Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ILMU BIOMEDIS

STRUKTUR SEL, FUNGSI SEL, REPLIKASI,TRANSKRIPSI, DAN TRANSLASI,


MITOSIS DAN MEIOSIS, SERTA KIMIAWI SEL.

Dosen Pembimbing :

Hj. Murniati Mucthtar, SKM, M.Biomed

DISUSUN OLEH :

Fitrah Indah Lestari


223310973
STr Keperawatan 1B

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL.............................................................................................5
2.1. Struktur sel prokariotik dan eukariotik...........................................................................5
2.2. Struktur dan fungsi organel sel.....................................................................................11
2.3 REPLIKASI, TRANSKRIPSI & TRANSLASI............................................................20
2.4 Mitosis dan Meiosis.......................................................................................................24
2.5 Fungsi Sel dan Kimiawi Sel...........................................................................................27
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................28
3.2 Kesimpulan....................................................................................................................28
3.2 Saran...............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup. Di dalam sel terdapat protoplasma yang
tersusun atas karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat.Berdasarkan tipe sel dibedakan
menjadi prokariotik, yaitu sel yang tidak memiliki membran inti dan sel eukariotik, yaitu sel
yang memiiliki membran inti. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan. Selain itu,
sebagian besar aktivitas reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan yang berlangsung
didalam sel (Solomon, 1993).
Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat
berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Makhluk hidup
(organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular, misalnya bakteri, Archaea, serta
sejumlah fungi dan Protozoa) atau dari banyak sel (multiselular) (Fried, 2009).
Pada organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya,

yang menjadi dasar bagi hirarki hidup. Sel adalah kesatuan struktural dan fungsional

makhluk hidup, yang mengandung pengertian sebagai penyusun makhluk hidup dan
melaksanakan semua fungsi kehidupan, Berdasarkan jumlah sel penyusun pada makhluk
hidup dapat digolongkan menjadi makhluk hidup uniseluler dan multiseluler. Makhluk
hidup uniseluler adalah makhluk hidup yang hanya memilki sebuah sel tunggal, Sedangkan
multiseluler adalah makhluk hidup atau organisme yang memiliki lebih dari satu sel
(Marufah, 2010).
Makhluk hidup umumnya tersusun oleh sel tunggal atau organisme uniseluler misalnya
bakteri dan amoeba. Sementara itu, makhluk hidup lainnya termasuk tumbuhan, hewan dan
manusia merupakan organisme multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel dengan
fungsinya masing-masing. Dari penemuan tentang sel dan segala aktivitasnya, lahirlah teori
sel, bahwa sel merupakan kesatuan struktural, kesatuan fungsional, kesatuan pertumbuhan,
kesatuan hereditas, dan kesatuan reproduksi makhluk hidup. Secara struktural sel
merupakan penyusun makhluk hidup bagian dari sel meliputi membran plasma, nukleus, dan
sitoplasma. Membran plasma tersusun dari lipoprotein, yaitu adanya ikatan antara lemak dan
protein (Karp, 2007).
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah: Mengidentifikasi struktur dan
fungsi organel sel
1. Mengidentifikasi sel prokariotik dan sel eukariotik
2 Mengidentifikasi struktur dan fungsi organel sel
3. Mengidentifikasi perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan
4. Mengidentifikasi pembelahan sel mitosis dan meiosis

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mampu menguasai prinsip dasar biologi.
2. Mampu mengetahui struktur dan fungsi sel hewan dan tmbuhan.
3. Mampu memahami replikasi, transkripsi, dan translasi.
4. Mampu memahami mitosis dan meiosis
.

BAB II
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

2.1. Struktur sel prokariotik dan eukariotik


Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup. Suatu organisme/makhluk hidup bisa jadi
terdiri dari hanya satu buah sel (unisel), sejumlah sel yang secara morfologi dan fungsi
sama(koloni), atau beberapa sel yang berbeda tipenya dengan fungsi khusus
tertentu(multisel).

Istilah sel pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke, Ilmuwan Inggris,pada tahun
1665 yang berarti ruangan kosong. Ia meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop yang terdiri
atas ruangan-ruangan yang dibatasi oleh dinding. Hal tersebut benar karena sel-sel gabus
merupakan sel-sel yang telah mati sehingga di dalam sel tersebut kosong, tidak berisi.
Pada tahun 1839, seorang biolog Perancis, Felix Durjadin meneliti beberapa jenis sel
hidup dan menemukan isi dalam rongga sel yang penyusunnya disebut sarcode. Johanes
Purkinje (17891869) mengadakan perubahan nama Sarcode menjadi protoplasma. Max
Schultze (18251874), seorang anatomi mengemukakan protoplasma merupakan dasar fisik
kehidupan.
Berdasarkan keadaan intinya, sel dibedakan dalam dua macam, yaitu sel prokariotik dan
sel eukariotik:
 Pada sel prokariotiki tidak terdapat membran inti. Contoh sel prokariotik ialah bakteri,
dan gangang   biru yang termasuk Monera.
 Sedangkan pada sel eukariotik memiliki membran inti dan membran plasma yang
mengandungsterol..Sel eukariotik dijumpai pada Tumbuhan, Hewan, Cendawan, dan 
Protista. Sel bakteri dibatasi oleh membran plasma. Di dalamnya terdapat nukleoid
(DNA) tanpa dibatasi oleh membran inti, dan ribosom.
Pada sebagian bakteri sel tersebut dibungkus oleh kapsul (disusun oleh gula). Bakteri
mempunyai alat gerak berupa flagel. Pada permukaan sel bakteri terdapat pilih yang dapat
digunakan untuk menempel pada substratnya. Pada bakteri fotosintetik dan ganggang hijau
biru terdapat klorofil yang tersebar dalam sitoplasma, tanpa membran yang membatasinya
dengan bagian sel lainnya. Jadi, sel prokariotik ada yang mempunyai klorofil tetapi
tidak dalam kloroplas (plastida yang berwarna hijau). Sel prokariotik mempunyai ukuran
yang jauh lebih kecil (kurang lebihsepersepuluhnya) dari sel eukariotik.
Gambar 1 Sel bakteri prokari
otik (Campbell et al, 2006).

