Dibuat oleh :
Ardiana Putra
Ananda Fiqri
Muhammad Rafli
Kelas : XH
KABUPATEN TANGERANG
TANGERANG
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena atas
kelimpahan rahmat – Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dengan adanya tugas yang diberikan guru kepada siswa/i, terkadang
menjadi semangat tersendiri untuk kami. Sebagai suatu persyaratan mendapatkan
nilai kelompok maupun individu, Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan
tentang “Kenakalan Remaja”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja
sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang
paling sesuai baginya dan inipun seringdilakukan melalui metode coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering
menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan
bagilingkungannya, orangtuanya. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku
yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja.
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kenakalan remaja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang yang melampaui batas
toleransi orang lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang dapat
melanggar norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja ini dapat
disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga remaja ini dapat
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Menurut Sumiati (2009),
mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja
dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para tokoh diatas, jadi yang dimaksud
dengan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan
yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
3
1. Merugikan diri sendiri
Remaja yang melakukan kenakalan dapat merugikan dirinya sendiri. Seperti
melakukan kebut-kebutan di jalan raya akibatnya adalah kecelakaan
berkendaraan.
2. Menggunakan obat terlarang
Dapat merusak moral, mental, dan kesehatan, malas belajar, dan hukuman
penjara.
3. Merugikan keluarga
Kerugian-kerugian akibat perbuatan negatif remaja, yakni merugikan keluarga.
Biaya yang sudah dikeluarkan orang tua untuk masa depan remaja menjadi sia-
sia.Apabila remaja harus menjalani rehabilitasi akibat narkoba, akan
menghabiskan harta dan mengakibatkan kebangkrutan keluarga. Selain itu,
keluarga juga harus menanggung malu akibat kenakalan anaknya.
4. Merugikan orang lain
Perbuatan negatif remaja juga dapat merugikan orang lain, seperti remaja
melakukan pencurian dan penodongan yang merugikan orang lain. Remaja
melakukan kebut-kebutan dapat menyenggol atau menabrak orang lain. Remaja
melakukan tawuran di jalan dapat melukai, bahkan menghilangkan nyawa
orang lain.
5. Merugikan bangsa dan negara
Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Ketika suatu negara tidak
mempunyai generasi muda yang berkualitas, negara tersebut tinggal menunggu
kehancurannya.Padahal, nasib dan masa depan bangsa dan negara terletak
di generasi muda.
1. Keluarga
4
Keluarga adalah institusi dasar yang mengajarkan nilai dan norma yang
akan dibawanya ke masyarakat atau kelompok yang lebih besar. Akan tetapi,
keluarga bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja jika melakukan pola
asuh yang salah (misalnya sering membedakan atau membanding-bandingkan
anak), kurangnya kontrol orangtua, kurangnya kasih sayang orangtua terhadap
anak, terlalu memanjakan, atau mendidik anak terlalu keras.
2. Lingkungan
3. Pergaulan
Selain keluarga dan lingkungan, pergaulan yang salah juga bisa menjadi
faktor penyebab kenakalan remaja. Jika memiliki kontrol diri yang lemah dan tidak
dibimbing dengan baik oleh orangtua, maka anak remaja bisa mengikuti apa yang
dilakukan oleh temannya, seperti mabuk-mabukan atau seks bebas. Oleh sebab itu,
penting bagi orangtua untuk senantiasa memperhatikan pergaulan anak.
4. Sekolah
6. Krisis identitas
5
Menurut penelitian, perubahan biologis dan sosiologis pada remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk, yaitu terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya dan tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja
umumnya terjadi karena ia gagal mencapai masa integrasi kedua. Hal inilah yang
membuatnya mengalami krisis identitas.
Kontrol diri yang lemah juga membuat remaja tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak bisa diterima.
Begitupun bagi remaja yang telah mengetahui perbedaan kedua tingkah laku
tersebut, tetapi tidak dapat mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku
sesuai dengan norma. Akibatnya, ia menjadi remaja nakal.
Penyebab terjadinya kenakalan remaja yang tak boleh dihiraukan adalah sering
bolos sekolah. Pasalnya, sekolah adalah tempat bagi anak untuk belajar tentang
moral yang baik. Jika anak sering bolos sekolah, bagaimana ia bisa belajar untuk
bisa berperilaku baik? Terlebih lagi, anak yang sering bolos sekolah tidak
merasakan rutinitas seperti bangun pagi, membersihkan kamarnya, mandi, hingga
mengerjakan PR. Hal ini juga dinilai bisa menjadi faktor kenakalan remaja.
9. Kondisi ekonomi
6
melakukan tindakan kriminal, seperti pencurian atau perampokan.
Perbuatan nekat tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginannya.
7
mereka semakin mengerti dan bisa memahami apa yang baik dan apa yang
tidak baik. Sehingga mampu mengatasi semua masalah
dengan kepala dingin.
