Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

*PACARAN DALAM ISLAM*

GURU PEMBIMBING:
NUR HALI

DISUSUN
O
L
E
H

KEIZA PUTRA KAYYIS


X – IPS

MANGGALA – CILEDUG
(22/23)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ I
DAFTAR ISI........................................................................................................ II

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN..................................................................... 3


2.1 Konsep Pacaran Tidak Islami.......................................................... 3
2.2 Konsep Pacaran Dalam Islam.......................................................... 5
2.3 Akibat Positif dan Negatif dari Pacaran Gaya Sekarang.............. 11
2.4 Indikator Remaja Berpacaran.......................................................... 14

BAB III. PENUTUP..................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan........................................................................................ 15
3.2 Saran................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16

2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita karunia nikmat
dan kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat menimba
ilmu di SMA Manggala.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata pelajaran yang sedang dipelajari, agar kita semua menjadi siswa/i
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini saya sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
Terima kasih, wassalamu’ alaikum.

Tangerang, 19 juni 2023

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena cinta-lah,
keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita
sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang
sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya
yang rahmatan lil ‘alamin.

Bagi sebagian besar remaja, pacaran merupakan hal yang sudah dianggap biasa terjadi
di dalam lingkup masyarakat dan pergaulan zaman sekarang. Pacaran identik dengan
bersatunya laki-laki dan perempuan yang belum muhrim dengan pernyataan cinta dari salah
satu pihak yang menjadi symbol adanya ikatan diantara keduanya.Pada masa ini, seorang
remaja biasanya mulai "Naksir" lawan jenisnya sehingga ia berupaya melakukan pendekatan
untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah pendekatannya berhasil
dan lawan jenis menyambut, keduanya mulai berpacaran.

Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan.
Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar.
Sebaliknya, remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul. Karena itu, mencari
pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga menjadi
kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang mayoritas remaja sudah memiliki
teman spesial yang disebut "pacar".

Topik ini penting untuk dibahas karena pacaran merupakan hal yang sudah biasa
dilakukan oleh sebagian besar orang terutama di kalangan para remaja pada umumnya, baik
yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah untuk menikmati masa muda
mereka, dimana mereka sebenarnya ada yang tidak tahu bagaimana hukum pacaran menurut

5
agama atau ada yang sudah mengetahui namun tetap melakukannya karena mengikuti tren
atau bahkan takut gengsi dengan temannya karena tidak mempunyai pacar. Selain itu, akibat
dari “pacaran” juga tidak jarang yang menimbulkan konflik dan juga merugikan berbagai
pihak, diantaranya adalah putus sekolah, hamil di luar nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan
ada juga yang sampai bunuh diri. Oleh karena itu, penulis menganggap topik pacaran ini
memang sangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahaminya sesuai
norma agama dan ketentuan-ketentuan di dalam agama Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Topik yang dibahas di dalam makalah ini melahirkan rumusan masalah yang diantaranya
adalah :

a. Apakah yang dimaksud dengan Pacaran?

b. Apakah Islam membolehkan Pacaran?

c. Bagaimana perspektif hukum Islam tentang berpacaran?

d. Bagaimana konsep Islam mengatur hubungan sepasang remaja?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini mengenai “Pacaran dalam Islam” yakni agar kita :

a. Mengetahui hukum berpacaran dalam agama Islam

b. Mengetahui bagaimana Islam mengatur urusan hubungan antara laki-laki dan perempuan

c. Mengetahui bagaimana pacaran yang benar sesuai kaidah norma agama yang berlaku di
Islam

6
BAB II

PEMBASAHAN
2.1 Konsep Pacaran Tidak Islami

Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pacar”, yang kemudian
diberi akhiran–an. Terdapat beberapa pengertian pacaran dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yaitu :

a. Pacar : teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan
cinta kasih; kekasih

b. Berpacaran : bercintaan, berkasih-kasihan

c. Memacari : menjadikan sebagai pacar; mengencani.

Dari definisi tersebut, pacaran hanya merupakan sikap batin, namun bagi para remaja
sikap batin ini disusul dengan tingkah laku berdua-duaan, saling memegang, dan seterusnya.
Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan sering dirangkai menjadi satu. Muda-
mudi yang pacaran, jika ada kesesuaian lahir batin, dilanjutkan dengan tunangan. Sebaliknya,
mereka bertunangan biasanya diikuti dengan pacaran. Pacaran di sini, dimaksudkan sebagai
proses mengenal pribadi masing-masing.
Pacaran adalah…..