Pada sel tumbuhan, sel hewan, dan sel eukariotik lainnya, selain membran plasma yang
membatasi sel dengan lingkungan luarnya, juga terdapat sistem membran dalam (internal)
yang membatasi organel organel di bagian dalam sel dengan sitoplasma. Nukleus (inti)
dibatasi oleh membran inti sehingga bahanbahan yang ada di dalamnya terpisah dari
sitoplasma. Vakuola terpisah dari sitoplasma karena dibatasi oleh membran (tonoplas).
Demikian juga pada organel bermembran lainnya, yang terpisah satu sama lain sehingga
masing-masing organel menyelenggarakan reaksi reaksi kimia secara terpisah. Dengan kata
lain, sel eukariotik telah mengalami kompartementasi, terbagi dalam beberapa ruang.

Gambar sel hewan. Gambar sel tumbuhan.


Secara ringkas, perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan jumlah kromosom dan fungsinya, sel dibedakan ke dalam dua kelompok,


yaitu sel somatik dan sel reproduktif. Sel somatik merupakan sel sel penyusun tubuh,
dengan  jumlah kromosom 2n (diploid). Dalam proses pertumbuhan   makhluk   hidup  
multiseluler sel somatic mengalami proses pembelahan mitosis. Sel reproduktif berfungsi
untuk perbanyakan makhluk hidup secara seksual. Sel ini dibentuk melalui proses meiosis
sehingga mempunyai jumlah kromosom n (haploid).
Bagian sel ada yang bersifat hidup dan ada yang mati. Bagian sel yang hidup dikenal
sebagai protoplasma, terdiri atas inti dan sitoplasma. Bagian mati berupa dinding sel dan isi
vakuola.
Bagian sel ada yang bersifat hidup dan ada yang mati. Bagian sel yang hidup dikenal
sebagai protoplasma, terdiri atas inti dan sitoplasma. Bagian mati berupa dinding sel dan isi
vakuola.
Sel-sel pada tubuh hewan dan tumbuhan termasuk dalam golongan sel eukariotik,
sedangkan pada mikroorganisme ada yang eukariotik misalnya protozoa, protista, dan fungi.
Ada pula yang bersifat prokariotik misalnya pada bakteri dan ganggang biru.
Bentuk dasar sel:

Struktur internal sel


• Kromosom bakteri(nucleoid).
• Ribuan granular ribosom.
• Berbagai granular badan inklusi.
Terkandung dalam suatu larutan encer (aqueous soup) karbohidrat, protein, lipid, dan
garam anorganik yang dikenal sebagai sitoplasma, yang dikelilingi oleh membran
plasma.Dibungkus dengan dinding sel, yang kekuatannya memberi sel bentuk yang khas.
Ada lapisan lebih lanjut seperti kapsul atau lapisan lendir/struktur diluar sel yang terkait
dengan motilitas (flagella) atau pelekatan (pili/fimbriae).

a.Ribosom
• Merupakan tempat sintesis protein, tersusun dari protein kompleks dan RNA.
• Terdapat sekitar ribuan ribosom dalam sebuah sel aktif. Berupa bintik-bintik pada
sitoplasma.
• Ribosom diukur dalam satuan Svedberg (S), fungsi dari ukuran dan bentuknya
ditentukan oleh laju sedimentasinya dalam centrifuge.
• Ribosom pada sel prokariot adalah 70S.
• Setiap subunit mengandung RNA-nya masing-masing dan sejumlah protein.
• Banyak ribosom yang secara simultan terlampir pada molekul mRNA tunggal,
membentuk polisom mirip benang.

b. Badang Inklusi
• Struktur granular pada sitoplasma.
• Bertindak sebagai cadangan makanan, dan dapat mengandung senyawa organik
seperti pati, glikogen atau lipid.
• Ada 2 tipe badan inklusi:
+Magnetosom
Mengandung bentuk oksida besi
Membantu beberapa jenis bakteri untuk mengarahkan diri ke dalam kondisi yang
menguntungkan.
+Vakuola gas
Mempertahankan daya sel dalam cyanobacteria dan beberapa halobacteria.

c. Membran Plasma
• Sitoplasma dan isinya dikelilingi oleh membran plasma.
• Fungsi membran plasma adalah untuk menjaga isinya, sementara pada saat yang sama
memungkinkan bagian selektif dari zat tertentu masuk dan keluar dari sel (membran
semipermeabel).
• Terdiri dari lapisan ganda fosfolipid yang disusun seperti sandwich, bersama dengan
protein terkait.
• Perbandingan komponen lipid dari membran plasma mengungkapkan perbedaan yang
jelas antara anggota Archaea dan Bakteri.
d. Dinding Sel
• Bakteri memiliki dinding sel tebal dan kaku à menentukan bentuk
karakteristiknya.
• Sitoplasma bakteri mengandung konsentrasi tinggi zat terlarut, dan umumnya hidup
dalam lingkungan hipotonik (lebih encer daripada sitoplasma). Ada kecenderungan
alami air mengalir ke dalam sel, dan tanpa dinding sel, sel akan terisi dan pecah.
• Komponen utama dinding sel, yang bertanggung jawab atas kekakuannya, adalah zat
yang unik untuk bakteri, yang disebut peptidoglikan.
• Peptidoglikan merupakan olimer dengan berat molekul tinggi yang subunit dasarnya
terdiri dari tiga bagian, yaitu N-asetilglukosamin, asam N-asetillamatamat dan
tetra peptide yang terdiri dari 4 asam amino.

e. Gram Positif dan Gram Negatif


• Ada 2 tipe bakteri didasarkan pada struktur dinding sel, yaitu Gram-positif dan Gram-
negatif.
• Ilmuwan Denmark Christian Gram, pada tahun 1880-an mengembangkan teknik
pewarnaan cepat yang dapat membedakan bakteri sebagai salah satu dari dua jenis
tersebut

Gram Positif
• Dinding sel Gram-positif à beberapa lapisan peptidoglikan yang saling
terhubung melalui ikatan silang à kerangka yang kuat dan kaku.
• Mencapai 30-70% dari berat keringnya.
• Mengandung polisakarida asam yang disebut teichoic acids; mengandung gugus
fosfat yang memberikan muatan negatif keseluruhan ke permukaan sel.

