Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“SEL PROKARIOTIK”

OLEH:

KELOMPOK 10
MUH. ILHAM (G 701 18 060)
MOH. FAUZAN (G 701 18 123)
IKA KRISNAYNTI (G 701 18 178)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Palu, 9 Februari 2020

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
I.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
II.1 Morfologi dan Anatomi Sel Prokariotik ......................................... 3
II.2 Pengelompokan Sel Bakteri dan Cynobacteria .............................. 7
II.3 Pengelompokan Sel Archaebacteria ............................................... 10
BAB III PENUTUP
II.1 Kesimpulan ................................................................................... 13
III.2 Saran .................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kehidupan kita dimulai dari yang terkecil. Begitu juga makhluk hidup.
setiap makhluk hidup terdiri dari susunan yang memiliki ukuran yang
terkecil, yang kemudian akan membentuk suatu koloni atau kumpulan yang
saling berkaitan dan bekerja sama. Sehingga suatu organisme atau mahluk
hidup yang kompleks memiliki suatu organisasi kehidupan (Syamsuri. Dkk.,
2004).
Bagian terkecil dari mahluk hidup berupa sel. Sel berasal dari kata latin
cella , yang berarti ruangan kecil, yang ditemukan oleh Robert Hooke, yang
melakukan pengamatan terhadap sayatan gabus (terdapat ruangan-ruangan
kecil yang meyusun gabus tersebut), (Subagiartha, 2018).
Sel merupakan unit terkecil yang menyusun tubuh makhluk hidup dan
merupakan tempat terselenggaranya fungsi kehidupan. Atau dengan kata lain,
sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup.
Sebagai unit struktural terkecil dari makhluk hidup yang merupakan
penyusun yang mendasar bagi tubuh makhluk hidup, setiap sel tersusun dari
berbagai bagian, yaitu membrane plasma, inti sel (nukleus), sitoplasma dan
organel sel. Sel sebagai unit fungsional bermakna bahwa sel-sel penyusun
tubuh makhluk hidup melakukan suatu fungsi atau kegiatan proses hidup.
Fungsi yang dilakukan oleh sel adalah respirasi, ekskresi, transportasi,
sintesis, reproduksi, sekresi dan respon (tanggapan) terhadap rangsangan. Sel
juga merupakan unit hereditas atau pewaris yang menurunkan sifat genetis
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sebagian besar sel memiliki ukuran
yang sangat kecil. Umumnya sel berdiameter 1-100µm. Dengan ukuran yang
sangat kecil tersebut, sel tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Maka
dapat digunakan alat bantu yaitu mikroskop. Seiring dengan perkembangan
teknologi mikroskop, ditemukan dua tipe struktur sel, yaitu sel prokariotik
dan sel eukariotik.

1
Sel prokariotik adalah sel yang tidak memiliki selaput inti. Maka materi
genetik sel prokariotik tidak dibungkus oleh selaput. Kebanyakan sel
prokariotik adalah uniseluler, walaupun ada pula beberapa yang multiseluler.
Sel prokariotik uniseluler ini mampu membentuk koloni.
Dalam hal ini penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut
mengenai sel yang penulis buat dalam bentuk makalah yang berjudul “Sel
Prokariotik”.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk morfologi dan anatomi sel prokariotik?
2. Jelaskan pengelompokan sel bakteri dan cynobacteria?
3. Jelaskan pengelompokan sel archaebacteria?

I.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yang mengacu pada rumusan
masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk morfologi dan anatomi sel prokariotik.
2. Untuk mengetahui pengelompokan sel bakteri dan cynobacteria.
3. Untuk mengetahui pengelompokan sel archaebacteria.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Morfologi dan Anatomi Sel Prokariotik


