MAKALAH
Oleh:
Izzul Ma'ali 1120050
Siti Nurfatimatul Zahro 1120063
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur penulis sampaikan kepada Allah Subhanallahu
Wa Ta’ala karena berkat ridho dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Zina dan Status Anak Zina” tanpa ada suatu halangan.
Sholawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad
Shalallahu alaihi wassalam yang selalu dinanti-nantikan safaatnya di hari akhir.
Dalam penyusunan makalah ini banyak bantuan yang penulis terima. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu mendo’akan.
2. Dosen pengampu mata kuliah Masa'il Fiqih .
3. Teman-teman sekelas penulis.
4. Semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan balasan dari
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah
ini. Apabila ada kekurangan mohon diberikan kritik dan saran untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi perkembangan Masa'il Fiqih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama wahyu yang berasal dari Allah SWT, Zat yang
menciptakan manusia, merupakan petunjuk bagi manusia agar dalam
menempuh kehidupannya di dunia tidak tersesat sehingga manusia
memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat. Allah SWT sebagai al-
Khaliq, Maha Mengetahui tentang keadaan manusia makluk ciptaan-Nya itu.
Kepada manusia diberikan aturan-aturan hidup yang cocok sebagai makhluk
yang menyandang predikat “ahsanu taqwim” dibanding makhluk Tuhan yang
lain. Tidak dibiarkan manusia menyalurkan hasrat seksualnya secara bebas,
tetapi juga tidak dilarang melakukan hubungan seksual itu secara legal. Allah
SWT mempersilakan manusia menikmati hubungan seksual seperlunya asal
saja hal itu dilakukan melalui prosedur yang benar. Sebaliknya, Allah SWT
melarang manusia mendekatkan diri kepada perbuatan-perbuatan yang bisa
mewujudkan hubungan seksual secara ilegal.
Allah SWT mensyariatkan umat manusia supaya melaksanakan
pernikahan dan melarang perbuatan zina. Pernikahan sebagai pintu gerbang
bagi manusia memasuki kehidupan berkeluarga yang aman, damai, sejahtera
dan bahagia lahir batin. Dalam pernikahan itu manusia dapat menikmati
hubungan seksual secara terhormat sekaligus dapat menyambung keturunan.
Sementara zina adalah jalan menuju kerusakan yang dapat mengakibatkan
manusia turun derajatnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, maka
rumusan masalah yang dapat penulis bahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penjelasan tentang pengertian zina ?
2. Bagaimana penjelasan tentang hukuman bagi pelaku perbuatan zina ?
4
3. Bagaimana penjelasan tentang pengertian anak zina ?
4. Bagaimana penjelasan tentang status anak zina ?
C. Tujuan Penulisan
Dengan rumusan masalah tersebut, penulis mempunyai tujuan
penulisan sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang pengertian zina.
2. Menjelaskan tentang hukuman bagi pelaku perbuatan zina.
3. Menjelaskan tentang pengertian anak zina.
4. Menjelaskan tentang status anak zina.
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan penulisan di atas, maanfaat penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pengertian zina.
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang hukuman bagi pelaku
perbuatan zina.
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pengertian anak zina.
4. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang status anak zina.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zina
Zina secara bahasa berasal dari kata zana–yazni, yaitu hubungan
badan antara laki-laki dan perempuan yang sudah balig, tanpa adanya ikatan
pernikahan yang sah sesuai dengan tuntunan agama Islam.1 Sedangkan zina
menurut fiqh adalah persetubuhan antara laki-laki dan perempuan tanpa ada
ikatan perkawinan yang sah.2
1
Ahmad Taufik & Nurwastuti Setyowati, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
untuk SMA/SMAK Kelas X, (Jakarta Pusat: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2021), 153.
2
Syamsul Huda, Zina dalam Perspektif Hukum Islam dan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, (Kediri: Vol. 12, N0. 2, Desember 2015), 381.
6
Zina ghairu muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh
perempuan dan laki-laki yang belum menikah.
Adapun hukuman untuk pelaku zina ghairu muhsan adalah:
a. Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah gadis dan perjaka maka
hukumannya adalah dera atau cambuk 100 kali dan diasingkan dari
wilayah tempat tinggalnya.
b. Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah janda dan duda, maka
hukumannya adalah dera 100 kali dan hukum rajam hingga meninggal
dunia.3
3
Ahmad Taufik & Nurwastuti Setyowati, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
untuk SMA/SMAK Kelas X, 154.
4
Rosnidar sembiring, Hukum Keluarga Harta-Harta Benda dalam Perkawinan,
(Jakarta,cet.ke-2 hal.117 th.2015)
7
adalah atas kesalahan dan dosa-dosa orang yang mengakibatkan mereka, ia
lahir disebabkan oleh kedua orang tuanya, namun kehadirannya tidak sesuai
dengan hukum dan ajaran Agama, yang menjadi persoalan dan polemik yang
membawa berbagai dampak. Bahkan anak tersebut diberi lebel oleh
masyarakat sebagai anak tidak sah, anak zadah, anak zina, maupun anak
haram.5
Dalam syariat ajaran Islam yang memperhatikan nasab dan keturunan.
Dalam rangka menjaga nasab dan keturunan ini lah agama Islam melarang
bentuk perzinahan dan prostitusi serta sangat menganjurkan nikah untuk
melangsungkan keturunan umat manusia agar tidak punah dan mempunyai
hubungan kekerabatan yang sah dan jelas.
Istilah anak zina (anak yang lahir di luar pernikahan)‛ didefinisikan
sebagai anak yang dilahiran oleh ibunya dari hubungan yang tidak sah. Secara
yuridis tidak disambungkan nasabnya kepada ayahnya atau suami dari ibunya.
Oleh karena itu, Ulama sepakat bahwa nasab anak zina (anak di luar nikah)
hanya di hubungkan dengan ibunya saja. Anak itu tidak memiiki hubungan
nasab dngan ayahnya.6
5
Suhartini, Kedudukan Anak Zina dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif
Tinjauan Terhadap UU.no23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.(skripsi yang
tidak di publikasikan). Fakultas Syariah UIN SMH Banten 2010.
6
Achmad Fadillah, Pandangan Imam Madzhab Terhadap Anak Zina Menjadi Wali
Dalam Perspektif Hadis (Skripsi Yang Tidak Di Publiikasikan) Fkultas Syariah Dan Ekonomi
IAIN SMH Banten, 2007 M/1427 H
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Zina menurut fiqh adalah persetubuhan antara laki-laki dan
perempuan tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
2. Hukuman untuk pelaku zina muhsan adalah, hukuman dera
atau dicambuk sebanyak 100 kali, hukuman rajam yaitu
hukuman mati dengan cara dilempari batu atau sejenisnya.
Adapun hukuman untuk pelaku zina ghairu muhsan adalah
Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah gadis dan perjaka
maka hukumannya adalah dera atau cambuk 100 kali dan
diasingkan dari wilayah tempat tinggalnya, dan apabila pelaku
zina ghairu muhsan adalah janda dan duda, maka hukumannya
adalah dera 100 kali dan hukum rajam hingga meninggal dunia.
3. Anak zina adalah anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang
sah dan ia hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya.
4. Ulama sepakat bahwa nasab anak zina (anak di luar nikah)
hanya di hubungkan dengan ibunya saja. Anak itu tidak
memiiki hubungan nasab dngan ayahnya.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini disarankan agar pembaca dapat
memahami tentang Zina dan Status Anak Zina. Penulis juga
menyarankan kepada pembaca untuk mengajarkan pemahaman tentang
Zina dan Status Anak Zina kepada sesama.
9
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Syamsul. 2015. Zina dalam Perspektif Hukum Islam dan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, (Kediri: Vol. 12, N0. 2, Desember)
Suhartini. 2010. Kedudukan Anak Zina dalam Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Positif Tinjauan Terhadap UU.no23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan.(skripsi yang tidak di publikasikan).
Fakultas Syariah UIN SMH
10