Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas
petunjuk dan kemudahan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian salah satu tugas
kuliah Agama Islam yaitu pembuatan makalah dalam hal ini materi yang penulis bahas
mengenai mengenai “Hukum Pacaran Dalam Islam”
Tak lupa penulis curahkan sholawat dan salam kepada junjungan NabiMuhammad
SAW yang juga telah memberi petunjuk bagi kita semua, sehingga bisa terselamatkan dari
lembah kesesatan. Dalam penyusunan makalah ini, tak semudah apa yang penulis bayangkan.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis lalui dalam penyusunan makalah ini. Tapi
berkat Izin dan Rahmat Allah SWT penulis mampu menyelesaikannya.
Harapan penulia sebagai penyusun makalah, yaitu semoga apa yang terdapat dalam
lembaran kertas ini, dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Tak lupa pula penulis
haturkan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.
Karena pemilik kesempurnaan yang sesungguhnya adalah Allah SWT.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sesungguhnya generasi muda pada setiap bangsa merupakan pilar kebangkitan dan
landasan kemajuan bagi bangsa itu sendiri. Diantara hal yang harus dilakukan para pemikir
adalah mempelajari kebiasaan-kebiasaan generasi muda serta pemikiran-pemikiran yang
mereka anut, agar para pemikir tersebut bisa memotivasi mereka pada hal-hal yang baik dan
meluruskan hal-hal yang bengkok. Sehingga generari muda diharapkan seharusnya dapat
menjadi penerus generasi yang lebih baik dari sebelumnya bukan justru menjadi lebih buruk
dari generasi sebelumnya.
Kebiasaan kehidupan sehari-hari generasi muda, tak lepas dari yang Namanya interaksi
langsung atau hubungan dengan lawan jenis, baik di lingkungan rumah, sekolah, kuliah,
kantor atau dimanapun dan kapanpun. Menjalin hubungan dengan lawan jenis yang bukan
mukhrimnya banyak bentuknya seperti pertemanan, persahabatan, rekan kerja, atasan-
bawahan, kakak-adik kelas dan lain sebagainya. Akibatnya bentuk hubungan itu akan
mengalami interaksi langsung dan pertemuan yang semakin sering. Sehingga dari seringnya
berinteraksi dan pertemuan yang bukan mukrim itu akan menimbulkan rasa kasih sayang
satu-sama lain yang berpotensi mengakibatkan terjalinnya hubungan kedekatan yang lebih
dari sekedar pertemanan.
Perkembangan baru pada usia remaja yang perlu diperhatikan adalah mulai timbulnya
rasa senang atau ketertarikan pada lawan jenis. Bahkan rasa ketertarikan itu tidak sebatas
senang memandang atau senang bercengkerama dengan lawan jenis, melainkan juga, seiring
dengan pertumbuhan fisik yang mulai sempurna dan organ- organ seks mulai berfungsi,
timbul keinginan pada remaja untuk melepaskan Hasrat seksual. Sehingga pacaranlah yang
menjadi jembatan untuk menyalurkan Hasrat seksual tersebut. Apalagi, saat ini di tengah-
tengah globalisasi, ditandai dengan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan semakin
majunya teknologi serta berkembang pesatnya budaya barat yang masuk di Indonesia
khususnya bagi generasi muda tampaknya fenomena pacaran memang telah menjadi bagian
hidup bagi setiap orang karena pada saat ini siapa yang tidak tahu tentang istilah pacaran.
Hampir seluruh lapisan masyarakat dari segala usia pasti mengenal kata pacaran dan mengerti
apa yang dimaksud dengan pacaran.
2
Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antar
seorang remaja dengan lawan jenisnya. Dikalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi
identitas yang sangat dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri
jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang
gaul. Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis
tetapi juga merupakan kebutuhan sosiologis, terutama dalam dunia pergaulannya.
Selama ini tampaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidaknya
didalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki- laki dan wanita tanpa nikah. Kalau
ditinjau lebih jauh sebenarnya pacarana menjadi bagian dari kultur barat. Sebab biasanya
masyarakat barat melegalkan adanya fase-fase hubungan heteroseksual dalam kehidupan
manusia sebelum menikah seperti pupylove (cinta monyet), datang (kencan), going steady
(pacaran), dan engagement (tunangan).