Semua makhluk hidup atau organisme tersusun atas sel atau beberapa sel.
Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil pada suatu makhluk
hidup. Sel memiliki semua perangkat dan kemampuan yang diperlukan untuk
menjalankan proses hidup yaitu bergerak, memperbanyak diri, beradaptasi
atau merespon terhadap perubahan lingkungan. Proses hidup tersebutlah yang
menunjang berlangsungnya kehidupan pada makhluk hidup yang disusun
oleh sel tersebut. Dengan demikian, semua aspek dari sistem kehidupan bisa
dipelajari dengan mengkaji proses hidup yang terjadi pada tingkat sel. Sel
berada pada skala di bawah 10 um, sedangkan komponen penyusun sel yaitu
atom dan molekul berada pada skala nanometer atau 10-3 um. Proses hidup
yang terjadi di dalam sel pada hakekatnya merupakan serangkaian reaksi
kimia yang sangat kompleks dan saling terintegrasi. Reaksi kimia yang terjadi
merupakan interaksi diantara molekul, senyawa, atau atom pada skala nano.
Reaksi kimia pada skala nano ini hanya mungkin terjadi pada ruang yang
berskala mikro yaitu sel. Dalam ruang skala sentimeter, reaksi skala nano
sangat sulit terjadi, karena probabilitas bertemu antar molekul, senyawa, atau
atom sangat kecil. Dengan demikian pembahasan proses hidup pada tingkat
sel menjadi cerminan proses hidup yang terjadi pada level organisme
(Sumitro. dkk., 2017).
Sel prokariotik adalah sel tanpa membran inti. Sel prokariotik sebanyak
1 10 um. Sel ini memiliki materi genetik yang terdiri dari DNA yang tidak
dibungkus inti. DNA pada sel prokariotik berbentuk sirkuler atau disebut
nukleoid. Di luar nukleoid tersedia juga DNA sirkuler yang berukuran lebih
besar yang disebut plasmid. Sebagian besar sel prokariotik memiliki dinding
sel. Aktivitas sel terjadi pada membran plasma dan di dalam sitoplasma.
Contoh sel prokariotik adalah Cyanobacteria dan sel bakteri. Contoh sel
prokariotik adalah Cyanobacteria dan sel bakteri (Muslim. dkk., 2004).

3
(a) Sel Prokariotik bakteri Esherichia coli. (b) Bagian-bagian Sel Prokariotik

Dinding Sel
Dinding sel pada prokariotik tersusun dari peptidoglikan. Peptidoglikan
merupakan senyawa poli sakarida kompleks.Dinding sel bakteri berfungsi
untuk menahan tekanan osmotic sitoplasma, sehingga sel tidak mudah pecah
akibat masuknya air kedalam sel, dinding sel bakteri tersusun atas
peptidoglikan atau mukopepetida yang dapat dipergunakan sebagai dasar
penggolongan bakteri menjadi dua golongan , yaitu bakteri gram positif dan
bakteri gram negative. Pada bajteri gram positif, hamper 90% komponen
dinding selnya tersusun atas peptidoglikan, sedangkan pada bakteri gram
negative berkisar antara 5 – 20%.

Dinding Sel Bakteri

4
Membran Plasma (Membran Sel)
Membran plasma merupakan batas kehidupan. Membran plasma
memisahkan sel yang "hidup" dengan lingkungan sekitarnya yang "tidak
hidup". Membran plasma memiliki ketebalan sekitar 8 nm. Susunan membran
plasma yang lengkap dijelaskan menurut suatu model mosaik cair. Membran
plasma memiliki struktur seperti lembaran tipis. Membran plasma tersusun
dari molekul-molekul lipid (lemak), protein, dan sedikit karbohidrat yang
membentuk suatu lapisan dengan sifat dinamis dan asimetri. Bersifat dinamis
karena memiliki struktur seperti fluida (zat cair), sehingga molekul lipid dan
protein dapat bergerak. Bersifat asimetri karena komposisi protein dan lipid
sisi luar tidak sama dengan sisi dalam membran sel. Molekul-molekul
tersebut menyusun matriks lapisan fosfolipid rangkap (fosfolipid bilayer)
yang disisipi oleh protein membran. Terdapat dua macam protein membran,
yaitu protein yang terbenam (integral) dan yang menempel (periferal) di
lapisan fosfolipid. Satu unit fosfolipid terdiri dari bagian kepala (fosfat) dan
ekor (asam lemak) (Muslim. dkk., 2004).

Membran Sel Bakteri

Sitoplasma
Sitoplasma tersusun atas air, protein, lipid, mineral, dan enzim-enzim.
Enzim-enzim digunakan untuk mencerna makanan secara ekstraselular dan
untuk melakukan proses metabolisme sel. Metabolisme sel meliputi proses
penyusunan (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) zat-zat.

5
Mesosom
Kadang-kadang pada tempat tertentu, membran plasma melekuk ke
dalam membentuk bangunan yang disebut mesosom. Mesosom
berfungsi sebagai penghasil energi. Biasanya mesosom terletak dekat
dinding sel yang baru terbentuk pada saat pembelahan biner sel bakteri. Pada
membran mesosom terdapat enzim- enzim pernapasan yang berperan dalam
reaksi-reaksi oksidasi untuk menghasilkan energi.

Ribosom
Ribosom merupakan organel tempat berlangsungnya sintesis protein.
Ukurannya sangat kecil, berdiameter antara 15–20 nm (1 nanometer = 10 –9
meter). Di dalam sel E. coli terkandung 15.000 butir ribosom atau sekitar
25% massa total sel bakteri.

Struktur Rribosom Bakteri

DNA
DNA atau asam deoksiribonukleat merupakan persenyawaan yang
tersusun atas gula deoksiribosa, fosfat, dan basa-basa nitrogen. DNA
berfungsi sebagai pembawa informasi genetik, yaitu sifat-sifat yang harus
diwariskan kepada keturunannya. Oleh sebab itu, DNA disebut pula sebagai
materi genetik.

RNA
RNA atau asam ribonukleat merupakan persenyawaan hasil transkripsi
DNA. Jadi, bagian tertentu DNA melakukan transkripsi membentuk RNA.

6
RNA membawa kode- kode genetik sesuai pesanan DNA. Selanjutnya, kode-
kode genetik itu akan diterjemahkan dalam bentuk urutan asam amino dalam
proses sintesis protein.
Demikianlah struktur sel prokariotik pada bakteri E. coli.
Ternyata, bakteri mempunyai bagian-bagian sel yang rumit. Setiap bagian
sel ini mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan hidup sebuah sel.
Namun, bagian-bagian sel itu tidak dapat berdiri sendiri dalam menjalankan
fungsi sebuah sel, melainkan harus bekerja sama dengan bagian sel lain
membentuk satu kesatuan.

II.2 Pengelompokkan Sel Bakteri dan Cyanobacteria


Bakteri banyak sekali disekitar kita, baik bakteri yang menguntungkan
dan yang merugikan. Bakteri yang merugikan dapat mengakibatkan berbagai
macam penyakit, dari penyakit yang biasa saja hingga penyakit yang sangat
berbahaya. Sedangkan bakteri yang menguntungkan dapat dimanfaatkan
dalam bidang pagan, ditambah lagi dengan kemajuan iptek yang dapat
memanfaatkan bakteri dengan sebaik mungkin.
Menurut (Winarmi. dkk., 2004), cyanobacteria sering disebut juga
ganggang hijau-biru atau ganggang lendir. Disebut ganggang hijau-biru
karena Cyanobacteria memiliki klorofil seperti halnya ganggang hijau.
Disebut ganggang lendir karena pada bagian luar dinding selnya terdapat
lapisan lendir. Pada beberapa jenis Cyanobacteria, lapisan lendir dapat
membantu gerakan secara meluncur. Lihat gambar struktur Cyanobacteria
dibawah ini:

Struktur Sel Cynobacteria

7
Berbeda dengan kelompok bakteri yang lain, Cyanobacteria tidak
memiliki alat gerak dan dapat melakukan fotosintesis. Cyanobacteria
berukuran 1-60 um. Cyanobacteria hidup soliter atau berkoloni. Koloni
Cyanobacteria dapat berbentuk benang, lembaran, atau bola berongga
(Winarmi. dkk., 2004).
Pada Cyanobacteria bentuk benang, misalnya Anabaena, terdapat tiga
macam sel utama, yaitu heterokista, akinet, dan baeosit. Heterokista
merupakan sel berdinding tebal yang berguna untuk mengikat nitrogen.
Akinet adalah sel berdinding tebal yang berfungsi untuk pertahanan diri.
Sedangkan baeosit adalah sel-sel bulat kecil hasil reproduksi. Baeosit juga
berfungsi untuk melakukan fotosintesis. Lihat Gambar dibawah ini:

Anabaena merupakan contoh cynobacteria yang berbentuk benang.


Heterokista, akinet, dan baeosit merupakan sel utamanya.
Sitoplasma Cyanobacteria tidak memiliki banyak organel serta tidak
memiliki membran inti (prokariot). Membran fotosintetiknya (membran
tilakoid) mengandung pigmen klorofil, karoten, dan pigmen tambahan.
Pigmen tambahan berupa fikosianin yang berwarna biru dan fikoeritrin yang
berwarna merah. Pigmen-pigmen tersebut yang menyebabkan warna
Cyanobacteria beraneka ragam dari hijau, merah, ungu, sampai kehitaman.
Tubuh Cyanobacteria juga memiliki vakuola gas yang memungkinkannya
mengapung dekat permukaan air, yang memiliki intensitas cahaya matahari
yang tinggi. Cyanobacteria membutuhkan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis. Cyanobacteria hidup secara fotoautotrof dengan mengasimilasi
senyawa sederhana misalnya CO2, ion nitrat atau amonium, dan beberapa ion
anorganik lainnya. Perbedaan Cyanobacteria dengan bakteri fotoautotrof
adalah Cyanobacteria menghasilkan O2, dalam proses fotosintesisnya
sedangkan bakteri fotoautotrof tidak menghasilkan O2 (Winarmi. dkk., 2004).

8
II.2.1 Klasifikasi Cyanobacteria
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi cyanobacteria, terdiri
atas:
1. Chroococcales
Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru
kehijau-hijauan umumnya alga ini membentuk selaput lendir
pada cadas atau tembok yang basah. Setelah pembelahan, sel-sel
tetap bergandengan dengan perantaraan lendir tadi, dan dengan
demikian terbentuk kelompok-kelompok atau koloni.
2. Chamaesiphonales
Alga bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk
benang, mempunyai spora. Benang-benang itu dapat putus-putus
merupakan hormogonium, yang dapat merayap dan merupakan
koloni baru.Spora terbentuk dari isi sel (endospora). Setelah
keluar dari sel induknya, spora dapat menjadi tumbuhan baru.
Untuk menghadapi kondisi yang buruk dapat membentuk sel-sel
awetan dengan menambah zat makanan cadangan serta
mempertebal dan memperbesar dinding sel.
Contoh : Chamaesiphon confervicolus
3. Nostocales
Sel-selnya merupakan koloni berbentuk benang, atau
diselubungi suatu membran. Benang-benang itu melekat pada
substratnya, tidak bercabang, jarang mempunyai percabangan
sejati, lebih sering mempunyai percabangan semu. Benang
benang itu selalu dapat membentuk hormogonium.
Contoh :
1. Oscillatoria

9
2. Rivularia

3. Anabaena

4. Spirulina

II.3 Pengelompokan Sel Archaebacteria


Archaebacteria tidak dikenali sebagai bentuk kehidupan lain dari
bakteri hingga tahun 1977, saat Carl Woese dan George Fox menunjukkan
kingdom ini melalui studi RNA. Archaebacteria merupakan organisme tertua
(archae = purba) yang hidup di bumi. Mereka termasuk organisme prokariotik
uniseluler.
Archaebacteria berbeda dari Eubacteria dalam hal susunan basa
nitrogen dalam rRNA dan dalam hal komposisi membran plasma serta
dinding selnya. Dinding sel Archaebacteria tidak memiliki peptidoglikan.
Meskipun secara struktural mirip prokariotik uniseluler, organisme
Archaebacteria lebih mirip dengan organisme eukariotik daripada bakteri. Hal
itu disebabkan transkripsi dan translasi genetiknya mirip dengan eukariotik.
Bentuk Archaebacteria bervariasi, yaitu bulat, batang, spiral, atau tidak
beraturan. Beberapa jenis terdapat dalam bentuk sel tunggal, sedangkan jenis
lainnya berbentuk filamen atau koloni. Reproduksinya dilakukan dengan cara

10
membelah diri (pembelahan biner), membentuk tunas, atau fragmentasi.
Archaebacteria sering disebut organisme ekstermofil karena mampu hidup di
lingkungan dengan kondisi yang ekstrem, misalnya di mata air panas dan di
dasar samudra. Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya, kingdom ini dapat
dibagi menjadi tiga kelompok. yaitu metanogen, ekstrem halofil, dan
termoasidofil. Semua anggota Archaebacteria merupakan organisme
nonpatogen.
1. Metanogen
Ciri khas metanogen adalah memiliki kemampuan menggunakan
hidrogen untuk mereduksi karbon dioksida menjadi gas metana. Dari
reaksi tersebut, dihasilkan energi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Co2+ 4H2 CH4+ 2H2O+ energy
Karbon
Hydrogen Metana Uap air
dioksida
Mereka hidup di lingkungan yang anaerob, seperti dasar rawa- rawa,
tempat penampungan limbah, dan saluran pencemaan hewan, termasuk
manusia. Di dalam saluran pencernaan sapi, mereka menguraikan selulosa
sehingga memungkinkan sapi memperoleh nutrisi dari tumbuhan. Dalam
industri, metanogen digunakan untuk mengolah limbah dan menjemihkan
air. Contoh metanogen, antara lain Methanopyrus, Methanobrevibacter
ruminatium, Methanococcus.
2. Ekstrem Halofil
Kelompok ekstrem halofil mampu hidup di lingkungan yang
salinitas (kadar garam)-nya sangat tinggi (10 kali salinitas air laut),
misalnya di Laut Mati dan di Danau Great Salt (USA), serta di makanan
yang diasinkan. Organisme ini menggunakan garam untuk membentuk
ATP. Contoh anggota kelompok ini adalah Halobacterium halobium. Di
dalam membran plasma Halobacterium halobium, terdapat pigmen
rodopsin yang disebut bakteriorodopsin. Bakteriorodopsin bertanggung
jawab terhadap proses pembentukan ATP pada spesies tersebut. Contoh
lainnya adalah Halobacteroides holobius.

11
3. Termoasidofil
Anggota kelompok ini dapat ditemukan di lingkungan yang sangat
asam dan bersuhu sangat tinggi. Mereka dapat hidup di lingkungan yang
bersuhu 110°C dan ber-pH di bawah 2, misalnya di bawah gunung berapi
dan lubang hidrotermal di dasar samudra. Sebagian besar merupakan
organisme anaerob yang menggunakan belerang (sulfur) sebagai akseptor
hidrogen untuk respirasi, menggantikan oksigen. Contohnya adalah
Sulfolobus solfataricus dan Sulfolobus acidorcaldarius.

12
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Sel prokariotik adalah sel tanpa membran inti. Sel prokariotik sebanyak
1 10 um. Sel ini memiliki materi genetik yang terdiri dari DNA yang
tidak dibungkus inti.
2. Cyanobacteria sering disebut juga ganggang hijau-biru atau ganggang
lendir. Disebut ganggang hijau-biru karena Cyanobacteria memiliki
klorofil seperti halnya ganggang hijau.
3. Archaebacteria berbeda dari Eubacteria dalam hal susunan basa
nitrogen dalam rRNA dan dalam hal komposisi membran plasma serta
dinding selnya. Dinding sel Archaebacteria tidak memiliki
peptidoglikan.

III.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muslim. dkk., 2004. Biologi 2. Erlangga. Jakarta.

Subagiartha, 2018. Biologi 3.

Sumitro. dkk., 2017. Biologi Sel. UB Press. Malang.

Syamsuri. dkk., 2004. Buku Kerja Ilmiah Biologi. Erlangga. Jakarta.

Winarmi. dkk., 2004. Biologi 1. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai