Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yangalhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PENGARUH PACARAN di
KALANGAN REMAJA”.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai pengaruh dan dampak dari
berpacaran. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua tentang
pacaran diusia remaja itu seperti apa.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah senantiasa
merahmati segala usaha kita. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tadi, maka perumusan masalah yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian pacaran?
2. Apa Penyebab Pacaran Usia Dini?
3. Apa Saja Dampak Pacaran Pada Diusia Dini?
4. Apa Saja Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar?
5. Bagaimana Kiat-Kiat Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Dini?
6. Siapa Pembimbingan Remaja yang Berpacaran?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan perumusan masalah yang kami buat sebelumnya, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pacaran .
2. Agar dapat mengetahui apa penyebab pacaran usia dini
3. Agar dapat mengetahui dmpak apa saja kalau pacaran pada usia dini.
4. Menganalisa dampak postif dan negatif berpacaran saat remaja terhadap prestasi belajar.
5. Untuk mengetahui kiat-kiat menghindari dampak negatif dalam pacaran di usia dini.
6. Cara orang tua membimbing anak remaja pada saat masa pacaran.
D. Manfaat Makalah
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi kalangan remaja yang belum mengerti tentang berpacaran dengan baik hal ini dapat di
jadikan sebagai masukan dan pengetahuan
2. Bagi orang tua penelitian ini dapat dijadikan sebagai pencerahan bagaiman membimbing
anak-ankanya saat berpacaran yang baik.
3. Memahami dengan baik dampak positif yang di dapatkan berpacaran saat remaja
4. Memahami dengan baik dampak negative yang di akibatkan berpacaran saat remaja dan di
harapkan untuk menjauhi dan menghindarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pacaran.
Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar
dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan
bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi
dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya
sebelum pernikahan di Amerika.
Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang
bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki
kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut
Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan
meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda
yang belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang
berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan
karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam
Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai
keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman meliputi adanya rasa
kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan informasi penting mengenai diri
pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari keintiman.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan pengertian pacaran
adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa
kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang
belum menikah dengan tujuan untuk saling mnengenal dan melihat kesesuaian antara satu
sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.
1. Dampak Positif
a. Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga
kita mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam
bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar
bersosialisasi dengan pasangan kita.
2. Dampak Negatif
c. Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga
emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya
sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya
dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
a. Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih
jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-
masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai
aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan
hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya
diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita
serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam
masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih
sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai
bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima,
namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan
seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan
mengotori makna dari pacaran itu sendiri.
b. No Seks
Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi
batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi,
Karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya,
seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih
tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa
dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah
seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat, penderitaan akan
selalu menghantui.
c. Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian
pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar
norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik.
Untuk itu, “Say Good Bye”, Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman dan
moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu
diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat
mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
1. Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun
menendang.
2. Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus
mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan
mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap
dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh
bersama dengan pacar.
4. Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang
beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman
hebat (kissing), berpelukan hebat (petting), meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi
melakukan hubungan seks.
B. Saran
Dalam hubungan pacaran sebenarnya tidak selalu mengarah ke hal negatif , dampak
positif pun dihasilkan dalam pacaran . Jadi disarankan kepada para pengasuh dan pejabat
Akademi Kepolisian untuk mempertimbangkan kembali Paraturan Kehidupan Taruna
Akademi Kepolisian yang mengatur tentang hubungan antara taruna dan taruni .