Gram Negatif
• Sel-sel Gram-negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang jauh lebih tipis à dinding
kurang kokoh.
• Adanya lapisan lipoprotein, polisakarida, dan fosfolipid (membran luar).
• Berupa lapisan fosfolipid dan lipoposakarida.
• Membran luar tidak berperan dalam respirasi seluler.

f. Endospora

• Bakteri tertentu seperti Bacillus dan Clostridium menghasilkan endospora.


• Merupakan bentuk sel yang tidak aktif yang sangat tahan terhadap suhu ekstrem, pH, dan
faktor lingkungan lainnya, dan bertunas menjadi sel baru ketika kondisinya menjadi lebih
baik.
• Resistensi spora disebabkan oleh mantel tebal yang mengelilinginya.
• Siklus hidup bakteri pembentuk endospore:

h. Flagella
• Struktur seperti rambut tipis seringkali jauh lebih panjang daripada sel itu sendiri.
• Sebagai penggerak pada banyak bakteri.
• Flagel merupakan filamen silindris berongga namun kaku yang terbuat dari protein
flagelin.

Pergerakan FLAGELLA
 Rotasi yang berlawanan arah jarum jam menghasilkan ‘running’ dalam arah yang
ditentukan.
 Sedangkan, membalik arah rotasi menyebabkan ‘tumbling’ atau jatuh, dan
memungkinkan sel bakteri mengubah arah.
2.2. Struktur dan fungsi organel sel

Sel merupakan kesatuan structural dan fungsional penyusun makhluk hidup yang dapat


memperbanyak diri. Aktivitas yang ada dalam sel terjadi dalam organelorganel yang
mendukung fungsifungsi tertentu. Adapun fungsi dari bagianbagian penyusun sel adalah
sebagai berikut:

a. Membran

Gambar Membran sel terdiri dari lapisan ganda fosfolipid dan berbagai protein.

Membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran plasma dan berfungsi
sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran oksigen, nutrien, dan limbah yang
cukup untuk melayani seluruh volume sel. Membran sel juga berperan dalam sintesis ATP,
pensinyalan sel, dan adhesi sel. Membran sel berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari
molekul lipid dan protein. Membran sel bersifat dinamik dan kebanyakan molekulnya dapat
bergerak di sepanjang bidang membran. Molekul lipid membran tersusun dalam dua lapis
dengan tebal sekitar 5 nm yang menjadi penghalang bagi kebanyakan molekul hidrofilik.
Molekul-molekul protein yang menembus lapisan ganda lipid tersebut berperan dalam hampir
semua fungsi lain membran, misalnya mengangkut molekul tertentu melewati membran. Ada
pula protein yang menjadi pengait struktural ke sel lain, atau menjadi reseptor yang
mendeteksi dan menyalurkan sinyal kimiawi dalam lingkungan sel. Diperkirakan bahwa
sekitar 30% protein yang dapat disintesis sel hewan merupakan protein membran.

b. Nukleus

Gambar Nukleus dan bagian-bagiannya.

Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota (sebagian
lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter rata-rata 5 µm,
organel ini umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam sel eukariota. Kebanyakan
sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang memiliki banyak nukleus, contohnya sel otot
rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus, contohnya sel darah merah matang yang
kehilangan nukleusnya saat berkembang.

Selubung nukleus melingkupi nukleus dan memisahkan isinya (yang disebut


nukleoplasma) dari sitoplasma. Selubung ini terdiri dari dua membran yang masing-masing
merupakan lapisan ganda lipid dengan protein terkait. Membran luar dan dalam selubung
nukleus dipisahkan oleh ruangan sekitar 20–40 nm. Selubung nukleus memiliki sejumlah pori
yang berdiameter sekitar 100 nm dan pada bibir setiap pori, kedua membran selubung
nukleus menyatu.

Di dalam nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi kromatin.


Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang berbentuk benang akan menggulung,
menjadi cukup tebal untuk dibedakan melalui mikroskop sebagai struktur terpisah yang
disebut kromosom.
Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang sedang tidak membelah ialah
nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah komponen ribosom disintesis dan dirakit.
Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan melalui pori nukleus ke sitoplasma, tempat
semuanya bergabung menjadi ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu nukleolus,
bergantung pada spesiesnya dan tahap reproduksi sel tersebut.

Nukleus mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma dengan cara mengirim


molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis berdasarkan "pesan" gen
pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma melalui pori nukleus dan melekat pada
ribosom, tempat pesan genetik tersebut diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein
yang disintesis.

c. Ribosom

Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis protein yang
tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati manusia yang memiliki beberapa
juta ribosom. Ribosom sendiri tersusun atas berbagai jenis protein dan sejumlah molekul
RNA.

Ribosom eukariota lebih besar daripada ribosom prokariota, namun keduanya sangat
mirip dalam hal struktur dan fungsi. Keduanya terdiri dari satu subunit besar dan satu subunit
kecil yang bergabung membentuk ribosom lengkap dengan massa beberapa juta dalton.

