Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BIOLOGI SEL
PROSES BIOLOGIS DALAM SEL PROKARIOTA
(REPLIKASI)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH BIOLOGI SEL

MELIA SARI, S.Si., M.Si

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 7

1. FEBRIANTI
2. KHADIZAH HANUM
3. RISKA
4. CINDY FADHILLAH PUTRI

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses
Biologis dalam Sel Prokariota (Replikasi)”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok yang diberikan oleh Ibu Melia Sari, S.Si, M.Si selaku dosen pengampu
Mata kuliah “Biologi Sel”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang proses Biologis dalam Sel Prokariota (Replikasi)
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.
Medan, 13 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A. Pengertian Sel .................................................................................... 3

B. Pengertian Sel Prokariota .................................................................. 4

C. Struktur dan Fungsi Sel Prokariota ................................................... 5

D. Replikasi DNA Prokariota ................................................................. 8

E. Mekanisme Replikasi DNA pada Sel Prokariota .............................. 12

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................ 15

B. Saran .................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sel adalah satuan unit terkecil makhluk hidup yang merupakan dasar
penyusun bagian-bagian tubuh. Sel pertama kali diobservasi dan diidentifikasi
oleh fisikawan Inggris bernama Robert Hook pada tahun 1665. Kemudian,
dua ilmuwan Jerman – Schwann dan Schleiden mengemukakan prinsip
dasar baru sel pada tahun 1893. Teori mengenai sel terdiri dari 3 prinsip
berikut:
1. Semua makhluk hidup tersusun dari satu sel atau lebih.
2. Sel adalah unit dasar dari struktur dan fungsi pada makhluk hidup.
3. Sel-sel lainnya berasal dari proses penggandaan (replikasi) sel yang telah
ada sebelumnya.
Sel dibedakan menjadi dua tipe, yaitu eukariot dan prokariot. Tipe
sel eukariot merupakan sel yang memiliki inti sel (nukleus). Sementara
prokariot dikenal sebagai sel yang tidak memiliki nukleus.
Sel prokariot adalah organisme pertama yang hidup di bumi.
Organisme yang termasuk dalam tipe sel ini antara lain
archaebacteria/eubacteria dan blue green algae. Karakteristik umum dari sel
prokariot ialah sebagai berikut;
1. Ukuran sel berkisar antara 1 – 10 mikron.
2. Uniselular yang membentuk koloni/filament.
3. Bentuk sel terdiri dari bulat, batang, dan datar.
4. Ada yang bersifat autotrof (fotosintesis) dan heterotroph.
Reproduksi secara aseksual: pembelahan biner, transformasi,
konjugasi, dan transduksi.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sel?


2. Apa yang dimaksud dengan sel prokariota?
3. Bagaimana struktur dan fungsi sel prokariota?

1
4. Bagaimana proses replikasi DNA?
5. Bagaimana proses atau mekanisme replikasi DNA pada sel prokariota?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memnuhi salah satu tugas mata kuliah biologi sel.


2. Untuk mengetahui pengertian sel.
3. Untuk mengetahui pengertian sel prokariota.
4. Untuk mengetahui struktur dan fungsi sel prokariota.
5. Untuk mengetahui proses replikasi DNA.
6. Untuk mengetahui proses biologis dalam sel prokariota.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sel
Sel merupakan unit dasar struktural dan fungsional bagi semua
organisme hidup. Sel memiliki sistem organisasi molekuler dan biokimiawi
yang mampu menyimpan informasi, menerjemahkan informasi untuk
mensintesis molekul sel, serta menggunakan sumber energi untuk melakukan
kegiatan. Sel-sel mampu bergerak dan mengompensasi fluktuasi lingkungan
melalui reaksi-reaksi biokimiawi alternatif di bagian dalamnya (Suryani,
2004: 5).
Bentuk sel berkaitan erat dengan fungsinya. Disamping itu, bentuk sel
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tegangan permukaan,
kekentalan (viskositas) sitoplasma, tekanan mekanik dari sel-sel yang ada di
sekitarnya dan kekuatan membrannya. Satuan ukuran sel yang paling umum
adalah mikron atau yang sekarang dikenal sebagai mikrometer. Disamping itu
dikenal pula satuan lain yaitu nanometer dan angstrong. Organisme uniseluler
yang ukurannya paling kecil adalah mycoplasma, yang diameternya sekitar
satu angstrong. Sel yang paling besar adalah sel telur ( ovum) bangsa unggas
yang berdiameter sampai 500 mikron. (Bawa,1988: 10-11)
Sel dapat menduplikasi, melangsungkan informasi turun-temurun
seperti juga sistem utama biokimiawi dan molekulernya, sebagai bagian dari
reproduksi sel. Semua kegiatan itu dikemas di dalam suatu unit struktural
yang pokok dalam bentuk kecil. Dari segi satuan individu, jasad hidup seluler
yang ada di alam dapat digolongkan menjadi jasad bersel tunggal (unicellular
organism) dan jasad besel banyak (multicellular organism). Penggolongan
jasad seluler dapat juga didasarkan atas struktur dan organisasi sel yaitu jasad
prokariotik dan jasad eukariotik (Yuwono, 2005: 8).
Sel yang hidup bebas, dan sel organisme multiseluler dikelompokkan
lagi menjadi dua golongan utama, yaitu eukariot dan prokariot. Pada eukariot,
unsur pokok inti sel dibungkus oleh membran inti, terpisah dari sitoplasma.

