Anda di halaman 1dari 9

SEX EDUCATION DAN HUKUM PACARAN

KELOMPOK ALI BIN ABI THALIB

MUAMMAR : 2021203010022
M.NABEEL AYMAN : 2021203010039
M.IHSAN : 2021203010012
ALWI RAMADHAN : 2021203010023
M. REVIAN AKBAR : 2021203010036
FAHMI AULIA : 2021203010049
DEDI AFZAL : 2021203010010

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Lhokseumawe,25 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A.Latar Belakang.....................................................................................................1

SEX EDUCATION..............................................................................................1

HUKUM PACARAN DALAM ISLAM.............................................................2

B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................3

C. PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Pengertian Pacaran Menurut Islam....................................................................3

B. Pandangan Islam Mengenai Pacaran...............................................................3

1. Islam Mengakui Rasa Cinta............................................................................3

2. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal.......Error!
Bookmark not defined.

C. Batasan-batasan yang Diperbolehkan Laki-laki dan Perempuan Sebelum


Mereka Menikah......................................................................................................5

iii
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

SEX EDUCATION
Masalah seks masih dianggap tabu dikalangan masyarakat dan dibicarakan

di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada anak-anak.

Masyarakat beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan kepada

anak kecil. Padahal pendidikan seks yang diberikan sejak dini sangat

berpengaruh dalam kehidupan anak ketika dia memasuki masa remaja. Apalagi

anak-anak sekarang kritis, dari segi pertanyaan dan tingkah laku. Itu semua

karena pada masa ini anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar.

Pendidikan seks yang tidak diberikan di usia dini mengakibatkan tingginya

kekerasan seksual pada anak yang dilakukan orang-orang terdekat anak

termasuk keluarga. Fenomena ini menunjukkan pentingnya pemahaman akan

pendidikan seks pada anak usia dini. Masalah pendidikan seks pada saat ini

kurang diperhatikan orang tua sehingga mereka menyerahkan semua pendidikan

anak kepada sekolah termasuk pendidikan seks. Padahal yang bertanggungjawab

akan pendidikan seks pada anak usia dini adalah orang tua, sedangkan sekolah

hanya sebagai pelengkap dan disekolah tidak ada kurikulum tentang pendidikan

seks sehingga pendidikan seks pada anak usia dini kadang terabaikan.

Untuk menghadapi masa depan, pengetahuan dan informasi tentang

seks sangat penting diketahui oleh generasi penerus bangsa. Akan tetapi anak-

1
anak dan remaja rentan terhadap kesalahan informasi tentang pengetahuan seks.

Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang benar, mereka akan percaya akan

mitos-mitos tentang seks yang tidak benar. Informasi tentang seks sebaiknya

didapatkan dari orang tua, guru atau sumber informasi yang benar.

Di Indonesia banyak anak-anak tidak mendapatkan pendidikan seks yang

benar dan cukup. Mereka justru mendapat informasi tentang seks dari teman

sebaya, internet, dan majalah. Padahal sumber informasi tersebut belum

tentu benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Pemberian pendidikan atau

informasi mengenai masalah seks masih menjadi pro dan kontra di masyarakat

Indonesia.

HUKUM PACARAN DALAM ISLAM


Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah

hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam

mengenalkan istilah "khitbah (meminang". Ketika seorang laki-laki menyukai

seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan maksud akan

menikahinya pada waktu dekat. Selama masa khitbah, keduanya harus menjaga

agar jangan sampai melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam,

seperti berduaan, memperbincangkan aurat, menyentuh, mencium, memandang

dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami istri. Namun di zaman sekarang,

istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja. Pada masa ini, seorang remaja

biasanya mulai "naksir" lawan jenisnya. Lalu ia berupaya melakukan pendekatan

untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah

2
pendekatannya berhasil dan gayung bersambut, lalu keduanya mulai berpacaran

yang identik dengan pelampiasan sayang dengan cara yang kurang begitu sesuai

dengan ajaran Islam.

Hal tersebutlah yang mendasari mengapa penulis mengambil tema ini untuk di
bahas, karena banyak yang tidak tau apakah pacaran dalam islam itu di
perbolehkan atau tidak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pacaran menurut Islam itu?

2. Bagaimanakah persepsi orang tua terhadap pendidikan seks pada anak Usia
dini

C. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pacaran Menurut Islam


Istilah pacaran yang dilakukan oleh anak-anak muda sekarang ini tidak
ada dalam Islam. Yang ada dalam Islam ada yang disebut “Khitbah” atau masa
tunangan. Masa tunangan ini adalah masa perkenalan, sehingga kalau misalnya
setelah khitbah putus, tidak akan mempunyai

dampak seperti kalau putus setelah nikah. Dalam masa pertunangan keduanya
boleh bertemu dan berbincang-bincang di tempat yang aman, maksudnya ada
orang ketiga meskipun tidak terlalu dekat duduknya dengan mereka.

B. Pandangan Islam Mengenai Pacaran

1. Islam Mengakui Rasa Cinta


Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika
seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa.
Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya. Allah

3
berfirman : “Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa- apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
.”(QS. Ali Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa


cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang
paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab.
Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya
untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasullullah bersabda : “Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang
yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang
paling baik terhadap istriku.

2. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Dalam Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan
diantara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada
hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan
sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak
mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka.
Atau janji lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah
berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung jawab yang disaksikan oleh orang
banyak.Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada
pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki
yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan
wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi
seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`.
Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas
bahunya.

4
Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang
melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa
umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu
bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental
dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar- benar telah
dilanda degradasi agama.

C. Batasan-batasan yang Diperbolehkan Laki-laki dan


Perempuan Sebelum Mereka Menikah

1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina Allah SWT
berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina: sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu

jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32) Maksud ayat ini, janganlah kamu melakukan
perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di
antara perbuatan tersebut seperti berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang
sepi, bersentuhan termasuk bergandengan tangan, berciuman, dan lain
sebagainya.

2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya Rasulullah SAW


bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas daripada memegang atau
meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya). "

3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya Dilarang laki dan
perempuan yang bukan mahramnya untuk berdua-duan. Nabi SAW bersabda,
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia
bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak mahramnya, karena ketiganya
adalah setan." (HR. Ahmad).

D. Hukum Pacaran Menurut Islam

5
Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan
untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah hukumnya haram?
Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan allah, sebagaimana
dalam firman-Nya berikut:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-


isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(QS. Ar-Rum: 21)

Islam memperbolehkan untuk berpacaran selagi mentaati kaidah-kaidah apa saja


yang tidak di perbolehkan dalam Islam itu sendiri. Jika kaidah-kaidah tersebut di
langgar dan menjurus pada perzinaan, maka haram hukumnya pacaran itu.

Anda mungkin juga menyukai