· Masa mengenal pasangan kita namun yang terjadi sekarang adalah ajang
pelampiasan nafsu.
· Suatu jalinan hubungan antara dua individu (laki-laki & perempuan) yang saling
suka dan memiliki perasaan sama.
· Taaruf, proses pengenalan antar lawan jenis yang dianggap spesial.
· Rasa kasih sayang dimana masing-masing pasangan tidak merasa dirugikan tidak ada
pengorbanan tapi sebuah pengertian.
· Suatu tahap pengenalan sebelum tahap pernikahan.
· Hubungan antar lawan jenis yang belum ada ikatan apa-apa namun masing-masing
merasa saling dekat dan nyaman.
· Mengenal lebih dalam kepada seseorang dan mengaplikasikan rasa saying
kepadanya untuk mengenalnya lebih jauh lagi serta untuk mencari orang yang tepat
· Hubungan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan yang saling menyayangi .
· Kegiatan yang mengasyikan.

7
· Suatu bentuk hubungan antara lawan jenis untuk saling mengenal dan mendalami
karakter masing-masing. Dalam hubungan tersebut harus ada saling percaya, jujur,
memahami, dan bertanggungjawab.
· Laki-laki dan perempuan yang mengikat komitmen untuk membina .hubungan
khusus berdasar pada cinta, dan hubungan ini landasan mereka untuk menikah.
· Suatu yang bisa membuat semangat belajar, tempat curhat dan saling berbagi.

Sebelumnya kita mengetahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan


perbuatan zina, termasuk juga perbuatan yang mendekati zina.

‫َو َال َتْقَر ُبوْا الِّز َنى ِإَّنُه َك اَن َفاِح َش ًة َو َس اء َس ِبيًال‬

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32).

Hal-hal yang termasuk ke dalam zina antara lain, saling memandang, merajuk atau manja,
bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-duaan, dan lainnya.
Dikarenakan unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu saja hal-hal yang di
dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang, termasuk dengan aktifitasnya yakni
Pacaran. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits berikut:

Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan:

"Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari pada
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah
menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata
adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat),
zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji
(kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

8
2.2 Konsep Pacaran Dalam Islam

Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab
cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala
menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga.

Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan
fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin. Namun, bagaimanakah jika
cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar`i...??? Fenomena itulah yang melanda
hampir sebagian besar anak muda. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan
pacaran...!!!

Bila kita tinjau fenomena pacaran ala anak muda sekarang, maka kita akan
menemukan bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula diawali dengan pandangan
mata terlebih dahulu, Lalu pandangan itu mengendap di hati, Kemudian timbul hasrat untuk
jalan berdua, Lalu berani berdua-duaan di tempat yang sepi, Setelah itu bersentuhan dengan
pasangan, Lalu dilanjutkan dengan ciuman, dan akhirnya, sebagai pembuktian cinta
dibuktikan dengan berzina.[Naudzu billahi min dzalik],

Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi
pintu pacaran...??? Mungkinkah ada pacaran Islami...???Sungguh, pacaran yang dilakukan
saat ini bahkan yang dilabeli dengan ’pacaran Islami’ tidak mungkin bisa terhindar dari
larangan-larangan di atas.

Solusi permasalahan diatas adalah kita harus kembali kepada konsep yang sesuai
dengan tuntunan islam, yaitu Taaruf

9
Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan
bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan
penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk
mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal
menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah.
Taaruf juga dimaksudkan untuk mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud
agar saling mengenal.

Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf
sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah
SAW bagi pasangan yang ingin nikah.

Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat.
Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali
tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.

Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan menanyakan
apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi
kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh
dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau
keluarganya. Jadi,taaruf bukanlah bermesraan berdua,tapi lebih kepada pembicaraan yang
bersifat realistis untuk mempersiapkn sebuah perjalanan panjang brdua. ta'aruf adalah proses
saling kenal mengenal pra nikah dengan dilandasi ketentuan syar'i.

Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan
terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tak hanya terkait dengan data
global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup
penting, misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung
wajahnya dengan cara yang saksama, bukan cuma sekadar curi-curi pandang atau melihat
fotonya. Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya
secara langsung, bukan melalui media foto, lukisan, atau video. Karena pada hakikatnya
wajah seorang wanita itu bukan aurat.

10
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)

Dalam Islam, pernikahan bukan semacam transaksi gelap dan tidak jelas, seperti
orang membeli kucing dalam karung. Pasangan yang menikah justru harus saling mengenal
dan saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Dalil perlunya melihat calon istri/suami antara lain tiga hadits berikut ini :

 “Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang perempuan,


kemudian dia dapat melihat sebahagian apa yang kiranya dapat menarik untuk
mengawininya, maka kerjakanlah”. (HR Ahmad dan Abu Daud)
 “Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bertanya kepada seseorang yang hendak
menikahi wanita, “Apakah kamu sudah pernah melihatnya?” “Belum,” jawabnya.
Nabi SAW bersabda, ‘Pergilah melihatnya dahulu.’” (HR. Muslim)
 Mughirah bin Syu’bah RA berkata, “Aku meminang seorang wanita. Dan Rasulullah
SAW bertanya padaku, “Apakah kamu sudah melihatnya?” Aku menjawab ‘Tidak.”
Lalu beliau berkata, “Lihatlah dia karena melihat itu lebih dapat menjamin untuk
mengekalkan kamu berdua.” (HR. Ibnu Majah)

Mughirah kemudian pergi rumah calon istrinya, tetapi tampaknya kedua calon mertua
tidak suka. Si calon istri, yang mendengar dari dalam biliknya, kemudian berkata, “Kalau
Rasulullah menyuruh kamu supaya melihat aku, maka lihatlah.” Mughairah pun melihatnya
dan kemudian mengawini perempuan itu. (HR. Ibnu Majah)

Berikut ini adalah kaidah sesuai syariah yang harus dipatuhi saat taaruf :

1. Niat ingin menikahi

Hanya pria yang benar-benar berniat menikahi sang perempuan saja yang dibolehkan melihat.
Sedangkan mereka yang cuma sekadar iseng-iseng atau coba-coba, padahal di dalam hati
belum berniat menikahi, tentu tidak dibenarkan melihat.

Bahkan ulama Maliki, Syafii, dan Hambali mensyaratkan bahwa orang yang melihat calon
istrinya sudah punya keyakinan bahwa wanita itu sendiri pun akan menerimanya.

11
Sementara mazhab Hanafi tidak mensyaratkan sampai sejauh itu, mereka hanya membatasi
adanya keinginan untuk menikahinya saja, tidak harus ada timbal-balik antara keduanya (Al-
Hathab Ar-Ra’ini, Mawahibul Jalil Syarah Mukhtashar Khalil, jilid 3 hal. 405).

2. Tidak harus seizin wanita

Mughirah menemui calon istrinya spontan, tanpa pemberitahuan lebih dahulu. Dari sini
jumhur ulama berpendapat, tak ada ketentuan bahwa wanita mesti tahu sejak awal bahwa dia
akan dilihat.

Sebagian ulama berpandangan sebaiknya sang wanita memang tidak diberitahu, agar dia
tampil alami di mata yang melihat, sehingga tidak perlu menutupi apa yang ingin ditutupi.

Sebab kalau wanita itu mengetahui bahwa dirinya sedang dilihat, secara naluri dia akan
berdandan sedemikian rupa untuk menutupi aib-aib yang mungkin ada pada dirinya. Maka
dengan begitu, tujuan inti dari melihat malah tidak akan tercapai.

Namun mazhab Maliki berpendapat kalau pun bukan izin dari wanita yang bersangkutan,
setidaknya harus ada izin dari pihak walinya. Hal itu agar jangan sampai tiap orang merasa
bebas memandang wanita mana saja dengan alasan ingin melamar (Shalih Abdussami’ Al-
Abi Al-Azhari, Jawahirul Iklil, jilid 1 hal. 275).

3. Sebatas wajah dan kedua tangan hingga pergelangan

Jumhur ulama sepakat bahwa batasan yang boleh dilihat dalam taaruf adalah bagian tubuh
yang bukan aurat.

Bila calon suami ingin melihat calon istrinya, maka dia hanya boleh melihat wajah dan kedua
tangannya hingga pergelangan. Sedangkan bila calon istri ingin melihat calon suaminya,
maka batasan auratnya adalah antara pusar dan lututnya.

4. Tidak boleh menyentuh

12
Yang dibolehkan hanya melihat bagian tubuh yang bukan aurat, sedangkan menyentuh,
apalagi dengan nafsu justru dilarang.

5. Melihat berulang-ulang

Pria boleh melihat calon pasangan lebih dari sekali, sebab bisa saja penglihatan yang pertama
akan berbeda hasilnya dengan penglihatan kedua, ketiga dan seterusnya.
Oleh karena itu, pada prinsipnya asalkan bertujuan mulia dan terjaga dari fitnah, dibolehkan
melihat calon istri beberapa kali, hingga si pria betul merasa mantap dengan pilihan.

6. Tidak boleh berduaan

Sebagian kalangan ada yang dengan sangat ketat melarang calon pasangan untuk saling
bertemu muka langsung. Alasannya karena takut nanti menimbulkan gejolak di dalam hati.

Padahal sebenarnya pertemuan langsung itu tidak dilarang secara mutlak. Apabila ada ayah
kandung, atau laki-laki mahram yang ikut mendampingi, maka pertemuan yang bersifat
langsung boleh saja dilakukan.

Pasangan itu bisa saja berjalan-jalan sambil bercakap-cakap, misalnya sambil berbelanja,
berekreasi, atau melakukan perjalanan bersama. Yang penting tidak berduaan, dan pihak
calon istri didampingi oleh laki-laki yang menjadi mahramnya.Yang dilarang adalah posisi
berduaan dan bersepi-sepi di tempat yang tidak ada orang tahu.

7. Mengirim utusan untuk melihat

Untuk hal-hal yang lebih dalam, terkait dengan aib dan cacat, apabila dirasa kurang etis untuk
dibicarakan secara langsung, maka masing-masing pihak baik suami atau istri boleh
mengirim utusan untuk melihat secara langsung.
Pihak calon suami boleh mengirim kakak atau adik perempuannya kepada pihak calon istri,
untuk melihat hal-hal yang sekiranya masih haram dilihat langsung oleh calon suami.
Sehingga detail keadaan fisik calon istri bisa diketahui oleh sang utusan.

13
Dan demikian pula sebaliknya, calon istri boleh mengirim kakak atau adiknya yang laki-laki
untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang sang calon suami.

Tujuan Taaruf

Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan
terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tak hanya terkait dengan data global,
melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting,
misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya
dengan cara yang saksama, bukan cuma sekadar curi-curi pandang atau melihat fotonya.
Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara
langsung, bukan melalui media foto, lukisan, atau video. Karena pada hakikatnya wajah
seorang wanita itu bukan aurat.

Islam menciptakan aturan yang sangat indah tentang hubungan lawan jenis yang
sedang jatuh cinta, yaitu dengan konsep khithbah. Khithbah adalah sebuah konsep “pacaran
berpahala” dari dispensasi agama sebagai media legal hubungan lawan jenis untuk saling
mengenal sebelum memutuskan menjalin hubungan suami-istri. Konsep hubungan ini sangat
dianjurkan bagi seseorang yang telah menaruh hati kepada lawan jenis dan bermaksud untuk
menikah. Akan tetapi hubungan ini harus tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan,
sehingga kedekatan hubungan yang bisa menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep
ini.

Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah yakni, pacaran tidak
berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan untuk
menuju pernikahan. Persamaan keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua
insan berlainan jenis yang tidak dalam ikatan perkawinan. Dari sisi persamaannya,
sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait
dengan bagaimana orang mempraktikkannya.

Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan melanggar batas-
batas yang telah ditentukan Islam, maka itu pun haram. Demikian juga pacaran, jika orang
dalam berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh Islam, maka hal itu haram. Jika
seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk menikahinya
saat itu atau dalam waktu dekat, apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta
adalah fitrah yang diberikan Allah, sebagaimana dalam firman-Nya berikut:

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dialah menciptakan untukmu isteri - isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-

14
Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum : 21)

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki - laki maupun
perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-pasangan. Adanya
pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang
yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya hewan, mereka memiliki instink
seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga setiap kali bisa berganti pasangan.
Hewan tidak membangun rumah tangga. Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak
bertentangan dengan syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara
eksplisit atau implisit melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang
boleh dan yang tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

2.3 Akibat Positif dan Negatif dari Pacaran Gaya Sekarang


Dampak pacaran Bagi kita, pacaran memiliki dampak positif maupun negatif :

· Prestasi sekolah
Pacaran bisa menurunkan atau meningkatkan prestasi belajar kita. Prestasi meningkat
biasanya karena semangat belajar yang naik akibat ada pacar yang senantiasa memberikan
dorongan dan perhatian atau karena ingin membuktikan kepada orangtua bahwa meskipun
kita pacaran prestasi belajar kita tidak terganggu.Prestasi belajar bisa menurun jika ada
permasalahan yang cukup berat hingga mengganggu konsentrasi dan gairah untuk belajar
atau lebih senang menghabiskan waktu bersama sang pacar daripada belajar.

· Pergaulan sosial
Pergaulan sosial dengan teman sebaya maupun lingkungan sosial sekitar bisa menjadi meluas
atau menyempit. Pergaulan menjadi sempit kalau kita lebih banyak menghabiskan waktu
hanya berdua, enggak gaul lagi dengan teman lain. Makin lama biasanya kita menjadi sangat

15
bergantung pada pacar kita atau sebaliknya dan tidak memiliki pilihan interaksi sosial
lainnya.
Hubungan dengan keluarga pun biasanya menjadi renggang karena waktu luang lebih banyak
dihabiskan dengan pacar.

· Bisa Stres
Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus yang semula diduga karena memang ada
perbedaan karakteristik, latar belakang, serta perbedaan keinginan dan kebutuhan. Hal itu
menyebabkan banyak sekali terjadi masalah dalam hubungan. Biasanya hal itu akan
menguras energi dan emosi serta menimbulkan stres hingga dapat mengganggu kehidupan
sehari-hari.

· Berkembang perilaku baru


Pacaran dapat bermakna munculnya perilaku yang positif atau sebaliknya muncul perilaku
negatif. Pacaran bisa membantu orang mengembangkan perilaku yang positif kalau interaksi
yang terbentuk bersifat positif, sedangkan interaksi yang kurang mendukung tentu saja lebih
memungkinkan terbentuknya perilaku negatif.
Misalnya, pacaran dengan orang yang jago motret. Maka, bukan tidak mungkin kita akan
tertular barang sedikit. Atau pacaran dengan orang yang sangat peduli sama orang lain dan
penolong, maka kita yang tadinya cuek bisa saja tertular. Begitu pula pada kelakuan yang
negatif.

· Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami
kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik,
dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak
mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja
di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja.
Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk
kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.

· Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi
Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia
mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara
seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan

16
dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di
suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar
remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban
kekerasan seksual.

· Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya,
bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk
pacarnya.

Pacaran yang sehat dan bertanggung jawab:

· Saling terbuka, mau berbagi pikiran dan perasaan secara terbuka, jujur, mau berterus
terang dengan perasan kita terhadap tingkah laku pacar. Siap nerima kritik dan kompromi.

· Menerima pacar apa adanya yang dilandasi oleh perasaan sayang. Tidak menuntut sesuatu
yang berada di luar kemampuannya.

· Saling menyesuaikan. Kalau dalam proses ini terlalu sering ribut, maka perlu
mempertimbangkan kemungkinan berpisah.

· Tidak melibatkan aktivitas seksual karena dapat mengaburkan proses saling mengenal dan
memahami satu sama lain.

· Mutual dependensi, masing-masing merasakan adanya saling ketergantungan satu sama


lain. Oleh karena itu, diharapkan kita dan pacar mampu melengkapi kekurangan,
sedangkan kelebihan yang dimiliki diharapkan mampu menutupi kekurangan pasangan.

17
2.4 Indikator Remaja Berpacaran
1. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling
mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari
situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak
sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsuntif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup.
Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia dini.
2. Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang
tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan
salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat
membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian dar
lingkungan sekelilingnya.
3. Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri.
Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.Akan tetapi, jika
tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan dari
kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran.
Apabila si remaja berusha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja
tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.

18
BAB lll

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan
pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah dengan
pernikahan, yang dengannya cinta menjadi halal dan penuh keberkahan. Sebaliknya, Islam
melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tidak halal alias menjurus kepada hal-hal
berbau zinah atau maksiat. Bukan karena apa pun, tapi karena Islam adalah agama yang
memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang akan terjadi pada diri
manusia itu sendiri. "Tidak ditemukan jalan lain bagi dua orang yang saling mencintai selain
menikah" (HR. Ibnu Majah)

Islam mempunyai khitbah dimana konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi
seseorang yang telah menaruh hati kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah. Akan
tetapi hubungan ini harus tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga kedekatan
hubungan yang bisa menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini. Karena
sesungguhnya rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada setiap insan
manusia. Hal yang harus diperhatikan adalah etika dalam bergaul dengan lawan jenis, seperti
tidak melakukan hal yang mengarah pada zina, tidak menyentuh dan berduaan dengan lawan
jenis yang bukan muhirmnya, menjaga pandangan, serta menutup aurat. Maka dari itu,
manusia perlu menahan hawa nafsunya jika belum merasa berkecukupan dan mapan baik
materi ataupun iman bagi pasangannya kelak

3.2 Saran

Berdasarkan isi makalah ini, sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena lebih banyak
membawa mudaratnya daripada manfaatnya. Jika memang ingin menyalurkan perasaan
karena tertarik pada lawan jenis, disarankan untuk melakukan khitbah dengan tidak
merugikan pihak laki-laki atau perempuan

19
DAFTAR PUSTAKA

Siauw, Felix Y. 2013. Udah Putusin Aja!. Bandung. Mizania

https://googleusercontent.com

http://blogbaru2011.wordpress.com/2011/12/20/hukum-pacaran-menurut-agama-islam/

http://beni.yu.tl/hukum-berpacaran-menurut-islam-beserta-d.xhtml

20

Anda mungkin juga menyukai