3
Pada prokariot, unsur pokok inti tidak dibungkus oleh membran inti. Pada
dasarnya, sel hewan dan sel tumbuhan termasuk eukariot, sedangkan sel
prokariot meliputi bakteri, ganggang biru-hijau (Sianobakteria) dan
mikoplasma. Ada pula unit yang lebih sederhana yang dapat menyerbu sel-sel
dan menumbangkan mesin sintetiknya yaitu virus. ( Yoni Suryani, 2004, 5-
11).
B. Pengertian Sel Prokariota
Pada sel prokariota (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon,
'biji'), tidak ada membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya,
dan daerah tempat DNA terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid.
Kebanyakan prokariota merupakan organisme uniseluler dengan sel
berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan volumenya sekitar 1 µm3 )
serta umumnya terdiri dari selubung sel, membran sel, sitoplasma, nukleoid,
dan beberapa struktur lain.
Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran
selnya. Jika selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat
dari karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan, lapisan itu
disebut sebagai dinding sel. Kebanyakan bakteri memiliki suatu membran
luar yang menutupi lapisan peptidoglikan, dan ada pula bakteri yang memiliki
selubung sel dari protein. Sementara itu, kebanyakan selubung sel arkea
berbahan protein, walaupun ada juga yang berbahan peptidoglikan. Selubung
sel prokariota mencegah sel pecah akibat tekanan osmotik pada lingkungan
yang memiliki konsentrasi lebih rendah daripada isi sel.
Sejumlah prokariota memiliki struktur lain di luar selubung selnya.
Banyak jenis bakteri memiliki lapisan di luar dinding sel yang disebut kapsul
yang membantu sel bakteri melekat pada permukaan benda dan sel lain.
Kapsul juga dapat membantu sel bakteri menghindar dari sel kekebalan tubuh
manusia jenis tertentu. Selain itu, sejumlah bakteri melekat pada permukaan
benda dan sel lain dengan benang protein yang disebut pilus (jamak: pili) dan
fimbria (jamak: fimbriae). Banyak jenis bakteri bergerak menggunakan

4
flagelum (jamak: flagela) yang melekat pada dinding selnya dan berputar
seperti motor.
Prokariota umumnya memiliki satu molekul DNA dengan struktur
lingkar yang terkonsentrasi pada nukleoid. Selain itu, prokariota sering kali
juga memiliki bahan genetik tambahan yang disebut plasmid yang juga
berstruktur DNA lingkar. Pada umumnya, plasmid tidak dibutuhkan oleh sel
untuk pertumbuhan meskipun sering kali plasmid membawa gen tertentu
yang memberikan keuntungan tambahan pada keadaan tertentu, misalnya
resistansi terhadap antibiotik.
Prokariota juga memiliki sejumlah protein struktural yang disebut
sitoskeleton, yang pada mulanya dianggap hanya ada pada eukariota. Protein
skeleton tersebut meregulasi pembelahan sel dan berperan menentukan
bentuk sel (https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f4ef046ce
45021f1a9cb18b4b5fffc09.pdf)
C. Struktur dan Fungsi Sel Prokariota
Kelompok prokariota mencakup bakteria dan mikroplasma. Bakteria
merupakan organisme yang paling sederhana. Mereka pada umumnya
berbentuk bola atau batang, dan berukuran beberapa mikrometer. Struktur
umum suatu bakteria dari luar ke dalam secara berturut-turut terlihat bahwa
bakteria terdiri dari selaput (membrane) plasma dan sitoplasma yang di
dalamnya terdapaat nukleoid (menyerupai nucleus) dan ribosoma, yang
seluruhnya dilindungi oleh dinding sel. Selaput (membrane) plasma pada
tempat-tempat tertentu melipat-lipat dan membentuk suatu bangunan yang
disebut mesosoma. Dinding sel bakteri mengandung senyawa mukopeptida
yang digunakan untuk mengelompokkan bakteri (Issoegianti, 1993: 3).
Bakteri merupakan salah satu contoh organisme yang memiliki sel
tipe prokariotik. Untuk itu mempelajari struktur dan fungsi pada sel
prokariotik, sel bakteri merupakan contoh yang cukup mewakili dari
berbagai tipe sel prokariotik. Bakteri memiliki ukuran (panjang) berkisar
antara 0,15 – 15µ. Struktur sel bakteri terdiri dari bagian luar sebagai
penutup sel dan sitoplasma (Gambar 1).

5
Gambar 1. Struktur Sel Prokariotik

Bagian luar sel bakteri terdiri dari: kapsula, dinding sel, dan
membran plasma. Kapsula yaitu bagian yang paling luar berupa lendir
yang berfungsi untuk melindungi sel. Bahan kimia pembangun kapsula
adalah polisakarida. Dinding sel terdiri dari berbagai bahan seperti
karbohidrat, protein, dan beberapa garam anorganik serta berbagai asam
amino. Berdasarkan struktur dinding selnya bakteri dikelompokkan
menjadi bakteri Gram negatif dan Gram positif (lihat Gambar 2). Fungsi
dinding sel yaitu sebagai pelindung, mengatur pertukaran zat dan
reproduksi. Sedangkan membran dalam merupakan bagian penutup yang
paling dalam. Membran plasma bakteri mengadung enzim oksida dan
respirasi. Fungsinya serupa dengan fungsi mitokondria pada sel
eukariotik. Membran plasma pada bakteri membentuk lipatan-lipatan
yang berlapis-lapis. Lipatan ini disebut desmosom. Pada beberapa
daerah membran plasma membentuk lipatan ke arah dalam disebut
mesosom. Fungsi mesosom yaitu untuk respirasi dan sekresi dan
menerima DNA pada saat konyugasi. Beberapa bakteri memiliki alat
gerak berupa flagel. Beberapa bakteri lainnya mengandung villi yang
berfungsi untuk melekatkan diri.

6
Sitoplasma merupakan bagian dalam sel bakteri. Sitoplasma
berbentuk koloid yang agak padat yang mengandung butiran-butiran
protein, glikogen, lemak dan berbagai jenis bahan lainnya. Pada
sitoplasma sel bakteri tidak ditemukan organel-organel yang memiliki
sistem endomembran seperti badan Golgi, retikulum endoplasma (RE),
kloroplas, mitokondria, badan mikro, dan lisosom. Sedangkan ribosom
banyak ditemukan pada sitoplasma bakteri. Materi genetik bakteri
berupa DNA atau kromosom bakteri atau genophore terdapat dalam
sitoplasma, di daerah inti yang tidak dibatasi oleh sistem membran, yang
disebut nucleoid. Pada beberapa bakteri di dalam sitoplasmanya ada
yang mengandung kromophore yaitu bakteri yang mengandung krlorofil.
(http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/
196307011988031-SAEFUDIN/Biologi_sel_PLPG.pdf).

Gambar 2. Struktur dinding bakteri Gram positif dan bakteri Gram


negatif. Bandingkan komponen utama dinding sel kedua
jenis bakteri, bagaimana letak peptidoglikan pada kedua
bakteri tersebut. Peptidoglikan inilah yang membedakan
hasil pewarnaan Gram yang berbeda pada kedua bakteri
tersebut. (Sumber : Campbell et al., 2000).

7
D. Replikasi DNA
Pada hakekatnya replikasi merupakan pusat dari segala aktivitas
kegiatan biologi karena setiap kali sel membelah, sel harus membuat copyan
yang serupa pada seluruh bagian selnya. Hal ini sangat penting bagi hasil
pembelahan itu sendiri, dua anakan sel masing-masing akan menerima
informasi yang dimiliki oleh induknya. Replikasi DNA adalah penggandaan
DNA induk menjadi DNA anak. Tujuan replikasi ada dua yaitu untuk
menyimpan informasi genetik dan untuk membuat copyan DNA
(Syamsurizal, 2017: 188). Definisi lainnya dari replikasi adalah proses
perbanyakan bahan genetik. Replikasi bahan genetik dapat dikatakan sebagai
proses yang mengawali pertumbuhan sel, meskipun sebenarnya pertumbuhan
merupakan suatu resultan banyak proses yang saling berkaitan satu sama lain
(https://nanopdf.com/download/pribnow-box-gatot-adi-nugroho_pdf).
Replikasi DNA adalah peristiwa atau proses berlipatgandanya
molekul DNA. Pada Tahun 1953 Watson dan Crick menyimpulkan bahwa
pasangan-pasangan basa mengalami mekanisme copyan untuk material-
material genetiknya dan mereka menunjukkan kenyataan bahwa komplemen
pasangan basa dua polinukleotida pada double helixs masing-masing
untaiannya mampu melakukan sintesis DNA untuk membentuk
komplemennya sendiri.
Pada awal 1950-an, ahli biologi molekuler masih belum mengetahui
dengan jelas tentang proses replikasi DNA secara menyeluruh. Ada 3
kemungkinan cara replikasi yaitu :
1. Replikasi Semikonservatif
Replikasi dimana molekul anakan masing-masing berisi satu
polinukleotida yang berasal dari molekul DNA lama (induknya) dan satu
lagi merupakan untaian DNA yang baru disintesis.
2. Replikasi Konservatif
Replikasi dimana satu molekul DNA anak, kedua rantainya berisi
polinukleotida induk dalam molekul DNA lainnyan merupakan untaian
yang baru disintesis.

8
3. Replikasi Dispersif
Replikasi dimana masing-masing untaian dari molekul anak disusun oleh
bagian-bagian polinukleotida yang baru disintesis. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Perbedaan Tiga Proses Replikasi DNA

Mekanisme Replikasi DNA secara umum pada tahap molekuler dapat dibagi
menjadi 3 tahap yaitu :
1. Pemisahan replikasi atau disebut juga asal replikasi
2. Pemanjangan benang-benang anak yang terjadi pada letupan-letupan
sintesis yang tidak berkesinambungan.
3. Reaksi pemotongan dan penyambungan yang kompleks, mengoreksi,
menambah, dan menyambung berbagai potongan.
Tahapan-tahapan di atas bisa dilihat dengan jelas pada keterangan di
bawah ini, tentunya sesuai dengan tahapan-tahapan yang lebih lengkap dan
diperjelas.
1. Pemulaian Replikasi
Jika dilihat dari replikasi DNA E.coli replikasi selalu dimulai pada
tempat unik yang sama, yang disebut dengan asal replikasi (oriC),
biasanya origin prokariotik seperti bakteri lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan origin yang dimiliki sel eukariotik. Setelah diteliti ternyata

9
bagian awal dari replikasi atau disebut juga dengan origin ini
mengandung beberapa jumlah pasangan basa dengan ulangan terbalik
dan diperkirakan menerima struktur sekunder yang seksama dengan
lingkaran-lingkaran multipel yang mengisyaratkan pengikatan protein-
protein awal.
Sebelum replikasi terlebih dahulu ada proses pembukaan dan
memantapkan heliks. Replikasi DNA jelas memerlukan bahwa molekul
induk dupleks dilepas sehingga basa-basa internalnya tersedia bagi enzim
replikasi.
Aktivitas pelepasan double heliks pada DNA rupanya diperantarai
oleh helikase yang dikenal sebagai protein rep, yang merupakan protein
yang menghidrolisis ATP sekaligus memaksa heliks DNA memisah.
Sehingga menyebabkan heliks menimbulkan euperkoil yang
mengkompensasi pada dupleks induk mendahului garpu replikasi.
Superkoil-superkoil ini dibuang dengan bantuan DNA dengan perpatahan
dan pelepasan bersama heliks DNA.
Sekali terbuka, benang tunggal yang terbuka distabilkan dengan
protein ketiga yang dikenal sebagai protein pengikat benang tunggal
(SSB) atau protein di stabilisasi heliks, disandi dengan gen ssb-1. SSB
tidak memperlihatkan interaksi dengan DNA dupleks, atau juga tidak
memaksa double heliks membuka. Sekali double heliks membuka
menjadi benang tunggal molekul protein SSB dengan mudah berasosiasi
dengan untalan tunggal DNA, protein SSB harus mengikat dengan cepat
sehingga untaian DNA tunggal tetap stabil dengan Lapisan protein yang
takkan pernah melepaskan lilitannya. Protein SSB dibayangkan
bertanggung jawab untuk membuka heliks ganda sebelum garpu
replikasi. Protein SSB tunggal cukup Panjang untuk melipat 8 Nukleotida
DNA berarti bahwa 400 protein SSB yang terdapat pada sel dapat
menstabilkan kedua garpu replikasi yang cukup Panjang.

10
2. Perpanjangan Rantai pada Replikasi DNA
Enzim-Enzim yang diperlukan untuk perpanjangan benang-benang
DNA anak berfungsi juga selama pemulaian, tetapi enzim itu akan lebih
jelas jika dilihat selama proses pemanjangan.
Enzim yang sangat berperan didalam proses pemanjangan DNA
adalah Enzim DNA folimerase III yang berupa Haloenzim, enzim ini
merupakan replikasi murni pada E.coli, Replikasi yang didefinisikan
sebagai DNA Polimerase bertindak di dalam garpu replikasi untuk
menyalin benang-benang DNA induk kepada DNA anak. Enzim ini
mempunyai 6 sub unit Polipeptida, tiga diantaranya dispesifikasi oleh
gen-gen dnaE, dnaX, dnaZ. Replikasi ini analog dengan replikasi yang
terjadi pada sel eukariotik yang dikenal dengan DNA Polimerase a.
Reaksi Polimerisasi yang dikatalis dengan enzim-enzim dapat
disimpulkan bahwa inti dari reaksi itu adalah bahwa replikasi mengenal
basa pada untaian DNA pencetak, menjadi perantara asosiasinya dengan
monomer Nukleotida -5”- trifosfat yang komplementer dari sitoplasma
dan menempelkan monomer kepada benang anak yang sedang tumbuh
dengan ikatan 3’, 5’fosfodiester, dengan melepaskan difosfat terminal
dalam proses ini.
Dua sifat dari DNA polimerase adalah pertama adalah tidak
mampu memulai sintesis DNA, sehingga diperlukan satu enzim dengan
bantuan dari enzim primase dapat memulai replikasi dengan membentuk
benang RNA primer yang pendek yang nantinya akan diperpanjang oleh
DNA Polimerase.
Sifat yang kedua adalah bahwa enzim ini dapat menambah
deoksisibonukleotida hanya pada ujung 3’-OH primer yang diikat
hidrogen, sehingga DNA Polimerase dapat memperpanjang DNA pada
arah 5’-3’ jadi titik tumbuh tunggal pada E.coli berisi dua benang induk
yang berlawanan polaritas yang direplikais pada waktu yang sama.
Tepatnya perpanjangan itu terjadi dengan proses sebagai berikut.
Heliks induk melepaskan diri secara local dan berlangsunglah replikasi

