Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lemak (disebut juga lipid) merupakan zat kaya kalori yang berfungsi sebagai
sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan atau
dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam sel-sel lemak
untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin
dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan komponen
penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf serta empedu
(Suyatna, 2007). Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida.
Lemak tidak larut dalam cairan plasma sehingga harus terikat pada protein tertentu
agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara lemak dan protein ini disebut
lipoprotein.
Kurang bergerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang
tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan
adiposa yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut
yang lambat laun nampak membuncit. Kondisi ketika kadar lemak di dalam darah
meningkat di atas batas normal dinamakan hiperlipidemia atau yang sering disebut
sebagai dislipidemia. Pada pasien hiperlipidemia, total kolesterol menjadi tinggi,
LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL (High Density
Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain. (Wells et al., 2009). Makalah
ini membahas tentang key concept lipid yang mencakup metabolisme dan
transportasi lipid serta tentang penyakit hiperlipidemia yang mencakup definisi,
etiologi, klasifikasi, patologi, manifestasi klinis, hingga diagnosis penyakit.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana key concept lipid (struktur, bagian, metabolisme, dan
transportasinya)?
2. Bagaimana definisi dan etilogi penyakit hiperlipidemia
3. Bagaimana klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia?
4. Bagaimana manifestasi klinik penyakit hiperlipidemia?
5. Bagaimana diagnosis penyakit hiperlipidemia?

1.3 Tujuan
1. Memahami key concept lipid (struktur, bagian, metabolisme,
transportasinya).
2. Memahami definisi dan etilogi penyakit hiperlipidemia.
3. Memahami klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia.
4. Memahami manifestasi klinik penyakit hiperlipidemia.
5. Memahami diagnosis penyakit hiperlipidemia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lipid

Lipid merupakan sekelompok senyawa heterogen meliputi lemak, minyak, steroid,


malam (wax), dan lain-lain. Lipid termasuk ke dalam biomolekul yang memiliki
karakteristik khusus yakni sukar larut dalam air sehingga hanya larut dalam pelarut
nonpolar seperi eter, metanol, heksan dan kloroform. Senyawa ini merupakan konstituen
makanan yang sangat penting bagi tubuh karena dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan
K yang memiliki kelarutan yang lebih besar pada lemak dan kandungan asam lemak
esensial yang terkandung dalam lemak nabati. Selain itu, lemak utamanya asam lemak
yang disimpan pada sel yakni dalam bentuk triasilgliserol. Asam lemak tersebut
merupakan cadangan molekul energi jangka panjang karena menyediakan energi lebih
besar dibandingkan karbohidrat. Asam lemak melepaskan sekitar 38 kJ/g dibandingkan
dengan karbohidrat yakni 16 kJ/g (Boyer, 2002).

Lemak disimpan dalam jaringan adiposa sehingga berfungsi sebagai


insulator panas pada jaringan subkutan dan di sekitar organ tertentu. Lipid
nonpolar berperan sebagai insulator listrik yang memungkinkan penjalaran gelombang
depolarisasi di sepanjang syaraf bermielin. Lemak yang ada dalam makanan berada
dalam bentuk trigliserida yaitu lemak netral, yang masing-masing terdiri dari kombinasi
dari gliserol dan tiga molekul asam lemak. Selama proses pencernaan dua molekul asam
lemak dipisahkan dan meninggalkan satu molekul gliserol atau monogliserol dan satu
molekul asam lemak. Maka, produk akhir dari pencernaan lemak adalah monogliserida
dan asam lemak yang merupakan satuan lemak yang dapat diserap (Sherwood, 2001).

Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana dan lipid kompleks (Murray,


Bender, Botham, Kenelly, Rodwell, Weil, 2009). Lipid sederhana terdiri dari ester asam
lemak dengan berbagai alkohol.

1. Lemak (fat) ester asam lemak dengan gliserol

2. Minyak (oil) adalah lemak dalam keadaan cair

3. Malam (wax) ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul
tinggi.

Adapun lipid kompleks meliputi ester asam lemak yang mengandung gugus-
gugus selain alkohol dan asam lemak.

1. Fosfolipid yakni lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor selain asam
lemak dan alkohol. Lipid ini umumnya memiliki basa yang menagndung
nitrogen dan substituen lainnya, misalnya alkohol pada gliserofosfolipid adalah
gliserol dan alkohol pada sfingofosfolipid adalah sfingosin.