Penulis tertarik membahas lebih lanjut tentang pacaran karena kami sebagai Mahasiswa
yang belajar al-Qur’an dan hadis tahu dan memahami bahwa pacaran dalam Islam dilarang.
Tapi sebagaimana yang kita ketahui bahwa pacaran sekarang ini sudah menjamur di
masyarakat muslim tidak hanya pada masyarakat muslim yang awam namun orang yang
mengerti Islam dan belajar Islam setiap hari pun dapat berpacaran. Penulis berpendapat
bahwa sebagian besar penduduk Indonesia yang beragama muslim mungkin banyak belum
mengetahui bagaimana sesama muslim dan muslimah berinteraksi, penulis disini akan
mencoba memberi pemahaman kepada yang belum tahu tentang pergaulan antara wanita dan
laki-laki dalam Islam dan bagi yang telah tahu dan memahami supaya dapat lebih memahami
lagi. Berikut rumusan masalah dari makalah ini.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu :
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Nabi SAW bersabda:
Artinya : “Amal yang paling utama ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah”. (hadis
ini dikutip dari Hisanil Mashabah, riwayat dari Abu Hurairah ra.).
Di dalam menyimpan isyarat bahwa orang mukmin tidak boleh tidak, harus punya kawan
yang saling mencintai karena Allah SWT, dan harus ada yang membencinya karena ia
melanggar laranganNya.
Rasulullah SAW bersabda:
َو الِ ِده ِ وَأ ْهلِه ِ نَ ْف ِسه ِ ِم ن ْ ِإلَيه ِ َأ َحب ه ا ُكوْ ن َ َحتهي َأ َح ُد ُكم ْ يُو ْء ِم ن َ لَن ِ أجْ َم ِعيْن َ َو النهاس
“Tidak beriman salah seorang kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada dirinya, orang
tua, anak dan semua manusia”. Diriwayatkan Al- ‘Adani dari Umar Bukhari dan Muslim
telah meriwayatkan pula secara Panjang dari Anas.
خ يْه ِ َماي ُِح ب ُّ لِنَ ْف ِسه ه لَْيُوء ِْم ن ُ َأ َح ُد َكم ْ َحتهي ي ُِح
ِ َ ِ ِل
“Tidak beriman salah seorang kaum kecuali dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai
dirinya sendiri.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan enam prawi hadis, kecuali Abu Daud,
dari Anas Ibnu Malik r.a.
6
Asbabul wurud dari hadis ini adalah sebagaimana diriwayatkan oleh thabrani dari
Abu Walid al Qursy: “Aku berada di samping Bilal ibnu Burdah, maka seorang laki-laki dari
Abdul Qais datang dan berkata : “Semoga Allah memberi keselamatan kepada Amirul
Mukminin, sesungguhnya penduduk Thif tidak menunaikan zakat mereka dan sungguh aku
mengetahui tentang hal itu. Maka aku sampaikan kepada Amir”. Bilal bertanya: “Engkau
berasal darimana?”. “ Saya dari Abdul Qais”, Jawabnya. “Siapa namamu?”. “Fulan”
Jawabnya. Maka Bilal menulis kepada polisi (petugas keamanan-pent) menanyakan tentang
Abdul Qais. Polisi menjelaskan: “aku menjumpainya bekerja dibidang pengawasan (hisbah).
Bilal berkata; “Allahu Akbar, ayahku menceritakan kepadaku dari kakekku Abu Musa (al-
Asy’ary) dari Rasulullah SAW: “Tiada beriman salah seorang dari kaum kecuali dia
mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”. Hadis di atas menunjukkan
bahwa mencintai mukmin dan kehendak keinginan berbuat baik kepada mereka adalah tanda
keimanan.