Pada eukariota, ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau terikat pada bagian luar
retikulum endoplasma. Sebagian besar protein yang diproduksi ribosom bebas akan berfungsi
di dalam sitosol, sementara ribosom terikat umumnya membuat protein yang ditujukan untuk
dimasukkan ke dalam membran, untuk dibungkus di dalam organel tertentu seperti lisosom,
atau untuk dikirim ke luar sel. Ribosom bebas dan terikat memiliki struktur identik dan dapat
saling bertukar tempat. Sel dapat menyesuaikan jumlah relatif masing-masing ribosom begitu
metabolismenya berubah.

d. Sistem endomembran

Berbagai membran dalam sel eukariota merupakan bagian dari sistem endomembran.
Membran ini dihubungkan melalui sambungan fisik langsung atau melalui transfer
antarsegmen membran dalam bentuk vesikel (gelembung yang dibungkus membran) kecil.
Sistem endomembran mencakup selubung nukleus, retikulum endoplasma, badan Golgi,
lisosom, berbagai jenis vakuola, dan membran plasma. Sistem ini memiliki berbagai fungsi,
termasuk sintesis dan modifikasi protein serta transpor protein ke membran dan organel atau
ke luar sel, sintesis lipid, dan penetralan beberapa jenis racun.

Gambar Sistem endomembran sel.

e. Retikulum endoplasma

Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang terdiri dari jaringan
(reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan vesikel yang saling terhubung. Terdapat
dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum
endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar disebut demikian karena permukaannya
ditempeli banyak ribosom. Ribosom yang mulai mensintesis protein dengan tempat tujuan
tertentu, seperti organel tertentu atau membran, akan menempel pada retikulum endoplasma
kasar. Protein yang terbentuk akan terdorong ke bagian dalam retikulum endoplasma yang
disebut lumen. Di dalam lumen, protein tersebut mengalami pelipatan dan dimodifikasi,
misalnya dengan penambahan karbohidrat untuk membentuk glikoprotein. Protein tersebut
lalu dipindahkan ke bagian lain sel di dalam vesikel kecil yang menyembul keluar dari
retikulum endoplasma, dan bergabung dengan organel yang berperan lebih lanjut dalam
modifikasi dan distribusinya. Kebanyakan protein menuju ke badan Golgi, yang akan
mengemas dan memilahnya untuk diantarkan ke tujuan akhirnya.

Retikulum endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada permukaannya. Retikulum


endoplasma halus berfungsi, misalnya, dalam sintesis lipid komponen membran sel. Dalam
jenis sel tertentu, misalnya sel hati, membran retikulum endoplasma halus mengandung
enzim yang mengubah obat-obatan, racun, dan produk sampingan beracun dari metabolisme
sel menjadi senyawa-senyawa yang kurang beracun atau lebih mudah dikeluarkan tubuh.
f. Badan Golgi

Gambar Struktur badan golgi.

Badan Golgi (dinamai menurut nama penemunya, Camillo Golgi) tersusun atas
setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut sisterna. Biasanya terdapat tiga sampai
delapan sisterna, tetapi ada sejumlah organisme yang memiliki badan Golgi dengan puluhan
sisterna. Jumlah dan ukuran badan Golgi bergantung pada jenis sel dan aktivitas
metabolismenya. Sel yang aktif melakukan sekresi protein dapat memiliki ratusan badan
Golgi. Organel ini biasanya terletak di antara retikulum endoplasma dan membran plasma.

Sisi badan Golgi yang paling dekat dengan nukleus disebut sisi cis, sementara sisi yang
menjauhi nukleus disebut sisi trans. Ketika tiba di sisi cis, protein dimasukkan ke dalam
lumen sisterna. Di dalam lumen, protein tersebut dimodifikasi, misalnya dengan penambahan
karbohidrat, ditandai dengan penanda kimiawi, dan dipilah-pilah agar nantinya dapat dikirim
ke tujuannya masing-masing.

Badan Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang disekresikan ke luar
sel, ada yang digabungkan ke membran plasma sebagai protein transmembran, dan ada pula
yang ditempatkan di dalam lisosom. Protein yang disekresikan dari sel diangkut ke membran
plasma di dalam vesikel sekresi, yang melepaskan isinya dengan cara bergabung dengan
membran plasma dalam proses eksositosis. Proses sebaliknya, endositosis, dapat terjadi bila
membran plasma mencekung ke dalam sel dan membentuk vesikel endositosis yang dibawa
ke badan Golgi atau tempat lain, misalnya lisosom.

g. Lisosom
Gambar Struktur lisosom.

Lisosom pada sel hewan merupakan vesikel yang memuat lebih dari 30 jenis enzim
hidrolitik untuk menguraikan berbagai molekul kompleks. Sel menggunakan kembali subunit
molekul yang sudah diuraikan lisosom itu. Bergantung pada zat yang diuraikannya, lisosom
dapat memiliki berbagai ukuran dan bentuk. Organel ini dibentuk sebagai vesikel yang
melepaskan diri dari badan Golgi.

Lisosom menguraikan molekul makanan yang masuk ke dalam sel melalui endositosis
ketika suatu vesikel endositosis bergabung dengan lisosom. Dalam proses yang disebut
autofagi, lisosom mencerna organel yang tidak berfungsi dengan benar. Lisosom juga
berperan dalam fagositosis, proses yang dilakukan sejumlah jenis sel untuk menelan bakteri
atau fragmen sel lain untuk diuraikan. Contoh sel yang melakukan fagositosis ialah sejenis sel
darah putih yang disebut fagosit, yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.

h. Vakuola

Kebanyakan fungsi lisosom sel hewan dilakukan oleh vakuola pada sel tumbuhan.
Membran vakuola, yang merupakan bagian dari sistem endomembran, disebut tonoplas.
Vakuola berasal dari kata bahasa Latin vacuolum yang berarti 'kosong' dan dinamai demikian
karena organel ini tidak memiliki struktur internal. Umumnya vakuola lebih besar daripada
vesikel, dan kadang kala terbentuk dari gabungan banyak vesikel.

Sel tumbuhan muda berukuran kecil dan mengandung banyak vakuola kecil yang
kemudian bergabung membentuk suatu vakuola sentral seiring dengan penambahan air ke
dalamnya. Ukuran sel tumbuhan diperbesar dengan menambahkan air ke dalam vakuola
sentral tersebut. Vakuola sentral juga mengandung cadangan makanan, garam-garam,
pigmen, dan limbah metabolisme. Zat yang beracun bagi herbivora dapat pula disimpan
dalam vakuola sebagai mekanisme pertahanan. Vakuola juga berperan penting dalam
mempertahankan tekanan turgor tumbuhan.
Vakuola memiliki banyak fungsi lain dan juga dapat ditemukan pada sel hewan dan
protista uniseluler. Kebanyakan protozoa memiliki vakuola makanan, yang bergabung
dengan lisosom agar makanan di dalamnya dapat dicerna. Beberapa jenis protozoa juga
memiliki vakuola kontraktil, yang mengeluarkan kelebihan air dari sel.

i. Mitokondria

Gambar Struktur mitokondria.

Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu proses kimiawi
yang memberi energi pada sel. Karbohidrat dan lemak merupakan contoh molekul makanan
berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dan karbon dioksida oleh reaksi-reaksi di dalam
mitokondria, dengan pelepasan energi. Kebanyakan energi yang dilepas dalam proses itu
ditangkap oleh molekul yang disebut ATP. Mitokondria-lah yang menghasilkan sebagian
besar ATP sel. Energi kimiawi ATP nantinya dapat digunakan untuk menjalankan berbagai
reaksi kimia dalam sel. Sebagian besar tahap pemecahan molekul makanan dan pembuatan
ATP tersebut dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam krista dan matriks
mitokondria.

Mitokondria memperbanyak diri secara independen dari keseluruhan bagian sel lain.
Organel ini memiliki DNA sendiri yang menyandikan sejumlah protein mitokondria, yang
dibuat pada ribosomnya sendiri yang serupa dengan ribosom prokariota.

j. Kloroplas
Gambar Gambaran umum kloroplas.

Kloroplas merupakan salah satu jenis organel yang disebut plastid pada tumbuhan dan
alga. Kloroplas mengandung klorofil, pigmen hijau yang menangkap energi cahaya untuk
fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang mengubah energi cahaya menjadi energi kimiawi
yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan senyawa organik lain.

Satu sel alga uniseluler dapat memiliki satu kloroplas saja, sementara satu sel daun dapat
memiliki 20 sampai 100 kloroplas. Organel ini cenderung lebih besar daripada mitokondria,
dengan panjang 5–10 µm atau lebih. Kloroplas biasanya berbentuk seperti cakram dan,
seperti mitokondria, memiliki membran luar dan membran dalam yang dipisahkan oleh ruang
antarmembran. Membran dalam kloroplas menyelimuti stroma, yang memuat berbagai enzim
yang bertanggung jawab membentuk karbohidrat dari karbon dioksida dan air dalam
fotosintesis. Suatu sistem membran dalam yang kedua di dalam stroma terdiri dari kantong-
kantong pipih disebut tilakoid yang saling berhubungan. Tilakoid-tilakoid membentuk suatu
tumpukan yang disebut granum (jamak, grana). Klorofil terdapat pada membran tilakoid,
yang berperan serupa dengan membran dalam mitokondria, yaitu terlibat dalam pembentukan
ATP. Sebagian ATP yang terbentuk ini digunakan oleh enzim di stroma untuk mengubah
karbon dioksida menjadi senyawa antara berkarbon tiga yang kemudian dikeluarkan ke
sitoplasma dan diubah menjadi karbohidrat.

Sama seperti mitokondria, kloroplas juga memiliki DNA dan ribosomnya sendiri serta
tumbuh dan memperbanyak dirinya sendiri. Kedua organel ini juga dapat berpindah-pindah
tempat di dalam sel.

k. Peroksiso

Peroksisom berukuran mirip dengan lisosom dan dapat ditemukan dalam semua sel
eukariota. Organel ini dinamai demikian karena biasanya mengandung satu atau lebih enzim
yang terlibat dalam reaksi oksidasi menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen
peroksida merupakan bahan kimia beracun, namun di dalam peroksisom senyawa ini
digunakan untuk reaksi oksidasi lain atau diuraikan menjadi air dan oksigen. Salah satu tugas
peroksisom adalah mengoksidasi asam lemak panjang menjadi lebih pendek yang kemudian
dibawa ke mitokondria untuk oksidasi sempurna. Peroksisom pada sel hati dan ginjal juga
mendetoksifikasi berbagai molekul beracun yang memasuki darah, misalnya alkohol.
Sementara itu, peroksisom pada biji tumbuhan berperan penting mengubah cadangan lemak
biji menjadi karbohidrat yang digunakan dalam tahap perkecambahan.

Gaambar Struktur peroksisom.

l. Sitoskeleton

Sitoskeleton eukariota terdiri dari tiga jenis serat protein, yaitu mikrotubulus, filamen
intermediat, dan mikrofilamen. Protein sitoskeleton yang serupa dan berfungsi sama dengan
sitoskeleton eukariota ditemukan pula pada prokariota. Mikrotubulus berupa silinder
berongga yang memberi bentuk sel, menuntun gerakan organel, dan membantu pergerakan
kromosom pada saat pembelahan sel. Silia dan flagela eukariota, yang merupakan alat bantu
pergerakan, juga berisi mikrotubulus. Filamen intermediat mendukung bentuk sel dan
membuat organel tetap berada di tempatnya. Sementara itu, mikrofilamen, yang berupa
batang tipis dari protein aktin, berfungsi antara lain dalam kontraksi otot pada hewan,
pembentukan pseudopodia untuk pergerakan sel ameba, dan aliran bahan di dalam sitoplasma
sel tumbuhan.
Gambar Struktur sitoskleton.

m. Komponen ekstraseluler

Sel-sel hewan dan tumbuhan disatukan sebagai jaringan terutama oleh matriks
ekstraseluler, yaitu jejaring kompleks molekul yang disekresikan sel dan berfungsi utama
membentuk kerangka pendukung. Terutama pada hewan, sel-sel pada kebanyakan jaringan
terikat langsung satu sama lain melalui sambungan sel

2.3 REPLIKASI, TRANSKRIPSI & TRANSLASI


A. Replikasi
1. Pengertian Replikasi
Replikasi merupakan peristiwa sintesis DNA (autokatalisis) karena DNA mampu
mensintesis diri sendiri. Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida
baru dari rantai nukleotida lama melalui proses menggunakan komplementasi pasangan basa
untuk menghasilkan suatu molekul DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama, proses
yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh enzim helikase, enzim polimerase, dan ligase (Necel,
2009).

Replikasi DNA bersifat semikonservatif, yaitu kedua untai tunggal DNA bertindak
sebagai cetakan untuk pembuatan untai-untai DNA baru; seluruh untai tunggal cetakan
dipertahankan dan untai yang baru dibuat dari nukleotida-nukleotida (Necel, 2009).

2. Komponen Penting dalam Replikasi

Replikasi bahan genetik ditentukan oleh beberapa komponen utama yaitu (Amir, dkk,
2010):
1. DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi.
2. Molekul deoksiribonukleotida, yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan dGTP. Deoksi
ribonukleotida terdiri atas tiga komponen yaitu basa purin atau pirimidin, gula 5-
karbon (deoksiribosa) dan gugus fosfat.
3. Enzim DNA polimerase, yaitu enzim utama yang mengkatalisis proses polimerisasi
nukleotida menjadi untaian DNA. Enzim DNA polimerase memiliki fungsi lain, yaitu
mengoreksi DNA yang baru terbentuk, membetulkan setiap kesalahan replikasi, dan
memperbaiki DNA yang rusak. Adanya fungsi tersebut menjadikan rangkaian
nukleotida DNA sangat stabil dan mutasi jarang terjadi (Desy, 2010).
4. Enzim primase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis primer untuk memulai
replikasi DNA.
5. Enzim pembuka ikatan untaian induk, yaitu enzim helikase dan enzim girase.
6. Molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah terbuka, yaitu protein
SSB (single strand binding protein).
7. Enzim DNA ligase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk menyambung
fragmenfragmen DNA.

3. Model Replikasi

Gambar 13. Tiga kemungkinan terjadinya replikasi DNA (Pray, 2008).

1. Model konservatif, yaitu dua rantai DNA lama tetap tidak berubah, berfungsi sebagai
cetakan untuk dua rantai DNA baru.Replikasi ini mempertahankan molekul 4 dari
DNA lama dan membuat molekul DNA baru (Desy, 2010).
2. Model semikonservatif, yaitu dua rantai DNA lama terpisah dan rantai baru disintesis
dengan prinsip komplementasi pada masing-masing rantai DNA lama. Akhirnya
dihasilkan dua rantai DNA baru yang masing-masing mengandung satu rantai cetakan
molekul DNA lama dan satu rantai baru hasil sintesis (Desy, 2010).
3. Model dispersif, yaitu beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama digunakan
sebagai cetakan untuk sintesis rantai DNA baru. Oleh karena itu, hasil akhirnya
diperoleh rantai DNA lama dan baru yang tersebar pada rantai DNA lama dan baru.
Replikasi ini menghasilkan dua molekul DNA lama dan DNA baru yang saling
berselang-seling pada setiap untai(Desy, 2010).

Hipotesis Watson –Crick mengusulkan bahwa tiap untaian sulur ganda DNA digunakan
sebagai suatu cetakan bagi replikasi DNA keturunan atau anak yang bersifat 5 komplementer.
Dengan cara ini, dua dupleks keturunan molekul – molekul DNA yang sama dengan DNA
induk akan terbentuk, masing – masing mengandung satu untaian utuh dari DNA induk.
Hipotesis ini telah dibuktikan dalam percobaan yang cermat dilakukan oleh Matthew
Meselson dan Franklin Stahl pada tahun 1957. Mereka membutuhkan sel – sel E.coli selama
beberapa generasi pada medium dengan ammonium klorida (NH4Cl) digunakan sebagai
sumber nitrogen satu – satunya yang mengandung 15N, isotop nitrogen “berat”, sebagai ganti
atom N yang biasa yaitu, isotop yang banyak dijumpai 14N. Dengan demikian, sekuruh
komponen nitrogen sel yang tumbuh pada medium ini, termasuk bom pada DNA-nya
menjadi sangat diperkaya oleh 15N. DNA yang diisolasi dari sel menunjukkan densitas kira –
kira 1% lebih berat daripada (14N) DNA normalnya. Meskipun ini hanya merupakan
perbedaan kecil, campuran DNA (15N) berat dan (14N) ringan di dalam larutan sesium
klorida pekat dapat dipisahkan dengan sentrifugasi. Sesium klorida digunakan karena larutan
molekul ini menunjukkan berat jenis yang mendekati DNA. Bila suatu larutan CsCl
disentrifugasi untuk waktu yang lama pada kecepatan tinggi, larutan tersebut mencapai suatu
keseimbangan dengan CsCl membentuk gradient densitas yang berkesinambungan. Oleh
karena gaya sedimentasi, konsentrasi CsCl pada dasar tabung lebih tinggi dan karena itu,
larutan menjadi lebih pekat daripada di bagian atas. Spesimen DNA yang dilarutkan di dalam
CsCl akan mencapai posisi keseimbangan pada tabung dimana densitasnya akan setara
dengan larutan CsCl. Karena (15N) DNA sedikit lebih pekat daripada (14N) DNA, (15N)
DNA akan mencapai posisi keseimbangan yang lebih rendah pada gradient CsCl daripada
(14N) DNA (Lehninger, et.al., 2005).
Gambar 12. Hasil eksperimen Meselson dan Stahl untuk menentukan replikasi DNA yang
terjadi di alam (Pray, 2010)

B. Transkripsi
1. Pengertian
Transkripsi DNA merupakan proses pembentukan RNA dari DNA sebagai cetakan. Proses
transkripsi menghasilkan mRNA, rRNA dan tRNA. Pembentukan RNA dilakukan oleh enzim
RNA polymerase. Proses transkripsi terdiri dari 3 tahap yaitu :

1. Inisiasi : enzim RNA polymerase menyalin gen, sehingga pengikatan RNA


polymerase terjadi pada tempat tertentu yaitu tepat didepan gen yang akan
ditranskripsi. Tempat pertemuan antara gen (DNA) dengan RNA polymerase disebut
promoter.
2. Elongasi : Enzim RNA polymerase bergerak sepanjang molekul DNA, membuka
double heliks dan merangkai ribonukleotida ke ujung 3′ dari RNA yang sedang
tumbuh.
3. Terminasi : terjadi pada tempat tertentu. Proses terminasi transkripsi ditandai dengan
terdisosiasinya enzim RNA polymerase dari DNA dan RNA dilepaskan. mRNA pada
eukariota mengalami modifikasi sebelum ditranslasi, sedangkan pada prokariota
misalnya pada bakteri, mRNA merupakan transkripsi akhir gen.

C. Translasi

Translasi merupakan proses penerjemahan kodon-kodon pada mRNA menjadi polipeptida.


Dalam proses translasi, kode genetik merupakan aturan yang penting. Dalam kode genetik,
urutan nukleotida mRNA dibawa dalam gugus tiga – tiga. Setiap gugus tiga disebut kodon.
Mekanisme translasi adalah:

1. Inisiasi.
Proses ini dimulai dari menempelnya ribosom sub unit kecil ke mRNA.
2. Elongation.
Tahap selanjutnya adalah penempelan sub unit besar pada sub unit kecil
menghasilkan dua tempat yang terpisah .
3. Terminasi.
Proses translasi akan berhenti bila tempat A bertemu kodon akhir yaitu UAA, UAG,
UGA.

2.4 Mitosis dan Meiosis


a. Mitosis
Pembelahan mitosis secara sederhana merupakan pembelahan secara langsung. Namun,
jelasnya adalah pembelahan mitosis ini adalah pembelahan sel tubuh yang menghasilkan dua
sel anakan yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan sel induk.

Pembelahan mitosis biasanya terjadi pada sel-sel seperti eukariotik karena sel ini memiliki
organel yang dibutuhkan oleh mitosis seperti inti sel, membran sel, dan mitokondria. Pada
tahap interfase ini sel melakukan sintesis bahan-bahan ini Secara garis besar dari setiap tahap
pembelahan mitosis adalah sebagai berikut:

Gambar tahapan pembelahan mitosis.


b. MEIOSIS

Meiosis adalah bentuk pembelahan inti yang sangat penting diantara reproduksi seksual
organisme. Meiosis terjadi pada organisme eukariot, yang selnya mengandung jumlah
kromosom diploid. Dioploid berarti rangkap, dalam artian bahwa informasi genetik pada
salah satu kromosom dapat dijumpai pada bentuk yang sama (termodifikasi) pada kromosom
kedua di dalam inti Kedua kromosom membentuk pasangan sedemikian yang dinamakan
homolog. Sel diploid manusia mengandung 46 kromosom, atau 23 pasang homolog ke 46
kromosom dari zigote terbentuk dari fertilisasi, yang berasal dari sel sperma dan sel telur
yang masing-masing gamet memberikan satu anggotanya dari setiap pasangan homolognya.:
Ciri pembelahan secara meiosis adalah terjadi disel kelamin Jumlah sel anaknya 4 jumlah
kromoson 12 induknya. Pembelahan terjadi 2 kali Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi
seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog
serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak Disamping itu, pada
meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan
pembelahan II (meiosis II).

Meiosis 1. fase-fasenya meliputi:


1.Profase I
Profase I terbagi lagi menjadi fase-fase sebagai berikut:
a. Leptonema: Benang-benang kromatin menjadi kromosom.
b. Zigonema: Kromosom yang sama bentuknya atau kromosom homolog berdekatan dan
bergandengan. Setiap pasang kromosom homolog disebut bivalen
c. Pakinema: Tiap bagian kromosom homolog mengganda, tetapi masih dalam satu
ikatan sentromer, sehingga terbentuk tetrad.
d. Diplonema: kromatid dari tiap-tiap belahan kromosom memendek dan membesar.
e. Diakiness: Sentrosom membentuk dua sentriol yang masing-masing membentuk
benang gelendung pembelah chetung spindely. Satu sentriol retap sedangkan sentriol
yang lain bergerak ke arah kuluh yang berlawanan. Membran inti dan mukleolus
menghuling Empat kromatid bivalen tadi disebut tetrad dan terjerat olch benang
nindel yang dibentuk oleh sentriol-sentriol.
2. Metafase I
Tetrad berkumpul di bidang ekuator.
3. Anafase 1
Benang gelendong pembelah dari masing-masing kutub menarik kromosom homolog
sehingga setiap pasangan kromosom homolog berpisah bergerak ke arah kutub yang
berlawanan. Sentromer belum membelah, setiap kutub menerima campuran acak kromosom
dari ibu dan bapak.
4. Telolase I
Kromatid memadat, selubung inti terbentuk, dan nukleolus muncul lagi, kemudian
sitokinesis berlangsung. Pada manusia terjadi duplikasi 2 kromosom dari jumlah 4 kromatid,
sehingga serbentuk 23 kromosom yang diduplikasi di setiap kutub. Benang gelendong
lenyap, kromatid muncul kemben, setriol berperan sebagai sentrosom kembali.
Meiosis II. fase-fasenya meliputi:
1.Profase II
Sentrosam menibentuk dua sentriel yang letaknya pada kutub yang berlawanan dan
Jigabungkan oleh benang gelending Membran in dan nukleolus lenyap, kromatid beruba
menjadi kromosom yang terjerat oleh benang gelondong.
2 Metalase II
Kromosom berada di bidang ekuator, kromatid berkelompok dua-dua.Belum terjadi
pembelahan sentromer.
3. Anafase II
Kromosom melekat pada kinetokor benang gelendon, lalu ditarik oleh benang gelendong ke
arah kutub yang berlawanan yang menyebabkan sentromer terelah Sebagai akibatnya,
masing-masing kromatidnya bergerak ke arah yang berlawanan.
4. Telofase II
Kromatid berkumpul pada kutub pembelahan, lalu berubah menjadi kromatid kembali.
Bersama dengan itu membran inti dan anak inti terbentuk lagi, dan sekat pemisah semakin
jelas, sehingga akhirnya terjadilah dua sel anakan.
2.5 Fungsi Sel dan Kimiawi Sel
a. Fungsi Sel
1. Metabolisme
Keseluruhan reaksi kimia yang membuat makhluk hidup mampu melakukan aktivitasnya
disebut metabolisme, dan sebagian besar reaksi kimia tersebut terjadi di dalam sel.
Metabolisme yang terjadi di dalam sel dapat berupa reaksi katabolik, yaitu perombakan
senyawa kimia untuk menghasilkan energi maupun untuk dijadikan bahan pembentukan
senyawa lain, dan reaksi anabolik, yaitu reaksi penyusunan komponen sel. Salah satu proses
katabolik yang merombak molekul makanan untuk menghasilkan energi di dalam sel ialah
respirasi seluler, yang sebagian besar berlangsung di dalam mitokondria eukariota atau sitosol
prokariota dan menghasilkan ATP. Sementara itu, contoh proses anabolik ialah sintesis
protein yang berlangsung pada ribosom dan membutuhkan ATP.
2. Komunikasi sel
Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan 'sinyal' dari dan
kepada sel lain, menentukan interaksi antarorganisme uniseluler serta mengatur fungsi dan
perkembangan tubuh organisme multiseluler. Misalnya, bakteri berkomunikasi satu sama lain
dalam proses quorum sensing (pengindraan kuorum) untuk menentukan apakah jumlah
mereka sudah cukup sebelum membentuk biofilm, sementara sel-sel dalam embrio hewan
berkomunikasi untuk koordinasi proses diferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
Kimiawi Sel

1. Air
Komponen anorganik pertama adalah air. Tahukah kamu, air merupakan
komponen kimiawi sel yang komposisinya paling banyak. Fungsi air dalam sel
adalah sebagai pelarut bahan organik dan anorganik serta mempercepat reaksi
biologi dalam sel. 
2. Vitamin
Dalam sel, vitamin berperan sebagai katalisator yang berfungsi untuk
mempercepat reaksi kimia dalam sel. Macam-macam vitamin diantaranya adalah
A, D, E, K, B dan C. Mineral Komponen anorganik yang terakhir adalah mineral.
Mineral berperan dalam aktivitas metabolism sel , pengatur kerja enzim serta
memelihara tekanan osmosis sel.
BAB III
PENUTUP

3.2 Kesimpulan

1. Sel adalah unit terkecil dari materi yang dapat melakukan semua proses kehidupan.
2. Teori Sel terdiri dari tiga prinsip:
 Semua makhluk hidup terdiri dari satu atau lebih sel.
 Sel adalah unit dasar struktur dan fungsi dalam suatu organisme.
 Sel hanya berasal dari replikasi sel yang ada.
3. Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara
struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan
berdasarkan posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung
membran organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak
memiliki nukleus.
4. Pada sel prokariota dapat dijumpai dinding sel, plasmalemma atau membran plasma,
flagella, ribosom, dan materi genetika yang terdapat dalam suatu badan inti yang
disebut nukeoid,
5. Sebagian besar organel dan bagian sel lainnya sama untuk semua sel. Sel-sel dari
organisme yang berbeda memiliki perbedaan struktur yang lebih besar. Sel tumbuhan
memiliki tiga struktur tambahan yang tidak ditemukan pada sel hewan yaitu Dinding sel,
Vakuola yang besar, Kloroplas (plastida).
6. Fungsi sei adalah a. Metabolisme: Keseluruhan reaksi kimia yang membuat makhluk
hidup mampu melakukan aktivitasnya. b. Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu
menerima dan mengirimkan 'sinyal' dari dan kepada sel lain, menentukan interaksi
antarorganisme uniseluler serta mengatur fungsi dan perkembangan tubuh organisme
multiseluler.
7. Setiap sel berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan sel antara
pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus sel. Pada proses
perkembangan sel dikenal beberapa tipe siklus sel yaitu: Siklus sel embrionik, Siklus sel
somatic, Siklus endoreduplikasi, Siklus sel miosis.

3.2 Saran

Diharapkan pembaca daat memahami struktur dan fungsi sel,learning dalam keperawatan,
mitosis dan meiosis, serta fungsi sel dan kimiawi sel.
DAFTAR PUSTAKA
Harry Murti, dkk.2007. Regulasi Siklus Sel: Kumei Sukses Somatic Cell Nuclear Transfer
cdk vol. 34 no. 6/159 Nov - Des.

Silbernagl, Stefan, 2000. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Edisi pertama. Stuttgat,
Germany, Hal: 1-21,

Silbernagl, Stefan. 2007. Atlas Berwarna dan Teks Patofisiologi. Edisi pertama
Stuttgat,Germany. Hal: 1-19

Adnan. 2009. Biologi Sel (Struktur dan Fungsi Sel). Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

Campbell, Neil A., dkk. 2008. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai