OLEH:
KELOMPOK 10
MUH. ILHAM (G 701 18 060)
MOH. FAUZAN (G 701 18 123)
IKA KRISNAYNTI (G 701 18 178)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
cukup baik dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga ia bisa
mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang .
Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme
hidup yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang,
sehingga mikroskop memberikan konstribusi penting dalam penemuan
mikroorganisme dan pengembangan sejarah mikrobiologi. Dalam
mempelajari mikroorganisme diperlukan dan keahlian khusus untuk dapat
menggunakan mikroskop dengan benar dalam mengamati objek tersebut.
Sementara itu, pengetahuan mahasiswa tentang mikroskop dan metode
mikroskopinya masih kurang memadai.
Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut
mengenai mikrobiologi yang penulis buat dalam bentuk makalah yang
berjudul “Mikroskop dan Metode Mikrobiologi”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Makin pendek panjang gelombang sinar radiasi makin kecil nilai R,
makin baik resolusinya, artinya makin mampu membedakan rincian-rincian
kecil dari suatu gambar. Panjang gelombang terpendek sinar tampak adalah
400 nm, sedangkan panjang gelombang elektron 10.000 kali lebih kecil dari
radiasi cahaya tampak. Resolusi terbaik yang dapat dicapai oleh mikroskop
cahaya adalah 0,2 um, sedangkan yang dapat dicapai oleh mikroskop electron
mencapai 0,1 nm. Dengan demikian mikroskop elektron memiliki resolusi
yang jauh lebih baik sehingga dapat diaplikasikan untuk memvisualisasikan
struktur yang tidak terlihat oleh mikroskop optik (Setianingsih, 2017).
Mikroskop elektron mampu menghasilkan gambar dengan resolusi jauh
lebih besar dari mikroskop cahaya akibat penggantian sumber cahaya dengan
berkas elektron yang diakselerasi dan penggantian lensa gelas dengan lensa
elektromagnetik (Setianingsih, 2017).
Mikroskopi merupakan keahlian dalam menggunakan mikroskop, atau
teknik yang digunakan untuk menghasilkan detail struktur gambar dari obyek
kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
4
seperti Mycoplasma sp. Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal
ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna
(Waluyo, 2004).
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk
sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel
bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga
sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui. Berhasil tidaknya suatu
pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan
yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna
yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang
bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat
warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan
basa. Langkah-langkah utama teknik pewarnaan pembuatan olesan bakteri,
olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis, fiksasi dapat dilakukan
secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti sabun, formalin,
fenol dan aplikasi zat warna : tunggal, atau lebih dari 1 zat warna.
Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan
respon sel bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang
digunakan untuk pemisahan kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram,
dan pewarnaan “acid-fast”(tahan asam) untuk genus Mycobacterium. Secara
garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan 3 bagian.
5
Pada pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu macam zat warna
untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya.
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya
untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang
paling umum digunakan Prosedur pewarnaan sederhana mudah dan cepat,
sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan
penataan pada mikroorganisme bakteri. Pada bakteri dikenal bentuk yang
bulat ( coccus), batang (basil), dan dengan pewarnaan sederhana dapat juga
terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan seperti rantai
(stertococcus), buah anggur ( stafilococcus), pasangan (diplococcus), bentuk
kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay, 1994).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana
karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan
dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat
untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna
yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10
detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
Prinsip dasar dari pewarnaan sederhana adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna.
Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam
dan pewarna basa. Pewarnaan asam merupakan pewarnaan yang
menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat
bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah
metilen biru dan air furksin. Sedangkan Pewarnaan basa atau negatif
6
merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar
belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme
kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi danukuran sel.
7
metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi latar belakngnya menjadi
hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan
(tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan
ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau
perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadi penyusutan
dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh
dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.
Pewarnaan negatif atau pewarnaan asam dapat terjadi karena senyawa
pewarnaan berwarna negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel
bakteri cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam yang bermuatan
negatif akan ditolak oleh dinding sel bakteri. Oleh karena itu dinding sel
menjadi tidak berwarna (Hadiotomo,1990).
Contoh pewarna yang biasa digunakan yaitu tinta cina, larutan nigrosin,
asam pikrat dan eosin. Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan
ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau
perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadi penyusutan
dan salah satu bentuk agar penentuan sel dapat diperoleh denagan lebih tepat.
Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo,1990).
8
II.5.1 Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat
berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium
mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal
identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan
peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada
membran sel bakteri. (Manurung, 2010). Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan
reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri
tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu,
pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang
tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri
yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium
dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari
kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial
(berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding
sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum
sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan
biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram.
Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil ungu
gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif
tidak. Pada uji pewarn aan Gram, suatu pewarna penimbal
(counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua
bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini
berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
9
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah
pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap
antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif,
sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram
negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel.
Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi
peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative
lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting
untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat
yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif yaitu:
10
lebih dari satu pewarna untuk membedakan suatu mikroorganisme
dengan kandungan dinding sel peptidoglikan serta disusun lebih dari
60% lipid kompleks yang tahan terhadap dekolorisasi dengan alkohol
asam.
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa
keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium
tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan tahan asam, namun yang
paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen (Anonim, 2009).
Bakteri Tahan Asam (pink) dan bakteri Tidak Tahan Asam (biru).
11
pewarnaan, sifat senyawa inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk di
warnai menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau
malakit. Sedangkan menurut pelczar (1986), selain subtansi di atas,
dalam spora bakteri juga terdapat kompleks Ca2+dan asam dipikolinan
peptidoglikan.
12
pencucian biasa dengan air akan melarutkan simpai. Garam tembaga
memberi pula warna pada latar belakang, sehingga sel dan latar
belakang akan tampak biru tua dan simpai berwarna biru yang lebih
muda. Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu
larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru
pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan
kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang
berwana biru gelap.
II.5.5 Pewarnaan Flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam
tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding
sel dan flagel.
13
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
mikroba yang tak kasat mata, mikroba yang mencakup bermacam-
macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel
tunggal maupun kelompok sel bakteri, alga, protozoa, fungi
mikroskopik bahkan virus. Mikroorganisme adalah organisme yang
berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat
bantuan.
2. Mikroskop merupakan sebuah alat untuk melihat obyek atau benda-
benda yang terlalu kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat
dengan mata.
3. Teknik perwarnaan bakteri yaitu Pewarnaan sederhana, Pewarnaan
Negatif, Pewarnaan Diferensial: pewarnaan gram, tahan asam, kapsul,
spora dan san fagel.
III.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. W, 2017. Pemanfaatan ekstrak etil asetat buah merah sebagai zat
pengganti pewarna primer pada teknik pengecatan tunggal bakteri gram
negatif batang. UNPAD. Bandung.
Volk, W.A dan M.F Wheleer, 1998, mikrobiologi dasar jilid 2 edisi 5, terjemahan
S. Adisoemarto,Erlangga, Jakarta.