Rasa cinta bersifat universal namun sebagai seorang muslim rasa cinta hendaknya
dipersembahknan hanya untuk Allah dan hanya karenaNya. Cinta yang harus kita tumbuhkan
adalah cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada Orang Tua, cinta kepada
Suami /Istri, dan cinta kepada sesame makhluk ciptaannya. Cinta dalam pengertian ini adalah
fitrah bagi manusia karena setiap manusia memilikinya baiknya muslim ataupun kafir kita
hanya menumbuhkan cinta tersebut. Cinta dapat juga menjadi sebuah energi besar
yang positif dan juga negatif tergantung kita memaknainya.
Ibnul Qayyim menjelaskan: ”Kalau orang yang sedang dilanda asmara itu disuruh
memilih antara kesukaan pujaannya itu dengan kesukaan Allah, pasti ia akan memilih yang
pertama. Ia pun lebih merindukan perjumpaan dengan kekasihnya itu ketimbang pertemuan
dengan Allah Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu, angan-angannya untuk selalu dekat dengan
sang kekasih, lebih dari keinginannya untuk dekat dengan Allah”. Jadi menurut kami
sebenarnya orang yang memilih berpacaran hanya ingin memuaskan perasaan mereka
sendiri, dan melupakan yang menciptakan perasaan tersebut. Alangkah baiknya jika kita
menyerahkan dan mengadukan semua perasaan asmara tersebut kepada Allah SWT, karena
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segalanya.
Di zaman Rasulullah tidak ada pacaran, tapi hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang
berpacaran sudah dilarang dalam Al-Qur’an dan hadis- hadis Rasulullah SAW yang nantinya
akan kami sebutkan.
7
2.2 Pandangan Islam Tentang Pacaran
Dalam al-Qur’an dan hadis tidak dijelaskan secara spesifik tentang pacaran, akan
tetapi banyak ayat al-Qur’an maupun hadis yang menyinggung tentang pacaran. Berikut ini
dalil-dalil yang melarang pacaran:
Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 32:
Dalam ayat ini, Allah SWT melarang para hamba-Nya mendekati perbuatan zina.
Maksudnya ialah melakukan perbuatan yang membawa pada perzinaan, seperti pacaran,
pergaulan bebas tanpa kontrol antara laki-laki dan perempuan, membaca bacaan yang
merangsang, menonton tayangan sinetron dan film yang mengumbar sensualitas perempuan,
dan merebaknya pornografi dan pornoaksi. Semua itu benar-benar merupakan situasi yang
kondusif bagi terjadinya perzinaan.
Allah melarang agar kita jangan mendekati perbuatan yang menimbulkan perzinaan,
seperti halnya kebebasan bergaul antara putra dan putri yang bukan mahramnya (kumpul
kebo). perlu diketahui, bahwasannya mendekati zinanya saja tidak boleh apalagi sampai
berbuat zina, karena sesuatu perbuatan yang awal keji, dan merupakan jalan yang terburuk.
Dalam hukum Islam umumnya manakala sesuatu itu diharamkan, maka segala sesuatu
yang berhubungan denganya diharamkan juga. Misalnya minuman keras yang memabukkan,
bukan hanya orang yang meminumnya yang diharamkan, tapi juga yang memproduksinya,
yang menjualnya dan yang membelinya. Demikian juga halnya dalam masalah zina, pacaran
merupakan hal yang paling dekat dengan zina oleh karena itu maka syariat Islam memberikan
tuntutan pencegahan dari perbuatan zina, karena Allah Maha Tahu tentang kelemahan
manusia. Berikut di bawah ini adalah hadis-hadis tentang pencegahan dari perbuatan zina.
َ َ ع َْن نَظَ ِر ْالفُ َجا َء ِة فََأ َم َرنِى َأ ْن َأصْ ِرفَ ب-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا
ص ِرى ُ َسَأ ْل.
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma
selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.”(HR. Muslim no. 5770)
8
Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan
jenis. Allah Ta’ala berfirman,
Pada ayat, ini Allah memerintahkan Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, agar
mereka memelihara dan menahan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan kepada
mereka untuk melihatnya kecuali terhadap hal-hal tertentu yang oleh dilihatnya. Faedah dari
menundukkan pandangan, ebagaimana difirmankan Allah dalam surat An Nur ayat (yang
artinya) “yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” yaitu dengan menundukkan
pandangan akan lebih membersihkan hati dan lebih menjaga agama orang- orang yang
beriman. Inilah yang dikatakan oleh Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini.
Pandangan adalah awal dari ketertarikan, maka tidak heran jika Islam dengan sangat
jelas melarang berpandangan dengan yang bukan mahram, apalagi dengan nasfsu
Hadis-hadis di bawah ini menjelaskan larangan berjabat tangan dan bersentuhan. Jika
seseorang mengumbar pandangan matanya, maka dia telah mengumbar syahwat hatinya.
Sehingga mata pun bisa berbuat durhaka karena memandang, dan itulah zina mata.
Rasulullah bersabda,
ُاهŽŽَانُ ِزنŽ َواللِّ َس،ُتِ َماعŽا ااِل ْسŽŽ َواُأْل ُذنَا ِن ِزنَاهُ َم،ُ فَ ْال َع ْينَا ِن ِزنَاهُ َما النَّظَر،َك اَل َم َحالَةَ ِك َذلٌ ُم ْد ِر،الزنَاِّ َصيبُهُ ِمن َ ُِكت
ِ َب َعلَى اب ِْن آ َد َم ن
Žُق َذلِكَ ْالفَرْ ُج َويُ َك ِّذبُه َ ُ َوي، َو ْالقَ ْلبُ يَ ْه َوى َويَتَ َمنَّى، َوال ِّرجْ ُل ِزنَاهَا ْال ُخطَا، ُطش
ُ ص ِّد ْ َ َو ْاليَ ُد ِزنَاهَا ْالب،ْالكَاَل ُم
”Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina.
Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata bisa berzina, dan zinanya adalah
pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan).
Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa
berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya
adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-
angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR.
Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657. Lafadz hadits di atas milik Muslim).
Imam Nawawi seorang ulama besar Syafi’iyyah berkata: ”Makna hadits ini adalah
bahwa anak Adam telah ditetapkan bagian untuk berzina. Di antaranya ada yang berbentuk
9
zina secara hakiki yaitu memasukkan kemaluan kepada kemaluan yang haram. Di samping
itu juga ada zina yang bentuknya simbolis (majas) yaitu dengan melihat sesuatu yang
haram, mendengar hal-hal zina dan yang berkaitan dengan hasilnya; atau pula dengan
menyentuh wanita ajnabiyah (wanita yang bukan istri dan bukan mahrom) dengan tangannya
atau menciumnya; atau juga berjalan dengan kakinya menuju zina, memandang, menyentuh,
atau berbicara yang haram dengan wanita ajnabiyah dan berbagai contoh yang semisal ini;
bisa juga dengan membayangkan dalam hati. Semua ini merupakan macam zina yang
simbolis (majas). Lalu kemaluan nanti yang akan membenarkan perbuatan- perbuatan tadi
atau mengingkarinya. Hal ini berarti ada zina yang bentuknya hakiki yaitu zina dengan
kemaluan dan ada pula yang tidak hakiki dengan tidak memasukkan kemaluan pada
kemaluan, atau yang mendekati hal ini. Wallahu a’lam” (Syarh An Nawawi ‘ala Muslim).
bnu Bathal menjelaskan: “zina mata, yaitu melihat yang tidak berhak dilihat lebih dari
pandangan pertama dalam rangka bernikmat-nikmat dan dengan syahwat, demikian juga zina
lisan adalah berlezat-lezat dalam perkataan yang tidak halal untuk diucapkan, zina nafsu (zina
hati) adalah berkeinginan dan berangan-angan. Semua ini disebut zina karena merupakan
hal-hal yang mengantarkan pada zina dengan kemaluan” (Syarh Shahih Al Bukhari, 9/23).
Jika kita melihat pada hadits di atas, menyentuh lawan jenis -yang bukan istri atau
mahrom- diistilahkan dengan berzina. Hal ini berarti menyentuh lawan jenis adalah perbuatan
yang haram karena berdasarkankaedah ushul ‘apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain
yang haram,maka menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.” (Lihat Taysir Ilmi
Ushul Fiqh, Abdullah bin Yusuf Al Juda’i)
"Demi Allah, tangan Rasulallah SAW tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan
mahram) sama sekali meskipun dalam keadaan memba'iat. Beliau tidak memba'iat mereka
kecuali dengan mangatakan: "Saya ba'iat kalian." (HR. Al-Bukhari)
Jika kita melihat pada hadits di atas, menyentuh lawan jenis -yang bukan istri atau
mahrom- diistilahkan dengan berzina. Hal ini berarti menyentuh lawan jenis adalah perbuatan
yang haram karena berdasarkan kaedah ushul ‘apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain
yang haram, maka menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.” (Lihat Taysir
Ilmi Ushul Fiqh, Abdullah bin Yusuf Al Juda’i) "Demi Allah, tangan Rasulallah SAW tidak
pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) sama sekali meskipun dalam keadaan
memba'iat. Beliau tidak memba'iat mereka kecuali dengan mangatakan: "Saya ba'iat
kalian." (HR. Al-Bukhari) Memang tidak semua yang berpacaran itu pasti berzina, namun
10
tidak
berlebihan jika kita katakan bahwa pacaran itu termasuk mendekati zina, karena dua orang
yang sedang berkencan atau berpacaran untuk menuju ke zina hanya tinggal selangkah saja.
Dan perlu diketahui juga bahwa ada zina secara maknawi, yang pelakunya memang tidak
dijatuhkan hukuman rajam atau cambuk namun tetap diancam dosa karena merupakan
pengantar menuju zina hakiki.
Berpacaran adalah suatu hal yang lumrah di kalangan muda-mudi sekarang. Padahal,
perbuatan tersebut merupakan suatu perangkap setan untuk menjerumuskan anak cucu Adam
ke dalam perbuatan zina. Seperti yang telah kami jelaskan di atas, dalam pacaran itu sendiri
sudah mengandung sekian banyak kemaksiatan, seperti memandang, menyentuh, dan
berduaan dengan wanita yang bukan mahramnya, yang notabene merupakan zina mata, lisan,
hati, pendengaran, tangan, dan kaki. Itulah diantara hal-hal yang dapat mengantarkan anak
cucu Adam kepada perbuatan zina. Barangsiapa menjaganya, selamatlah agamanya, insya
Allah. Sebaliknya, barangsiapa lalai dan menuruti hawa nafsunya, kebinasaanlah baginya.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatan zina adalah termasuk kerusakan yang
sangat berat. Diantaranya adalah merusak tatanan masyarakat, baik dalam hal nasab
(keturunan) maupun penjagaan kehormatan, dan menyebabkan permusuhan diantara sesama
manusia.
Al Imam Ahmad berkata: “Aku tidak mengetahui dosa besar apa lagi yang lebih besar
setelah membunuh jiwa selain dari pada dosa zina.” Kemudian beliau menyebutkan ayat ke-
68 sampai ayat ke-70 dari surat Al Furqan. (Lihat Al-Jawab Al-Kafi, hal 207).
Gaya pacaran para remaja zaman sekarang yang cenderung tidak sehat, memiliki
banyak sekali dampak negatif antara lain:
11
Hasil dari gaya pacaran yang tidak sehat salah satunya adalah kematian. Karena
aborsi yang dilakukan oleh para remaja biasanya bersifat sembarang. Konon lagi
dengan bantuan dukun yang tidak mendapatkan pengetahuan medis.
3. Adanya Free sex
Hal yang lebih mengerikan lagi akibat dari pacaran yang tidak sehat adalah seks bebas
(free sex). Mereka pertama melakukan hal yang terlarang itu tetapi kemudian mereka
cenderung ketagihan.
4. Menyebarkan penyakit
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dampak dari seks bebas adalah mewabahnya
berbagai jenis penyakit kelamin seperti HIV/ AIDS, sipilis dan penyakit kelamin
lainnya.
5. Meningkatnya penggunaan narkoba
Pada usia remaja adalah usia di saat dimana seorang mencari jati diri. Pada usia ini
akan sangat renta akan berbagai hal salah satunya adalah lingkungan. Pacar adalah
salah satunya,bila pacarnya adalah pengguna narkoba maka kemungkinan besar dia
juga akan terseret.
