Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yangalhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PENGARUH PACARAN di
KALANGAN REMAJA”.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai pengaruh dan dampak dari
berpacaran. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua tentang
pacaran diusia remaja itu seperti apa.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah senantiasa
merahmati segala usaha kita. Amin.

Semarang , 7 Februari 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..............................................................................................


Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah ........................................................................................ 2
D. Manfaat Makalah ...................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Pengertian Pacaran ..................................................................................... 3
B. Penyebab Pacaran di Usia Remaja ........................................................... 4
C. Dampak Pacaran di Usia Remaja .............................................................. 5
D. Dampak Pacaran Terhadap Prestasi belajar ............................................... 8
E. Cara Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja....... 10
F. Pembimbingan Remaja yang Berpacaran ................................................ 12
BAB III. PENUTUP ................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
B. Saran ........................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi
remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia
sedang dan akan terjadi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja
memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan
positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi.
Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran
yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya.
Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar
berarti belum mempunyai identitas diri yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila
pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari satu definisi
tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang mendifiniskan pacaran adalah ajang
dari untuk mendapatkan kepuasan libido seksual, atau pacaran hanya sebagai label “saya
punya pacat dan mendogkrak percaya diri”. Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penting
karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi
persoalan hidup untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tadi, maka perumusan masalah yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian pacaran?
2. Apa Penyebab Pacaran Usia Dini?
3. Apa Saja Dampak Pacaran Pada Diusia Dini?
4. Apa Saja Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar?
5. Bagaimana Kiat-Kiat Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Dini?
6. Siapa Pembimbingan Remaja yang Berpacaran?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan perumusan masalah yang kami buat sebelumnya, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pacaran .
2. Agar dapat mengetahui apa penyebab pacaran usia dini
3. Agar dapat mengetahui dmpak apa saja kalau pacaran pada usia dini.
4. Menganalisa dampak postif dan negatif berpacaran saat remaja terhadap prestasi belajar.
5. Untuk mengetahui kiat-kiat menghindari dampak negatif dalam pacaran di usia dini.
6. Cara orang tua membimbing anak remaja pada saat masa pacaran.

D. Manfaat Makalah
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi kalangan remaja yang belum mengerti tentang berpacaran dengan baik hal ini dapat di
jadikan sebagai masukan dan pengetahuan
2. Bagi orang tua penelitian ini dapat dijadikan sebagai pencerahan bagaiman membimbing
anak-ankanya saat berpacaran yang baik.
3. Memahami dengan baik dampak positif yang di dapatkan berpacaran saat remaja
4. Memahami dengan baik dampak negative yang di akibatkan berpacaran saat remaja dan di
harapkan untuk menjauhi dan menghindarinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pacaran.
Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar
dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan
bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi
dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya
sebelum pernikahan di Amerika.
Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang
bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki
kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut
Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan
meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda
yang belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang
berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan
karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam
Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai
keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman meliputi adanya rasa
kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan informasi penting mengenai diri
pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari keintiman.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan pengertian pacaran
adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa
kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang
belum menikah dengan tujuan untuk saling mnengenal dan melihat kesesuaian antara satu
sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.

B. Penyebab Pacaran di Usia Remaja


1. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang
paling mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya
internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat
yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsuntif, hedonisme dan gonta-ganti
pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia dini.
2. Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh
orang tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka
merupakan salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu
yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian
dari lingkungan sekelilingnya.
3. Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.
Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan
kekecawaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu
pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup
memenuhinya maka remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.
C. Dampak Pacaran Di Usia Remaja

1. Dampak Positif

a. Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga
kita mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam
bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar
bersosialisasi dengan pasangan kita.

b. Mempelajari karakteristik berbagai macam orang


Namun, kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati
bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya
mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai.
Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu,
membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang
mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang
remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari
karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan emosinya – ini merupakan saat yang tepat untuk
berpacaran – tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk
having fun. Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang
lain. Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan
dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang anaknya untuk berpacaran
(walau ada juga yang tidak).

2. Dampak Negatif

a. Cenderung menjadi pribadi yang rapuh


Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala,
perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum
pernah pacaran.Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang
rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki
alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk
dengan pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benar-
benar meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka sudah
mengenalnya ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan
sedih dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih atau marah,
perasan depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau makan, kurang tidur atau
tidak mau melakukan apa-apa. Dari situlah muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit
perut dan lainnya
Mereka yang mengenal cinta dan mengalami masalah dalam berhubungan dengan
pasangan lebih dulu memiliki pandangan yang lebih serius dan sikap yang lebih tertutup. Hal
itu memicu perasaan stres dan penyakit fisik lainnya.
b. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar
untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan
penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control
(CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang
memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.

c. Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga
emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya
sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya
dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.

D. Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar


Bagi remaja pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan
oleh para remaja , secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar, Berpacaran
dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh tersebut
adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan terganggu
konsentrasinya untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa
tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu belajarnya,
kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat
bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya
di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang ditimbulkan
berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh lainya.
Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat
dan semakin giat belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat
seorang siswa yang sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari
pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia kalah dari pasanganya maka dia akan merasa
malu dan ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran
teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana apabila salah satu seorang pasangan
mendapat nilai yang jelek dari pasanganya maka pasangan yang menang dia dapat meminta
apa saja pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll. Hal
tersebut juga dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang
sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin
bertemu pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi
dorongan semangat untuk lebih giat belajar.
Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt
bimbingan dari guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi
positif dan terhindar dari sisi negative yang di timbulkan.

E. Kiat-Kiat Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja

a. Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih
jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-
masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai
aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan
hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya
diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita
serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam
masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih
sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai
bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima,
namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan
seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan
mengotori makna dari pacaran itu sendiri.

b. No Seks
Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi
batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi,
Karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya,
seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih
tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa
dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah
seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat, penderitaan akan
selalu menghantui.

c. Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian
pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar
norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik.
Untuk itu, “Say Good Bye”, Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman dan
moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.

d. Kiat Sadar Diri


1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan belajar
untuk memahami karakter lawan jenis.
2. Hindari pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau
mendukung untuk aktivitas seksual.
3. Hindari makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.

Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu
diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat
mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
1. Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun
menendang.

2. Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus
mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan
mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap
dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh
bersama dengan pacar.

4. Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang
beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman
hebat (kissing), berpelukan hebat (petting), meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi
melakukan hubungan seks.

F. Pembimbingan Remaja yang Berpacaran


Bagaimanapun seorang remaja(siswa) yang berpacaran, berpacaran memiliki dampak
negative yang lebih banyak di bandingkan dampak postifnya oleh karena itu peranan orang
tua dan guru sangat di perlukan untuk membimbing para remaja agar terhindar dari prilaku-
prilaku negative yang ditimbulkan berpacaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anak-anaknya
adalah memantau dan slalu mengawasi kegiatan mereka apakah mereka dapat menepatkan
waktu yang tepat atau tidak seperti saat belajar maka harus belajar dll. Hal itu dapat membuat
mereka tidak melupakan kegiatan belajarnya karena terlalu memikirkan hubunganya, selain
itu orang tua juga dapat mengajarkan hal-hal apa yang di larang oleh agama kepada seseorang
yang bukan muhrimnya sehingga prilaku negative dapat dihindarkan akibat berpacaran.
Guru adalah salah satu yang sangat berperan dalam prestasi belajar disekolah bagi
seorang siswa dimana guru merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah ada ayah
dan ibu,peran guru dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak menurun prestasi
belajarnya adalah dengan cara selalu memberi nasihat semangat dan dorongan kepada siswa
dan tak lupa mengajarakan bagaimana berpacaran yang baik dan tidak melupakan kewajiban
belajaranya selain hal tersebut seorang guru dapat pula mengajarkan mana hal yang baik dan
buruk terutama pada guru agama sehingga mereka dapat mengerti dan menghindari perilaku
yang tidak baik pada saat berpacaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya berpacaran saat remaja bukanlah hal yang tidak baik karena secara usia
dan psikologi seorang remaja sudah siap, selain itu berpacaran apabila hanya untuk mengenal
satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama
untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri selain itu peran orang tua dan pengasuh
sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam prilaku-prilaku tidak baik yang
ditimbulkan.

B. Saran
Dalam hubungan pacaran sebenarnya tidak selalu mengarah ke hal negatif , dampak
positif pun dihasilkan dalam pacaran . Jadi disarankan kepada para pengasuh dan pejabat
Akademi Kepolisian untuk mempertimbangkan kembali Paraturan Kehidupan Taruna
Akademi Kepolisian yang mengatur tentang hubungan antara taruna dan taruni .

Anda mungkin juga menyukai