Anda di halaman 1dari 19

PEMILIHAN KARYAWAN BARU PADA CAFÉ

“KAFE” MENGGUNAKAN METODE AHP

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok

pada Mata Kuliah Riset Operasi Lanjutan

yang Diampu oleh Farikhin, S.Si, M.Si, Ph.D

DISUSUN OLEH :

1. BAGAS AGUNG RAHMAD ( 24010115130060 )

2. ANGGANI WIDYA SASONGKO ( 24010115130095 )

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Permasalahan .......................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup ....................................................................................... 2
1.4 Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II : LANDASAN TEORI ............................................................................. 4
2.1 Pengertian AHP ...................................................................................... 4
2.2 Keunggulan dan Kelemahan AHP ........................................................ 5
2.2.1 Keunggulan AHP ............................................................................ 5
2.2.2 Kelemahan AHP ................................................................................... 6
2.3 Tahapan AHP ......................................................................................... 6
BAB III : PEMBAHASAN ................................................................................... 9
3.1 Pendahuluan ........................................................................................... 9
3.2 Matriks Kepentingan Antara Kriteria ................................................. 9
3.3 Data Tingkat Kepentingan .................................................................. 11
3.4 Kesimpulan Sementara ........................................................................ 13
3.5 Uji Konsistensi ...................................................................................... 15
BAB IV : KESIMPULAN................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 17
4.2 Saran ...................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam usaha untuk melaksanakan kegiatan produksi setiap


perusahaan memerlukan sumber daya manusia sebagai fakor utama. Untuk
menjalankan kegiatan tersebut, dilaksanakan penerimaan karyawan pada
setiap perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan karyawan pada
sebuah perusahaan merupakan faktor penting, sehingga dalam
pelaksanaannya seringkali menggunakan syarat-syarat yang telah
ditentukan dan sesuai dengan standar perusahaan tersebut.

Dalam hal ini, penggunaan teknologi juga dapat digunakan sebagai


pendukung keputusan dalam menerima karyawan sesuai aturan-aturan dan
syarat yang terdapat dalam sebuah perusahaan karena sistem ini dapat
membantu memberikan keputusan dari beberapa alternatif yang ada
terhadap aturan yang talah ditentukan.

Salah satu metode dalam pengambilan keputusan yang sering


digunakan adalah Analytial Hierarchy Proccess (AHP). Metode AHP
merupakan salah satu metode sistem pendukung keputusan untuk
permasalahan yang melibatkan beberapa komponen atau kriteria
(multikriteria) dalam penilaiannya.

Dalam café “Kafe” yang terletak di RRI Semarang, untuk


penerimaan karyawan masih dilakukan secara manual. Pemilik dari café
“Kafe” hanya menyeleksi tanpa menggunakan dasar yang kuat untuk
menyelaraskan dengan apa yng dibutuhkan oleh tempat tersebut. Dalam
penilaian yang dilakukan untuk penerimaan karyawan belum menggunakan
metode AHP.

1
Barista adalah karyawan atau pegawai yang bekerja di bidang
penyajian, yang pekerjaannya membuat dan menyajikan kopi yang berbasis
espresso kepada pelanggan. Posisi barista di outlet café merupakan ujung
tombak bagi café tersebut karena rasa dari secangkir kopi tersebut tidak
lepas dari peranan seorang barista. Sehingga dalam penilaian yang
dilakukan untuk penerimaan barista harus sesuai dengan keahliannya.
Dalam hal ini, penulis membuat Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan
karyawan dengan metode AHP bertujuan agar dalam penilaian calon
karyawan (Barista) pada perusahaan tersebut dapat berjalan optimal.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah


untuk melakukan penelitian tentang sistem pendukung keputusan untuk
pengangkatan karyawan menggunakan metode AHP ini, yakni sebagai
berikut:

1. Bagaimana mengidentifikasi kriteria dan menentukan bobot prioritas


untuk setiap kriteria tersebut?

2. Bagaimana metode AHP dapat memberikan solusi dalam permasalahan


pemilihan karyawan yang sesuai kriteria?

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang ada pada sistem pendukung keputusan penerimaan


karyawan ini antara lain :

1. Sistem pendukung keputusan ini hanya bersifat untuk membantu


pengambilan keputusan memberikan solusi alternatif, sehingga keputusan
tetap berada di tangan manajemen..

2. Komponen penilaian dan kriteria pemilihan karyawanyang digunakan


adalah hasil dari kebijakan pihak manajemen.

2
3. Kriteria yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan ini adalah :
Mengetahui perbedaan jenis biji kopi, Brewing Method, Cupping Notes,
wawancara, dan pengalaman kerja.

4. Perhitungan penilaian perbandingan, menggunakan skala perbandingan 1


sampai 5.

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk:

1. Dapat mengidentifikasi kriteria dan menentukan bobot prioritas untuk


setiap kriteria tersebut.

2. Mendapatkan solusi dalam pemilihan karyawan yang sesuai kriteria.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian AHP

Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli


matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil
keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan
memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil
pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan
yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang
berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang dipresentasikan pada pertimbangan
yang telah dibuat. (Saaty, 1993).
Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan
bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan
mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-
masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Ada dua
alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding
tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan
tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau
bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh tindakan
tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh
tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya.
Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar
pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.

4
2.2 Keunggulan dan Kelemahan AHP

2.2.1 Keunggulan AHP

Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki


kelebihan dalam system analisisnya. Kelebihan - kelebihan analisis
ini adalah :

 Kesatuan (Unity) AHP membuat permasalahan yang luas


dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan
mudah dipahami.
 Kompleksitas (Complexity) AHP memecahkan
permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan
pengintegrasian secara deduktif.
 Saling ketergantungan (Inter Dependence) AHP dapat
digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas
dan tidak memerlukan hubungan linier.
 Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring) AHP mewakili
pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan
elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-
masing level berisi elemen yang serupa.
 Pengukuran (Measurement) AHP menyediakan skala
pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
 Konsistensi (Consistency) AHP mempertimbangkan
konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
 Sintesis (Synthesis) AHP mengarah pada perkiraan
keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-
masing alternatif.
 Trade Off AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-
faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif
terbaik berdasarkan tujuan mereka.

5
 Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus) AHP
tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi
menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.
 Pengulangan Proses (Process Repetition) AHP mampu
membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan
dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka
melalui proses pengulangan.

2.2.2 Kelemahan AHP


Dibalik keunggulan metode AHP yang sangat banyak,
terdapat juga kelemahan dalam metode AHP. Kelemahan metode
AHP adalah sebagai berikut:
 Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input
utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal
ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model
menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian
yang keliru.
 Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada
pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas
kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk
2.3 Tahapan AHP

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai


berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) :

1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.


Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita
pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang
ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah
tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi
tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2) Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah
menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki
yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk

6
mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang
berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin
diperlukan).
3) Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat
sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi,
mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua
perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan
prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan.
Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas
yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan
berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk
memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari
level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di
bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan.
4) Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah,
dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil
perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1
sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu
elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan
dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah
terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen.
Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan
elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan
berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat
di bawah. Intensitas Kepentingan 1 = Kedua elemen sama pentingnya,
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang
satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman

7
dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen
yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya,
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen
dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak
penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan
dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting
daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu
terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila
ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i
mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai
nilai kebalikannya dibanding dengan i
5) Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak
konsisten maka pengambilan data diulangi.
6) Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7) Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan
yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-
elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.
Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom
dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8) Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio
konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang
diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan
keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang
sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan
10 %.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pendahuluan

Data yang digunakan pada makalah ini adalah data yang diambil
langsung dari manajemen sebuah café “Kafe” yang terletak di RRI
Semarang. Menurut pihak manajemen terdapat beberapa kriteria yang
menjadi tolak ukur barista di café “Kafe” yaitu calon barista harus paham
tentang perbedaan jenis biji kopi. kemudian sanggup menggunakan alat
seduh manual maupun mesin (Brewing Method). Lalu mengetahui notes
dari kopi. Selain itu dalam wawancara pun juga menjadi kriteria dalam
menyeleksi calon barista.

Manajemen café telah menyeleksi dan menilai 4 calon barista yaitu


ada Emanuel Danang, Lala Jo Laura, Romli Rombil, dan Aris Prihantoro.
Setiap calon barista telah dinilai oleh pihak manajemen café sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan.

3.2 Matriks Kepentingan Antara Kriteria

Menurut pihak manajemen, bobot dari masing masing kriteria


adalah sebagai berikut

 Kemampuan menggunakan alat seduh manual maupun mesin lebih


penting 3 kali dari pengalaman kerja.

 Hasil wawancara lebih penting 3 kali dari pengalaman kerja.

 Pengetahuan notes dari kopi lebih penting 3 kali dari pengalaman


kerja.

 Pemahaman tentang perbedaan kopi lebih penting 3 kali dari


pengalaman kerja.

 Hasil wawancara lebih penting 3 kali dari Kemampuan


menggunakan alat seduh manual maupun mesin.

9
 Pengetahuan notes dari kopi lebih penting 3 kali dari Kemampuan
menggunakan alat seduh manual maupun mesin.

 Pemahaman tentang perbedaan kopi lebih lebih penting 3 kali dari


Kemampuan menggunakan alat seduh manual maupun mesin.

 Pengetahuan notes dari kopi lebih penting 3 kali dari hasil


wawancara.

 Pemahaman tentang perbedaan kopi lebih penting 3 kali dari hasil


wawancara.

 Pemahaman tentang perbedaan kopi lebih lebih penting 3 kali dari


pengetahuan notes dari kopi.

Dari bobot kriteria diatas, dapat dibuat matriks kepentingan antar


kriteria sebagai berikut

pengalaman Brewing cupping perbedaan jenis


Wawancara
kerja Method notes kopi
pengalaman
1.00 3.00 3.00 3.00 3.00
kerja
Brewing Method 0.33 1.00 3.00 3.00 3.00
wawancara 0.33 0.33 1.00 3.00 3.00
cupping notes 0.33 0.33 0.33 1.00 3.00
perbedaan jenis
0.33 0.33 0.33 0.33 1.00
kopi

Setelah diketahui matriks kepentingan antar kriteria, langkah


selanjutnya kita dapat menentukan matriks prioritas dari masing-masing
kriteria. Hasilnya adalah sebagai berikut

pengalaman Brewing cupping perbedaan


wawancara Prioritas
kerja Method notes jenis kopi
pengalaman
0.43 0.60 0.39 0.29 0.23 0.39
kerja
Brewing
0.14 0.20 0.39 0.29 0.23 0.25
Method
wawancara 0.14 0.07 0.13 0.29 0.23 0.17
cupping
0.14 0.07 0.04 0.10 0.23 0.12
notes
perbedaan
0.14 0.07 0.04 0.03 0.08 0.07
jenis kopi

10
Dari tabel diatas sudah didapatkan nilai priorotas dari masing-
masing kriteria yang ada.

3.3 Data Tingkat Kepentingan

Dari hasil penilaian yang dilakukan pihak manajemen terhadap


keempat calon barista yang telah mendaftarkan, didapatkan nilai
pembanding sebagai berikut

pengalaman Brewing cupping perbedaan


Nama Wawancara
kerja Method notes jenis kopi
Aris Prihantoro 4.00 4.00 3.00 3.00 4.00
Emanuel
4.00 4.00 3.00 4.00 3.00
Danang
Lala Jo Laura 4.00 3.00 4.00 4.00 3.00
Romli Rombil 4.00 3.00 3.00 4.00 4.00
Keterangan nilai:
1 : Buruk 2: Kurang Baik 3: Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik

Setelah data nilai di dapatkan, langkah selanjutnya ialah mengubah


data tersebut kedalam masing-masing kriteria sebagai berikut

Lala Jo Romli
PENGALAMAN KERJA Aris Prihantoro Emanuel Danang
Laura Rombil
Aris Prihantoro 1.00 1.00 1.00 1.00
Emanuel Danang 1.00 1.00 1.00 1.00
Lala Jo Laura 1.00 1.00 1.00 1.00
Romli Rombil 1.00 1.00 1.00 1.00

BREWING METHOD Aris Prihantoro Emanuel Danang Lala Jo Laura Romli Rombil
Aris Prihantoro 1.00 1.00 1.33 1.33
Emanuel Danang 1.00 1.00 1.33 1.33
Lala Jo Laura 0.75 0.75 1.00 1.00
Romli Rombil 0.75 0.75 1.00 1.00

Aris Romli
WAWANCARA Emanuel Danang Lala Jo Laura
Prihantoro Rombil

11
Aris Prihantoro 1.00 1.00 0.75 1.00
Emanuel Danang 1.00 1.00 0.75 1.00
Lala Jo Laura 1.33 1.33 1.00 1.33
Romli Rombil 1.00 1.00 0.75 1.00

Aris Romli
CUPING NOTES Emanuel Danang Lala Jo Laura
Prihantoro Rombil
Aris Prihantoro 1.00 0.75 0.75 0.75
Emanuel Danang 1.33 1.00 1.00 1.00
Lala Jo Laura 1.33 1.00 1.00 1.00
Romli Rombil 1.33 1.00 1.00 1.00

PERBEDAAN JENIS Aris Lala Jo


Emanuel Danang Romli Rombil
KOPI Prihantoro Laura
Aris Prihantoro 1.00 1.33 1.33 1.00
Emanuel Danang 0.75 1.00 1.00 0.75
Lala Jo Laura 0.75 1.00 1.00 0.75
Romli Rombil 1.00 1.33 1.33 1.00

Dari kelima tabel diatas, masing masing akan kita cari matriks
prioritasnya. Hasilnya adalah sebagai berikut

PENGALAMAN Aris Emanuel Lala Jo Romli


Prioritas
KERJA Prihantoro Danang Laura Rombil
Aris Prihantoro 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Emanuel Danang 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Lala Jo Laura 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Romli Rombil 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

Aris Emanuel Romli


BREWING METHOD Lala Jo Laura Prioritas
Prihantoro Danang Rombil
Aris Prihantoro 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29
Emanuel Danang 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29
Lala Jo Laura 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21
Romli Rombil 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21

Aris Emanuel Lala Jo Romli


WAWANCARA Prioritas
Prihantoro Danang Laura Rombil
Aris Prihantoro 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23

12
Emanuel Danang 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23
Lala Jo Laura 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
Romli Rombil 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23

Aris Lala Jo Romli


CUPING NOTES Emanuel Danang Prioritas
Prihantoro Laura Rombil
Aris Prihantoro 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
Emanuel Danang 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27
Lala Jo Laura 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27
Romli Rombil 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27

PERBEDAAN JENIS Aris Lala Jo Romli


Emanuel Danang Prioritas
KOPI Prihantoro Laura Rombil
Aris Prihantoro 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29
Emanuel Danang 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21
Lala Jo Laura 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21
Romli Rombil 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29

Setelah nilai prioritas dari masing masing kriteria telah diketahui,


langkah selanjutnya adalah membuat matriks vektor prioritasnya yaitu
sebagai berikut

pengalaman Brewing cupping perbedaan


wawancara
kerja Method notes jenis kopi
Aris Prihantoro 0.25 0.29 0.23 0.2 0.29
Emanuel Danang 0.25 0.29 0.23 0.27 0.21
Lala Jo Laura 0.25 0.21 0.31 0.27 0.21
Romli Rombil 0.25 0.21 0.23 0.27 0.29

3.4 Kesimpulan Sementara

13
Dari penghitungan diatas, didapatkan hasil untuk prioritas dari
masing masing kriteria adalah sebagai berikut

Prioritas
pengalaman
0.39
kerja
Brewing
0.25
Method
wawancara 0.17
cupping
0.12
notes
perbedaan
0.07
jenis kopi

Sementara untuk Prioritas subjek adalah sebagai berikut

pengalaman Brewing cupping perbedaan


kerja Method wawancara notes jenis kopi
Aris Prihantoro 0.25 0.29 0.23 0.2 0.29
Emanuel Danang 0.25 0.29 0.23 0.27 0.21
Lala Jo Laura 0.25 0.21 0.31 0.27 0.21
Romli Rombil 0.25 0.21 0.23 0.27 0.29

Langkah terakhir adalah menghitungan jumlah total prioritas dari


masing masing calon Barista.

1. Total prioritas Aris Prihantoro

0.39(0.25) + 0.25(0.29) + 0.17(0.23) + 0.12(0.2) + 0.07(0.29) =


0.253695646

2. Total prioritas Emanuel Danang

0.39(0.25) + 0.25(0.29) + 0.17(0.23) + 0.12(0.27) + 0.07(0.21) =


0.25603688

3. Total prioritas Lala Jo Laura

0.39(0.25) + 0.25(0.21) + 0.17(0.31) + 0.12(0.27) + 0.07(0.21) =


0.249711038

4. Total prioritas Romli Rombil

14
0.39(0.25) + 0.25(0.21) + 0.17(0.23) + 0.12(0.27) + 0.07(0.29) =
0.241714494

Dari penghitungan total prioritas didapatkan hasil

Nama Total Prioritas


Emanuel Danang 0.25603688
Aris Prihantoro 0.253695646
Lala Jo Laura 0.249711038
Romli Rombil 0.241714494

3.5 Uji Konsistensi

Data matriks kepentingan antar kriteria yang telah didapatkan


haruslah dicek apakah konsisten atau tidak. Rasio konsistensi sendir pada
Metode AHP diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%

Untuk mengetahui data tersebut bersifat konsisten atau tidak,


terdapat langkah-langkah sebagai berikut:

 Menghitung nilai eigen matriks kepentingan antar kriteria


 Hitung indeks konsistensi
 Hitung rasio konsisteni

 Jika Rasio konsistensi < 10% maka kesimpulan sementara dapat


diterima
pengalaman Brewing cupping perbedaan
wawancara
kerja Method notes jenis kopi
pengalaman
1.00 3.00 3.00 3.00 3.00
kerja
Brewing
0.33 1.00 3.00 3.00 3.00
Method
Wawancara 0.33 0.33 1.00 3.00 3.00
cupping notes 0.33 0.33 0.33 1.00 3.00
perbedaan jenis
0.33 0.33 0.33 0.33 1.00
kopi
Jumlah 2.32 4.99 7.66 10.33 13

15
Prioritas
pengalaman kerja 0.39
Brewing Method 0.25
Wawancara 0.17
cupping notes 0.12
perbedaan jenis kopi 0.07

 Untuk menghitung nilai eigen matriks kepentingan antar kriteria, rumusnya


adalah menjumlahkan hasil perkalian antara sel pada baris jumlah dan sel
pada kolom prioritas.

£Max = 2.32 (0.39) + 4.99 (0.25) + 7.66 (0.17) + 10.33 (0.12) + 13 (0.07) =
1.322

 Indeks Konsistensi
CI = (£Max – n)/(n-1)
= (1.322 – 5)/ (5-1)
= -0.7366
 Rasio Konsistensi
CR = CI/RI
= -0.7366/1.12
= -0.6568

Karena Rasio Konsistensi (CR) = -0.6568 < 0.1 maka kesimpulan


sementara dapat diterima.

16
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, diperoleh hasil nilai prioritas


masing-masing calon barista yaitu sebesar 0.253695646 untuk Aris
Prihantoro, 0.25603688 untuk Emanuel Danang, 0.241714494 untuk Romli
Rombil, dan 0.249711038 untuk Lala Jo Laura.

Maka dari itu karyawan yang memiliki nilai prioritas tertinggi untuk
dipilih menjadi barista di café “Kafe” adalah Emanuel Danang dengan nilai
prioritas sebesar 0.25603688.

4.2 Saran

Untuk pihak Manajemen café “Kafe” hasil dari pembahasan diatas


bisa dijadikan rujukan untuk penerimaan karyawan baru.

17

Anda mungkin juga menyukai