Cinta berawal dari pandangan mata yang kemudian meresap ke hati, maka dari itu
syara’ mensunnahkan bagi seseorang untuk melihat dan memandang kepada wanita atau
lelaki yang hendak dinikahi atau dilamarnya, sebab sudah menjadi fitrah manusia menyukai
sesuatu yang indah dan menawan, tidak pula dipungkiri bahwasanya ketika melihat dan
memiliki
sesuatu yang indah dan rupawan, maka seakan-akan ada kebahagiaan dan ketentraman
tersendiri, yang akhirnya menimbulkan kerinduan.
Ibnul Qayyim berkata, ”Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak
cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan
bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa
tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”
Dihadits lain dengan redaksi yang sedikit berbeda dengan makna yang sama
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa diantara kamu sanggup menyediakan
belanja (ba’ah) hendaklah ia menikah, dan barang siapa yang tidak menyanggupinya
12
hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu benteng pemelihara baginya”.
Diriwayatkan oleh al baghawy dalam musnad usman ibnu affan r.a
Asbabul wurud dari hadits di atas ialah Usman ibn affan menceritakan bahwa
Rasulullah SAW keluar menemui beberapa orang pemuda Quraisy, dan aku termasuk salah
seorang diantara mereka. Maka beliau bersabda, hai anak- anak muda Quraisy barang siapa
diantara kamu sanggup menyediakan belanja (ba’ah) hendaklah ia menikah, dan barang siapa
yang tidak menyanggupinya hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu benteng
pemelihara baginya”. Keterangan: Hadits ini mendorong seseorang menikah setelah
terpenuhinya syarat-syarat yang ditetapkan dan kesanggupan melaksanakan kewajiban
(sebagai pria-pent) dan menyediakan belanja (rumah tangga). Dan barang siapa yang tidak
atau belum memenuhi kesanggupan menyediakan belanja hendaklah dia suka berpuasa
karena puasa tersebut menjadi perisai yang memeliharanya dari perbuatan yang menyimpang
(zina-pent).
kewajiban (sebagai pria-pent) dan menyediakan belanja (rumah tangga). Dan barang
siapa yang tidak atau belum memenuhi kesanggupan menyediakan belanja hendaklah dia
suka berpuasa karena puasa tersebut menjadi perisai yang memeliharanya dari perbuatan
yang menyimpang (zina-pent).
Dituturkan dari Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas katanya Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada
pertimbangan lain yang harus dilihat bagi dua orang yang saling mencintai kecuali
dinikahkan”. (HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani).
Asbabul wurud hadis di atas diriwayatkan oleh Abu Hasan bin Syadzan di dalam
“Masyiikhah” dan oleh Ibnu Najar di dalam “Tarikh Baghdad” dari Jabir bahwa seorang laki-
laki telah datang kepada Nabi seraya brkata: “Ya Rasulullah kami mempunyai anak yatim
perempuan. Ia dilamar oleh dua orang yang kaya dan miskin. Dia berkeinginan yang miskin
sedangkan kami menginginkan yang kaya. Rasulullah bersabda: “Tidak ada pertimbangan
lain
yang harus dilihat bagi dua orang yang saling mencintai kecuali dinikahkan”. Obat cinta
13
adalah nikah, jika seorang laki-laki melihat perempuan yang bukan muhrim dan perempuan
itu telah merebut hatinya maka menikahinya akan menambah cintanya.
Asbabul wurud yang kedua dituturkan oleh al-Khara’ithi dalm I’tilal al-Qulub, dari
Ibnu ‘Abbas, bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW: “Saya
mempunyai seorang gadis yang dilamar oleh seorang laki-laki kaya dan seorang laki-laki
miskin. Kami tertarik pada yang kaya, sedangkan dia lebih tertarik pada yang miskin”.
Mendengar itupun beliau pun menjawab: “Tidak ada pertimbangan lain yang harus dilihat
bagi dua orang yang saling mencintai kecuali dinikahkan”.
Hadis ini dikeluarkan oleh Ibnu majah dalam kitab an-Nikah, pada pasal tentang
keutamaan nikah (sunan Ibnu majah, I, halaman 596) yang dalam az-Zawa’id dinyatakan
dalam hadis ini sanadnya shahih dan para perawinya kuat.
Dari hadis dan keterangan diatas, menurut penulis Islam menganjurkan bahwa saat
kita menikah akan lebih baik didasari oleh rasa cinta. Karena setelah menikah rasa cinta
mereka akan semakin bertambah. Ini menunjukkan bahwa jika ingin menikah karena cinta
tidak selalu harus melakukan proses pacaran. Karena saat engkau jatuh cinta tidak ada yang
lebih baik daripada pernikahan.
َْل تَ ْعلَم ُ َو ِإ َكانَت ْ يَ ْنظُ َر ِإلَ ْيهَا َأن ْ َعلَيْه ِ ُجنَاح َ فَال َ ْال َمرْ َأة َ َأ َح ُد ُكم ُ ِإ َذاخَ طَب
“Apabila seseorang hendak melamar wanita, tiada dosa baginya melihat wanita itu sekalipun
tanpa sepengetahuannya.”(HR. Abu Daud, Imam Thabrani dan Imam Ahmad).
Dalam sebuah riwayat diceritakan tatkala Mughurah bin Syu’bah meminang seorang
wanita, maka Rasulullah bersabda:
فَاِنهه ُ َأحْ َر ى َأن ْ يُْؤ دَم َ بَ ْينَ ُك َم,اُ ْنظُر ْ ِإلَ ْيهَا
14
“Pergilah dan pandanglah wanita itu, sebab sesungguhnya hal itu lebih menjamin bagi
kelangsungan hubungan kamu berdua”. (HR. Al-Tirmidzi, Al- Nasa’I, dan Ibn Majah).
Hadis dari Abu Hurairah ra, dari nabi SAW dimana beliau bersabda:
ْ َلِ َما لِهَا َو لِ َح َسبِهَا َو َج َملِهَا َو لِ ِد ْينِهَا ف:تُ ْن َكح ُ ْال َمرْ َأة ُ ِل َرْ بَ ٍع
اظفَرْ ب َذات ِ ال ِِّديْن ِ ت َِر بَت ْ يَدَاك
“Wanita itu dinikahi karena empat hal yaitu: karena hartanya, karena kebangsawanannya,
karena kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah yang beragama niscaya kamu
beruntung.” Al-Bukhari menakhrijkan hadis ini dalam “Kitab Nikah” bab tentang sederajat
dalam beragama.
Bagi orang yang memerlukan penyaularan biologis sedang dia belum mampu
merealisasikan biaya dan tanggung jawabnya, sebaiknya ia menangguhkan nikah. Karena
disini hukumnya menjadi makruh.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Dalam al-Qur’an dan hadis tidak dijelaskan secara spesifik tentang pacaran, akan tetapi
banyak ayat al-Qur’an maupun hadis yang menyinggung tentang pacaran. Maka dari itu
pacaran dilarang keras dalam agam Islam.
3. Kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatan zina adalah termasuk kerusakan yang sangat
berat. Diantaranya adalah merusak tatanan masyarakat, baik dalam hal nasab (keturunan)
maupun penjagaan kehormatan, dan menyebabkan permusuhan diantara sesama manusia.
4. menurut penulis Islam menganjurkan bahwa saat kita menikah akan lebih baik didasari
oleh rasa cinta. Karena setelah menikah rasa cinta mereka akan semakin bertambah.
3.2 Saran
Adapun saran yang bisa penulis sampaikans elaku penulis yaitu, agar kira nya para
pembaca memahami dalil yang melarang keras pacaran atau lebih tepatnya perbuatan zina,
karena diawali pacaran akan merujung ke zina. Maka dari itu jangan pernah pacaran sebelum
menikah, tapi menikahlah lalu pacarana.
16
DAFTAR PUSTAKA
Christy Aisyah. Ya Allah, Bimbing Hamba Menjadi Wanita Salehah. Jakarta, PT Elex Media
Komputindo, 2011.
Eko A Meinarno, dan Sarwono, W Sarlito. Psikologi Sosial. Jakarta, Salemba Humanika,
2009.
Kholid, Furqon Setia. Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta,. Sumdang, Rumah Karya
Publishing, 2015.
17