2. Glikolipid (glikosfingolipid) adalah lipid yang mengandung asam lemak,


sfingosin, dan karbohidrat.

3. Lipid kompleks lainnya yakni sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein.

2.2 Lipoprotein

Lemak yang diserap dari makanan yakni monogliserol dan satu molekul asam
lemak serta lipid yang disintesis oleh hati harus diangkut menuju berbagai organ
untuk diguanakan sebagai energi atau disimpan. Karena sifat lipid tersebut tidak larut
dalam air, maka pengangkutan lipid dalam plasma darah dilakukan oleh lipoprotein.
Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid dan protein.
Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik) yang terdiri dari
16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik yang terdiri dari 30%
fosfolipid dan 14% kolesterol. Selain itu juga mengandung asam lemak rantai panjang
tak ter-esterifikasi (asam lemak bebas) atau FFA sebanyak 4%. Asam lemak bebas
merupakan lipid plasma yang paling aktif dan melekat pada albumin serum ketika
dimobilisasi dari jaringan adiposa. Berdasarkan konstituen lipid pada lipoprotein
tersebut, maka struktur lipoprotein digambarkan terdiri dari inti non polar terutama
terdiri dari triasilgliserol dan ester kolesteril yang dikelilingi oleh satu lapisan
permukaan molekul kolesterol dan fosfolipid amfifatik. Molekul tersebut berorientasi
sedemikian rupa sehingga gugus polarnya menghadap keluar yakni ke medium air.
Lemak memiliki kerapatan yang lebih rendah dibandingkan air sehingga massa
jenis atau (densitas) lipoprotein menurun seiring dengan peningkatan proporsi
lipid terhadap jumlah protein. Terdapat 4 kelompok utama lipoprotein yakni
kilomikron, VLDL atau pra-β-lipoprotein (very-low density lipoprotein), LDL atau-
lipoproteinβ(low density lipoprotein), dan HDL-lipoproteinatau α (high density
lipoprotein).

2.3 Hiperlipidemia

a. Definisi

Hiperlipidemia atau yang sering disebut sebagai dislipidemia didefinisikan


sebagai suatu keadaan dimana kadar lemak di dalam darah meningkat di atas
batas normal. Total kolesterol menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein)
atau trigliserida tinggi, HDL (High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi
kelainan lain. (Wells et al., 2009). Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan
memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai
penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri). Aterosklerosis menjadi
penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Katzung, 2002).

Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena


sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein
membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan
menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam
darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL.
Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan
HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol
bebas di pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah
dalam kisaran normal (Suyatna, 2007).

b. Etiologi

Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan


bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih
tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor
lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan
LDL) adalah:

1. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia


2. Obesitas
3. Diet kaya lemak
4. Kurang melakukan olah raga
5. Penggunaan alcohol
6. Merokok sigaret
7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
8. Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total


bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan
lemak. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah
memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya
menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total dibawah 260 mg/dL.
c. Klasifikasi

Hiperlipoproteinemia dibedakan atas lima macam berdasarkan jenis


lipoprotein yang meningkat. Hiperlipidemia ini mungkin primer atau sekunder
akibat diet, penyakit atau pemberian obat. Berdasarkan penyebab terjadinya,
kondisi hiperlipidemia dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer
(genetik) dan hiperlipidemia sekunder (Suyatna & Handoko, 2003:368).

d. Hiperlipidemia Primer

Hiperlipidemia primer ditandai dengan kerusakan genetik yang meliputi


kelainan pada protein, sel dan fungsi organ lainnya yang mengakibatkan keadaan
yang tidak normal pada lipoprotein. Hiperlipidemia primer dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu hiperpoliproteinemia monogenik karena kelainan gen
tunggal yang diturunkan dan hiperpsoliproteinemia poligenik/multifaktorial.
Kadar kolesterol pada kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor-faktor
genetik dengan faktor lingkungan.

Individu dengan hiperpoliproteinemia primer juga mungkin menderita


hiperlipidemia sekunder yang menimbulkan perubahan gambar lipidnya.
Hiperpoliproteinemia sekunder berhubungan dengan diabetes melitus yang tidak
terkontrol, minum alkohol, hipotiroidisme, penyakit obstruksi hati, sindrom
nefrotik, uremia, penyakit penimbunan glikogen, sepeti mieloma multipel,
makroglobulinemia, lupus eritematosus. Keberhasilan pengobatan penyakit dasar
biasanya memperbaiki hiperpoliproteinemia (Suyatna & Handoko, 2003:369).

Frederickson membagi hiperlipoproteinemia berdasar fenotip plasma


lipoprotein (Tabel 2.3) menjadi enam tipe yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan V.
Pembagian ini berdasarkan lima macam jenis lipoprotein yang meningkat (Dipiro
et al., 2005:434).

Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu


hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar trigliserida
tinggi).

a. Hiperkolesterolemia

Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses kompleks


pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan lemak) dalam
pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan trombus.
Berbagai proses tersebut akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah. Akibatnya, organ-organ yang disuplai pembuluh darah akan
mengalami kekurangan atau penghentian suplai darah. Kondisi inilah yang pada
akhirnya akan bermanifestasi sebagai penyakit jantung koroner (PJK), stroke, atau
penyakit vaskuler lainnya. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari
130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar
HDL harus meliputi lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006:46-47).

b. Hipertrigliserida

Kadar trigliserida yang tinggi belum tentu meningkatkan resiko terjadinya


penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas. Kadar trigliserida darah diatas
250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak selalu
meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit arteri koroner.
Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL) bisa
menyebabkan pancreatitis (Neal, 2006:46-47).

Patofisiologi

Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai


kompleks lipid dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Klasifikasi nilai
kolesterol total, LDL dan HDL pada orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total serta penurunan
HDL dalam darah berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner
(PJK) (Dipiro et al, 2006:88).

Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial berupa ketidakmampuan.


kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada
kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol,
dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya
reseptor LDL (Dipiro et al., 2006:88).

Diagnosis

Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana kadar lemak dalam darah tinggi.


Pada penderita hiperlipidemia, tidak ada gejala spesifik yang dapat langsung
diamati untuk penegakan diagnosis. Oleh karena itu, diagnosis dilakukan dengan
empat cara, berikut:

1. Mengukur profil lipoprotein dalam plasma darah.

Pengukuran profil lipoprotein ini dapat dilakukan sewaktu maupun setelah


puasa. Pada profil lipoprotein puasa, diukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan
trigliserida. Sedangkan pada profil lipoprotein sewaktu, diukur kadar kolesterol
total, HDL, dan trigliserida. Berikut adalah klasifikasi kadar kolesterol total, LDL,
HDL, dan trigliserida.

Pengukuran kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL dalam plasma


darah setelah puasa selama 12 jam atau lebih merupakan hal yang penting. Karena
pada kondisi tidak puasa, kadar trigliserida dapat meningkat.

Setelah melakukan pengukuran profil lipoprotein dalam darah dan


mengindikasikan hiperlipidemia, maka perlu dilakukan evaluasi riwayat medis
penderita yang mencakup usia, jenis kelamin, pemeriksaan fisik dan riwayat
keluarga terhdapat gangguan lipid dan penyakit kardiovaskuler. Pria dengan
usia tahun≥45 dan tahun,wanitaatauwanita≥yang55telah mengalami menopause
dini tanpa penggunaan terapi penggantian esterogen, merupakan faktor resiko
utama dari hiperlipidemia. Pada pemeriksaan fisik, ada beberapa hal yang harus
dicermati, yaitu:

1. Faktor risiko kardiovaskular atau penyakit kardiovaskular tertentu pada


pasien.

2. Penyebab sekunder hiperlipidemia, termasuk penggunaan obat-obatan


secara bersamaan.

3. Munculnya xanthoma di tubuh pasien. Karena xanthoma muncul akibat


kadar trigliserida yang ssangat tinggi dalam darah.

2. Pengukuran Apoprotein B

Apoprotein B merupakan protein yang terikat pada VLDL dan LDL. Jika
dibandingkan dengan pengukuran kadar lipoprotein dalam darah, pengukuran
Apoprotein B lebih akurat dalam menyatakan jumlah lipoprotein yang terdapat
dalam darah. Hal ini dikarenakan 1 molekul Apoprotein B terikat hanya pada 1
molekul lipoprotein. Sedangkan pada pengukuran lipoprotein, yang diukur adalah
massa kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein, bukan jumlah molekul dari tiap
jenis lipoprotein. Jika jumlah Apoprotein B dalam plasma tinggi, maka dapat
disimpulkan bahwa jumlah VLDL dan LDL dalam darah juga tinggi.

