Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KENAKALAN REMAJA

Guru : Mursanah, S.Pd


Mata Pelajaran : PKN

Dibuat oleh :

Ardiana Putra

Ananda Fiqri

Muhammad Rafli

Raja Osvaldo Sitompul

Reno Ali Saputra

Yehezekiel Natanael Sinaga

Kelas : XH

SMAN 6 KAB. TANGERANG

KABUPATEN TANGERANG

TANGERANG

2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena atas
kelimpahan rahmat – Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dengan adanya tugas yang diberikan guru kepada siswa/i, terkadang
menjadi semangat tersendiri untuk kami. Sebagai suatu persyaratan mendapatkan
nilai kelompok maupun individu, Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan
tentang “Kenakalan Remaja”.

Penulis menyadari kekurang sempurnaan penulis makalah ini. Oleh sebab


itu, segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
agar kelak di kemudian hari dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Dengan
kerendahan, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan makalah.

Kabupaten Tangrang, 11 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Pengertian Kenakalan Remaja ........................................................................3

2.2 Sebab Akibat Kenakalan Remaja ...................................................................3

2.3 Penyebab Kenakalan Remaja .........................................................................4

2.4 Dampak Positif Kenakalan Remaja ................................................................7

2.5 Dampak Negatif Kenakalan Remaja ..............................................................8

2.6 Cara Penyelesaian Kenakalan Remaja ...........................................................9

2.7 Pasal – Pasal Kenakalan Remaja ..................................................................11

BAB III PENUTUP ..............................................................................................16

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................16

3.2 Saran .............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja
sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang
paling sesuai baginya dan inipun seringdilakukan melalui metode coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering
menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan
bagilingkungannya, orangtuanya. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku
yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja.

Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri danorang-orang di sekitarnya.


Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang yang melampaui batas toleransi
orang lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang dapat melanggar
norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh
suatu bentuk pengabaian sosial sehingga remaja ini dapat mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaaksud dengan kenakalan remaja?

2. Apa saja sebab akibat dari kenakalan remaja tersebut?

3. Apa saja penyebab kenakalan remaja tersebut?

4. Sebutkan dampak positif kenakalan remaja?

5. Sebutkan dampak negatif kenakalan remaja?

6. Bagaimana cara penyelesaian kenakalan remaja tersebut?

7. Apa saja pasal – pasal dari kenakalan remaja tesebut?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kenakalan remaja.

2. Untuk mengetahui sebab akibat dari kenakalan remaja.

3. Untuk mengetahui penyebab kenakalan remaja.

4. Untuk mengetahui dampak positif kenakalan remaja.

5. Untuk mengetahui dampak negatif kenakalan remaja.

6. Untuk mengetahui cara penyelesaian kenakalan remaja.

7. Untuk mengetahui pasal – pasal kenakalan remaja.

1.4 Manfaat Penulisan


Dapat memberikan informasi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca dan juga
memberikan wawasan kenakalan remaja pada jaman sekarang

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang yang melampaui batas
toleransi orang lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang dapat
melanggar norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja ini dapat
disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga remaja ini dapat
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Menurut Sumiati (2009),
mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja
dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-


norma dan hukum yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya
sendiri dan orang - orang sekitarnya. Menurut Hurlock (1999), menyatakan
kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja,
dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang atau remaja yang
melakukannya masuk ke dalam penjara.

Menurut Gunarsa (2004), mendefinisikan kenakalan remaja itu terjadi pada


remaja yang mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan remaja
yang tidak bermasalah. Remaja yang dibesarkan dalam keluargakurang harmonis
dan memiliki kecenderungan yang lebih besar menjadi remaja yang nakal
dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam keluarga harmonis dan memiliki
konsep diri yang positif.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para tokoh diatas, jadi yang dimaksud
dengan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan
yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

2.2 Sebab Akibat Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja mengakibatkan kerugian. Kerugian tersebut antara lain:

3
1. Merugikan diri sendiri
Remaja yang melakukan kenakalan dapat merugikan dirinya sendiri. Seperti
melakukan kebut-kebutan di jalan raya akibatnya adalah kecelakaan
berkendaraan.
2. Menggunakan obat terlarang
Dapat merusak moral, mental, dan kesehatan, malas belajar, dan hukuman
penjara.
3. Merugikan keluarga
Kerugian-kerugian akibat perbuatan negatif remaja, yakni merugikan keluarga.
Biaya yang sudah dikeluarkan orang tua untuk masa depan remaja menjadi sia-
sia.Apabila remaja harus menjalani rehabilitasi akibat narkoba, akan
menghabiskan harta dan mengakibatkan kebangkrutan keluarga. Selain itu,
keluarga juga harus menanggung malu akibat kenakalan anaknya.
4. Merugikan orang lain
Perbuatan negatif remaja juga dapat merugikan orang lain, seperti remaja
melakukan pencurian dan penodongan yang merugikan orang lain. Remaja
melakukan kebut-kebutan dapat menyenggol atau menabrak orang lain. Remaja
melakukan tawuran di jalan dapat melukai, bahkan menghilangkan nyawa
orang lain.
5. Merugikan bangsa dan negara
Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Ketika suatu negara tidak
mempunyai generasi muda yang berkualitas, negara tersebut tinggal menunggu
kehancurannya.Padahal, nasib dan masa depan bangsa dan negara terletak
di generasi muda.

2.3 Penyebab Kenakalan Remaja


Para sosiolog, psikiater, dan kriminolog setuju bahwa penyebab kenakalan remaja
bukan bersifat tunggal. Biasanya, hal ini terjadi ketika anak tersebut terpapar
pengaruh buruk dari berbagai faktor dan dalam jangka waktu lama tanpa pernah ada
intervensi baik di tengah kehidupannya. Berikut penyebab kenakalan remaja :

1. Keluarga

4
Keluarga adalah institusi dasar yang mengajarkan nilai dan norma yang
akan dibawanya ke masyarakat atau kelompok yang lebih besar. Akan tetapi,
keluarga bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja jika melakukan pola
asuh yang salah (misalnya sering membedakan atau membanding-bandingkan
anak), kurangnya kontrol orangtua, kurangnya kasih sayang orangtua terhadap
anak, terlalu memanjakan, atau mendidik anak terlalu keras.

Anak memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kenakalan


remaja ketika orangtuanya memperlihatkan gestur tidak menginginkan
kehadirannya. Selain itu, anak yang broken home juga lebih rentan berada pada
situasi ini.

2. Lingkungan

Penyebab kenakalan remaja yang tak kalah krusial adalah faktor


lingkungan, tak terkecuali menyangkut tempat tinggal anak. Beberapa faktor
lingkungan yang berkontribusi menciptakan kenakalan remaja adalah tinggal di
lingkungan kriminal (misalnya pengedar narkoba), prostitusi, atau penuh
kekerasan.

3. Pergaulan

Selain keluarga dan lingkungan, pergaulan yang salah juga bisa menjadi
faktor penyebab kenakalan remaja. Jika memiliki kontrol diri yang lemah dan tidak
dibimbing dengan baik oleh orangtua, maka anak remaja bisa mengikuti apa yang
dilakukan oleh temannya, seperti mabuk-mabukan atau seks bebas. Oleh sebab itu,
penting bagi orangtua untuk senantiasa memperhatikan pergaulan anak.

4. Sekolah

Sekolah adalah tempat anak belajar mengembangkan diri dan mematuhi


peraturan yang berlaku. Faktor kenakalan remaja dalam hal ini adalah kegagalan
sekolah dalam mengembangkan karakter anak karena ketidakcocokan kurikulum
maupun ketersediaan ekstrakurikuler yang berlaku di lembaga pendidikan tersebut.

6. Krisis identitas

5
Menurut penelitian, perubahan biologis dan sosiologis pada remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk, yaitu terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya dan tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja
umumnya terjadi karena ia gagal mencapai masa integrasi kedua. Hal inilah yang
membuatnya mengalami krisis identitas.

6. Kontrol diri lemah

Kontrol diri yang lemah juga membuat remaja tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak bisa diterima.
Begitupun bagi remaja yang telah mengetahui perbedaan kedua tingkah laku
tersebut, tetapi tidak dapat mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku
sesuai dengan norma. Akibatnya, ia menjadi remaja nakal.

7. Sering bolos sekolah

Penyebab terjadinya kenakalan remaja yang tak boleh dihiraukan adalah sering
bolos sekolah. Pasalnya, sekolah adalah tempat bagi anak untuk belajar tentang
moral yang baik. Jika anak sering bolos sekolah, bagaimana ia bisa belajar untuk
bisa berperilaku baik? Terlebih lagi, anak yang sering bolos sekolah tidak
merasakan rutinitas seperti bangun pagi, membersihkan kamarnya, mandi, hingga
mengerjakan PR. Hal ini juga dinilai bisa menjadi faktor kenakalan remaja.

8. Kurang pemahaman agama

Di Indonesia, kurangnya pemahaman agama juga disebut sebagai salah faktor


kenakalan remaja. Dengan mengenal agama, anak diharapkan memiliki pegangan
moral yang lebih kuat sehingga bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
Penyebab kenakalan remaja dan solusinya ini adalah dengan membekali anak
pendidikan agama agar tidak semakin salah melangkah.

9. Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


kenakalan remaja. Kondisi ekonomi yang kekurangan bisa membuat remaja

6
melakukan tindakan kriminal, seperti pencurian atau perampokan.
Perbuatan nekat tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginannya.

10. Penyalahgunaan teknologi informasi

Faktor penyebab kenakalan remaja selanjutnya adalah penyalahgunaan


teknologi informasi. Alih-alih menggunakannya untuk belajar, remaja bisa jadi
mengakses konten-konten dewasa atau kekerasan yang membuatnya ingin meniru
perbuatan tersebut. Kontrol orangtua sangat diperlukan untuk mencegah anak
mengakses konten yang tidak sesuai usianya.

2.4 Dampak Positif Kenakalan Remaja


Berikut beberapa dampak positif kenakalan remaja :

1. Memiliki Teman Yang Banyak


Dampak postif dalam pergaulan bebas salah satunya remaja menjadi lebih
banyak teman, baik dari kalangan seusinya sampai kepada usia dewasa.
Mereka akan mudah diterima karena bisa bersosialisasi dengan baik, dan
bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Sehingga kemanapun pergi
mereka memiliki solidaritas yang tinggi dan toleransi satu sama lainnya.
Sangat penting peran orang tua dalam pembinaan anak remaja dari
sekarang.
2. Pengalaman Baru
Contoh dampak positif dan negatif pergaulan bebas bagi remaja lain adalah
mereka memiliki pengalaman, pengetahuan, minat, teman baru yang bisa
memberikan sebuah semangat, informasi dan saling bertukar pikiran
menghadapi permasalah yang ada. Pengalaman baru membuat para remaja
belajar untuk lebih mandiri, menghargai dan mampu berpikir secara bijak
tentang kondisi, situasi dan lingkungan baru.
3. . Mampu Berpikir Secara Dewasa
Karena memiliki teman yang banyak dan pergaulan yang bebas, manfaat
yang dirasakan anak remaja menjadi memiliki pola pikir dan sikap yang
dewasa. Semakin pengetahuan dan wawasannya terbuka maka membuat

7
mereka semakin mengerti dan bisa memahami apa yang baik dan apa yang
tidak baik. Sehingga mampu mengatasi semua masalah
dengan kepala dingin.

2.5 Dampak Negatif Kenakalan Remaja


Berikut beberapa dampak positif kenakalan remaja sebagai berikut :

1. Terjerumus Kepada Narkoba


Salah satu contoh dampak buruk pergaulan bebas bagi remaja dapat
menimbulkan pengaruh kepada obat – obatan seperti narkoba, obat
penenang dan sebagainya. Remaja yang cenderung ingin mencoba hal baru,
jika tidak disaring dalam bergaul maka bisa saja memilih teman yang salah.
Jadi peran orangtua sangat penting dalam memilih teman dan bergaul anak,
untuk menghindari kenakalan remaja yang menyimpang.
2. Tawuran Remaja
Dampak positif dan negatif pergaulan bebas bagi remaja lain secara
negatifnya adalah remaja mudah terbawa kepada kenakalan remaja, seperti
terjadi tawuran, bullying, provokasi dan masih banyak lagi lainnya. Usia
remaja memang rentan terhadap provokasi dan isu yang tidak jelas
kebenarannya, dan faktor emosi yang labil. Sehingga sangat mungkin terjadi
penyimpanangan kenakalan remaja karena salah dalam bergaul dan terlalu
bebas tanpa tahu batasan yang baik dan benar.
3. . Seks Bebas
Dampak buruk lain dalam bergaul secara bebas bagi remaja yaitu bisa
berdampak kepada seks bebas, banyak remaja yang ingin mencoba dan
ingin tahu mengenai hal tersebut. Jika salah dalam memilih jalan dan
pertemanan bisa saja remaja akan mencoba melakukan hal tersebut, dan
sudah pasti dampaknya sangat vatal. Selain ia akan terkucil dalam status
sekolahnya, terhina secara agama, kemarahan dari orangtua, juga penyakit
yang akan diderita sangat serius. Jadi peran orang tua sangat penting dalam
pengawasan setiap kegiatan anak remaja.

8
2.6 Cara Penyelesaian Kenakalan Remaja
1. Jalin hubungan yang baik dengan anak

Menjalin hubungan yang kuat dengan anak merupakan salah satu upaya
yang sangat penting untuk melindungi anak remaja yang pernah atau berisiko
melakukan kenakalan. Meski menjalin hubungan yang kuat mungkin membutuhkan
usaha dan waktu yang cukup lama.

Berbagai studi menunjukan bahwa kemampuan orangtua yang rendah


dalam mengasuh anak bisa berdampak pada perkembangan saat remaja. Anak yang
diasuh dengan kekerasan juga berpotensi lebih tinggi menjadi pelaku kekerasan.
Oleh sebab itu, penting untuk bisa mengasuh dan memberi bimbingan pada anak
sebagai cara mengatasi kenakalan remaja.

2. Tetapkan aturan dan batasan pada anak

Cara lain mengatasi kenakalan remaja yaitu tetapkan aturan dan batasan pada anak
sejelas mungkin. Sebagai orangtua, Anda harus bisa menghormati setiap anggota
keluarga dan menghargai setiap pendapat, termasuk anak Anda. Oleh sebab itu,
tanggapi kenakalan anak remaja Anda dengan adil dan sesuai. Hindari marah secara
berlebihan. Sebagai contoh, jika anak Anda melakukan suatu kenakalan dan sulit
diatur, Anda bisa menentukan hukuman yang setimpal sesuai dengan kesepakatan
antara Anda dan anak.

3. Ajarkan anak cara mengatur perilaku yang baik

Anak yang pernah melakukan atau mengalami kenakalan terkadang masih sulit
untuk mengendalikan perilakunya dengan baik. Sebagai cara mengatasi kenakalan
remaja, Anda harus bisa membantu anak mengatur perilakunya agar bisa menjadi
lebih baik. Dengan mendidik anak cara berperilaku yang baik, Anda bisa membantu
mereka menghindari diri terlibat ke dalam masalah atau kenakalan lainnya. Anak
pun bisa memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik
dan sukses.

4. Tingkatkan pengetahuan dan pemahaman Anda tentang perkembangan remaja

9
Agar bisa memahami segala perilaku anak Anda, penting untuk memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang perkembangan psikologi anak
sebagai remaja. Dengan pemahaman yang cukup, Anda bisa mengetahui respons
yang paling tepat untuk mengahadapi dan menangani perilaku anak Anda, termasuk
jika ia melakukan suatu kenakalan.

5. Ketahui di mana dan dengan siapa anak Anda berada

Buat rumah senyaman mungkin, bukan hanya untuk anak Anda tetapi juga teman-
temannya. Ini bisa membuat anak dan temannya mau bermain dan menghabiskan
waktu di rumah, dibandingkan pergi keluar rumah. Dengan begitu, Anda bisa lebih
mudah mengawasi apa yang anak lakukan, sekaligus mengenal dengan siapa saja
anak berteman.

6. Cari bantuan dan saran ahli

Bila diperlukan, Anda bisa mencari bantuan dan saran dari para ahli, seperti para
petugas di dinas sosial. Anda bisa mencari tahu dan meminta saran terkait
bagaimana cara menjadi orangtua yang baik untuk anak Anda dan kendala apa saja
yang mungkin Anda hadapi. Seperti meminta saran cara mengatasi kenakalan
remaja yang dilakukan oleh anak Anda dan mencegah hal tersebut terjadi kembali
di kemudian hari.

7. Biarkan anak menjalani hukuman yang ditetapkan

Jika kenakalan yang dilakukan oleh anak Anda cukup serius, ia mungkin harus
menjalani hukuman sesuai dengan usia anak. Remaja termasuk golongan di bawah
umur yang harus dipisahkan dari orang dewasa saat harus menjalani hukuman
setelah ditetapkan melalui proses hukum atau pengadilan.

8. Selalu beri dukungan pada anak Anda

Bukan hanya menyalahkan anak saat ia diketahui terlibat kenakalan remaja, tetapi
Anda juga harus bisa memberikan dukungan yang diperlukan oleh anak selama
mengahadapi masa-masa sulit akibat apa yang telah dilakukan. Setelah ketahuan
melakukan kenakalan, anak mungkin harus menjalani terapi, pengobatan, atau

10
aktivitas lainnya untuk membantunya pulih dan mengatasi perilaku yang
menyimpang. Selama masa tersebut, Anda diharapkan untuk terus bisa
mendampingi anak agar ia bisa merasa mendapat dukungan dari orang-orang di
sekitarnya, terutama kedua orangtuanya, untuk bisa menjadi lebih baik.

2.7 Pasal – Pasal Kenakalan Remaja


Istilah “anak” saat ini relatif sudah memiliki definisi yang lebih tegas, yakni
subjek hukum yang berusia di bawah 18 tahun. Batasan usia 18 tahun ini antara lain
ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan, dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Batas usia minimal untuk
disebut anak bisa sangat rendah, misalnya sejak di dalam kandungan seperti terbaca
dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.

Tentu ada variasi lain soal usia ini, karena dalam beberapa peraturan
perundang-undangan, usia anak memiliki batas maksimal 17 tahun, seperti untuk
ikut memilih presiden dan wakil presiden (UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden) atau untuk memilih di pemiilu legislatif
(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah).

Sebaliknya, ada peraturan perundang-undangan yang menetapkan batas usia


lebih tinggi, yaitu 21 tahun atau 23 tahun. Misalnya, dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dinyatakan bahwa hak ahli
waris atas manfaat pensiun anak berakhir apabila anak tersebut menikah, bekerja
tetap, atau mencapai umur 23 tahun. Lalu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35
Tahun 1949 tentang Pemberian Pensiun kepada Janda (Anak-Anaknya) Pegawai

11
Negeri yang Meninggal Dunia, dicantumkan keterangan bahwa anak yang dapat
ditunjuk sebagai yang berhak menerima tunjangan ialah anak-anak yang dilahirkan
sebelum dan sesudahnya peraturan ini dijalankan dan belum mencapai umur 21
tahun penuh.

Batas usia minimal untuk bisa disebut dewasa, dengan demikian bisa
berbeda-beda sesuai aturan yang digunakan. Batas usia 17, 18, 21, atau 23 tahun di
atas, juga tidak mutlak. Apabila sebelum mencapai usia-usia itu ternyata subjek
telah melangsungkan perkawinan, maka sejak saat itu juga telah terjadi proses
pendewasaan.

Satu hal yang menarik adalah apakah usia anak ini terkait dengan dengan
jenis-jenis tindak pidana anak? Ternyata hukum nasional kita tidak memberi
penegasan tentang apa saja jenis-jenis tindak pidana anak itu. Semua jenis tindak
pidana yang dilakukan oleh anak, digolongkan sebagai tindak pidana anak.

Padahal, seharusnya ada istilah yang dalam bahasa Inggris disebut juvenile
delequency. Dulu, istilah ini kerap diterjemahkan sebagai kenakalan remaja.
Namun, terminologi “remaja” sepertinya tidak lagi dimasukkan sebagai terminologi
hukum positif Indonesia. Artinya, konsep juvenile delequency seharusnya
dialihbahasakan menjadi kenakalan anak.

Kata “nakal” dan “kenakalan” tidak dijumpai dalam Undang-Undang


Nomor 35 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Juga tidak ditemukan kata-kata tersebut dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Sebagai
gantinya, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 menggunakan istilah “anak yang
berkonflik dengan hukum”.

Pasal 1 butir 3 dari undang-undang ini menyatakan, “Anak yang Berkonflik


dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12
(dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga
melakukan tindak pidana.” Jadi, umur 12 tahun sampai dengan 18 tahun inilah yang
sebenarnya masuk dalam kategori remaja (juvenile).

12
Jika dilihat dari rentang umur tersebut, maka Anak yang Berkonflik dengan
Hukum (selanjutnya disingkat ABH) ini sudah dapat melakukan tindak pidana
umum yang tergolong serius di mata masyarakat, seperti pembunuhan,
pemerkosaan, penganiayaan, dan penipuan. Sebagai contoh, tindak pidana
pemerkosaan dan pembunuhan sadis terhadap remaja bernama Yuyun di Bengkulu
(2 April 2016) dilakukan oleh 14 orang, yang tiga pelaku di antara berusia di bawah
18 tahun.

Pertanyaannya adalah apakah terhadap ABH yang melakukan kejahatan


seperti pemerkosaan dan pembunuhan seperti ini layak mendapakan perlakuan
khusus seperti diversi yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Peradilan
Pidana Anak? Konsep pengalihan penanganan kasus ABH dengan pendekatan yang
berbeda dari jalur formal tersebut tentu berujung pada penerapan sanksi yang lebih
ringan terhadap pelaku.

Pertanyaan di atas menjadi signifikan karena konsep anak adalah orang yang
berusia di bawah 18 tahun (terlepas di manapun batas usia bawah itu diletakkan),
akan berganti ketika orang ini telah berstatus kawin. Artinya, anak yang
melangsungkan perkawinan bukan lagi berpredikat sebagai anak. Untuk dapat
kawin, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah
menetapkan batas usia terendah 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-
laki, kendati di masyarakat batas usia ini seringkali juga dilanggar. Asumsi dari
dikawinkannya anak berusia di bawah 18 tahun itu adalah karena mereka dianggap
sudah mampu melakukan tugas dan peran sebagaimana layaknya orang dewasa.
Salah satunya adalah bereproduksi.

Oleh sebab itu, tindak pidana yang tergolong serius dilakukan oleh ABH
seperti pemerkosaan dan pembunuhan berencana, seharusnya tidak layak diberikan
diversi. Perbuatan-perbuatan demikian bukan lagi disebut “kenakalan anak”
sebagaimana konsep yang ingin dilekatkan pada sebutan ABH. Kenakalan anak
adalah bentuk-bentuk pelanggaran yang masih bisa ditoleransi oleh masyarakat,
bukan kejahatan yang meresahkan seperti pemerkosaan dan pembunuhan
berencana.
13
Generalisasi terkait ABH yang semata-mata melihat usia pelaku sebagai
patokan, sesungguhnya tidak sepenuhnya tepat. Antisipasi ini sebenarnya sudah
ditegaskan dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Di sana sudah dibuat penggolongan bahwa diversi hanya diberikan untuk jenis-jenis
tindak pidana yang ancaman hukumannya di bawah tujuh tahun penjara dan bukan
merupakan pengulangan tindak pidana.

Kata “dan” di atas harus dibaca bahwa diversi wajib diberikan bagi ABH
yang melakukan untuk pertama kalinya tindak pidana yang diancam sanksi penjara
kurang dari tujuh tahun. Apabila ABH itu melakukan pengulangan tindak pidana
serupa di kemudian hari, maka diversi tidak lagi wajib diberikan. Kata “tidak wajib”
di sini perlu dicermati karena boleh saja dipandang sebagai “dapat” diberikan.

Kendati mungkin fasilitas diversi tidak dijalankan, para hakim ternyata


memiliki persepsi yang kuat bahwa pelaku yang belum berusia 18 tahun wajib
diberikan keringanan hukuman. Indikasinya terlihat dari sangat lazimnya
ditemukan putusan yang memuat faktor usia yang masih muda sebagai
pertimbangan yang meringankan hukuman.

Dengan demikian dapat dipastikan usia ABH inipun akan dijadikan


pertimbangan untuk memberikan keringanan, yang notabene menurut Pasal 47
KUHP dapat diberikan pengurangan sepertiga dari ancaman untuk orang dewasa.
Keringanan dan pengurangan demikian juga akan “dinikmati” lagi setelah yang
bersangkutan menjalani masa pidana. Pasal 4 Undang-Undang Sistem Peradilan
Pidana Anak juga menyatakan anak yang sedang menjalani masa pidana berhak
mendapat pengurangan masa pidana.

Dengan melihat kecenderungan pertambahan kuantitas dan kualitas tindak


pidana yang serius dan meresahkan yang dilakukan oleh anak di bawah 18 tahun,
tampaknya praktik sistem peradilan pidana anak perlu disadarkan pada patokan-
patokan yang lebih komprehensif, di luar semata-mata batasan usia, yakni terkait
dengan keputusan untuk memberikan perlakuan khusus seperti diversi, keringanan,
dan pengurangan hukuman.

14
Untuk sementara ini, ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Sistem
Peradilan Pidana Anak dapat dijadikan tolok ukur yang penting guna melengkapi
batasan usia ini. Semangat untuk memberikan keadilan restoratif yang diusung oleh
sistem peradilan pidana anak akan menjadi sangat naif apabila hanya diungkapkan
melalui pemberian fasilitas diversi, keringanan, dan pengurangan hukuman kepada
para pelaku tindak-tindak pidana yang tergolong serius dan meresahkan
masyarakat.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri danorang-orang di sekitarnya. Faktor yang melatar
belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas dan kontrol
diriyang lemah.

Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya perhatian dari orang


tua, minimnya pemahaman tentang keagamaan, pengaruh dari lingkungan sekitar
dan pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebaya; dan
tempat pendidikan. Untuk menanggulanginya remaja harus bisa mendapatkan
sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa
remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman
sebaya merupakan hal-hal yang bisa dilakukanjuga mampu mengatasi kenakalan
remaja.

3.2 Saran
a. Orangtua
Disarankan kepada orangtua untuk dapat menjaga hubungan yang
hangat dalam keluarga dengan cara saling menghargai, pengertian, dan penuh
kasih sayang serta tidak bertengkar di depan anak. Serta memberi pengarahan
tentang cara bergaul. Orang tua harus bisa menjadi teman, agar anak dapat
terbuka dan anak dapat menjadikan orang tua sebagai seorang sahabat
terpercaya.
b. Pihak Sekolah
Pihak sekolah disarankan dapat membantu siswa untuk mengenali
potensi-potensi yangdimiliki siswa. Sehingga dapat meningkatkan konsep

16
diri siswa, serta dapat meminimalisir penggunaan kata-kata atau sikap yang
dapat menurunkan konsep diri siswa.
c. Pihak Pemerintah
Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi
tindakan remaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
d. Masyarakat Umum
Bagi masyarakat umum hendaknya ikut berpartisipasi guna pencegahannya.
Apabila melihat hal-hal yang tidak wajar yang dilakukan oleh para remaja
segera laporkan ke penegak hukum setempat agar diberi penyuluhan dan
pengarahan.
e. Para Remaja
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan
dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai tuntutan dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat.Agar kita dapat menjadi remaja yang baik dan
agar kita bisa menciptakan Negara dan bangsa yang sukses.

17

Anda mungkin juga menyukai