8
2.6 Cara Penyelesaian Kenakalan Remaja
1. Jalin hubungan yang baik dengan anak
Menjalin hubungan yang kuat dengan anak merupakan salah satu upaya
yang sangat penting untuk melindungi anak remaja yang pernah atau berisiko
melakukan kenakalan. Meski menjalin hubungan yang kuat mungkin membutuhkan
usaha dan waktu yang cukup lama.
Cara lain mengatasi kenakalan remaja yaitu tetapkan aturan dan batasan pada anak
sejelas mungkin. Sebagai orangtua, Anda harus bisa menghormati setiap anggota
keluarga dan menghargai setiap pendapat, termasuk anak Anda. Oleh sebab itu,
tanggapi kenakalan anak remaja Anda dengan adil dan sesuai. Hindari marah secara
berlebihan. Sebagai contoh, jika anak Anda melakukan suatu kenakalan dan sulit
diatur, Anda bisa menentukan hukuman yang setimpal sesuai dengan kesepakatan
antara Anda dan anak.
Anak yang pernah melakukan atau mengalami kenakalan terkadang masih sulit
untuk mengendalikan perilakunya dengan baik. Sebagai cara mengatasi kenakalan
remaja, Anda harus bisa membantu anak mengatur perilakunya agar bisa menjadi
lebih baik. Dengan mendidik anak cara berperilaku yang baik, Anda bisa membantu
mereka menghindari diri terlibat ke dalam masalah atau kenakalan lainnya. Anak
pun bisa memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik
dan sukses.
9
Agar bisa memahami segala perilaku anak Anda, penting untuk memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang perkembangan psikologi anak
sebagai remaja. Dengan pemahaman yang cukup, Anda bisa mengetahui respons
yang paling tepat untuk mengahadapi dan menangani perilaku anak Anda, termasuk
jika ia melakukan suatu kenakalan.
Buat rumah senyaman mungkin, bukan hanya untuk anak Anda tetapi juga teman-
temannya. Ini bisa membuat anak dan temannya mau bermain dan menghabiskan
waktu di rumah, dibandingkan pergi keluar rumah. Dengan begitu, Anda bisa lebih
mudah mengawasi apa yang anak lakukan, sekaligus mengenal dengan siapa saja
anak berteman.
Bila diperlukan, Anda bisa mencari bantuan dan saran dari para ahli, seperti para
petugas di dinas sosial. Anda bisa mencari tahu dan meminta saran terkait
bagaimana cara menjadi orangtua yang baik untuk anak Anda dan kendala apa saja
yang mungkin Anda hadapi. Seperti meminta saran cara mengatasi kenakalan
remaja yang dilakukan oleh anak Anda dan mencegah hal tersebut terjadi kembali
di kemudian hari.
Jika kenakalan yang dilakukan oleh anak Anda cukup serius, ia mungkin harus
menjalani hukuman sesuai dengan usia anak. Remaja termasuk golongan di bawah
umur yang harus dipisahkan dari orang dewasa saat harus menjalani hukuman
setelah ditetapkan melalui proses hukum atau pengadilan.
Bukan hanya menyalahkan anak saat ia diketahui terlibat kenakalan remaja, tetapi
Anda juga harus bisa memberikan dukungan yang diperlukan oleh anak selama
mengahadapi masa-masa sulit akibat apa yang telah dilakukan. Setelah ketahuan
melakukan kenakalan, anak mungkin harus menjalani terapi, pengobatan, atau
10
aktivitas lainnya untuk membantunya pulih dan mengatasi perilaku yang
menyimpang. Selama masa tersebut, Anda diharapkan untuk terus bisa
mendampingi anak agar ia bisa merasa mendapat dukungan dari orang-orang di
sekitarnya, terutama kedua orangtuanya, untuk bisa menjadi lebih baik.
Tentu ada variasi lain soal usia ini, karena dalam beberapa peraturan
perundang-undangan, usia anak memiliki batas maksimal 17 tahun, seperti untuk
ikut memilih presiden dan wakil presiden (UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden) atau untuk memilih di pemiilu legislatif
(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah).
11
Negeri yang Meninggal Dunia, dicantumkan keterangan bahwa anak yang dapat
ditunjuk sebagai yang berhak menerima tunjangan ialah anak-anak yang dilahirkan
sebelum dan sesudahnya peraturan ini dijalankan dan belum mencapai umur 21
tahun penuh.
Batas usia minimal untuk bisa disebut dewasa, dengan demikian bisa
berbeda-beda sesuai aturan yang digunakan. Batas usia 17, 18, 21, atau 23 tahun di
atas, juga tidak mutlak. Apabila sebelum mencapai usia-usia itu ternyata subjek
telah melangsungkan perkawinan, maka sejak saat itu juga telah terjadi proses
pendewasaan.
Satu hal yang menarik adalah apakah usia anak ini terkait dengan dengan
jenis-jenis tindak pidana anak? Ternyata hukum nasional kita tidak memberi
penegasan tentang apa saja jenis-jenis tindak pidana anak itu. Semua jenis tindak
pidana yang dilakukan oleh anak, digolongkan sebagai tindak pidana anak.
Padahal, seharusnya ada istilah yang dalam bahasa Inggris disebut juvenile
delequency. Dulu, istilah ini kerap diterjemahkan sebagai kenakalan remaja.
Namun, terminologi “remaja” sepertinya tidak lagi dimasukkan sebagai terminologi
hukum positif Indonesia. Artinya, konsep juvenile delequency seharusnya
dialihbahasakan menjadi kenakalan anak.
12
Jika dilihat dari rentang umur tersebut, maka Anak yang Berkonflik dengan
Hukum (selanjutnya disingkat ABH) ini sudah dapat melakukan tindak pidana
umum yang tergolong serius di mata masyarakat, seperti pembunuhan,
pemerkosaan, penganiayaan, dan penipuan. Sebagai contoh, tindak pidana
pemerkosaan dan pembunuhan sadis terhadap remaja bernama Yuyun di Bengkulu
(2 April 2016) dilakukan oleh 14 orang, yang tiga pelaku di antara berusia di bawah
18 tahun.
Pertanyaan di atas menjadi signifikan karena konsep anak adalah orang yang
berusia di bawah 18 tahun (terlepas di manapun batas usia bawah itu diletakkan),
akan berganti ketika orang ini telah berstatus kawin. Artinya, anak yang
melangsungkan perkawinan bukan lagi berpredikat sebagai anak. Untuk dapat
kawin, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah
menetapkan batas usia terendah 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-
laki, kendati di masyarakat batas usia ini seringkali juga dilanggar. Asumsi dari
dikawinkannya anak berusia di bawah 18 tahun itu adalah karena mereka dianggap
sudah mampu melakukan tugas dan peran sebagaimana layaknya orang dewasa.
Salah satunya adalah bereproduksi.
Oleh sebab itu, tindak pidana yang tergolong serius dilakukan oleh ABH
seperti pemerkosaan dan pembunuhan berencana, seharusnya tidak layak diberikan
diversi. Perbuatan-perbuatan demikian bukan lagi disebut “kenakalan anak”
sebagaimana konsep yang ingin dilekatkan pada sebutan ABH. Kenakalan anak
adalah bentuk-bentuk pelanggaran yang masih bisa ditoleransi oleh masyarakat,
bukan kejahatan yang meresahkan seperti pemerkosaan dan pembunuhan
berencana.
13
Generalisasi terkait ABH yang semata-mata melihat usia pelaku sebagai
patokan, sesungguhnya tidak sepenuhnya tepat. Antisipasi ini sebenarnya sudah
ditegaskan dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Di sana sudah dibuat penggolongan bahwa diversi hanya diberikan untuk jenis-jenis
tindak pidana yang ancaman hukumannya di bawah tujuh tahun penjara dan bukan
merupakan pengulangan tindak pidana.
Kata “dan” di atas harus dibaca bahwa diversi wajib diberikan bagi ABH
yang melakukan untuk pertama kalinya tindak pidana yang diancam sanksi penjara
kurang dari tujuh tahun. Apabila ABH itu melakukan pengulangan tindak pidana
serupa di kemudian hari, maka diversi tidak lagi wajib diberikan. Kata “tidak wajib”
di sini perlu dicermati karena boleh saja dipandang sebagai “dapat” diberikan.
14
Untuk sementara ini, ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Sistem
Peradilan Pidana Anak dapat dijadikan tolok ukur yang penting guna melengkapi
batasan usia ini. Semangat untuk memberikan keadilan restoratif yang diusung oleh
sistem peradilan pidana anak akan menjadi sangat naif apabila hanya diungkapkan
melalui pemberian fasilitas diversi, keringanan, dan pengurangan hukuman kepada
para pelaku tindak-tindak pidana yang tergolong serius dan meresahkan
masyarakat.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri danorang-orang di sekitarnya. Faktor yang melatar
belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas dan kontrol
diriyang lemah.
3.2 Saran
a. Orangtua
Disarankan kepada orangtua untuk dapat menjaga hubungan yang
hangat dalam keluarga dengan cara saling menghargai, pengertian, dan penuh
kasih sayang serta tidak bertengkar di depan anak. Serta memberi pengarahan
tentang cara bergaul. Orang tua harus bisa menjadi teman, agar anak dapat
terbuka dan anak dapat menjadikan orang tua sebagai seorang sahabat
terpercaya.
b. Pihak Sekolah
Pihak sekolah disarankan dapat membantu siswa untuk mengenali
potensi-potensi yangdimiliki siswa. Sehingga dapat meningkatkan konsep
16
diri siswa, serta dapat meminimalisir penggunaan kata-kata atau sikap yang
dapat menurunkan konsep diri siswa.
c. Pihak Pemerintah
Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi
tindakan remaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
d. Masyarakat Umum
Bagi masyarakat umum hendaknya ikut berpartisipasi guna pencegahannya.
Apabila melihat hal-hal yang tidak wajar yang dilakukan oleh para remaja
segera laporkan ke penegak hukum setempat agar diberi penyuluhan dan
pengarahan.
e. Para Remaja
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan
dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai tuntutan dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat.Agar kita dapat menjadi remaja yang baik dan
agar kita bisa menciptakan Negara dan bangsa yang sukses.
17