3. Elektroforesis lipoprotein dalam gel agarosa

Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung jenis lipoprotein


yang kadarnya tinggi di dalam darah. Prinsip dari metode ini adalah skrining
lipoprotein dalam gel agarose dan setiap jenis lipoprotein akan terelusi
berdasarkan densitasnya. Pada gel agarose, pita yang muncul berturut-turut dari atas
adalah α lipoprotein-β(HDL), (LDL), (VLDL). Hasil skrining gel agarose dari
pasien akan dibandingkan dengan gel agarose standar. Gel agarose standar
merupakan gel agarose yang berisi ketiga jenis lipoprotein dengan kadar normal.
Jika pada hasil skrining gel agarose dari pasien, terdapat 1 atau lebih pita yang lebih
gelap daripada pita yang terdapat pada gel agarose standar, maka dapat
disimpulkan bahwa jenis lipoprotein yang diwakili oleh pita tersebut memiliki
kadar yang tinggi dalam darah pasien.

Penderita hiperlipidemia memiliki resiko tinggi untuk terserang penyakit


jantung koroner (PJK) jika tidak menerima perawat yang benar. Ada beberapa
faktor resiko utama yang dapat menyebabkan penderita hiperlipidemia terserang
penyakit jantung koroner, yaitu:

1. Usia, untuk laki-laki lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun atau
mengalami menopause dini tanpa terapi penggantian esterogen.

2. Riwayat keluarga pada penyakit kardiovaskuler dini, infark miocard atau


kematian mendadak dari keluarga ayah dengan usia kurang dari 55 tahun atau
dari keluarga ibu dengan usia kurang dari 65 tahun.

3. Kebiasaan merokok.

4. Hipertensi dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg ataupun sedang
mengkonsumsi obat antihipertensi.

5. Kosentrasi Untuk menentukan kategori dari seorang penderita hiperlipidemia,


perlu dilakukan beberapa langkah berikut:

1. Mengukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan tekanan darah dari
penderita. Data pengukuran ini akan digunakan untuk menentukan
persentase resiko PJK dalam 10 tahun kedepan.
2. Memeriksa jumlah faktor resiko utama yang dimiliki penderita.
3. Menghitung persentase resiko PJK dalam 10 tahun kedepan.
4. Menentukan kategori yang sesuai. Stelah mengetahui kategori dari
pasien, maka dapat ditentukan jenis terapi yang harus diberikan dan
konsentrasi LDL (mg/dL) yang harus dicapai
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid dan protein.
Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik) yang
terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik
yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Terdapat 4 kelompok
utama lipoprotein yakni kilomikron, VLDL atau pra-β-lipoprotein (very-low
density lipoprotein), LDL-lipoproteinatau( lowβdensity lipoprotein), dan HDL
atau-lipoproteinα(high density lipoprotein). Transpor lipoprotein terdiri atas
dua jalur yaitu jalur eksogen untuk transpor kolesterol dan trigliserida
yang diserap dari lemak makanan pada saluran pencernaan dan jalur endogen
yang merupakan lanjutan saat kolesterol dan trigliserida mencapai plasma dari
hati dan jaringan selain pencernaan lainnya.

2. Hiperlipidemia atau dislipidemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana


kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas normal. Total kolesterol
menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL
(High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain.

3. Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori,


yaitu hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi). Berdasarkan penyebab terjadinya, kondisi hiperlipidemia
dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer (genetik) dan
hiperlipidemia sekunder.

4. Gejala yang dapat dialami oleh penderita hiperlipidemia adalah palpitasi,


berkeringat, anxietas, nafas yang pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan
dalam berbicara dan bergerak, dan kematian mendadak. Sementara tanda-
tanda yang dapat terjadi adalah pankreatitis, xantomas, polineuropati perifer,
2
tekanan darah tinggi, BMI lebih dari 30 kg/m , atau lingkar pinggang lebih dari
40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada perempuan.

5. Diagnosis hiperlipidemia dapat dilakukan dengan empat cara yaitu mengukur


profil lipoprotein dalam plasma darah, mengevaluasi riwayat medis penderita,
melakukan pengukuran Apoprotein B, dan elektroforesis lipoprotein dalam gel
agarosa.

Anda mungkin juga menyukai