11
DNA dengan arah 5’-3’ sepanjang untaian bagian atas untuk
menciptakan benang anak yang terkemua. Fragmen primer kemudian
disentesis berlawanan dengan untaian bawah, dan ini diperpanjang lagai
dengan arah 5’-3’ untuk menghasilkan benang anak yang tunggal dan
pendek. Heliks induk sementara itu melepaskan diri lebih jauh sehingga
untaian bagian atas disalin terus sementara untaian bagian bawah
memrintahkan putusan kedua sintesis primer berupa potongan yang
disebut pragmen Okazaki, yang kemudian urutan primer berdekradasi
dan potongan atau pragmen Ozaki berasosiasi secara enzimatik.
Dalam perpanjangan DNA Polimerase III dibantu oleh DNA
Polimerase I yang dispesifikasi dengan pola yaitu Polipeptida tunggal
tetapi mempunyai tiga aktiviatas enzimatik: Enzi mini mempolimer
rantai-rantai DNA dari primer 3; OH, meskipun dengan laju lebih lambat
dari DNA Polimerase III, dan enzim ini mempunyai aktivitas
eksonuklase, salah satunya mampu mensintesis benang DNA pada arah
5’-3’ dan lainnya lagi mengkatalis pencernaan dari 3’-5’ mskipun
aktivitas polimerase enzim ini tak ragu lagi digunakan oleh sel, yang
pada sel eukariotik analog dengan DNA Polimerase β (Syamsurizal,
2017: 19190-193).
E. Mekanisme Replikasi pada Sel Prokariotik

12
Setiap molekul DNA yang melakukan replikasi sebagai suatu satuan
tunggal dinamakan replikon. Dimulainya (inisiasi) replikasi DNA terjadi di
suatu tempat tertentu di dalam molekul DNA yang dinamakan titik awal
replikasi atau origin of replication (ori). Contoh pada plasmid (prokariot),
terdapat proses replikasi yang dimulai pada replication origin dan
mengembang sampai dihasilkan 2 plasmid yang sama persis. Tetapi pada
eukariot (mamalia) lebih kompleks tetapi tetap membutuhkan replication
origin. Proses inisiasi ini ditandai oleh saling memisahnya kedua untai DNA,
yang masing-masing akan berperan sebagai cetakan bagi pembentukan untai
DNA baru sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai
garpu replikasi. Biasanya, inisiasi replikasi DNA baik pada prokariot maupun
eukariot, terjadi dua arah (bidireksional). Dalam hal ini dua garpu replikasi
akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang berlawanan hingga
tercapai suatu ujung (terminus).
Saat awal akan di mulainya repliaksi, pada G1 akhir ORC mengenali
sequence ACS, kemudian ada molekul lain, juga helikase yang membentuk
pre-replicative complex (pre-RC). selanjutnya pada fase S degradasi
fosporilasi ORC, degradasi fosforilasi Cdc6 maka terbentuk bubble
replication. Helikase membuka pilinan, topoisomerase yang memotong pada
titik tertentu. secara singkat dalam siklus sel : Pada fase G2/M sudah ada 2
copy. Pada fase G1 persiapan, S proses replikasi, G2/M sudah selesai.
Replikasi DNA pada sel prokariota akan berlangsung secara terus-menerus,
hal ini berbeda dengan replikasi pada sel eukariota yang lebih teratur.
Mekanisme replikasi pada prokariotik ini bisa kita lihat contohnya
pada bakteri E.Coli saat sedang melakukan replikasi telah diperlihatkan
dengan autodiografi yang dilakukan oleh J. Cairns yang menumbuhkan sel
dalam tiga H-Timidin untuk kira-kira dua generasi, mengisolasi DNA secara
hati-hati, dan membuat autodiografi dari sediaan yang diisolasi. Autodiografi
yang paling terpilih, mengungkapkan bahwa struktur melingkar yang utuh
dengan dua ruas yang memisah. Cairns menghitung jumlah butir-butir perak
yang terlihat sejauh panjangnya molekul yang berbeda-beda dan menemukan

13
bahwa ruas-ruas tertentu kira-kira dua kali mengandung radioaktif
dibandingkan dengan ruas lain. Dari hal ini maka dapat diambil kesimpulan
bahwa replikasi dilakukan oleh bakteri E.Coli adalah kromosom yang
direplikasi sebagai lingkaran utuh dan dilakukan dengan replikasi kromosom
semikonservatif (Syamsurizal, 2017: 196).
Dengan kata lain kromosom E.Coli direplikasikan dengan gaya arah
tunggal, tetapi pada akhirnya ditemukan bahwa replikasi kromosom pada
bakteri adalah dua arah, tiap-tiap kromosom mempunyai asal yang unik
tempat dimulainya replikasi, dua titik yang berkembang kemudian merambat
ke arah yang berlawanan sekitar kromosom lingkar, masing-masing menjalin
50 persen genom, dan keduanya bertemu pada terminus (ujung) pada sisi
yang berlawanan. Pada masing-masing titik yang berkembang itu, benang-
benang asli berpisah untuk membentuk garpu replikasi, dan masing-masing
cabang garpu itu disalin secara konservatif karena seluruh kromosom E.Coli
itu disalin pada umumnya invivo dalam 40 menit dan karena kromosom
adalah 1300 milimikron panjangnya 15 milimikron dari kromosom itu harus
disalin setiap menit pada setiap garpu. Hal ini berhubungan dengan 750
pasang basa yang ditambahkan pada masing-masing titik yang sedang
berkembang setiap detiknya, semua itu dilakukan dengan bantuan enzim yang
kompleks pada replikasi (Syamsurizal, 2017: 196).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sel merupakan unit dasar struktural dan fungsional bagi semua
organisme hidup.
2. Sel prokariota (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon, 'biji'),
tidak ada membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya, dan
daerah tempat DNA terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid.
Kebanyakan prokariota merupakan organisme uniseluler dengan sel
berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan volumenya sekitar 1 µm3 )
serta umumnya terdiri dari selubung sel, membran sel, sitoplasma,
nukleoid, dan beberapa struktur lain.
3. Kelompok prokariota mencakup bakteria dan mikroplasma. Bakteria
merupakan organisme yang paling sederhana. Struktur umum suatu
bakteria dari luar ke dalam secara berturut-turut terlihat bahwa bakteria
terdiri dari selaput (membrane) plasma dan sitoplasma yang di dalamnya
terdapaat nukleoid (menyerupai nucleus) dan ribosoma, yang seluruhnya
dilindungi oleh dinding sel. Selaput (membrane) plasma pada tempat-
tempat tertentu melipat-lipat dan membentuk suatu bangunan yang
disebut mesosoma.
4. Replikasi adalah proses perbanyakan bahan genetik. Replikasi bahan
genetik dapat dikatakan sebagai proses yang mengawali pertumbuhan sel,
meskipun sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu resultan banyak
proses yang saling berkaitan satu sama lain.
5. Mekanisme Replikasi DNA secara umum pada tahap molekuler dapat
dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Pemisahan replikasi atau disebut juga asal replikasi
b. Pemanjangan benang-benang anak yang terjadi pada letupan-letupan
sintesis yang tidak berkesinambungan.

15
c. Reaksi pemotongan dan penyambungan yang kompleks, mengeroksi,
menambah, dan menyambung berbagai potongan.
6. Mekanisme replikasi pada prokariotik kita lihat contohnya pada bakteri
E.Coli saat sedang melakukan replikasi telah diperlihatkan dengan
autodiografi yang dilakukan oleh J. Cairns yang menumbuhkan sel dalam
tiga H-Timidin untuk kira-kira dua generasi, mengisolasi DNA secara
hati-hati, dan membuat autodiografi dari sediaan yang diisolasi.
Autodiografi yang paling terpilih, mengungkapkan bahwa struktur
melingkar yang utuh dengan dua ruas yang memisah. Dari hal ini maka
dapat diambil kesimpulan bahwa replikasi dilakukan oleh bakteri E.Coli
adalah kromosom yang direplikasi sebagai lingkaran utuh dan dilakukan
dengan replikasi kromosom semikonservatif.
B. Saran
Kami menyadari bahwa masih terdapat adanya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, sehingga kami meminta adanya saran ataupun
kritikan yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bawa, Wayan. 1988. Dasar-dasar Biologi Sel. Jakarta: Depdikbud.

Campbell, N.A, et al. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/196307011988031-
SAEFUDIN/Biologi_sel_PLPG.pdf

https://nanopdf.com/download/pribnow-box-gatot-adi-nugroho_pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f4ef046ce
45021f1a9cb18b4b5fffc09.pdf

Issoegianti. 1993. Bahan Ajar Biologi Sel. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta: JICA.

Syamsurizal. 2017. Genetika Dasar. Padang: UNP Press

Yuwono, Triwibowo.2005. Biologi Molekuler.Yogyakarta: Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai