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan selama berpacaran, apa yang
dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku
seksual, dengan siapa seseorang menikah dan siapa yang diizinkan untuk menikah.
Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai dan
sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi
seksual anggotanya. Setiap kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri
yang memandu perilaku anggotanya. Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara
berpikir individu dan menggarisbawahi perilaku seksual, termasuk, misalnya saja,
bagaimana seseorang menemukan pasangan hidupnya, seberapa sering mereka
melakukan hubungan seks, dan apa yang mereka lakukan ketika mereka melakukan
hubungan seks.
b. Dimensi Agama dan etik Seksualitas, juga berkaitan dengan standar pelaksanaan
agama dan etik. Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan
dengan seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum
sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional tentang
hubungan seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan
individu menentukan apa yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang melewati
batas kode etik individu dapat mengakibatkan konflik internal.
c. Dimensi Psikologis Seksualitas, bagaimana pun mengandung perilaku yang
dipelajari. Apa yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan
dengan mengamati perilaku orangtua. Orangtua biasanya mempunyai pengaruh
signifikan pertama pada anak-anaknya. Mereka sering mengajarkan tentang
seksualitas melalui komunikasi yang halus dan nonverbal. Seseorang memandang
diri mereka sebagai makhluk seksual berhubungan dengan apa yang telah orangtua
mereka tunjukan kepada mereka tentang tubuh dan tindakan mereka. Orangtua
memperlakukan anak laki-laki da perempuan secara berbeda berdasarkan jender.
d. Dimensi Biologis Seksualitas, berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki
dan perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam telur
yang telah dibuahi terorganisir dalam kromosom yang menjadikan perbedaan
seksual. Ketika hormon seks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia
membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon mempengaruhi individu
kembali saat pubertas, dimana anak perempuan mengalami menstruasi dan
perkembangan karakteristik seks sekunder, dan anak laki-laki mengalami
pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan perkembangan
karakteristik seks sekunder.

2.4 Perkembangan Seks Pada Remaja


Pada proses kematangan seks, sama halnya seperti aspek perkembanagn lainnya
akan terlihat juga adanya perbedaan-perbedaan individu dalam hal saat permulaan
mulainya perubahan dan lamanya proses. Walaupun ada pengaruh-pengaruh individu itu,
akan tetapi prosesnya sama saja seperti perkembangan fisik dan tinggi badan, dimana
pada remaja putri akan dimulai rata-rata 2 tahun lebih dahulu daripada teman remaja
prianya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh remaja itu, sebenarnya
merupakan akibat dari berfungsinya kelenjar-kelenjar seks dalam dalam tubuh yang
disertai dengan kematangan alat-alat seks atau yang lazim dikenal dengan sebutan organ
reproduksi. Remaja pria seperti remaja putri juga tidak akan mencapai kematangan seks
secara bersamaan. Menurut Gunarsa (2017), Surtiretna (2011), Perry & Potter (2015) dan
Kozier (2014) perkembangan seks pada remaja adalah sebagai berikut:
a. Remaja putri
Pada anak perempuan sekitar umur 9 sampai 11 tahun sudah mulai timbul
tanda-tanda pertama kematangan seks yakni pembesaran payudara dan pinggul.
Sesudah itu baru mulai pertumbuhan rambut di daerah kemaluan bagian luar dan
ketiak. Suaranya berubah merdu, kulit bertambah bagus dan halus. Kadar estrogen
yang meningkat mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar, dan terjadi
peningkatan lubrikasi vaginal. Menarche atau kedatangan haid untuk pertama
kalinya, pada umumnya akan timbul setelah memuncaknya percepatan pertumbuhan.
Umur tercapainya menarche tidak sama bagi semua remaja putri. Menarche dapat
terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun atau lebih. Dengan
timbulnya haid pertama belum berarti bahwa perlengkapan alat berkembangbiak
sudah sempurna.
b. Remaja putra
Proses kematangan seks pada remaja putra mulai antara 11 dan 15 tahun,
dengan umur rata-rata 13 dan 14 tahun. Proses ini dimulai dengan pertumbuhan
buah pelir dan zakar. Tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin luar lebih lambat.
Percepatan pertumbuhan buah pelir terjadi kira-kira bersamaan dengan percepatan
penambahan tinggi badan. Baru setahun kemudian mulai penambahan panjang alat
kelamin bagian luar atau penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis yang
dipengaruhi oleh peningkatan kadar testosterone dalam tubuh. Remaja putra mulai
mempunyai kumis dan jenggot, bulu-bulu mulai tumbuh di ketiak dan daerah
kelamin. Dengan membesarnya tulang di leher bagian depan (jakun), suara mereka
berubah menjadi pecah dan parau, karena tali-tali suara di kerongkongan mereka
sedang mengalami penyesuaian menjadi suara orang dewasa, demikian juga bidang
bahunya menjadi lebih besar ketimbang pinggangnya. Di samping perubahan suara
ada pula remaja pria yang mengalami penumbuhan atau penebalan rambut di dada.
2.5 Dampak Seksualitas
Dampak seksualitas pada remaja beberapa dampak yang timbul dari remaja yang
aktif secara seksual adalah sebagai berikut:
a. Dampak Fisik
1) AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome. Penyakit ini adalah
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh.
Penyebabnya adalah virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Salah satu
cara penularannya adalah melalui hubungan seksual. Selain itu HIV dapat
menular melalui pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV,
menerim tranfusi darah yang tercemar HIV atau dari ibu hamil yang terinfeksi
virus HIV kepada bayi yang dikandungannya. Di Indonesia penularan HIV/AIDS
paling banyak melalui hubungan seksual yang tidak aman serta jarum suntik
(bagi pecandu narkoba).
2) Penyakit kelamin (Penyakit Menular Seksual/ PMS) Remaja yang aktif secara
seksual memiliki risiko tinggi tertular PMS. Secara fisiologis, serviks remaja
putri memiliki ektropion (eversi kanalis serviks uteri) yang besar, terdiri atas sel-
sel epithelial kolumnar yang jauh lebih rentan tertular PMS. PMS adalah penyakit
yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual
dan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar penyakit ini dapat berakibat serius
bagi kesehatan reproduksi yaitu kemandulan dan kebutaan pada bayi yang baru
lahir bahkan kematian. Penyakit menular seksual (PMS) dialami sekitar 10 juta
orang per tahun di bawah usia 25 tahun. Tingkat inseden tertinggi mengharuskan
adolesens yang aktif-seksual dilakukan skrining terhadap PMS, meskipun mereka
tidak menunjukan gejala. Pemeriksaan fisik pada adolesens yang aktif secara
seksual setiap tahun harus meliputi pemeriksaan seksama genetalia sehingga
kondilomata akuminata (kutil genital), herpes, dan PMS yang lain tidak terlewat.
Uji yang direkomendasikan bagi wanita meliputi pap smear, kultur serviks untuk
jenis gonore dan uji sifilis. Jika pria melakukan aktivitas homoseksual, kultur
rektal dan faring juga perlu dilakukan untuk memeriksa adanya gonore. Penyakit
kelamin yang dapat terjadi antara lain kencing nanah (Gonorrhoe), raja singa
(Sifilis), herpes genitalis, limfogranuloma venereum (LGV), kandidiasis,
trikomonas vaginalis, kutil kelamin. Karena perilaku seksual dapat mencakup
seluruh tubuh dan tidak hanya genital, banyak bagian tubuh adalah tempat
potensial untuk PMS. Telinga, mulut, tenggorok, lidah, hidung dan kelopak mata
dapat digunakan untuk kesenangan seksual. Perineum, anus, dan rektum juga
sering digunakan dalam aktivitas seksual. Lebih jauh lagi, setiap kontak dengan
cairan tubuh orang lain sekitar kepala atau suatu lesi terbuka pada kulit, anus,
atau genitalia dapat menularkan PMS.
Tanda-tanda penyakit kelamin (Pria), berupa: bintil-bintil berisi cairan, lecet
atau borok pada penis/alat kelamin, luka tidak sakit; keras dan berwarna merah pada
alat kelamin, adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam, rasa gatal yang
hebat sepanjang alat kelamin, rasa sakit yang hebat pada saat kencing, kencing nanah
atau darah yang berbau busuk, bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang
kemudian berubah menjadi borok.
Tanda-tanda penyakit kelamin (Wanita), berupa: rasa sakit/nyeri saat
kencing/hubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah, pengeluaran lendir
pada vagina/alat kelamin, keputihan berwarna putih susu, bergumpal , rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya , keputihan yang berbusa, kehijauan,
berbau busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
b. Dampak perilaku dan kejiwaan
Dampak yang timbul akibat remaja yang aktif secara seksual yaitu dampak
perilaku dan kejiwaan antara lain: terjadinya penyakit kelainan seksual, keinginan
untuk selalu melakukan hubungan seks. Selalu menyibukkan waktunya untuk
berbagai khayalankhayalan seksual, jima, ciuman, rangkulan, pelukan, dan
bayanganbayangan bentuk tubuh wanita luar dan dalam, pemalas, sulit berkonsentrasi,
sering lupa, bengong, ngelamun, badan jadi kurus dan kejiwaan menjadi tidak stabil.
Yang ada dipikirannya hanyalah seks dan seks serta keinginan untuk melampiaskan
nafsu seksualnya, bila tidak mendapat teman untuk sex bebas, ia akan pergi ke tempat
pelacuran (prostitusi) dan menjadi pemerkosa. Lebih ironis lagi bila ia tak
menemukan orang dewasa sebagai korbannya, ia tak segan-segan memerkosa anak-
anak dibawah umur bahkan nenek yang sudah uzur.
BAB III
HASIL SURVEY
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Remaja terlibat dalam seksualitas karena berbagai alasan, diantaranya yaitu:
untuk memperoleh sensasi menyenangkan, untuk memuaskan dorongan seksual, untuk
memuaskan rasa keingintahuan, sebagai tanda penaklukan, sebagai ekspresi rasa sayang,
atau mereka tidak mampu menahan tekanan untuk menyesuaikan diri. Keinginan yang
sangat mendesak untuk menjadi milik seseorang memicu meningkatnya serangkaian
kontak fisik yang intim dengan pasangan yang diidolakan. Masa remaja pertengahan
adalah waktu ketika remaja mulai mengembangkan hubungan romantis dan ketika
kebanyakan remaja ingin memulai percobaan seksual.

4.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa/i mampu mempelajari dan memahami tentang pengetahuan, sikap
dan perilaku seksualitas remaja, semoga dengan pembuatan makalah ini dapat
bermanfaat yang akan menjadi informasi untuk kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai