Oleh:
Kelompok 2
Iis Sholehati Fitri
Indah Permata Sari
Khairina
Marvia Afrita
Mitha Safitri
Sandra Ardylenia Murti
Suci Tsamratul A’in
Wirda Taufik
Dosen Pembimbing :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
3. Dengan Pernikahan, Agama Dapat Terpelihara. Menikahi perempuan yang shaleh, bahtera
kehidupan rumah tangga akan baik. Pelaksanaan ajaran agama terutama dalam kehidupan
berkeluarga, berjalan dengan teratur. Rasulullah saw. memberikan penghargaan yang tinggi
kepada istri yang shaleh. Mempunyai istri yang shaleh, berarti Allah menolong suaminya
melaksanakan setengah dari urusan agamnya. Beliau bersabda dari Anas bin malik ra.,
Rasulullah saw., bersabda: “Barang siapa dianugerahkan Allah Istri yang shalehah, maka
sungguh Allah telah menolong separuh agamanya, maka hendaklah ia memelihara
separuhyangtersisa”.(HR.At-Thabrani)
4. Pernikahan dapat Memelihara Ketinggian martabat Seorang Wanita. Wanita adalah teman
hidup yang paling baik, karena itu tidak boleh dijadikan mainan. Wanita harus diperlakukan
dengan sebaik-baiknya.Pernikahan merupakan cara untuk memperlakukan wanita secara baik
dan terhormat. Sesudah menikah, keduanya harus memperlakukan dan menggauli
pasangannya secara baik dan terhormat pula.Firman Allah dalam Al-Qur’an:
Dan bergaulah dengan mereka menurut cara yang patut. (QS. An-Nisa/4:19)
Karena itu nikahilah mereka dengan izin tuannya dan berilah mereka maskawin yang pantas,
karena mereka adalah perempuan-perempuan yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan
(pula) perempuan yang mengambil laki-laki sebagai piarannya. (QS. An-Nisa/4:25)
5. Pernikahan Dapat Menjauhkan PerzinahanSetiap orang, baik pria maupun wanita, secara
naluriah memiliki nafsu seksual. Nafsu ini memerlukan penyaluran dengan baik. Saluran
yang baik, sehat, dan sah adalah melalui pernikahan. Jika nafsu birahi besar, tetapi tidak mau
nikah dan tetap mencari penyaluran yang tidak sehat, dan melanggar aturan agama, maka
akan terjerumus ke lembah perzinahan atau pelacuran yang dilarang keras oleh
agama. Firman Allah dalam Surah Al-isra ayat 32:Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-
Isra/17:32)
Saudara perempuan
2. Hubungan sepersusuan
Ibu sesusuan
Bibi sesusuan, baik dari pihak ibu atau ibu susuan ataupun ayah susuan
Anak tiri
b. Ajaran Islam mengharamkan pernikahan untuk sementara waktu, seperti kriteria berikut :
1. Talaq bain qubra, seseorang laki-laki dilarang menikah kembali atau merujuk isterinya
yang telah di talak dengan talak bain qubra, yaitu talak 3 baik sekaligus maupun berturut-
turut.
2. Permaduaan, seorang laki-laki dilarang memperisterikan 2 orang perempuan bersaudara
3. Jumlah poligami, seorang laki-laki yang sudah beristeri empat orang dilarang melakukan
pernikahan ke lima.
5. Perbedaan agama
6. Ihram
a. Nikah Mut’ah
Disebut juga dengan nikah muaqqad merupakan nikah untuk waktu tertentu atau
nikah terputus, maksudnya seorang laki-laki menikahi seorang perempuan untuk beberapa
hari misalnya seminggu atau sebulan. Nikah ini dikatakan Mut’ah, artinya senang-senang
karena akadnya hanya semata-mata untuk bersenang-senang saja antara laki-laki dengan
perempuan, serta untuk memenuhi kebutuhan biologis, tidak untuk mendapatkan keturunan
b. Nikah Tahlil
Nikah tahlil merupakan nikah yang dilakukan untuk menghalalkan orang yang sudah
melakukan talak 3 untuk segera kembali pada isterinya. Biasanya suami yang telah mentalak
isterinya 3 kali sering ingin kembali lagi kepada bekas isterinya, bila ditunggu dengan cara
biasa menurut ketentuan pernikahan maka masa tunggunya cukup lama. Lalu untuk
mempercepat maksudnya itu ia mencari jalan pintas dengan memebayar seorang laki-laki
untuk dapat menikahi bekas isterinya secara pura-pura, biasanya dengan suatu syarat bahwa
Pernikahan ini tidak menyalahi rukun yang telah ditetapkan, namun karena niat orang yang
menikahi itu tidak ikhlas dan tidak dengan maksud yang sebenarnya maka pernikahan ini
pernikahan ,yaitu:
a. Nikah Al Khidm.Menurut anggapan mereka tidak apa apa asal tidak ketahuan,tetapi kalau
b. Nikah badal atau tukar istri ,seorang laki laki menawarkan kepada laki laki
lain:”Izinkanlah saya tidur bersama isteri mu dan isteriku boleh untukmu”.Pernikahan seperti
c. Nikah Istibdha,nikah untuk mencari bibi tunggul,seorang laki laki menyuruh isterinya
supaya tidur dengan laki laki lain,dan kemudian si isteri harus memisahkan diri sampai nyata
d. Nikah dengan beberapa orang laki laki. Misalkan sepuluh orang bergiliran mencampuri
seorang perempuan,bila perempuan itu sudah hamil dan melahirkan,lalu perempuan itu
memanggil semua laki laki yang telah mencampurinya dan mereka wajib datang
semuanya.Setelah laki laki itu hadir semuanya di hadapan perempuan itu,maka perempuan itu
berkata,”Semua sudah tahu apa yang kamu perbuat terhadap ku,sekarang saya sudah
melahirkan,anak itu adalah anak mu dengan menyebutkan salah satu nama laki laki yang ia
sukai,maka laki laki itu lah yang menjadi ayah si anak dan dia tidak boleh membantahnya.
e. Nikah Syighar, seorang laki-laki (orang tua atau wali) mnikahkan anak perempuannya,
saudara perempuannya atau budak perempuannya kepada seorang laki-laki dengan syarat
laki-laki tersebut menikahkan pula anak perempuannya dan budak perempuannya kepada
bapak atau wali perempuan tersebut, baik ada atau tidak ada mas kawin.
2.9 Putusnya Pernikahan
Menurut ajaran agama islam ikatan pernikahan dapat saja putus yang disebabkan oleh
a. Kematian
Diantara suami atau isteri yang telah meninggal dunia, maka putuslah ikatan
pernikahannya. Seorang suami dapat melakukan pernikahan lagi dengan wanita lain, begitu
pula sebaliknya. Isteri dapat melakukan pernikahan dengan laki-laki lain setelah habis masa
iddahnya. Iddah bagi isteri yang ditinggal mati oleh suaminya, kalau sedang hamil sampai
dengan melahirkan, dan empat bulan sepuluh hari (empat kali suci) bila ditinggalkn mati
b. Thalaq
Thalaq artinya lepas ikatan. Menurut syara’ ikrar yang diucapkan oleh suami kepada
isteri untuk menyatakan putusnya ikatan pernikahan mereka. Thalaq adalah suatu yang
dibenci bukanlah disukai Allah SWT, meskipun tidak diharamkan seperti dijelaskan Nabi
SAW :
‘Rasulullah bersabda : barang halal yang amat dibenci oleh Allah adalah Thalaq.” (H.R.
Abu Daud, Ibnu Majjah, disahkan Hakim dan Abu Hatim menguatkan mursalnya).
Apabila ditinjau dari segi keadaan isteri yang dijatuhi thalaq, maka thalaq itu ada dua
macam yaitu :
1. Thalaq Sunni, yaitu thalaq yang dijatuhkan oleh suami kepada isterinya dalam keadaan
2. Thalaq Bid’i, yaitu thalaq yang dijatuhkan oleh suami kepada isterinya dalam keadaan haid
atau dalam keadaan suci tetapi sudah dicampuri, thalaq semacam ini hukumnya haram.
Apabila dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk kembali dengan bekas isterinya, maka
1. Thalaq Raf’i yaitu thalaq yang membolehkan bekas suami untuk merujuk kepada bekas
2. Thalaq Ba’in yaitu thalaq yang tidak membolehkan suami merujuk bekas isterinya tetapi
3. Khuluq yaitu perceraian antara suami isteri dengan iwad atau tebusan dengan cara pihak
isteri menebus dirinya dari suami dengan membayar sejumlah harta benda atau uang.
5. Syiqaq, perceraian yang diakibatkan oleh pertengkaran diantara suami isteri serta tidak
6. Pelanggaran Ta’liq thalaq, thalaq yang dikaitkan dengan sesuatu, jika sesuatu itu terjadi
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pernikahan yaitu ikatan dua orang hamba berbeda jenis dengan suatu ikatan akad
4. Tujuan adanya pernikahanan ternyata sangat banyak ditinjau dari berbagai sisi,
3.2 SARAN
pengetahuan kami tentang materi yang terdapat dalam makalah ini, agar meningkatkan
pemahaman kami tentang materi tersebut. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan
yang bermanfaat dari berbagai pihak agar semakin baik dikemudian harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Muh. Rifa’i. Fiqih Islam Lengkap. (Semarang: PT Karya Toha Putra)
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam.2017.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Padang : UNP PRESS