Anda di halaman 1dari 205

HIPERLIPIDEMIA

MAKALAH
KIMIA MEDISINAL
ANTIHIPERLIPIDEMIA

Disusun Oleh:

Gek Ayu Juliana 09012020


Like Efriani 09012031
Lina Asriani 09012032
Panji Faisal 09012040
Poppy Dwie Herdianni 09012041
PROGRAM S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2012

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Saat ini penyakit hiperlipidemia termasuk penyebab kematian pada penduduk
Indonesia. Yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia yaitu keadaan di mana
kadar lemak darah naik. Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan memicu terbentuknya
aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan dan pengerasan pembuluh darah
arteri). Pada sebagian besar penderita hiperlipidemia dapat dikontrol dengan diet dan
olahraga. Namun, bisa juga dengan bantuan obat penurun kadar lipid darah atau
antihiperlipidemia. Obat antihiperlipidemia sedikitnya dikelompokkan dalam tujuh
golongan senyawa. Ada klofibrat, asam nikotinat, probukol, gemfibrosil, penghambat
absorpsi lemak, golongan statin/mevinolin, dan hormon dekstrotirosin. Namun,
penggunaan obat- obatan sintetik relatif mahal dan tak sedikit menimbulkan efek samping
yang merugikan.
Hiperlipidemia atau kadang-kadang disebut dislipidemia terjadi akibat jumlah lipid
utama (lemak) dalam darah (kolesterol atau trigliserida) berlebih, karena gangguan
metabolisme atau kelainan transportasi lipid yang dapat juga merupakan kelainan genetik
(keturunan) dari penyakit lain (seperti diabetes, gangguan tiroid, penyakit hati, atau
ginjal).Hiperlipidemia disebabkan adanya lemak nabati / kolesterol yang terlalu tinggi.
Jika kalori dalam makanan yang dikonsumsi melebihi dari batas yang diperlukan oleh
tubuh, kalori yang berlebihan akan tersimpan di dalam otak dalam bentuk trigliserida dan
menjadi lemak, lalu hal tersebut menyebabkan kandungan lemak dalam darah meningkat.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang obat-obat yang digunakan untuk pengobatan
antihiperlipidemia serta mekanisme kerja dari obat tersebut khususnya obat simvastatin.
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kelebihan kolesterol dalam tubuh.
2. Untuk mengetahui obat untuk penyakit antihiperlipidemia serta mekanisme kerja obat
tersebut di dalam tubuh.
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Definisi Hiperlipidemia


Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kadar lipid darah yang melebihi kadar
normalnya. Hiperlipidemia disebut juga peningkatan lemak dalam darah dan karena
sering disertai peningkatan beberapa fraksi lipoprotein, disebut juga hiperlipoproteinemia.
Hiperlipidemik dapat berupa hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia (Kumalasari,
2005).
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber
energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan atau
dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk
digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan
membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan komponen penting dari
selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf serta empedu. Dua lemak utama
dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida. Lemak mengikat dirinya pada protein
tertentu sehingga bisa larut dalam darah; gabungan antara lemak dan protein ini disebut
lipoprotein. Lipoprotein yang utama adalah :
1. Kilomikron
2. VLDL(Very Low Density Lipoproteins)
3. LDL (Low Density Lipoproteins)
4. HDL(High Density Lipoproteins)

Sintesis dan metabolisme


1. Kilomikron
Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar, dibentuk di usus dan membawa
trigliserida yang berasal dari makanan. Beberapa ester kolestril juga terdapat pada
kilomikron. Kilomikron melewati duktus toraksikus ke aliran darah. Trigliserida
dikeluarkan dari kilomikron pada jaringan ekstrahepatis melalui suatu jalur yang
berhubungan dengan VLDL yang mencakup hidrolisi oleh sistem lipase lipoprotein (LPL),
suatu penurunan progresif pada diameter partikel terjadi ketika trigliserida di dalam inti
tersebut dikosongkan. Lipid permukaan , yakni apo-A-1, apo-A-II, dan apo-C, ditransfer
ke dalam hepatosit.
2. Lipoportein berdensitas sangat rendah (VLDL)
Hati mensekresikan VLDL yang berfungsi sebagai sarana untuk mengekspor
trigliserida ke jaringan perifer. VLDL mengandung Apo-B-100 dan Apo-C. trigliserida
VLDL dihidrolisis oleh lipase lipoprotein menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan
didalam jaringan seperti di otot jantung dan otot rangka. Hasil dari deplesi trigliserida
menghasilkan sisa yang disebut lipoprotein berdensitas menengah (IDL). Partikel LDL
mengalami endositosis secara langsung oleh hati, sisa HDL dikonversi menjadi LDL
dengan menghilangkan trigliserida yang diperantaraioleh lipase hati. Proses tersebut
menjelaskan fenomena klinis pergeseran beta (beta shift). Peningkatan VLDL dalam
plasma dapat disebabkan karena peningkatan sekresi precursor VLDL dan juga
penurunan katabolisme LDL.

3. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL)


Katabolisme LDL terutama terjadi didalam hepatosit dan dalam sebagian besar sel
bernukleus melibatkan endositosis yang diperantarai oleh reseptor berafinitas tinggi. Ester
kolesteril dari inti LDL kemudian dihidrolisis, yang menghasilkan kolesterol bebas untuk
sintesis membrane sel. Ses-sel juga mendapatkan kolesterol dari sintesis de-novo melalui
suatu jalur yang melibatkan pembentukan asam mevalonat yang dikatalisis oleh HMG
koA reduktase. Hati memainkan peran utama dalam pengolahan kolesterol tubuh. Tidak
seperti sel lainnya, hepatosit mampu mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi
kolesterol dalam empedu dan mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu yang
juga disekresikan dalam empedu.

4. Lipoprotein Berdensitas Tinggi (HDL)


Apolipoprotein disekresi oleh hati dan usus. Sebagian besar lipid dari permukaan satu
lapis kilomikron dan VLDL selama liposis. HDL juga mendapatkan kolesterol dari
jaringan perifer dari suatu jalur yang melindungi homeostasis kolesterol sel. HDL juga
dapat membawa ester kolestril langsung ke hati melalui suatu reseptor pengait/ docking
(reseptor scavenger, SR-BI) yang tidak melakukan endositosis terhadap lipoprotein
(Bertram, Katzung).

Komposisi Lipoprotein dari Subjek Normal (dipiro, 2005)


Komposisi berat (% b/b)
Kolesterol
Kelas Range Diameter
Lipoprotein density (nm) Protein trigliserida bebas ester Fosfolipid
(g/mL)
kilomikron <0.94 75-1200 1-2 80-95 1-3 2-4 3-9
VLDL 0.94- 30-80 6-10 55-80 4-8 16-22 10-20
1.006
LDL 1.006- 18-25 18-22 5-15 6-8 45-50 18-24
1.063
HDL 1.063- 5-12 45-55 5—10 3-5 15-20 20-30
1.21

Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang
dengan cara yang sedikit berbeda. Misalnya, kilomikron berasal dari usus dan membawa
lemak jenis tertentu yang telah dicerna dari usus ke dalam aliran darah. Serangkaian
enzim kemudian mengambil lemak dari kilomikron yang digunakan sebagai energi atau
untuk disimpan di dalam sel-sel lemak. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang
lemaknya telah diambil) dibuang dari aliran darah oleh hati. Tubuh mengatur kadar
lipoprotein melalui beberapa cara :
1. Mengurangi pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein yang masuk
ke dalam darah.
2. Meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari dalam darah.
Kadar lemak yang abnormal dalam sirkulasi darah (terutama kolesterol) bisa
menyebabkan masalah jangka panjang. Resiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit arteri
koroner atau penyakit arteri karotis meningkat pada seseorang yang memiliki kadar
kolesterol total yang tinggi. Kadar kolesterol rendah biasanya lebih baik dibandingkan
dengan kadar kolesterol yang tinggi, tetapi kadar yang terlalu rendah juga tidak baik.
Kadar kolesterol total yang ideal adalah 140-200 mg/dL atau kurang. Jika kadar kolesterol
total mendekati 300 mg/dL, maka resiko terjadinya serangan jantung adalah lebih dari 2
kali.
Tidak semua kolesterol meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung. Kolesterol
yang dibawa oleh LDL (disebut juga kolesterol jahat) menyebabkan meningkatnya resiko;
kolesterol yang dibawa oleh HDL (disebut juga kolesterolbaik) menyebabkan menurunnya
resiko dan menguntungkan. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari 130
mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar HDL harus
meliputi lebih dari 25 % dari kadar kolesterol total. Sebagai faktor resiko dari penyakit
jantung atau stroke, kadar kolesterol total tidak terlalu penting dibandingkan dengan
perbandingan kolesterol total dengan kolesterol HDL atau perbandingan kolesterol LDL
dengan kolesterol HDL. Apakah kadar trigliserida yang tinggi meningkatkan resiko
terjadinya penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas. Kadar trigliserida darah
diatas 250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak selalu
meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit arteri koroner. Kadar
trigliserid yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL) bisa menyebabkan
pankreatitis.

II.2 Mekanisme Kolesterol


Dalam menjalankan fungsinya, kolesterol yang memiliki kepadatan protein lebih
rendah (VLDL, ILDL, LDL) mudah sekali menempel dalam dinding pembuluh darah
koroner sehingga menimbulkan plak (timbunan lemak pada dinding pembuluh darah ini
akrab disebut dengan plak aterosklerosis).
Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut, maka dampak lebih
jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung, dan lainnya yang mengarah fatal
kepada tubuh manusia. Oleh karena itu LDL akrab dewasa ini dikenal sebagai sebutan
kolesterol jahat.Sementara HDL bersifat menangkap kolesterol yang sedang dalam
keadaan bebas di pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk
diproses lebih lanjut. Oleh karenanya HDL akrab dianggap sebagai kolesterol yang
baik.Kolesterol yang kita butuhkan tersebut dalam keadaan normal diproduksi sendiri
oleh tubuh sudah dalam jumlah yang tepat.

II.3 Klasifikasi Hiperlipidemia


Hiperlipidemia herediter ( hiperlipoproteinemia) adalah kadar kolseterol dan
trigliserida yang sangat tinggi, yang sifatnya diturunkan. Hiperlipidemia herediter
mempengaruhi system tubuh dalam fungsi metabolisme dan membuang lemak (Balai
Informasi Tekhnologi Lipi, 2009). Terdapat 5 jenis hiperlipoproteinemia yang masing-
masing memiliki gambaran lemak darah serta resiko yang berbeda :

1. Hiperlipoproteinemia tipe I
Disebut juga hiperkilomikronemia familial, merupakan penyakit keturunan yang
jarang terjadi dan ditemukan pada saat lahir. Dimana tubuh penderita tidak mampu
membuang kilomikron dari dalam darah. Anak-anak dan dewasa muda dengan kelainan
ini mengalami serangan berulang dari nyeri perut. Hati dan limpa membesar, pada
kulitnya terdapat pertumbuhan lemak berwarna kuning pink (xantoma eruptif).
Pemeriksaan darah menunjukkan kadar trigliserida yang sangat tinggi. Penyakit ini tidak
menyebabkan terjadi aterosklerosis tetapi bisa menyebabkan pankreatitis, yang bisa
berakibat fatal Penderita diharuskan menghindari semua jenis lemak (baik lemah jenuh,
lemak tak jenuh maupun lemak tak jenuh ganda).
2. Hiperlipoproteinemia tipe II
Disebut juga hiperkolesterolemia familial, merupakan suatu penyakit keturunan yang
mempercepat terjadinya aterosklerosis dan kematian dini, biasanya karena serangan
jantung. Kadar kolesterol LDLnya tinggi. Endapan lemak membentuk pertumbuhan
xantoma di dalam tendon dan kulit. 1 diantara 6 pria penderita penyakit ini mengalami
serangan jantung pada usia 40 tahun dan 2 diantara 3 pria penderita penyakit ini
mengalami serangan jantung pada usia 60 tahun. Penderita wanita juga memiliki resiko,
tetapi terjadinya lebih lambat. 1 dari 2 wanita penderita penyakit ini akan mengalami
serangan jantung pada usia 55 tahun. Orang yang memiliki 2 gen dari penyakit ini (jarang
terjadi) bisa memiliki kadar kolesterol total sampai 500-1200 mg/dL dan seringkali
meninggal karena penyakit arteri koroner pada masa kanak-kanak. Tujuan pengobatan
adalah untuk menghindari faktor resiko, seperti merokok, dan obesitas, serta mengurangi
kadar kolesterol darah dengan mengkonsumsi obat-obatan. Penderita diharuskan
menjalani diet rendah lemak atau tanpa lemak, terutama lemak jenuh dan kolesterol serta
melakukan olah raga secara teratur. Menambahkan bekatul gandum pada makanan akan
membantu mengikat lemak di usus. Seringkali diperlukan obat penurun lemak.
3. Hiperlipoproteinemia tipe III
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan tingginya
kadar kolesterol VLDL dan trigliserida. Pada penderita pria, tampak pertumbuhan lemak
di kulit pada masa dewasa awal. Pada penderita wanita, pertumbuhan lemak ini baru
muncul 10-15 tahun kemudian. Baik pada pria maupun wanita, jika penderitanya
mengalami obesitas, maka pertumbuhan lemak akan muncul lebih awal. Pada usia
pertengahan, aterosklerosis seringkali menyumbat arteri dan mengurangi aliran darah ke
tungkai. Pemeriksaan darah menunjukkan tingginya kadar kolesterol total dan
trigliserida. Kolesterol terutama terdiri dari VLDL. Penderita seringkali mengalami
diabetes ringan dan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Pengobatannya meliputi
pencapaian dan pemeliharaan berat badan ideal serta mengurangi asupan kolesterol dan
lemak jenuh. Biasanya diperlukan obat penurun kadar lemak. Kadar lemak hampir selalu
dapat diturunkan sampai normal, sehingga memperlambat terjadinya aterosklerosis.
4. Hiperlipoproteinemia tipe IV
Merupakan penyakit umum yang sering menyerang beberapa anggota keluarga dan
menyebabkan tingginya kadar trigliserida. Penyakit ini bisa meningkatkan resiko
terjadinya aterosklerosis. Penderita seringkali mengalami kelebihan berat badan dan
diabetes ringan. Penderita dianjurkan untuk mengurangi berat badan, mengendalikan
diabetes dan menghindari alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar lemak darah.
5. Hiperlipoproteinemia tipe V
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh tidak mampu
memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana mestinya. Selain
diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat :
- Penyalahgunaan alkohol
- Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
- Gagal ginjal
- Makan setelah menjalani puasa selama beberapa waktu.
Jika diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada masa dewasa awal. Ditemukan
sejumlah besar pertumbuhan lemak (xantoma) di kulit, pembesaran hati dan limpa serta
nyeri perut. Biasanya terjadi diabetes ringan dan peningkatan asam urat. Banyak
penderita yang mengalami kelebihan berat badan. Komplikasi utamanya adalah
pankreatitis, yang seringkali terjadi setelah penderita makan lemak dan bisa berakibat
fatal. Pengobatannya berupa penurunan berat badan, menghindari lemak dalam makanan
dan menghindari alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar lemak.

Klasifikasi Hiperproteinuremia menurut Fredrickson-Levy-Less


Tipe Evaluasi Lipoprotein
I Kilomikron
IIa LDL
IIb LDL + VLDL
III IDL (LD1)
IV VLDL
V VLDL + kilomikron

LDL=low density protein


VLDL = very low density protein
IDL = intermediate-density protein

Tipe I
Tipe I, sangat jarang, dikarakteristik dengan tingginya kilomikron dan trigliserida di
dalam darah. Tipe ini merupakan penyakit genetik karena kekurangan enzim lipoprotein
lipase atau apo C-II yang merupakan kofaktor untuk aktivitas enzim LPL, sehingga
menyebabkan ketidakmampuan pembersihan kilomikron dan VLDL trigliserida dari
darah secara efektif.

Tipe II
Tipe ini ditandai dengan peningkatan LDL yang dapat merupakan kondisi awal
(primer) ataupun kelanjutan (sekunder) dari kondisi hiperlipidemia lainnya.
Hiperlipoprotein primer disebabkan oleh beberapa kondisi genetik, sedangkan
hiperlipoprotein sekunder dapat disebabkan oleh endokrinopati (hipotiroid, hipopituitari,
diabetes melitus) dan biasanya dapat pulih dengan terapi hormon.
Tipe II terdiri atas 2 tipe yaitu hiperlipidemia tipe IIa dan IIb :
a. Tipe IIa, ditandai dengan tingginya kadar LDL di dalam darah tapi kadar VLDLnya
normal. Tipe ini dapat disebabkan beberapa kondisi genetik yaitu hiperkolesterol
familial,defectiv e apolipoprotein B familial, hiperkolesterolemia poligenik.
b. Tipe IIb, ditandai dengan tingginya kadar LDL dan VLDL, kolesteroldan trigliserida
dalam darah. Tipe ini disebut kombinasi hiperlipidemia familial. Penyakit ini disebabkan
karena meningkatnya produksi hepatik Apo B (merupakan protein utama pada LDL dan
VLDL). Xanthoma pada tipe ini jarang terjadi, tetapi tipe ini ditandai dengan predisposisi
CAD (Coronary ArteryDisease) prematur.

Tipe III
Karakteristiknya yaitu meningkatnya kadar IDL dan VLDL remnant. Tipe ini terkait
dengan abnormalitas pada Apo E (merupakan petanda pengenalan oleh reseptor -reseptor
sel hati untuk menghilangkan kilomikron remnant) dan ketidaksempurnaan konversi
VLDL dalam plasma dan terjadi peningkatan kadar IDL. Kondisi ini dapat pula terjadi
pada hipotiroidisme. Gangguan ini terjadi lebih awal pada pria dibandingkan pada wanita.
Abnormalitas pada toleransi glukosa dan hiperurikemia dapat terjadi.

Tipe IV
Karakteristiknya yaitu peningkatan kadar trigliserida plasma yang terkandung di
dalam VLDL dan kemungkinan akan berkembang menjadi aterosklerosis. Kondisi
berhubungan dengan abnormalitas toleransi glukosa ( resisten insulin) dan obesitas. Kadar
kolesterol total normal atau meningkat sedangkan kadar HDL rendah.

Tipe V
Karakteristiknya terjadi peningkatan kadar VLDL dan kilomikron sehingga dapat
disebut sebagai hipertrigliseridemia. Kadar lipoproteinlipase umumnya normal. Tipe ini
merupakan gangguan yang jarang terjadi. Penyebabnya terkadang dipengaruhi faktor
keluarga, terkait dengan ketidaksempurnaan pembersihan trigliserida eksogen maupun
endogen yang tidak sempurna dapat dan ancaman resiko pancreatitis seumur hidup. Pada
beberapa pasien dapat diakibatkan alkohol dan diabetes.

Hiperlipidemia Sekunder
Hiperlipidemia sekunder merupakan gangguan yang disebabkan oleh faktor tertentu
seperti penyakit dan obat-obatan. Beberapa jenis penyakit penyebab hiperlipidemia :
1. Diabetus melitus
Penderita NIDDM umumnya akan menyebabkan terjadinya hipertrigliseridemia.
Penyebabnya pada glukosa darah tinggi akan menginduksi sintesis kolesterol dan glukosa
akan dimetabolisme menjadi Acetyl Co A. Acetyl Co A ini merupakan prekusor utama
dalam biosintesis kolesterol. Sehingga akan menyebabkan produksi VLDL-trigliserida
yang berlebihan oleh hati dan adanya pengurangan proses lipolisis pada lipoprotein yang
kaya trigliserida.

2. Hipotiroidisme
Pengaruh hipotiroidisme pada metabolisme lipoprotein adalah peningkatan kadar
kolesterol-LDL yang diakibatkan oleh penekanan metabolik pada reseptor LDL, sehingga
kadar-LDL akan meningkat antara 180-250 mg/dL. Di samping itu, bila penderita ini
menjadi gemuk kaqrena kurangnya pemakaian energi oleh jaringan perifer, maka
kelebihan kalori ini akan merangsang hati untuk meningkatkan produksi VLDL-
trigliserida dan menyebabakan peningkatan kadar trigliserida juga.

3. Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik akan menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Hal ini
diakibatkan oleh adanya hipoalbuminemia yang akan merangsang hati untuk
memproduksi lipoprotein berlebih.

4. Gangguan hati
Sirosis empedu primer dan obstruksi empedu ekstra hepatik dapat menyebabakan
hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar fosfolipid plasma yang berhubungan dengan
abnormalitas lipoprotein, kerusakan hati yang parah dapat menyebabakan penurunan
kadar kolesterol dan trigliserida. Hepatitis akut juga dapat menyebabkan kenaikan kadar
VLDL dan kerusakan formasi LCAT.

5. Obesitas
Pada orang yang obesitas, karena kurangnya pemakaian energi oleh jaringan perifer
akan meyebabkan kelebihan kalori yang dapat merangsang hati untuk menungkatkan
produksi VLDL-trigliserida dan peningkatan trigliserida.
Penyebab Hiperlipidemia Sekunder (ATP III, 2002)
Penyebab
Penyakit Obat-obatan
Hiperkolesterolemia Hipotiroidisme, penyakit Progestin, diuretik tiazid,
hati obstruktif, sindrom glukokortikoid, β-bloker,
nefrotik, anorexia nervosa, isotretionin, inhibitor
intermiten porphyria akut protease,siklosforin,
mirtazapin, sirolimus

Hipertrigliseridemia Obesitas, diabetes melitus, Alkohol, estrogen,


lipodystrophy, sepsis, isotretionin, β-bloker,
kehamilan, hepatitis akut, glukokortikoid, resin asam
lupus erythematosis empedu, tiazid,
sistemik. Monoklonal asparaginase, interperon,
gammathophy: multiple antijamur golongan Azol,
myeloma, lymphoma mirtazopin, steroid anabolik,
sirolimus, bexaroten

HDL rendah Obesitas, malnutrisi Non-ISA β-bloker, steroid


anabolik, probukol,
isotretionin, progestin

II.4 Gejala Hiperlipidemia


1. Sakit dada
2. Jantung berdebar
3.Berkeringat
4.Cemas
5.Nafas pendek
6.Hilangnya kesadaran atau kesulitan berbicara atau bergerak
7.Sakit abdominal
8.Kematian mendadak

II.5 Patofisiologi hiperlipidemia


Kolesterol adalah suatu jenis lemak yang ada dalam tubuh dan dibagi menjadi LDL,
HDL, Total kolesterol dan Trigliserida dari hati, kolesterol di angkut oleh lipoprotein yang
bernama LDL( Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan,
termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
HDL (High Densiy Lippoprotein) adalah bentuk Lipoprotein yang memlliki komponen
kolesterol paling sedikit. Dibentuk di usus dan hati, HDL ini akan menyerap kolesterol
bebas dari pembuluh darah, atau bagian tubuh lain seperti sel makrofag, kemudian
membawanya ke hati. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah Lipoprotein yang
dibentuk di hati yang kemudian akan diubah di pembuluh darah menjadi LDL (Low
Density Lipoprotein). Bentuk Lipoprotein ini memiliki kolesterol paling banyak dan akan
membawa kolesterol tersebut ke jaringan seperti dinding pembuluh darah (Jeffry
Tenggara, 2008).Kelebihan kolesterol akan diangkat kembali oleh lipoprotein yang disebut
HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan
diuraikan lalu dibuang ke dalam kantung empedu sebagai asam (cairan) empedu. LDL
mengandung lebih banyak lemak dari pada HDL sehingga ia akan mengambang di dalam
darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (Apolipoprotein-B). LDL
dianggap sebagai lemak yang “jahat” karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol
di dinding pembuluh darah.
Sebaliknya, HDL disebut sebagai lemak yang “baik” karena dalam operasinya ia
membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya
kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL Apo-a (Apolipoprotein-A). HDL ini
mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga
lebih berat.
Konsentrasi kolesterol pada HDL dan LDL atau VLDL lipoprotein adalah prediktor
kuat untuk penyakit jantung koroner. HDL fungsional menawarkan perlindungan dengan
cara memindahkan kolesterol dari sel dan atheroma. Konsentrasi tinggi dari LDL dan
konsentrasi rendah dari HDL fungsional sangat terkait dengan penyakit kardiovaskuler
karena beresiko tinggi terkena ateroklerosis. Keseimbangan antara HDL dan LDL semata-
mata ditentukan secara genetikal, tetapi dapat diubah dengan pengobatan, pemilihan
makanan dan faktor lainnya (Anonim, 2008).

Klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida


Jenis Kolesterol Nilai
Kolesterol total
Diinginkan < 200 mg/dL
Cukup tinggi 200-239 mg/dL
Tinggi ≥ 240 mg/dL
Kolesterol LDL
Optimal <100 mg/dL
Jauh atau diatas optimal 100-129
Cukup tinggi 130-159
Tinggi 160-189
Sangat tinggi ≥190
Kolesterol HDL
Rendah <40 mg/dL
Tinggi ≥60 mg/dL
Trigliserida
Normal <150 mg/dL
Cukup tinggi 150-199 mg/dL
Tinggi 200-499 mg/dL
Sangat tinggi ≥500 mg/dL

Seperti yang telah disebutkan diatas lipid memiliki banyak manfaat bagi tubuh.
Namun, apabila terjadi keadaan hiperlipidemia, akan menyebabkan kelainan metabolism
lipid. Kelainan metabolism lipid pada keadaan hiperlipidemia dapat terjadi pada tapak–
tapak produksi atau penggunaan lipoprotein yang menyebabkan keadaan
hipolipoproteinemia atau hiperlipoproteinemia (Murrey, 2003).

II.6 Etiologi Hiperlipidemia


Hiperlipidemia biasanya disebabkan oleh :
a. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
b. Obesitas
c. Diet kaya lemak
d. Kurang melakkuakn olahraga
e. Penggunaan alcohol
f. Merokok sigaret
g. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
h. Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total bersifat
sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan lemak.
Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda.
Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total lebih dari 200 mg/dl, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah lemak
yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total di bawah 260mg/dl.
Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan
kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah (Balai Informasi Tekhnologi
Lipid, 2009).

II.7 Pemeriksaan dan Diagnosis


Pemeriksaan fisik harus menggambarkan:
a. Ada atau tidaknya faktor resiko jantung
b. Sejarah penyakit jantung atau gangguan lipid
c. Ada atau tidaknya faktor sekunder hiperlipidemia termasuk pengobatan secara
bersamaan
d. Ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdominal, atau sejarah pancreatitis, penyakit ginjal
atau hati, penyakit pembuluh darah perifer, aneorisme aortic abdominal, atau penyakit
pembuluh darah otak (bruits carotid, stroke, serangan iskemik transient)

II.8 Tatalaksana terapi hiperlipidemia


1. Terapi non farmakologi
Diet rendah kolesterol dan lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL. Olahraga bisa
membantu mengurangi kadar kolesterol LDL dan menambah kadar kolesterol HDL.
Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar kolesterol dan
trigliserida tinggi adalah:

a. Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan


b. Berhenti merokok
c. Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam tubuhnya
d. Menambah porsi olahraga
e. Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan)

Jika kadar lemak darah sangat tinggi atau tidak memberikan respon terhadap
tindakan diatas, maka dicari penyebabnya yang spesifik dengan melakukan pemeriksaan
darah khusus sehingga bisa diberikan pengobatan yang khusus (Balai Informasi
Tekhnologi Lipi, 2009).

2. Terapi farmakologi
Terapi Farmakologi (Balai Informasi Tekhnologi Lipi, 2009)
Jenis Obat Contoh Cara Kerja
Penyerap asam empedu Kolestiramin Mengikat asam empedu di usus,
Kolestipol dan meningkatkan pembuangan
LDL dari aliran darah
Penghambat sintesa Niasin Mengurangi kecepatan VLDL
protein (VLDL merupakan prekursos dari
LDL)
Penghambat HMG Adrenalin, Flufastatin Menghambat pembentukan
Koenzim-A reduktase Lovastatin kolesterol, dan meningkatkan
Vlavastatin pembuangan LDL dari aliran darah
Sinvastatin
Derivat asam fibrat Klofibrat Meningkatkan pemecahan lemak
Fenofibrat
Gemfibrosil

a. Niasin (asam nikotinat)


Asam nikotinat mempunyai kemampuan menurunkan lipid yang luas, tetapi
penggunaaan dalam klinik terbatas karena efek samping yang tidak menyenangkan.
Mekanisme kerja: pada dosis dalam gram, niasin (NYE a sin) merupakan vitamin larut
air, menghambat lipolisis dengan kuat dalam jaringan lemak-penghasil utama asam lemak
bebas yang beredar. Hati umumnya menggunakan asam lemak dalam sirkulasi sebagai
precursor utama untuk sintesis triasilgliserol. Karena itu, niasin menyebabkan penurunan
sintesis triasilgliserol yang diperlukan untuk produksi VLDL (lipoprotein densitas sangat
rendah). Lipoprotein densitas rendah (LDL, lipoprotein kaya kolesterol) berasal dari
VLDL dalam plasma. Karena itu, reduksi VLDL juga mengakibatkan penurunan
konsentrasi LDL plasma. Dengan demikian, baik triasilgliserol (dalam VLDL) dan
kolesterol (dalam VLDL dan LDL) dalam plasma menjadi rendah. Selanjutnya,
pengobatan dengan niasin akan meningkatkan kadar kolesterol-HDL (HDL merupakan
karier kolesterol yang “baik”). Selanjutnya, dengan meningkatkan sekresi aktivator
plasminogen jaringan dan merendahkan fibrinogen plasma, niasin dapat mengubah
beberapa disfungsi sel endotel penyebab thrombosis yang ada kaitannya dengan
hiperkolesterolemia dan aterosklerosis.
Penggunaan dalam terapi : niasin merendahkan kadar plasma kolesterol dan
triasilgliserol. Karena itu, obat ini berguna pada pengobatan hiperlipoproteinemia tipe II b
dan IV, dengan VLDL dan LDL naik. Niasin juga diguanakan untuk pengobatan
hiperkolesterolemia lain yang berat, sering dengan kombinasi antihiperlipidemia lain.
Selain itu, obat ini merupakan obat antihiperlipidemia paling poten untuk meningkatkan
kadar HDL plasma.
Farmakokinetik : niasin diberikan per oral. Zat ini diubah dalam tubuh menjadi
nikotinamid yang dimasukkan dalam kofaktor nikotinamid adenine dinukleotida (NAD).
Niasin adalah derivat nikotinamid dan metabolit lain dikeluarkan dalam urin.
Nikotinamid sendiri tidak menurunkan kadar lipid dalam plasma.
Efek samping : efek samping niasin yang paling menonjol adalah kemerahan pada
kulit (disertai perasaan panas yang tidak nyaman) dan pruritus. Pemberian aspirin
sebelum minum niasin mengurangi rasa panas yang diantar oleh prostaglandin. Beberapa
pasien juga mengalami mual dan sakit pada abdomen. Asam nikotinat menghambat
sekresi tubular asam urat dan karena itu mudah terjadi hiperurisemia dan pirai. Telah
dilaporkan adanya gangguan toleransi glukosa dan hepatotoksisitas.

b. Fibrat-Klofibrat dan Gemfibrozil


Obat-obat tersebut merupakan derivat asam fibrat dan keduanya mempunyai
mekanisme kerja yang sama. Gamfibrozil dalam klinik telah menggantikan klofibrat
karena kematian akibat klofibrat lebih tinggi. Kematian tersebut tidak ada hubungannya
dengan penyebab kardiovaskular tetapi lebih ganasan atau komplikasi pasca
kolesistektomi dan pankreasitis.
Mekanisme kerja : Kedua obat menyebabkan penurunan trigliserol plasma dengan
memacu aktifitas lipase lipoprotein, sehingga menghidrolisis triasilgliserol pada
kilomikron dan VLDL, sehingga dapat mempercepat pengeluaran partikel-partikel ini
dari plasma. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa fibrat dapat menyebabkan
penurunan kolesterol plasma dengan menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan
meningkatkan ekskresi biliar kolesterol ke dalam feses. Fibrat juga merendahkan kadar
fibrinogen plasma.
Penggunaan Terapi : Fibrat digunakan dalam pengobatan hipertrigliseridemia,
menyebabkan penurunan yang signifikan pada kadar triasilgliserol plasma. Klofibrat dan
gamfibrozil berguna dalam mengobati hiperlipidemia tipe III (disbetalipoproteinemia),
dengan penumpukan partikel lipoprotein densitas sedang (IDL). Pasien dengan
hipertrigliseridemia (tipe IV) (VLDL meningkat) atau penyakit tipe V (peningkatan VLDL
dan kilomiron) yang tidak responsif dengan diet atau obat lain dapat mengambil manfaat
obat-obat ini.
Farmakokinetik : Kedua obat diabsorpsi sempurna setelah dosis oral. Klofibrat
mengalami esterifikasi menjadi asam klofibrat yang aktif terikat pada albumin dan
tersebat luas seluruh jaringan tubuh. Untuk gamfibrizil secara luas menyebar ke seluruh
tubuh dan terikat pada albumin juga.Keduanya mengalami biotransformasi sempurna dan
dikeluarkan dalam urin sebagai konjugat glukuronida.
Efek samping
a. Efek Gastrointestinal
Efek samping paling umum adalah gangguan pencernaan ringan. Efek samping akan
berkurang dengan berkembangnya terapi.

b. Litiasis
Karena obat-obat ini meningkatkan ekskresi kolesterol biliar,terdapat predisposisi untuk
pembentukan batu empedu.
c. Keganasan
Pengobatan dengan kolifibrat telah menyebabkan sejumlah keganasan-terkait dengan
kematian.
d. Otot
Miositis atau peradangan otot polos dapat terjadi dengan kedua obat sehingga pelemahan
otot atau nyeri otot harus dievaluasi. Meskipun jarang, pasien dengan insufisiensi ginjal
mengandung resiko. Miopati dan rhabdomiolisis telah dilaporkan pada beberapa pasien
yang menggunakan gamfibrozil dan lovastatin bersamaan.
e. Interaksi Obat
Kedua fibrat bersaing dengan antikoagulan kumarin dalam pengikatan pada protein
plasma, sehingga meningkatkan efek antikoagulan sepintas. Karena itu kadar protrombin
perlu dimonitor jika pasien meminum kedua obat ini.
f. Kontraindikasi
Keamanan obat-obat ini pada ibu hamil atau menyusui belum jelas. Seharusnya obat-obat
ini tidak digunakan pada pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal atau pasien
dengan penyakit kandung empedu.

c. Resin pengikat asam empedu : kolestiramin dan kolestipol


Mekanisme kerja: kolestiramin dan kolestipol adalah resin pertukaran anion yang
terikat pada asam dan garam empedu bermuatan negatif dalam usus halus. Kompleks
resin atau asam empedu ini dikeluarkan melalui feses, sehingga mencegah asam empedu
kembali ke hati melalui sirkulasi enterohepatik. Berkurangnya konsentrasi asam empedu
menyebabkan hepatosit meningkatkan konversi kolesterol ke asam empedu, menyebabkan
suplai senyawa ini baik kembali, sebagai komponen penting empedu. Akibatnya,
konsentrasi kolesterol intraseluler, mengaktifkan hati untuk meningkatkan ambilan
partikel LDL yang mengandung kolesterol, sehingga LDL plasma turun. Ambilan yang
miningkat ini dilakukan melalui upregulasi reseptor LDL pada permukaan sel.
Penggunaan dalam terapi : resin yang mengikat asam empedu (sering dikombinasi
dengan diet atau niasin) adalah obat-obat pilihan dalam mengobati hiperlipidemia tipe II a
dan II b. kolestiramin juga dapat meringankan pruritus akibat akumulasi asam empedu
pada pasien dengan obstruksi biliar.
Farmakokinetik : kolestiramin dan kolestipol diminum per oral. Karena tidak larut
dalam air dan merupakan molekul yang sangat bessar (berat molekul lebih dari 10 6),
keduanya tidak diabsorbsi atau dimetabolisme dalam usus. Sebaliknya semua dikeluarkan
dalam feses.
Efek samping :
a. Efek Gastrointestinal : efek samping paling sering adalah gangguan pencernaan seperti
konstipasi, mual dan flatus.
b. Gangguan Absorbsi : absorbsi vitamin larut lemak A,D,E,K dapat terganggu jika terdapat
dosis resin yang tinggi. Absorbsi asam folat dan askorbat juga dapat berkurang.
c. Interaksi Obat : kolestiramin dan kolestipol mengganggu absorbsi beberapa obat dalam
usus, misalnya tetrasiklin, fenobarbital, digoksin, warfarin, pravastatin, fluvastatin,
aspirin, dan diuretic thiazid. Karena itu, obat-obat harus diminum 1-2 jam sebelum atau 4-
6 jam setelah resin pengikat asam empedu ini diminum.
d. Inhibitor HMG – CoA reduktase : Lovastatin, praavastatin, simvastatin, dan fluvastatin

Kelompok antihiperlipidemia yang baru ini menghambat tahap pertama aktifitas


enzim dalam sintesis sterol. Analog dengan struktural alamia, asam3-hidroksi-3metil
Glutarat (HMG), semua obat dalam grup ini berpacu dalam menghambat hidrosi metil
glutaril koenzim A (HMG-CoA reduktase). Kecuali fluvastati, inhibitor HMG reduktase
lainnya merupakan modifikasi kimia dari senyawa alamia yang terdapat dalam jamur.

Mekanisme Kerja Inhibisi


a. HMG-CoA reduktase
Lovastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastain adalah analog 3-tatin dan simvastatin
adalah lakton yang dihidrolisis menjadi obat aktif. Pravastatin dan fluvastatin aktif
dengan cara demikian. Karena afinitasnya yang kuat terhadap enzim, semua efektif
berpacu menghambat HMG-CoA reduktase, tahapan terbatas dalam sintesis kolesterol.
Dengan menghambat sintesis kolesterol denovo-, obat akan menghabiskan simpanan
kolesterol.
b. Penurunan reseptor LDL
Penghapusan kolesterol intraseluler menyebabkan sel meningkat jumlah resepto LDL
permukaan sel spesifik yang dapat mengikat dan menginternalisasikan LDL yang beredar.
Sehingga, hasil akhir adalah penurunana kolesterolplsama karena sintesis berkurang dan
peningkatan katabolisme LDL. Inhibitor HMG-CoA reduktase, seperti kolestiramin ,
dapat meningkatkan kadar HDL plasma pada beberapa pasien sehingga
menurunkanresiko mendapatkan penyakit PJK. Penurunan triasilgliserol juga terjadi
sedikit.

3. Penggunaan Dalam Terapi


Obat-obat ini efektif dalam menurunkan kadar kolesterol plasma pada semua jenis
hiperlipidemia. Namun pasien yang homozigot untuk penyakit hiperkolesterolemia
kekurangan reseptor LDL dan oleh karenanya mendapatkan keuntungan sedikit dari
obat-obat ini. Perlu diperhatikan bahwa meskipun proteksi diberikan karena pengurangan
kadar kolesterol, kira-kira ¼ pasien yang diobati dengan obat ini masih menderita
masalah koroner. Karena itu diperlukan strategi tambahan seperti diet, latihan, atau obat
tambahan perlu diberikan.
Farmakokinetik: pravastatin dan fluvastatin hamper seluruhnya dapat diabsorbsi
setelah pemberian oral; dosis oral lovastatin dan simvastatin diabsorbsi 30-50%.
Pravastatin dan fluvastatin adalah obat aktif langsung, sedangkan lovastatin dan
simvastatin harus dihidrolisis menjadi asam. Karena ekstraksi first pass, kerja utama
obat-obat ini pada hati. Semua mengalami biotransformasi, beberapa produk masih tetap
aktif. Ekskresi terjadi terutama melalui empedu dan feses, tetapi pengeluaran melalui urin
juga terjadi. Waktu paruh berkisar antara 1,5-2 jam.
Efek samping :
 Hati : kelainan biokimiawi fungsi hati telah terjadi dalam penggunaan inhibitor HMG-
CoA reduktase. Karena itu, sangat diperlukan menilai fungsi hati dan mengukur kadar
serum transaminase secara periodic. Semua akan kembali normal jika obat dihentikan.
 Otot : miopati dan rhabdomiolisis (disintegrasi atau disolusi otot) jarang dilaporkan.
Dalam beberapa kasus, pasien biasanya menderita insufisiensi ginjal atau mengambil obat
seperti siklosporin, itrakonazol, eritromisin, gemfibrosil atau niasin. Kadar keratin kinase
plasma harus diperiksa secara teratur.
 Interaksi obat : inhibitor HMG-CoA reduktase juga meningkatkan kadar kumarin.
Sehingga, penting untuk sering mengevaluasi waktu protrombin.
 Kontra indikasi : obat-obat ini merupakan kontraindikasi bagi ibu hamil atau menyusui.
Obat-obat ini tidak boleh digunakan pada anak-anak atau remaja.

4. Terapi obat kombinasi


Kadang-kadang perlu memberikan 2 antihiperlipidemia untuk mendapatkan
penurunan kadar lipid plasma yang signifikan. Sebagai contoh, pada hiperlipidemia terapi
II, pasien sering diobati dengan kombinasai niasin ditambah obat pengikat asam empedu,
seperti kolestiramin. Kombinasi inhibitor HMG-CoA reduktase dengan zat pengikat asam
empedu juga telah menunjukkan manfaat dalam menurunkan kolesterol LDL.
Efek Terapi Obat Lipid dan Lipoprotein
Obat Mekanisme Aksi Efek Lipid Efek Lipoprotein Keterangan
Cholestyramine, Naiknya Turunnya Turunnya LDL Permasalahan akibat
colestipol, colesevam katabolisme kolesterol komplikasi, ikatan
LDL, turunnya dengan beberapa obat
Absorpsi golongan asam
kolesterol,
Niacin Turunnya LDL, Turunnya Turunnya Masalah dengan
sintesis VLDL trigliserida VLDL,LDL,HDL penerimaan pasaien,
dan kombinasi yg baik
kolesterol dengan resin
obat,menyebabkan
hepatotoksik yang
rendah
Probucol Naiknya bersihan Turunnya Turunnya LDL Menurunnya HDL,
LDL kolesterol dan HDL efikasi dengan
menghambat oksidasi
LDL dan fasilitator
bolak balik kolesterol
Gemfibrozil, Naiknya bersihan Turunnya Turunnya VLDL, Menyebabkan
fenofibrate, clofibrate VLDL dan trigliserida LDL dan naiknya kolesterol, rendahnya
turunnya sintesis dan HDL lDL akibat HDL,
VLDL kolesterol Gemfibrosil
menghambat
glukoronidasi oleh
simvastatin, lovastatin,
atorvastatin
Lomvastatin, Naiknya Turunnya Turunnya LDL Naiknya aktivitas
pravastatin, katabolisme LDL kolesterol family heterozygote
simvastatin,fluvastatin, dan menghambat hiperkolestrolemia
atrovastatin, sintesis LDL dengan kombinasi
furvastatin beberapa agen
Ezetimibe Menghambat Turunnya Turunnya LDL Menimbulkan reaksi
absorpsi kolesterol efek samping dan
koloesterol dan reaksi additive dengan
melewati saluran obat lain
intestinal
BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Simvastatin
Simvastatin adalah senyawa antilipermic derivat asam mevinat yang mempunyai
mekanisme kerja menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A (HMG-CoA)
reduktase yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG-
CoA reduktase bertanggung jawab terhadap perubahan HMG-CoA menjadi asam
mevalonat. Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan
sintesa kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor Low Density Lipoprotein (LDL) yang
terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabkan
banyak LDL yang hilang dalam plasma. Simvastatin cenderung mengurangi jumlah
trigliserida dan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.
- Indikasi: Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, singkirkan dulu penyebab
hiperkolesterolemia sekunder (misal: diabetes melitus tidak terkontrol, hipertiroidisme,
sindroma nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, alkoholisme serta terapi
dengan obat lain) dan lakukan pengukuran profil lipid total kolesterol, HDL kolesterol dan
trigliserida. Penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita
hiperkolesterolemia primer, bila respon terhadap diet dan penatalaksanaan non
farmakologik saja tidak memadai.
Simvastatin meningkatkan kadar kolesterol HDL dan karenanya menurunkan rasio
LDL/HDL serta rasio kolesterol total/LDL. Meskipun mungkin bermanfaat mengurangi
kolesterol LDL yang meninkat pada penderita dengan hiperkolesterolemia campuran dan
hipertrigliseridemia (dengan hiperkolesterolemia sebagai kelainan utama), namun
simvastatin belum diteliti pada kelainan utama berupa peningkatan kadar Chylemicron.

Sifat Fisiko Kimia Simvastatin

Rumus Bangun :
Rumus molekul C25H38O5

Sinonim Butanoic acid, 2,2-1 dimethyl-


1,2,3,7,8,8a, hexahydro-3,7 dimethyl-
8-[ 2- ( tetrahydro-4- hydroxy-6-oxo-
2H-pyran, 2yl)- ethyl] -1-1
naphthaenylester
Berat Molekul 418,57
Pemeriaan serbuk Kristal berwarna putih sampai
abu-abu, tidak higroskopis.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan sangat
larut dalam kloroform,
Methanol dan etanol

III.2 Mekanisme Kerja Simvastatin


Simvastatin analog 3-Hidroksi-3-metilglutarat, suatu precursor kolesterol dan
merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolipidemik). Simvastatin
merupakan hasil sintesa dari hasil fermentasi Aspergillusterreus.Secarainvivo simvastatin
akan dihidrolisa menjadi metabolitaktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut
adalah dengan cara menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase
(HMG Co-A reduktase), dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi
asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol.
Penghambat HMG Co-A reduktase menghambat sintesis kolesterol di hati dan hal ini
akan menurunkan kadar LDL plasma. Menurunnya kadar kolesterol akan menimbulkan
perubahan-perubahan yang berkaitan dengan potensial obat ini.
Kolesterol menekan transkripsi tiga jenis gen yang mengatur sintesis HMG Co-A
sintase, HMG Co-A reduktase dan reseptor LDL. Menurunnya sintesis kolesterol oleh
penghambat HMG Co-A reduktase akan menghilangkan hambatan ekspresi tiga jenis gen
tersebut di atas, sehingga aktivitas sintesis kolesterol meningkat secara kompensatoir. Hal
ini menyebabkan penurunan sintesis kolesterol oleh penghambat HMG Co-A reduktase
tidak besar. Rupa-rupanya obat ini melangsungkan efeknya dalam menurunkan kolesterol
dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL, sehingga katabolisme kolesterol terjadi
semakin banyak. Dengan demikian maka obat ini dapat menurunkan kadar kolesterol
(LDL). Oleh karena itu pula obat ini tidak efektif untuk penderita hiperkolesterolemia
family al homozigot, karena jumlah reseptor LDL pada penderita ini sedikit sekali.
Gambar
Mekanism
e kerja
Simvastati
n
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Antihiperlipidemia adalah obat yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol
dalam darah yang salah satu obatnya adalah simvastatin. Simvastatin bekerja menghamba
tmenghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang
mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol sehingga kolesterol
dalam darah kembali normal.

IV.2 Saran
1. Lakukan pemeriksaan kolesterol secara dini untuk mencegah timbulnya berbagai macam
penyakit.
2. Penderita harus melakukan diet pengurangan kolesterol baku sebelum dan selama
memulai pengobatan dengan simvastatin dan harus melanjutkan diet selama pengobatan
dengan simvastatin.
3. Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan fungsi hati.

DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. 2010. Kolesterol.
http://www.klikdokter.com/kolesterol/read/2010/07/23/150/kolesterol-adalah. [diakses 20
Desember 2012, 15.52 WIB]
- Anonim. 2012. Simvastatin. http://syuhadaevita.blogspot.com/2012/04/simvastatin.html
[diakses 20 desember 2012, 15.53 WIB]
- Anonim. 2012. Cara Kerja Kolesterol. http://www.cekkesehatan.com/category/cara-kerja-
kolesterol/. [diakses 20 Desember 2012, 15.55 WIB]
- Anonim.2012. Simvastatin. http://www.dexa-
medica.com/ourproducts/prescriptionproducts/detail.php?id=33&idc=8. [diakses 20
Desember 2012, 15.56 WIB]
- Katzung, Bertram. 2001. Basic and Clinical Pharmacology 8th ed . McGraw- Hill Company
Inc
Skip to content

windira85

 Home
 About
 Contact
HIPERLIPIDEMIA
2.1 Definisi

Hiperlipidemia didefinisikan sebagai peningkatan dari satu atau lebih komponen


berikut: kolesterol, ester kolesterol, fosfolipid, atau trigliserida. Hiperlipoproteinemia adalah
kondisi dimana terjadi peningkatan konsentrasi dari makromolekul lipoprotein yang
mengangkut lipid dalam plasma. Abnormalitas dari lipid plasma dapat memberikan
pengaruh yang buruk terhadap pembuluh darah koroner, serebrovaskular serta
memperburuk penyakit pembuluh arteri perifer.

2.2 Etiologi

Total kolesterol dan kolesterol LDL meningkat seiring pertambahan usia, baik pada pria
ataupun pada wanita. Tabel 2.2 menunjukkan nilai serum kolesterol pada berbagai rentang
usia dewasa berdasarkan hasil survey kesehatan nasional Amerika pada tahun 2000.

Gambar 2.1. Nilai serum kolesterol pada berbagai rentang usia dewasa (Survey Kesehatan
Nasional Amerika 2000)
Pada orang dewasa, dibandingkan dengan nilai HDL, nilai LDL sangat erat kaitannya dengan
peningkatan resiko penyakit jantung koroner (PJK). Orang dewasa dengan hiperlipidemia
memiliki resiko yang lebh beasar terhadap PJK. Abnormalitas lipid dan keberadaan faktor
resiko kardiovaskular selama masa kanak-kanak sangat berhubungan dengan tingkat
keparahan dari aterosklerosis yang terjadi pada kemudian hari.

Orang dewasa dengan nilai kolesterol total dan LDL yang tinggi mungkin mengalami
gangguan genetik terkait metabolisme lipid, yaitu hiperkolesterolemia familial. Gangguan ini
dapat menyebabkan infark miokardial atau gangguan kardiovaskular lain pada masa kanak-
kanak atau dewasa muda. Hiperkolesterolemia familial dikarakterisasi dengan tingginya
nilai LDL yang masih bisa diatasi dengan modiifikasi pola makan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa peningkatan level LDL sangat
berkaitan dengan perkembangan penyakit jantung koroner (PJK). Berikut ini adalah faktor
resiko dari PJK yang seringkali disertai juga dengan penungkatan level LDL :

1. Usia

Pria : ≥ 45 tahun

Wanita : ≥ 55 tahun atau pada kondisi menopause prematur tanpa terapi pengganti estrogen

2. Riwayat keluarga dengan PJK prematur

Mengalami infark miokard atau kematian mendadak sebelum usia 55 tahun untuk ayah atau
garis keluarga ayah tingkat pertama atau sebelum 65 tahun untuk ibu atau garis keluarga
ibu tingkat pertama

3. Diabetes, juga sebagai faktor resiko PJK


4. Merokok
5. Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau menggunakan medikasi antihipertensi)
6. Nilai HDL rendah ( < 40 mg/dL)

Nilai HDL ≥ 60 mg/dL dihitung sebagai “faktor resiko negatif”.

7. Obesitas
8. Aktivitas fisik yang sedikit
Selain kelainan genetik dari metabolisme lipid, terdpat pula penyebab sekunder dari
hiperlipidemia. Secara rinci, tabel 2.3 memberikan informasi tentang penyebab sekunder dari
hiperlipidemia.

Tabel 2.1. Penyebab sekunder dari hiperlipidemia

2.3 Patofisiologi

Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid dibawa dalam aliran darah sebagai kompleks lipid
dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Peningkatan kolesterol total dan LDL (Low
Density Lipoprotein) serta penurunan HDL (High Density Lipoprotein) berkaitan dengan
perkembangan penyakit jantung koroner (PJK). Tabel 2.2 menunjukkan klasifikasi nilai
kolesterol total dan LDL pada orang dewasa.

Tabel 2.2 Klasifikasi nilai kolesterol total dan LDL pada orang dewasa
Sebuah hipotesis tentang respon terhadap luka menyatakan bahwa faktor resiko seperti LDL
teroksidasi, luka mekanis terhadap endotelium, peningkatan berlebih dari homosistein,
serangan imunologik, atau infeksi yang menginduksi perubahan endotel dapat menyebabkan
disfungsi endotelial dan serangkaian interaksi selular lainnya yang lama-kelamaan dapat
menyebabkan aterosklerosis. Kondisi klinis yang dapat muncul adalah angina, infark
miokardiak, aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisme pada aorta abdomen bahkan
kematian mendadak.

Lesi aterosklerosis diduga muncul dari proses transport dan retensi LDL plasma melalui
lapisan sel endotelial ke dalam matriks ekstraselular daerah subendotelial. Pada dinding
arteri, LDL secara kimiawi dimodifikasi melalui tahap oksidasi dan glikasi nonenzimatik.
Perlahan-lahan, LDL teroksidasi kemudian menarik monosit ke dalam dinding arteri. Monosit-
monosit ini kemudian akan berubah menjadi makrofag yang mempercepat oksidasi LDL.

LDL yang teroksidasi memacu respon inflamasi yang dimediasi oleh beberapa senyawa
chemoattractants dan sitokin seperti faktor stimulasi koloni monosit, molekul adhesi
intraselular, faktor pertumbuhan turunan platelet, interleukin-1, dan interleukin-6.

Luka dan perbaikan plak aterosklerosis yang terjadi berulang mengarah kepada suatu
sistem perlindungan fibrous cap (oleh senyawa inti lipid, kolagen, kalsium , dan sel
inflamatori seperti limfosit T). Pemeliharaan plak fibrous sangat penting untuk mencegah
hancurnya plak yang akan diikuti dengan trombosis koronari.

Terjadinya oksidasi dan respon inflamasi dikendalikan secara genetik sehingga secara umum
kelainan lipoprotein secara genetik diklasifikasikan menjadi enam kategori berdasarkan
penjelasan fenotip dari hiperlipidemia yang terjadi (tabel 2.3). Lipoprotein yang berhubungan
dengan kondisi hiperlipoproteinemia adalah I (kilomikron), IIa (LDL), Iib (LDL + VLDL atau
Very Low Density Lipoprotein), III (IDL atau Intermediate Density Lipoprotein), IV (VLDL),
dan V (VLDL + Kilomikron). Hiperlipidemia sekunder juga dapat terjadi, misalnya disebabkan
oleh beberapa obat yang dapat meningkatkan lipid seperti progestin, diuretik tiazid,
glukokortikoid, β bloker, isotretionin, inhibitor protease, siklosporin, dan lainnya.

Tabel 2.3 Klasifikasi Fredrickson-Levy-Less untuk Hiperlipoproteinemia

Tipe Jenis lipoprotein yang meningkat

I Kilomikron

IIa LDL

Iib LDL + VLDL

III IDL

IV VLDL
V VLDL + kilomikron

Kerusakan primer pada familial hiperkolesterolemia adalah ketidakmampuan


pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau, yang lebih jarang terjadi adalah
kegagalan proses tindak lanjut kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal
ini mengarah kepada kurangnya degradasi LDL oleh sel dan proses biosintesis kolesterol yang
tidak teratur sehingga terjadi ketidakseimbangan antara jumlah kolesterol total dan LDL
dengan jumlah reseptor LDL.

2.4 Manisfestasi klinik

Hiperlipidemia atau hiperlipoproteinemia merupakan suatu kondisi, bukan merupakan suatu


penyakit sehingga tidak ada gejala-gejala klinisnya. Manifestasi klinik dapat terlihat setelah
pemeriksaan klinik di laboratorium. Pada tahap lebih lanjut, beberapa symptom yang
mungkin timbul antara lain terjadinya penyimpanan lemak pada otot dan kulit (xantoma)
dan arteri (arteroma).

Hiperlipidemia diklasifikasikan oleh Fredrickson-WHO berdasarkan pola elektroforesis atau


ultrasentrifugasi menjadi beberapa tipe, yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan V.

Tabel 2.4 Manifestasi klinik dari berbagai tipe hiperkolesterolemia

Hiperlipoproteinemia Keterangan

Disebut juga hyperchylomicronemia familial, merupakan bentuk


hiperlipoproteinemia yang terkait dengan defisiensi lipoprotein
Tipe I lipase sehingga terjadi peningkatan kilomikron. Pada tipe ini
ditandai dengan pankreatitis dan nyeri abdominal,muncuknya
xantomatosis kutaneus, dan hepatosplenomegali.

Disebut juga hiperkolestrolemia,merupakan bentuk


hiperlipoproteinemia yang terkait dengan peningkatan kadar LDL,
Tipe IIa
ditandai dengan xantoma tendon, xanthelasma, dan premature
penyakit kardiovaskular.

Merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan


Tipe IIb
peningkatan LDL dan VLDL.

Merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan


peningkatan IDL. Pada tipe ini ditandai dengan xantoma striata
Tipe III
palmaris, tuberose xantoma, dan aterosklerosis parah yang
melibatkan arteri koroner, carotid internal, dan aorta abdominal.

Merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan


Tipe IV
peningkatan VLDL. Pada tipe ini sering dialami oleh pasien dewasa
obesitas, diabetes, dan hiperurisemia, dan tidak memiliki xantoma.

Merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan


peningkatan VLDL dan kilomikron. Pada tipe ini ditandai dengan
Tipe V nyeri abdominal, pankreatitis, munculnya xantoma, dan
polineuropati perifer. Pasien dengan tipe ini biasanya obesitas,
hiperurisemia, dan diabetes.

2.5 Diagnosis

Pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserisa
direkomendasikan untuk dilakukan mulai usia lebih dari 20 tahun dan setidaknya dilakukan
5 tahun sekali. Kolesterol total tersusun atas turunan kolesterol dari LDL, VLDL, dan HDL.
Pemeriksaan HDL berguna ketika kolesterol plasma meningkat. Pengukuran sebaiknya
dilakukan setelah pasien berpuasa selama 12 jam atau lebih, hal ini penting karena jumlah
trigliserida dapat meningkat pada individu yang tidak berpuasa sedangkan total kolesterol
tidak terlalu berpengaruh pada individu yang berpuasa.

Pemeriksaan dilakukan dua kali, 1 sampai 8 minggu secara terpisah, dengan pasien
dalam kondisi asupan makanan yang stabil dan tidak memiliki penyakit akut, dianjurkan
untuk meminimalisir keragaman dan untuk mendapatkan data dasar yang dapat diepercaya.
Jika total kolesterol lebih dari 200 mg/dl, dianjurkan melakukan pemeriksaan kedua dan jika
nilainya lebih dari 300 mg/dl secara terpisah, harus menggunakan tiga nilai untuk nilai rata-
ratanya.

Setelah diketahui adanya abnormalitas pada lipid, hal utama yang harus dievaluasi
selanjutnya adalah sejarah pasien (usia, jenis kelamin, jika wanita, perhatikan siklus
menstruasi dan perubahan estrogen), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

Sejarah lengkap dan pemeriksaan fisik harus menggambarkan sebagai berikut:

1. Ada atau tidaknya faktor resiko penyakit kardiovaskuler.


2. Sejarah keluarga mengenai adanya penyakit kardiovaskuler premature atau
gangguan lipid.
3. Ada atau tidaknya faktor sekunder hiperlipidemia (termasuk pengobatan yang sedang
dijalani).
4. Ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdominal, atau sejarah pankreatitis, penyakit
ginjal atau hati, penyakit pembuluh darah perifer, aneurisme aorta abdomen, atau
penyakit pembuluh darah otak (stroke, iskemia).
Jika pemeriksaan fisik dan sejarah tidak cukup untuk mendiagnosis penyakit familial, maka
digunakan metode elektroforesis lipoprotein gel-agarosa untuk memeriksa kelas mana yang
akan mempengaruhi lipoprotein. Jika nilai trigliserida di bawah 400 mg/dl dan baik
hiperlipidemia tipe III atau kilomikron tidak terdeteksi dengan elektroforesis, maka salah
satunya dapat menghitung konsentrasi LDL atau VLDL. VLDL = trigliserida/5, LDL = kolesterol
total – (VLDL + HDL). Uji awal menggunakan kolesterol total untuk menemukan masalah
tetapi manajemen yang berhubungan harus didasarkan pada konsentrasi LDL. Untuk
menghitung konsentrasi LDL dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Kolesterol LDL = kolesterol total – kolesterol HDL – trigliserida/5

Klasifikasi Total Kolesterol, LDL, HDL, VLDL, dan Trigliserida

Kadar Lipid (mg/dL) Keterangan

Kolesterol LDL
Optimal
< 100
Mendekati optimal
100 – 129
Batas tinggi
130 – 159
Tinggi
160 – 189
Sangat tinggi
> 189

Kolesterol total
Normal
< 200
Resiko sedang
200 – 239
Resiko tinggi
> 239

HDL
Laki-laki
30 – 65
Wanita
35 – 85

VLDL
Normal
1 – 30

Trigleserida Normal

< 150 Batas tinggi


150 – 199 Tinggi

200 – 499 Sangat tinggi

≥ 500

 Komplikasi
 1 Aterosklerosis
Aterosklerosis, atau pengerasan arteri, adalah suatu keadaan pada arteri besar dan kecil
dimana terjadi penimbunan lemak, trombosit, makrofag, dan sel-sel darah putih lainnya di
seluruh kedalaman tunika intima/lapisan dalam (lapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunika
media/lapisan tengah (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta, dan arteri-arteri serebrum.

Tahap awal dalam pembentukan aterosklerosis tampaknya adalah cedera pada sel-sel
endotel yang melapisi lumen arteri. Akibat cedera, integritas sel endotel terganggu dan
permeabilitas sel-sel endotel terhadap berbagai bahan didalam plasma meningkat sehingga
bahan-bahan tersebut memiliki akses kedalam arteri. Cedera pada sel-sel endotel
mencetuskan reaksi peradangan dan imun, sehingga terjadi pelepasan peptida-peptida
vasoaktif dan penimbunan makrofag dan trombosit di luar dan di dalam arteri. Akibat dari
peradangan ini dapat merangsang proliferasi sel otot-otot polos tumbuh kedalam tunika
intima. Kolesterol dan lemak plasma dapat masuk ke tunika intima karena permeabilitas
endotel meningkat. Apabila cedera dan peradangan terus berlanjut, maka agregasi trombosit
meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (trombus). Sebagian dinding pembuluh diganti
oleh jaringan parut sehingga struktur dinding berubah. Hasil akhirnya adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari
trombosit, dan proliferasi sel otot polos. Semua faktor ini menyebabkan berkurangnya garis
tengah arteri dan peningkatan kekakuan. Daerah aterosklerotik pada suatu arteri disebut
plak.

Kadar kolesterol serum dan trigliserida yang tinggi dalam darah (hiperlipidemia) dapat
menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Pada aterosklerosis, pengendapan lemak yang
disebut sel-sel buih ditemukan di seluruh kedalaman tunika intima dan meluas kedalam
tunika media.

Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid ditransformasikan sebagai kompleks lemak dan protein.
Peningkatan kolesterol total dan LDL, serta penurunan HDL berkaitan dengan
berkembangnya penyakit jantung koroner. Hipotesis respon terhadap luka menyatakan
bahwa faktor resiko seperti LDL teroksidasi, luka mekanik pada endothelium, homosistein
yang berlebihan, serangan imunologis, atau infeksi menginduksi terjadinya perubahan pada
endothelium dan fungsi utama, kemudian memicu terjadinya disfungsi endothelium dan
rangkaian interaksi antar sel yang berakhir pada aterosklerosis.

Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam
pembuluh darah. Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan
sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. Makin
kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya makin mudah pula LDL tersebut menyusup
ke dalam intima.
LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga
terbentuk LDL yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dpat
melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel
dan masuk ke dalam intima disamping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat
mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag.

Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang
teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa. Sel busa yang
terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar
sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah.

Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL akan teroksidasi sempurna juga
merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk
ke lapisan intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin
banyak. LDL teroksidasi memicu respon inflamasi yang diperantarai oleh sejumlah
chemoattractans dan sitokin. Sitokin interferon-γ diproduksi pada limfosit T, menghambat
kemampuan sel-sel otot yang lembut untuk mensintesis kolagen. Sehingga sel-sel otot pada
pembuluh darah mengalami kekakuan atau elastisitasnya berkurang.
Gambar 1. Penampang melintang arteri pada keadaan normal dan pada aterosklerosis

 Iskemia

Iskemia merupakan suatu kondisi yang disebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan


dan kebutuhan oksigen di jaringan. Ketika kerja daripada jaringan meningkat, maka
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada orang sehat, hal tersebut akan menyebabkan
pembuluh darah berdilatasi sehingga lebih banyak aliran darah dan oksigen. Tetapi,jika
pembuluh darah mengalami arterosklerosis, maka tidak terjadi vasodilatasi untuk merespons
meningkatnya kebutuhan oksigen. Akibatnya tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen, timbul
iskemia. Serangan iskemia biasanya reda dalam beberapa menit apabila ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen sudah diperbaiki.

 Angina Pektoris

Angina pektoris merupakan rasa nyeri pada jantung yang menyertai iskemia miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat
aerobik menjadi metabolisme anaerobik. Pembentukan fosfat berenergi tinggi menurun
cukup besar. Hasil akhir metabolism anaerob yaitu asam laktat, akan tertimbun. Penimbunan
asam laktat akan akan menurunkan pH miokardium yang kemudian akan memicu kerusakan
jaringan. Kerusakan jaringan ini selanjutnya akan merangsang sel-sel saraf nyeri sehingga
tubuh akan merasakan nyeri pada bagian jaringan yang rusak.

 Infark Miokard

Infark miokardium merupakan proses terjadinya kerusakan (nekrosis) sel-sel miokardium


yang diakibatkan kurangnya suplai oksigen dalam waktu yang lama karena terjadinya
iskemia miokard. Sel-sel miokard akan mulai rusak setelah kira-kira 20 menit mengalami
kekurangan oksigen. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti
berkonstraksi secara permanen. Perbaikan terhadap iskemia akan memperkecil daerah
nekrosis.

 Gagal Jantung Kongestif


Gagal jantung kongestif disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Hal ini dapat merupakan akibat
dari disfungsi diastolik atau disfungsi sistolik. Disfungsi diastolik umumnya muncul karena
hipertensi yang berkepanjangan yang akan menyebabkan terjadinya penurunan ventricular
filling. Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung, merupakan akibat dari kerusakan
ventrikel karena infark miokard. Kerusakan ventrikel kiri memicu hambatan pada arteri
pulmonalis sedangkan kerusakan ventrikel kanan menyebabkan hambatan pada kapiler
sistemik. Apabila kerusakan terjadi pada kedua ventrikel tersebut, maka disebut gagal
jantung biventrikular. Gagal jantung kiri merupakan komplikasi mekanis yang paling sering
terjadi setelah infark miokard.

 Stroke

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Pada stroke,
terjadi hipoksia serebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron. Kerusakan
otak karena stroke, terjadi sebagai akibat pembengkakan dan edema yang timbul dalam 24-
72 jam pertama setelah kematian sel neuron. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan
tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-
daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis
dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

 Aneurisma

Aneurisma (Aneurysms) adalah suatu penonjolan (pelebaran, dilatasi) pada dinding suatu
arteri, biasanya pada aorta. Penonjolan biasanya terjadi pada suatu daerah yang lemah pada
dinding arteri. Aneurisma bisa terjadi di sepanjang aorta, tetapi 75% aneurisma muncul pada
bagian aorta yang menuju ke perut. Aneurisma bisa berbentuk bulat (sakuler) atau seperti
tabung (fusiformis). Sebagian besar berbentuk fusiformis.

Aneurisma aorta terutama merupakan akibat dari arteriosklerosis, yang menyebabkan


lemahnya dinding aorta sehingga tekanan di dalam mendorong dinding menggembung
keluar. Di dalam aneurisma sering terbentuk bekuan darah (trombus) dan bisa tersebar di
sepanjang dinding aorta. Resiko anerurisma meningkat pada tekanan darah tinggi dan
perokok sigaret.

Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang cenderung menderita aneurisma:

1. Kelainan bawaan (kelemahan pada dinding pembuluh darah)


2. Cedera atau luka tembak
3. Infeksi jamur atau bakteri pada dinding arteri
4. Peradangan pada aorta
5. Penyakit jaringan ikat turunan (misalnya sindroma Marfan)
Gejala aneurisma sering tampak pembengkakan disertai massa yang berdenyut di daerah
tempat aneurisma berada. Jika aneurisma pecah, akan timbul gejala tekanan darah rendah,
denyut jantung yang cepat serta pusing. Aneurisma yang pecah memiliki resiko kematian
yang tinggi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, USG dan CT scan.

 Hipertensi

Dapat timbul hipertensi akibat aterosklerosis yang lama. Karena, pembentukan trombus,
jaringan parut, dan proliferasi sel otot polos, maka lumen arteri berkurang dan resistensi
terhadap aliran darah yang melintasi arteri meningkat. Ventrikel kiri harus memompa secara
lebih kuat untuk menghasilkan cukup gaya yang mendorong darah melewati sistem vaskular
yang aterosklerotik sehingga dapat timbul hipertensi.

 Xantoma

Xanthoma berasal dari kata yunani “xanthos” yang berarti kuning. Xanthoma adalah deposit
kekuningan yang dibentuk dari lipid (kolesterol) dalam sel-sel busa yang berada di bawah
kulit yang menonjol, lunak, dan berwarna kekuningan. Xanthoma dapat terjadi pada
setiap bagian tubuh, tetapi yang paling sering muncul di siku, sendi, tendon, lutut, tangan,
kaki, dan bokong. Mekanisme pembentukan xanthoma di bawah kulit mirip dengan
pembentukan artherosklerosis pada pembuluh darah, yaitu, adanya LDL dari plasma
terperangkap di jaringan kolagen dan glikosaminoglikan di otot tendon, LDL tersebut
teroksidasi oleh aktivitas makrofag sehingga kolesterol terlepas dari LDL teroksidasi dan
membentuk sel-sel busa yang terdeposit pada jaringan ikat perivaskular.

Jenis-jeinis xanthoma berdasarkan tempatnya, yaitu:

1. Xanthelasma (penumpukan lipid di kelopak mata)


2. Corneal arcus (penumpukan lipid di kornea)
3. Tendon Xanthoma (penumpukan lipid di otot)
4. Eruptif xanthoma (memberikan rasa gatal dan kemerahan. Lesi yang terbentuk
pada kulit atau dalam jaringan lemak yang terletak langsung di
bawah permukaan kulit)

 Perlemakan hati
Perlemakan hati adalah penumpukan lemak pada sel-sel hati. Dikatakan perlemakan hati
apabila kandung lemak di hati (sebagian besar trigliserida) melebihi 5% seluruh berat hati.
Pada orang obesitas terjadi akumulasi lemak khususnya trigliserida dalam jumlah besar di
jaringan adiposa. Hal ini disebabkan karena sel-sel hati sudah tidak mampu menampung
cadangan lipid sehingga mobilisasi lipid berlangsung sangat cepat ke jaringan adiposa.
Akumulasi yang ekstensif dianggap sebagai suatu keadaan patologik. Akumulasi tersebut
lama kelamaan dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan sirosis hati. Bila lemak yang
telah disimpan dalam jaringan adiposa hendak digunakan dalam tubuh untuk menghasilkan
energi,maka lemak harus ditraspor dari jaringan adiposa ke jaringan lain. Lemak
ditransporkan terutama dalam bentuk asam lemak bebas. Keadaan ini dicapai dengan
hidrolisis trigliserida kembali menjadi asam lemak dan gliserol sewaktu meninggalkan sel
lemak, asam lemak mengalami ionisasi kuat dalam plasma dan gugus ioniknya segera
bergabung dengan molekul albumin protein plasma. Ketidakseimbangan pada kecepatan
pembentukan dan triasilgliserol menyebabkan perlemakan hati.

2.6 Sasaram Terapi

Tujuan yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan kolesterol total dan LDL untuk
menguranggi resiko pertama atau berulang dari infark miokard, angina, gagal jantung,
stroke iskemia, atau kejadian lain pada penyakit arterial perifer seperti karotid stenosis atau
aneurisme aortik abdominal.

Tabel 2.6 Sasaran LDL Kolesterol dan batasan nilai untuk terapi perubahan gaya hidup (PGH)
dan terapi obat dalam kategori resiko berbeda

Tingkat LDL untuk Tingkat LDL untuk


Kategori Resiko Sasaran LDL Inisiasi PGH Terapi Obat
(mg/dL) (mg/dL)

PJK atau resiko PJK


≥ 130 (100-129;
(resiko 10 tahun > < 100 ≥ 100
obat terpilih)a
20%)

Resiko 10 tahun 10-


2+ Faktor resiko
20%; ≥ 130 resiko
(resiko 10 tahun ≤ < 130 ≥ 130
10 tahun < 10%; ≥
20%)
160

≥ 190 (160-189;
0-1 Faktor resikob < 160 ≥ 160 obat pilihan
penurun LDL)
a Beberapa ahli menyarankan penggunaan obat penurun LDL untuk kategori ini jika kadar
kolesterol LDL ≤ 100mg/dL tidak dapat diraih dengan PGGH. Kebaikan lain pilihan obat ini
karena memodifikasi kadar trigliserida dan HDL, contoh asam nikotinat atau fibrat.
Pernyataan klinik menyebutkan penundaan terapi obat untuk subkategori ini.

b Kebanyakan orang dengan faktor resiko 0-1 memiliki faktor resiko 10 tahun kurang dari
10%, resiko 10 tahun pada orang faktor resiko 0-1 ditaksir tidak penting.

2.7 Terapi Non-Farmakologi

Terapi perubahan gaya hidup dimulai sejak awal kedatangan dan termasuk terapi diet,
pengurangan berat badan serta peningkatan aktivitas fisik.

1. Diet

Terapi diet yang objektif adalah menurunkan langsung konsumsi lemak total, lemak jenuh
dan kolesterol untuk mendapatkan berat badan yang sesuai. Konsumsi kolesterol dan asam
lemak yang berlebihan menyebabkan pengurangan klirens hepatik LDL dan deposisi LDL
serta oksidasi LDL dalam jaringan lemak.

Peningkatan konsumsi serat larut dalam bentuk oat, pektin, gum dan psyllium dapat
membantu penurunan kolesterol total dan LDL sebesar 5-20%, tetapi perubahan makanan
atau suplemen seharusnya tidak digantikan untuk pengobatan dengan sediaan yang lebih
aktif. Serat ini hanya memiliki efek yang sedikit atau tidak sama sekali terhadap konsentrasi
kolestorel HDL atau trigliserida. Serat ini juga boleh digunakan untuk pengaturan konstipasi
yang berhubungan dengan resin asam empedu.

Pencernaan 2-3 g/hari tanaman sterol dan stanol akan mengurangi LDL 6-15%. Zat ini
terdapat pada margarin di pasaran. Zat tambahan dari minyak ikan memiliki efek yang cukup
besar dalam pengurangan trigliserida dan kolesterol VLDL, tetapi zat ini tidak memiliki efek
untuk kolesterol total dan LDL atau dapat meningkatkan fraksi ini.

Jika seluruh terapi diet ini dilakukan, perkiraan penurunan rata-rata LDL berkisar antara 20-
30%. Induksi penurunan berat badan hingga 10% harus didiskusikan terlebih dahulu dengan
pasien yang kelebihan berat badan.

2. Aktivitas Fisik

Pada umumnya, aktivitas fisik teratur dan tidak terlalu berat, yaitu 30 menit tiap harinya
untuk sebagian besar hari dalam seminggu harus diusahakan. Setidaknya untuk tiap latihan
dapat mengeluarkan 200 kkal/hari.

3. Berhenti Merokok
Setiap pasien harus dianjurkan untuk berhenti merokok.

Tabel 2.7 Komponen esensial untuk terapi perubahan gaya hidup

Komponen Rekomendasi

Kadar lemak total 25-35% untuk kebanyakan


Makanan peningkat LDL
kasus

<7% dari kalori total dan menurunkan


Lemak Jenuh
asupan asam lemak trans

Makanan berkolesterol < 200 mg/hari

Pilihan terapetik untuk menurunkan LDL

Tanaman stanol/sterol 2 g/hari

Peningkat serat 10-25 g/hari

Karbohidrat 50-60% kalori total

Protein ± 15% kalori total

Atur asupan kalori untuk mempertahankan


Total kalori berat tubuh yang ideal dan mencegah
peningkatan berat badan

Olahraga sedang yang cukup, setidaknya


Aktivitas fisik
mengeluarkan 200 kkal/hari

a Kalori dari alkohol tidak termasuk

b Karbohidrat harus diberikan dari makanan kaya karbohidrat kompleks seperti gandum,
buah dan sayuran
2.8 Algoritma Terapi Umum
Gambar 2.3 Algoritma Terapi Umum untuk Hiperlipidemia

Keterangan Algoritma :

1. Pasien dengan dislipidemia, CHD, atau berisiko tinggi CHD


2. Penyebab sekunder tingkat lipid abnormal sebaiknya dipertimbangkan dan diobati bila perlu.
3. Pasien dengan riwayat aterosklerosis non-koroner (termasuk penyakit karotid vaskuler
oklusif, aneurisme aorta abdominal, atau penyakit vaskuler perifer) atau yang memiliki
diabetes berisiko tinggi terkena CHD.
4. Hitung 10-Year Risk for CHD

Faktor risiko penyakit jantung koroner sebaiknya dipertimbangkan dalam evaluasi 10-
year risk pada skrining pasien hiperkolesterolemia. The National Cholesterol Education
Program Adult Treatment Panel III (ATP III) mendefinisikasn risiko tinggi sebagai dua
atau lebih faktor risiko CHD, yang mengarah pada guideline (National Cholesterol
Education Program, 2001 [Guideline]). Faktor risiko tersebut adalah:

1. Pria usia 45 atau lebih dan wanita usia 55 atau lebih. Orang tua dan pria berisiko lebih besar
terkena CHD dibanding orang muda dan wanita.
2. Keluarga dengan riwayat penyakit jantung koroner dini
3. Sedang merokok.
4. Hipertensi, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (dikonfirmasi dengan pengukuran pada
beberapa kali) atau sedang menjalani pengobatan antihipertensi.
5. Kadar kolesterol HDL rendah (kurang dari 40 mg/dL).
Gambar 2.4 Penilaian Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)

17. Terapi obat yang terus menerus

Rekomendasi :

1. Penggunaan terapi statin dianjurkan untuk pasien dengan CHD atau berisiko CHD.

 Saat menjelang tidur atau sore hari, dosis statin lebih efektif (sintesis kolesterol lebih tinggi).
 Untuk memaksimalkan absorpsi, lovastatin perlu dimakan bersama makanan, namun
lovastatin SR harus dimakan saat perut kosong.
 Penggunaan fibrat yang terkait dengan thiazolidindion dapat menyebabkan penurunan mayor
level HDL pada beberapa pasien. Disarankan untuk memeriksa nilai HDL satu sampai dua
bulan setelah memulai kombinasi pengobatan ini.
 Peningkatan dosis tidak boleh dilakukan lebih sering dari setiap empat minggu setelah puasa
panel lipid.

1. Terapi kombinasi dipertimbangkan secara individual.

Keputusan memulai terapi obat harus didasarkan pada diskusi klinis dengan pasien
dengan pertimbangan data hasil akhir, ROTD yang mungkin terjadi, dan biaya. Belum
ada studi pencegahan primer yang telah membahas pengobatan farmakologis pada orang
berisiko rendah terkena CHD, dan tidak ada bukti untuk mendukung pengobatan pada
populasi ini. Umumnya, kejadian CHD pada pria di bawah usia 40 tahun dan wanita
premenopausal sangat rendah, dan pengobatan pada kelompok ini tidak perlu.
Tabel 2.7 Fenotipe lipoprotein dan rekomendasi pengobatan

Tipe lipoprotein Pilihan obat Terapi kombinasi

I (kilomikron) Tidak dinyatakan –

Statin Niasin / BARs

Kolestiramin / kolestipol Statin / Niasin


IIa (LDL)
Niasin Statin / BARs

Ezetimibe

Statin BARs, fibrat, atau niasin

Fibrat Statin, niasin, atau BARs


IIb (LDL + VLDL)
Niasin Statin atau fibrat

Ezetimibe

Fibrat Statin atau niasin


III (intermediate-density
Niasin Statin atau fibrat
lipoprotein)
Ezetimibe

Fibrat Niasin
IV (VLDL)
Niasin Fibrat

Fibrat Niasin
V (VLDL + kilomikron)
Niasin Minyak ikan

Keterangan :

1. BARs = bile acid resins

BARs bukan merupakan first line therapy jika trigliserid melebihi normal karena
hipertrigliseridemia dapat semakin parah bila BARs digunakan tunggal.

2. Kombinasi statin dan BARs adalah rasional karena jumlah LDL-Rs meningkat
sehingga mengarahkan pada degradasi kolesterol LDL yang lebih besar; sintesis
kolesterol intraseluler dihambat, dan siklus enterohepatik asam empedu diganggu

3. Kombinasi statin dan ezetimibe adalah rasional karena ezetimibe menghambat


penyerapan kolesterol yang melewati gut border dan bisa meningkat sebesar 12 – 20%
reduksinya bila dikombinasi dengan statin.

18. Modifikasi gaya hidup

Rekomendasi :

1. Pasien dengan berat badan berlebih dianjurkan mengurangi asupan kalori untuk menurunkan
berat badan
2. Pasien sebaiknya mengikuti diet dan latihan yang cukup untuk menurunkan level kolesterol
LDL hingga target. Diet rendah lemak jenuh dan trans, dan tinggi serat larut, dengan
penambahan 2 gram sterol / stanol tanaman.
3. Suplementasi vitamin E tidak perlu digunakan.
4. Konsumsi alkohol ringan hingga sedang (tidak lebih dari satu gelas per hari untuk wanita dan
dua gelas untuk pria) dapat menurunkan risiko terkena CHD.
5. Asam lemak omega-3 direkomendasikan bagi pasien dengan dislipidemia (1 gram EPA/DHA
dengan suplemen kapsul, atau mengonsumsi sedikitnya dua sajian ikan per minggu).
6. Pemantauan lab dalam 3 – 12 bulan
7. Perawatan kontinu dengan pemantauan per tahun dalam hal kepatuhan dan gaya hidup
pasien.

 Algoritma Terapi Khusus


o Level Lipoprotein yang Sangat Tinggi/Sangat Rendah

1. Kadar LDL sangat tinggi (≥ 190 mg/dL)

Gunakan obat-obatan penurun LDL:

1. Statin (dalam dosis lebih tinggi)


2. Kombinasi statin + bile acid residu
3. Kombinasi statin + bile acid residu + asam nikotinat (niasin)
4. Peningkatan Trigliserida ( ≥ 150 mg/dL)
5. Pendekatan terapi untuk non-HDL kolesterol yang meningkat :
6. Intensifkan terapi pengubahan gaya hidup
7. Intensifkan terapi obat penurun LDL
8. Untuk menurunkan VLDL, gunakan obat asam nikotinat (niacin)atau Fibrat
9. Kadar Trigliserida sangat tinggi (≥ 500 mg/dL)
10. Tujuan terapi : mencegah pankreatitis akut
11. Melakukan diet sangat rendah lemak (≤ 15% dari asupan kalori)
12. Biasanya membutuhkan obat penurun trigliserida seperti asam nikotinat(niacin) atau gol.
Fibrat
13. Kadar trigliserida diturunkan sebelum menurunkan LDL
14. Kadar HDL rendah (< 40 mg/dL)
15. Target utama terapi : LDL-C
16. Apabila ada gangguan metabolisme, lakukan pengurangan berat danpeningkatan aktivitas
fisik
17. Apabila kadar trigliserida ≥ 200 mg/dL, non-HDL kolesterol menjadi targetsekunder terapi
18. Untuk pasien dengan PJK atau resiko ekivalen PJK, pertimbangkanpenggunaan asam nikotinat
(niacin) atau gol. Fibrat

 Hiperlipidemia Diabetik

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasien diabetes dengan
hiperlipidemia :

1. Pasien memiliki pola lipoprotein yang disebut atheroghenic dyslipidemia dimana kadar
trigliserida tinggi, kadar HDL rendah, dan partikel LDL berukuran kecil
2. Sasaran LDL-C : < 100 mg/dL
3. Apabila baseline LDL-C ≥ 130 mg/dL, kebanyakan pasien membutuhkanterapi pengubahan
gaya hidup dan obat-obatan penurun LDL
4. Apabila baseline LDL-C 100-129 mg/dL, maka pertimbangkan pilihan terapi sebagai berikut :
5. Kontrol glisemik yang intensif
6. Pemberian obat untuk atherogenic dyslipidemia, yaitu asam nikotinat(niacin) dan gol. Fibrat.
Untuk pemakaian niacin, utamakan bentuk sustained-release yang lebih aman. Sedangkan
untuk gol. Fibrat,gemfibrozil merupakan obat yang paling baik.
7. Intensifkan terapi penurunan LDL; umumnya statin menjadi pilihanutama (paling baik pilih
atorvastatin atau simvastatin)
8. Bila baseline trigliserida ≥ 200 mg/dL, maka non-HDL kolesterol menjadisasaran sekunder
terapi.

2.9.3 Hiperlipidemia pada pasien PJK

1. Untuk penderita Hiperlipidemia dengan komplikasi dengan penyakit jantung koroner.


Ketiga kelompok resiko ini ialah ; kelompok dengan PJK atau resiko ekivalen PJK
(resiko10 th > 20%), kelompok dengan 2 atau lebih faktor resiko (resiko 10 th ≤ 20%),
kelompok dengan 0-1 ffaktor resiko. Setiap kelompok memiliki batas pengukuran LDL
masing-masing, meliputi sasaran akhir pengurangan LDL, batas LDL dimana terapi
NonFarmakologi harus dilakukan, dan batas LDL dimana terapi farmakologi
harusdipertimbangkan. Semakin besar faktor resiko yang dimiliki, maka kadar LDL yang
diharapkan pada setiap tahap terapi akan semakin kecil. Berikut langkah-
langkah pengelolaan pada pasien dalam kaitannya dengan PJK.

b. Usia lebih dari 30 tahun tanpa penyakit jantung koroner namun mempunyai 2
faktor resiko atau lebih
c. Usia diatas 30 tahun tanpa penyakit jantung koroner dan hanya ada satu faktor resiko
atau kurang
Hipertensi pada hiperlipidemia secara umum disebabkan karena kurang sempurnanya
komposisi kolesterol di dalam pembuluh darah arteri. Obat yang biasa digunakan untuk
mengatasi keadaan tersebut adalah gemfibrozil. Obat ini dapat menurunkan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.

2.9.4 Hiperlipidemia pada pediatri

Standar terapi dan target terapi hiperlipidemia untuk anak-anak berbeda dengan standar
terapi dan target terapi hiperlipidemia untuk orang dewasa. Klasifikasi level lipid untuk
anak-anak dapat dilihat pada Tabel 1. Anak-anak pada usia yang lebih muda biasanya
diterapi secara nonfarmakologis terlebih dahulu, yaitu dengan perubahan pola hidup
sampai setelah umur 2 tahun. Apabila diperlukan terapi farmakologis, maka terapi
tersebut dapat direkomendasikan saat anak-anak berumur 10 tahun. Dahulu, resin asam
empedu direkomendasikan sebagai agen terapi lini pertama, namun bukti-bukti saat ini
menunjukkan bahwa statin adalah agen terapi yang lebih aman dan efektif untuk anak-
anak serta memberikan efek penurunan lipid yang lebih besar daripada resin asam
empedu.

Tabel 1. Klasifikasi Level Lipid pada Anak-Anak dan Remaja (Umur < 20 Tahun)
Gambar . Standar Terapi untuk Anak-Anak Hipertrigliseridemia

2.9.1 Standar Terapi untuk Anak-Anak Hiperkolesterolemia

Algoritma skrining dan terapi hiperkolesterolemia anak-anak dapat dilihat pada Gambar
2. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak-anak pada usia yang lebih muda
diterapi secara nonfarmakologis terlebih dahulu, yaitu dengan perubahan pola hidup
sampai setelah umur 2 tahun. Apabila diperlukan terapi farmakologis, maka terapi
tersebut dapat direkomendasikan saat anak-anak berumur 10 tahun. Pada kasus-kasus
tertentu, seperti Familial Hypercholesterolemia (FH), terapi yang diberikan akan menjadi
lebih agresif.

Pada umumnya, anak-anakusia dinipenderita FHjuga diterapi dengan perubahan pola


hidup. Obat penurun lipid mulai dipertimbangkan untuk anak-anak penderita FH saat
mereka berumur 10 tahun. Tujuan pengobatan/sasaran terapi pada terapi penurunan lipid
pasien anak-anakdisesuaikan dengan risiko aterosklerotik yang mungkin dideritanya
(Gambar 3). Sebagai terapi inisial sebaiknya digunakan statin setelah didahului dengan
pengaturan diet dan aktivitas fisik. Enam jenis obat golongan statin (rosuvastatin,
atorvastatin, simvastatin, pravastatin, lovastatin dan fluvastatin) telah disetujui FDA
sebagai obat untuk menurunkan kadar LDL pada anak-anak berumur 10 tahun atau
lebih.

Pada kasus khususmisalnyaadanya riwayat keluarga terkait CHD pada usia dewasa awal,
tenaga kesehatan profesional dapat memberikan statin dosis tinggi atau memberikan lebih
dari 1 obat penurun lipid atau memberikan obat penurun lipid sebelum anak berumur 10
tahun (minimal umur 8 tahun). Pada keadaan Familial Hyperlipidemia Homozygous (FH
Homozigot), pengobatan mungkin dapat dimulai lebih awal.

Anak-anak yang tidak dapat menoleransi penggunaan statin dapat menggunakan resin
asam empedu atau fibrat atau ezetimibe (Gambar 4). Resin asam empedu dapat digunakan
pada anak-anak karena dapat meminimalkan toksisitas sistemik. Apabila resin asam
empedu dipilih sebagai agen terapi penurun lipid, maka tenaga kesehatan perlu
memberikan vitamin-vitamin larut lemak dan asam folat kepada pasien.
Gambar 2. Algoritma Terapi Hiperkolesterolemia Anak-Anak
Keterangan: Step 1: Klasifikasi risiko berdasarkan proses penyakit (Tabel 2); Step 2:
Penilaian semua faktor risiko kardiovaskular. Jika terdapat ≥2 komorbiditas, pasien
dimasukkan ke dalam kelompok risko yang lebih tinggi berikutnya untuk manajemen
berkesinambungan; Step 3: Target terapi untuk tiap kelompok; Step 4: Terapi inisial:
Untuk kelompok I, manajemen inisial adalah dengan perubahan pola hidup (Tabel 4)
ditambah manajemen spesifik penyakit (Tabel 5). Untuk kelompok II dan III, manajemen
inisial adalah perubahan gaya hidup (Tabel 4). Step 5: Untuk kelompok II dan III, jika
target terapi tidak tercapai setelah manajemen inisial, pertimbangkan terapi seperti yang
tercantum di Tabel 4. FH mengindikasikan Familial Hypercholesterolemia; ESRD, End-
Stage Renal Disease; CV, Cardiovascular; CAD, Coronary Artery Disease; %ile, percentile;
BP, Blood Pressure; LDL, Low-Density Lipoprotein; FG, Fasting Glucose;
HgbA1chemoglobing A1c; ht, height; pt, patient; TLC, Therapeutic Lifestyle Change.

Gambar 3. Algoritma Terapi pada Anak-Anak dengan Risiko Tinggi

Tabel 2. Klasifikasi Penyakit berdasarkan Risiko Atersklerotik

Tabel 3. Profil Lipid Penderita Familial Hypercholesterolemia

Keterangan: TC= Total Cholesterol

Tabel 4. Rekomendasi Terapi untuk Kelompok I, II, dan III


Pertumbuhan/Diet

 Evaluasi oleh ahli nutrisi, edukasi tentang diet: total lemak < 30% dari total kalori, lemak
jenuh < 10% dari total kalori, kolesterol < 300 mg/dl, hindari lemak trans; kalori yang cukup
untuk pertumbuhan.

 Perhitungan BMI percentile:


o Jika BMI inisial > 95 percentile

à Langkah 1:

 Latihan penurunan kalori yang disesuaikan dengan umur anak


 Follow up diet spesifik/berat badan setiap 2-4 minggu selama 6 bulan; ulangi perhitungan
BMI setelah 6 bulan.
 Konseling

 Jika BMI follow up > 85 percentile untuk kelompok 1, > 90 percentile untuk kelompok ii, atau
> 95 percentile untuk kelompok III

à Langkah 2:

Program penurunan berat badan ditambah latihan/olah raga yang disesuaikan dengan
status kardiak
Tekanan darah (kelompok I, II, III)

 Pengukuran tekanan darah


o Jika tekanan sistol dan/atau diastol= 90-95 percentile atau tekanan darah > 120/80
mm Hg (3 pengukuran terpisah dalam 1 bulan):

à Langkah 1: Pengurangan asupan kalori, peningkatan aktivitas selama 6 bulan

 Jika tekanan sistol dan/atau diastol inisial > 95 percentile (dikonfirmasi dalam 1 minggu)
atau tekanan sistol dan/atau diastol 6 bulan follow up > 95 percentile:

à Langkah 2: Mulai terapi farmakologis


Lipid

– LDL-C (kelompok I, II, III)

o Lihat Tabel 5 untuk rekomendasi LDL-C kelompok I.

o Jika LDL-C inisial ≥ 130 mg/dL (kelompok II) atau > 160 mg/dL (kelompok III):

à Langkah 1: Diet dengan kalori dari lemak < 30%, kalori dari lemak jenuh < 7%,
kolesterol < 200 mg/hari, hindari lemak trans selama 6 bulan

o Jika LDL-C berikutnya > 130 mg/dL pada kelompok II atau > 160 mg/dL pada
kelompok III dan umur anak > 1- tahun:

à Langkah 2: Mulai terapi statin dengan target LDL 130 mg/dL

– Trigliserida

o Jika TG inisial = 150-400 mg/dL:

à Langkah 1:

§ Diet rendah karbohidrat sederhana, diet rendah lemak

§ Jika TG yang tinggi disertai dengan berat badan yang berlebih, dilakukan manajemen
penurunan berat badan oleh ahli nutrisi: latihan keseimbangan energi ditambah
aktivitas/olah raga.

o Jika TG > 700-1000 mg/dL, inisial atau follow up:

§ Pertimbangkan fibrat atau niasin jika umur anak > 10 tahun

§ Penurunan berat badan (jika TG yang tinggi disertai dengan berat badan yang
berlebih)
Glukosa (kelompok I, II, III; kecuali pasien DM)

– Jika kadar glukosa darah puasa = 100-126 mg/dL:

à Langkah 1: Diet rendah kalori, peningkatan aktivitas dengan target penurunan berat
badan sebesar 5-10% selama 6 bulan.

– Jika kadar glukosa darah puasa berikutnya = 100-126 mg/dL:

à Langkah 2: Terapi insulin-sensitizing

– Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL atau kadar glukosa darah puasa > 126
mg/dL = DM à Evaluasi dan manajemen DM

– HbA1C dijaga < 7%


Merokok (kelompok I, II, III):

à Langkah 1: konseling untuk menghentikan kebiasaan merokok; konsep smoke-free


home direkomendasikan setiap pertemuan.

à Langkah 2: Penghentian merokok.


Aktivitas (kelompok I, II, III)

– Aktivitas diatur oleh dokter yang merawat. Untuk kasus kardiak spesifik, seperti
penyakit Kawasaki dan kelainan jantung kongenital, perlu mengikuti standar terapi
aktivitas.

à Langkah 1: Target= waktu aktivitas ≥ 1 jam/hari; screen time (nonton televisi, bermain
video games) ≤ 2 jam/hari.

– Mendorong aktivitas pada setiap pertemuan

à Langkah 2: Setelah 6 bulan, jika target tidak berhasil dicapai, pertimbangkan olah raga
dengan ahlinya.

Tabel 5. Rekomendasi Terapi Spesifik untuk Kelompok I

– Edukasi yang tepat (disesuaikan dengan umur anak) mengenai diet, aktivitas, dan
penghentian merokok

– Terapi spesifik yang diperlukan untuk mencapai target tekanan darah, LDL-
C, kadar glukosa darah, dan HBA1C, seperti yang ada pada algoritma di Gambar 3.
FH Homozigot

– Manajemen LDL: aferesis dijadwalkan setiap 1-2 minggu dimulai sejak


diagnosis untuk menurunkan LDL-C secara maksimal, ditambah statin dan
inhibitor absorpsi kolesterol

– Rujukan untuk kardiologis/spesialis lipid

– Penilaian BMI, tekanan darah, dan kadar glukosa darah puasa à manajemen
langkah 1 selama 6 bulan

– Jika target kelompok 1 gagal dicapai, lanjutkan ke langkah 2


DM Tipe 1

– Manajemen kadar glukosa darah intensif, dengan monitoring kadar glukosa


darah dan titrasi insulin yang sering, untuk menjaga kadar glukosa darah < 200
mg/dL, HbA1C< 7%

– Penilaian BMI dan kadar lipid puasa: Manajemen berat badan dan lipid
langkah 1 selama 6 bulan

– Jika target tidak dicapai, lanjutkan ke langkah 2; pertimbangkan


penggunaan statin bila anak berumur > 10 tahun untuk mencapai tujuan terapi
kelompok 1

– Jika tekanan darah inisial > 90 percentile: manajemen langkah 1 ditambah


diet bebas garam serta peningkatan aktivitas selama 6 bulan

– Jika tekanan darah tetap > 95 percentile: mulai penggunaan ACE inhibitor
dengan target tekanan darah < 90 percentile atau < 130/80 mm Hg
Kelainan Ginjal Kronis/End-Stage Renal Disease

– Optimasi manajemen kegagalan ginjal dengan dialisis/transplantasi

– Penilaian BMI, tekanan darah, lipid, kadar glukosa darah puasa: manajemen
langkah 1 selama 6 bulan

– Jika target tidak tercapai, lanjutkan ke langkah 2; pertimbangkan


penggunaan statin jika anak berumur > 10 tahun untuk mencapai target terapi
kelompok 1
Setelah transplantasi jantung

– Optimasi terapi antipenolakkan, terapi cytomegalovirus, evaluasi rutin


dengan pemeriksaan angiografi/perfusi

– Penilaian BMI, tekanan darah, lipid, kadar glukosa darah puasa: Mulai
terapi langkah 2, termasuk statin, untuk semua pasien > 1 tahun untuk mencapai
target terapi kelompok 1
Penyakit Kawasaki dengan aneurisme koroner

– Terapi antitrombotik, pembatasan aktivitas, evaluasi perfusi miokardial yang


kontinu

– Penilaian BMI, tekanan darah, lipid, kadar glukosa darah puasa: manajemen
langkah 1 selama 6 bulan

– Jika target tidak dicapai, lanjutkan ke langkah 2; pertimbangkan


penggunaan statin jika anak berumur > 10 tahun unuk mencapai target terapi
kelompok 1
Gambar 4. Algoritma Pemilihan Obat untuk Anak-Anak Hiperlipoprotein Tipe IIA yang
Tidak Toleran Terhadap Statin

 Dosis Obat Hiperlipidemia untuk Anak-Anak

1. Statin

Penggunaan statin pada anak-anak telah terlihat meningkat secara nyata karena obat ini
dapat ditoleransi, aman dan manjur, serta dipertimbangkan menjadi terapi lini pertama.
Statin telah disetujui untuk digunakan pada anak-anak berumur 10 tahun (khusus untuk
pravastatin dapat digunakan pada anak berumur 8 tahun). Pengobatan pada anak-anak
harus menggunakan dosis terendah yang ada sebagai dosis permulaan terapi. Peningkatan
dosis dapat dipertimbangkan untuk ditingkatkan setiap 6-12 mingu sampai level LDL
kurang dari 160 mg/dL atau hingga dosis maksimum yang dapat ditoleransi tercapai.

10-17 tahun : 10-20 mg/hari. Dosis pemeliharaan :


Lovastatin
10-40 mg/hari

10-17 tahun : 10 mg/hari. Dosis pemeliharaan :


Simvastatin
10-40 mg/hari

8-13 tahun : 20 mg/hari


Pravastatin
14-18 tahun : 40 mg/hari
10-16 tahun : 20 mg/hari. Pemeliharaan : 20-80
Fluvastatin
mg/hari

10-17tahun : 10 mg/hari. Pemeliharaan tidak


Atorvastatin
lebih dari 20 mg/hari

2. Resin asam empedu

Kolestiramin dan kolestipol tidak larut dan harus dicampur dengan air atau jus untuk
menghindari terjadinya obstruksi usus. Resin diberikan bersama dengan makanan dengan
dosis dalam bentuk per sendok yang terdiri dari 4-5 g. Terapi dimulai dengan 1-2 sendok
perhari dan diberikan jus jeruk atau air. Kolestiramin dan kolestipol juga dapat mengikat
obat dan vitamin sehingga obat lain dan vitamin sebaiknya dikonsumsi minimal 1 jam
sebelum atau 3 jam setelah konsumsi kedua obat tersebut

1. Kolestiramin

Satu sendok yang setara dengan 4 g kolestiramin. Dimulai dengan 1 sendok yang dicampur
dengan air atau jus. Tingkatkan perlahan hingga 8-16 g/hari, tidak lebih dari 24 g/hari.
Dosis maksimal mengacu pada dosis remaja dewasa. Dosis optimal standar untuk
pediatrik adalah 240mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis, tidak melebihi 8g/hari.

1. Kolestipol

Tersedia dalam bentuk tablet 1 gram atau granul untuk suspensi oral (5g per paket). Dosis
dewasa adalah sehari1-2 kali 2 g dan maksimum 16 g/hari untuk tablet atau 5 g/hari untuk
granul. Bergantung pada ukuran tubuh anak, dosis ini dapat dikurangi setengah hingga
tiga perempatnya untuk mendapatkan dosis obat untuk anak-anak.

3. Niasin

Niasin harus dimulai pada dosis 50mg/hari dan ditingkatkan bertahap (selama 4 minggu)
hingga dosis 1500-3000 mg/mm2. Ketika dosis yang digunakan telah mencapai 100 mg/hari,
maka pemberian niasin dilakukan dalam dosis terbagi (sehari 2 kali atau sehari 3 kali).

4. Derivat asam fibrat

Bezafibrat dapat diberikan dengan dosis 10-20 mg/hari.

2.9.4 Hiperlipidemia pada ibu hamil

Saat ini, sebanyak 20.000 pasien FH (Familial Hypercholesterolaemia) telah berhasil


diidentifikasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2260 pasien adalah wanita yang berumur
20-40 tahun. Adanya peningkatan jumlah pasien wanita penderita FH yang biasanya
diterapi dengan agen penurun lipid ini mengakibatkan keinginan untuk hamil atau
kehamilan yang terjadi pada wanita-wanita tersebut perlu mendapat perhatian terkait
dengan keamanan calon ibu dan anak. Permasalahannya adalah belum ditetapkannya
standar terapi berbasis fakta untuk manajemen pasien-pasien seperti ini. Adapun usaha
yang dapat dilakukan hanya terbatas pada mengingatkan pasien untuk menghentikan
semua obat penurun lipid sistemik dengan pilihan menggantikannya dengan resin asam
empedu untuk mencegah efek teratogenik pada bayi yang dikandung. National Institute for
Health and Clinical Excellence (NICE) telah menerbitkan standar terapi untuk identifikasi
dan manajemen individu dengan FH termasuk rekomendasi tentang bagaimana terapi
harus diberikan pada usia subur. Berikut ini adalah rangkuman standar terapi NICE
untuk manajemen kesuburan pada wanita yang menderita Familial Hypercholesterolaemia
(FH).

Berikut ini adalah rangkuman standar terapi NICE untuk manajemen kesuburan pada
wanita yang menderita Familial Hypercholesterolaemia (FH)

1. Periode: Sebelum Mencoba untuk Hamil


2. Ketika pengobatan dengan agen penurun lipid pertama kali dipertimbangkan untuk wanita
yang berusia subur, risiko penggunaan obat penurun lipid terhadap kehamilan dan fetus harus
dikonsultasikan.
3. Kombinasi kontrasepsi oral tidak dikontraindikasikan pada wanita yang sedang diterapi
dengan agen penurun lipid.

1. Periode: Mencoba untuk Hamil dan Selama Gestasi


2. Tidak ada kontraindikasi untuk hamil pada kebanyakan wanita yang menderita FH.
3. Wanita yang ingin hamil harus diingatkan untuk berhenti menggunakan statin 3 bulan
sebelum mencoba untuk hamil.
4. Wanita dengan FH yang ingin hamil atau yang sedang hamil harus dilayani dengan sistem
pelayanan kesehatan bersama, termasuk melibatkan ahli di bidang kardiologi dan obstetri.
5. Pada situasi yang tidak biasa, yaitu ketika wanita menunjukkan gejala CHD (Coronary Heart
Disease)atau FH homozigot dan mencoba untuk hamil, wanita tersebut harus mendiskusikan
keinginannya itu pada ahli kardiologis yang menanganinya.
6. Wanita dengan FH yang menjadi hamil ketika menggunakan statin atau agen penurun lipid
sistemik lainnya harus diingatkan untuk segera menghentikan terapinya dan dirujuk ke dokter
spesialis obstetri untuk melakukan penilaian kondisi fetus.
7. Tidak perlu dilakukan pengukuran kadar kolesterol darah secara teratur selama kehamilan.

1. Periode: Laktasi

Wanita dengan FH harus diingatkan untuk menyusui anaknya. Hanya golongan resin yang
boleh dipertimbangkan sebagai agen terapi penurun lipid selama periode laktasi.

Tabel 2.8. Kategori obat penurun lipid untuk ibu hamil

Tabe l 2.8 menunjukkan kategori obat penurun lipid untuk ibu hamil. Dari Tabel 2.8
dapat dimengerti mengapa wanita penderitaFH harus menghentikan penggunaan obat
golongan statin (kategori X), fibrat (kategori C), ezetimib (kategori C), dan niasin (kategori
C) setidaknya 3 bulan sebelum kehamilan dan tidak menggunakan obat ini selama
kehamilan dan menyusui. Penggunaan obat penurun lipid lainnya seperti kolesevelam
(kategori B) dapat dipertimbangkan dibawah petunjuk dari praktisi kesehatan. Resin
kolestiramin, sekalipun masuk ke dalam kategori C, dapat dipertimbangkan sebagai agen
terapi penurun lipid karena tidak diabsorbsi secara sistemik sehingga tidak akan
menyebabkan kerusakan janin bila diberikan selama kehamilan dalam dosis yang
dianjurkan. Rangkuman data teratogenisitas terkait obat-obat penurun lipid dapat dilihat
pada Tabel 2.9. Wanita hamil dengan FH disarankan untuk membatasi asupan ikan
berminyak hingga 2 porsi per minggu dan tidak direkomendasikan untuk menggunakan
suplemen asam lemak omega3 (NGC).

Tabel 2.9 Obat-obat penurun lipid selama kehamilan


Sama seperti pasien muda, pengobatan pada geriatri juga harus diawali dengan pola hidup
dan modifikasi makanan. Terapi farmakologi diawali dengan statin, sebagai obat pilihan
utama pada geriatri. Sebagai tambahan, dapat dilakukan terapi kombinasi dengan
ezetmibe, niasin, dan fibrate.

1. Statin

Geriatri dengan risiko tinggi kejadian vaskular dengan serum kolesterol LDL yang
meningkat harus diobati, terutama dengan statin, untuk mengurangi serum kolestrol LDL
hingga <100 mg/dL.

Obat pilihan terbaik adalah Rosuvastatin karena memberikan risiko rendah untuk
miopati dan merupakan statin yang paling berpotensi, serta dapat diberikan dengan dosis
yang rendah.Fluvastatin dan pravastatin juga dipertimbangkan jadi pilihan, namun
mereka lebih kurang berpotensi dibandingkan rosuvastatin dan memerlukan dosis lebih
tinggi.
Tabel 2.10 Dosis statin yang direkomendasikan untuk geriatri pada pengobatan
hiperkolesterolemia

Obat Dosis Awal/hari Dosis Maksimum/hari

Pravastatin 10 mg 40 mg

Fluvastatin 20 mg 40 mg

Rosuvastatin 10 mg 40 mg

Atorvastatin 10 mg 80 mg

Lovastatin 10 mg 80 mg

Simvastatin 10 mg 80 mg

Efek merugikan yang berhubungan dengan statin pada pasien geriatri lebih sedikit
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda. Statin tidak boleh digunakan pada
seseorang dengan penyakit hati yang aktif. Harus dilakukan tes fungsi hati sebelum
memulai menggunakan statin, pada 6 minggu dan 12 minggu setelah terapi awal statin,
dan pada interval 6 bulan untuk tahun pertama pengobatan atau hingga setahun setelah
dosis dinaikkan. Mulai pengobatan statin dengan dosis rendah, dan naikkan dosis jika
perlu sesuai level serum lipid pada interval 4 minggu atau lebih.

Risiko miopati akan meningkat ketika statin diberikan dengan pengobatan yang
berhubungan dengan miopati, seperti gamfibrozil, atau pada kasus atorvastatin, lovastatin,
dan simvastatin yang sama-sama dimetabolisme dengan enzim CYP3A4, ketika diberikan
CY3A4 inhibitor seperti amiodaron, azol antifungi, diltiazem, verapamil, atau makrolida.

1. Ezetimibe
Walaupun statin merupakan obat yang paling efektif mengobati hiperkolesterolemia,
namun kebanyakan pasien geriatri tidak dapat mencapai level kolesterol LDL yang
maksimal dengan statin saja, karena peningkatan dosis juga meningkatkan risiko untuk
reaksi yang tidak diinginkan, terutama miopati. Oleh karena itu, agen antihiperlipidemik
seperti ezetimibe mungkin diperlukan.

Ezetimibe merupakan inhibitor absorbsi kolesterol, menghambat sintesis kolesterol di hati,


dan dengan pemberian bersama statin menunjukkan penurunan kolesterol DL yang lebih
besar.Kombinasi statin dan ezetimibe biasanya dapat ditoleransi dengan baik, namun
dapat menyebabkan peningkatan kecil level enzim hati. Kasus hepatotoksik berat belum
pernah dilaporkan terjadi.

Tabel 2.11 Dosis Ezetimibe sebagai penurun kolesterol LDL pada geriatri

Ezetimibe Dosis/hari Penurunan Koloesterol LDL

Ezetimibe 10 mg 15-20%

Ezetimibe/statin 10/20 mg 20-25%

1. Fibrate

Fibrate dipertimbangkan sebagai obat yang sangat efektif dalam menurunkan triglisrida
sebanyak 50% penurunan (25-30% pasien dengan level trigliserida yang lebih rendah) dan
11-14% meningkatkan kolesterol HDL (meningkatkan > 25% terjadi pada pasien
hipertrigliseridemia dan kolesterol HDL rendah) dengan perkiraan 11% penurunan
kolesterol LDL.

Klofibrate dan fenofibrate menyebabkan lebih sedikit gejala gastrointestinal dibandingkan


gemfibrozil dan dapat dipilih untuk pasien geriatri yang memiliki gangguan
gastrointestinal. Fenofibrate merupakan obat terpilih dikarenakan dosisnya yang sekali
perhari, profil yang baik dalam reaksi yang tidak diinginkan (terutama ketika diberikan
bersama statin), sedikit peningkatan potensi dalam penurunan trigliserida dan
peningkatan kolesterol HDL, dan penurunan kolesterol LDL.
Semua fibrate diekskresikan melalui ginjal dan terakumulasi di serum pada pasien gagal
ginjal, yang dapat menyebabkan terjadinya myositis. Oleh karena itu, pada pasien geriatri
dengan penurunan fungsi ginjal, dosis harus disesuaikan untuk menghindari keracunan.

1. Niasin (Asam Nikotinat)

Niasin merupakan vitamin B kompleks larut air, yang memiliki efek independen
hipolipidemik dalam perannya sebagai vitamin, walaupun memerlukan dosis farmakologi
yang lebih tinggi untuk memperoleh efek tersebut. Niasin dapat menurunkan kolesterol
total dan LDL hingga sebanyak 15%, mengurangi trigliserida 25-30% dan meningkatkan
kolesterol HDL antara 25% dan 40% pada pasien dengan kolesterol HDL yang rendah.

Hepatitis lebih sering terjadi dalam penggunaan niasin dibandingkan statin, terutama
pada dosis 2000-3000 mg. Pengaturan dosis yang tepat dan edukasi kepada pasien dapat
meningkatkan pemenuhan pengobatan pada pasien geriatri dengan niasin.

Tabel 2.12 Dosis Niasin sebagai antihiperlipidemia pada geriatri

Jenis Dosis Niasin Dosis/hari

Dosis awal 250-500 mg

Peningkatan dosis per bulan 500-1000 mg

Dosis maksimum 3000 mg

2.10 Terapi Farmakologi

2.10.1 Terapi Farmakologi Secara Umum

Tujuan yang ingin dicapai pengobatan secara farmakologi ini adalah penurunan kolesterol
total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama atau berulang dari infark miokardiak,
angina, gagal jantung, stroke iskemia atau kejadian lain pada penyakit arterial perifer
seperti carotid stenosis atau aneurisme aortic abdominal.

Meskipun banyak obat penurun lipid, tidak ada yang efektif untuk semua gangguan
lipoprotein, dan semua agen tersebut dikaitkan dengan beberapa efek samping. Obat
penurun lipid secara luas dapat dibagi menjadi: (1) agen yang menurunkan sintesis VLDL
dan LDL, (2) agen yang meningkatkan klirens VLDL, (3) agen yang meningkatkan
katabolisme LDL, (4) agen yang mengurangi penyerapan kolesterol, (5) agen yang
meningkatkan HDL, atau beberapa kombinasi dari karakteristik tersebut. Tabel 2.13
adalah daftar obat pilihan yang direkomendasikan untuk setiap fenotipe lipoprotein dan
agen alternatif serta terapi kombinasinya. Pada tabel 2.14 merupakan daftar produk yang
tersedia dan dosisnya..

Tabel 2.13 Efek Terapi Obat terhadap Lipid dan Lipoprotein

Efek terhadap
Obat Mekanisme Kerja Efek terhadap Lemak
Lipoprotein

↓ Kolesterol
↓ LDL
↑ Katabolisme LDL
Kolestiramin, kolestipol,
dan kolesevelam ↑ VLDL
↓ Absorpsi kolesterol

↓ Sintesis LDL, dan


Niasin
VLDL
↓Trigliserida dan
↓VLDL,↓LDL,↑HDL
kolesterol
↑Klirens VLDL
↓Trigliserida dan
Gemfibrozil, finofibrat ↓LDL
↓Sintesis VLDL kolesterol

↑Katabolisme LDL
Lovastatin,

Pravastatin, ↓Sintesis LDL

Simvastatin,

Fluvastatin, Menghambat
↓Kolesterol ↓LDL
Atorvastatin, absorbsi kolesterol
membatasi saluran
Rovusastatin cerna

Ezetimib

Tabel 2.14 Fenotip Lipoprotein dan Anjuran Obat untuk Pengobatan


Tipe Lipoprotein Pilihan Obat Terapi Kombinasi

I Tidak diindikasikan –

Niacin atau BAR*


Statin
Statin atau niacin
IIa
Kolestiramin atau Kolestipol
Statin atau BAR
Nicain
Ezetimib
BAR atau fibrat atau niacin
Statin
Statin atau niacin atau BAR
Iib
Fibrat
Statin atau fibrat
Niacin
Ezetimib
Statin atau niacin
Fibrat
III
Statin atau fibrat
Niacin
Ezetimib
Fibrat Niacin
IV
Niacin Fibrat
Fibrat Niacin
V
Niacin Minyak ikan

*BAR, bile acid resins (resin pengikat asam empedu), termasuk gemfibrozil atau fenofibrat.
BAR tidak digunakan untuk terapi pertama jika trigliserida meningkat pada nilai
awalnya, karena hipertrigliria dapat diperburuk oleh BAR tunggal.

2.10.2 Obat Hiperlipidemia

Statin merupakan pilihan pertama karena mereka adalah agen penurunLDL paling
ampuh. Saat ini produk yang tersedia termasuk lovastatin, pravastatin, simvastatin,
fluvastatin, dan atorvastatin. Rosuvastatin adalah statin paling ampuh saat ini di
pasaran.Waktu paruh plasma semua statin yang dilaporkan pendek, kecuali untuk
atorvastatin dan rosuvastatin, yang mungkin menjelaskan mengapa keduanya memiliki
potensi yang besar.
Keputusan untuk menggunakan terapi obat pada hiperlipidemia harus didasarkan pada
kelainan metabolisme spesifik dan potensinya yang menyebabkan aterosklerosis atau
pankreatitis. Diet merupakan tambahan yang diperlukan untuk terapi obat dan sebaiknya
dilanjutkan untuk mencapai potensi pada obat yangsempurna. Terapi obat pada
hiperlipidemia sebaiknya dihindari pada wanita yang mungkin akan hamil atau sedang
menyusui.

1. Niasin (Asam Nikotinat)

Niasin (terapi bukan niasin amida) menurunkan kadar VLDL dan LDL plasma pasien
berbagai hiperlipidemia.

1. Mekanisme kerja

Pada dosis dalam gram, niasin merupakan vitamin yang larut dalam air, menghambat
lipolisis dengan kuat dalam jaringan lemak-penghasil utama asam lemak bebas yang
beredar. Hati umumnya menggunakan asam lemak dalam sirkulasi sebagai prekusor
utama untuk sintesis triasilgliserol. Karena itu, niasin menyebabkan penurunan sintesis
triasilgliserol yang diperlukan untuk produksi VLDL (lipoprotein densitas sangat rendah).
Lipoprotein densitas rendah (LDL, lipoprotein kaya kolesterol) berasal dari VLDL dalam
plasma, karena itu, reduksi VLDL juga mengakibatkan penurunan konsentrasi LDL
plasma. Dengan demikian, baik triasilgliserol (dalam VLDL) dan kolesterol (dalam VLDL
dan LDL) dalam plasma menjadi lebih rendah. Selanjutnnya pengobatan dengan niasin
akan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Selanjutnya, dengan meningkatkan sekresi
aktivator plasminogen jaringan dan merendahkan fibrinogen plasma, niasin dapat
mengubah beberapa disfungsi sel endotel penyebab thrombosis yang ada kaitannya dengan
hiperkolesterolemia dan aterosklerosis.

Penggunaan dalam terapi: Niasin merendahkan kadar plasmakolesterol dan triasilgliserol


karena itu, obat ini berguna pada pengobatan hiperlipoproteinemia tipe IIB dan IV
dengan VLDL dan LDL naik. Niasin juga digunakan untuk pengobatan
hiperkolesterolemia lain yang berat, sering dengan kombinasi antihiperlipidemia lain.
Selain itu, obat ini merupakan obat antihiperlipidemia paling poten untuk meningkatkan
kadar HDL plasma.

1. Efek Samping

Kemerahan pada kulit (disertai perasaan panas yang tidak nyaman) dan pruritus.
Pemberian aspirin sebelum minum niasin mengurangi rasa panas yang dihantar oleh
prostaglandin. Beberapa pasien juga mengalami mual dan sakit pada abdomen. Asam
nikotinat menghambat sekresi tubular asam urat dan karena itu mudah terjadi
hiperurisemia dan pirai. Telah dilaporkan adanya gangguan toleransi glukosa dan
hepatotoksistas.
2. Gemfibrozil

Gemfibrozil adalah turunan generasi pertama asam fibrat turunan dari klofibrat.
Gemfibrozil menyerupai obat induk secara farmakologi dalam menurunkan VLDL dan
meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase.

1. Mekanisme kerja

Gemfibrozil tampaknya meningkatkan glikolisis trigliserida lipoprotein melalui lipoprotein


lipase. Lipolisis intraseluler pada jaringan lemak berkurang. Kadar VLDL dalam plasma
menurun, mungkin sebagian disebabkan penurunan sekresi oleh hati. Hanya terjadi
penurunan sedang untuk kadar LDL pada kebanyakan pasien. Walaupun dilain pihak
terutama yang menderita hiperlipidemia campuran kadar LDL sering meningkat
sedangkan trigliserida berkurang. Kadar kolesterol HDL meningkat sedang. Sebagian
peningkatan nyata kadar kolesterol HDL merupakan akibat langsung penurunan
kandungan trigliserida dalam plasma, dengan berkurangnya pertukaran gliserida menjadi
HDL ditempat ester kolesterol. Peningkatan HDL protein juga telah dilaporkan.

1. Penggunaan Terapi dan Dosis

Obat ini berguna untuk hipertrigliseridimia dimana VLDL lebih menonjol dan pada
disbetalipoproteinemia.Biasanya dosis gemfibrozil 600mg peroral sekali sehari atau 2x
sehari.

1. Efek samping:

 Efek gastrointestinal
 Litiasis
 Keganasan
 Otot (miositis=peradangan otot polos)

1. Kontraindikasi

Keamanan obat-obat ini pada ibu hamil atau menyusui belum jelas. Seharusnya obat-obat
ini tidak digunakan pada pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal atau pasien
dengan penyakit kandung empedu.

3. Resin pengikat asam empedu (Bile Acid Resins/BAR)

Tindakan utama BAR adalah mengikat asam empedu di dalam lumen usus, bersamaan
dengan gangguan sirkulasi enterohepatik asam empedu dan nmeningkatkan ekskresi asam
steroid dalam feses. Tindakan ini mengurangi jumlah asam empedu dan merangsang
sintesis asam empedu dari kolesterol. Menipisnya jumlah kolesterol dalam biosintesis
kolesterol meningkat dan meningkatkan jumlah reseptor LDL pada membran hepatosit.
Peningkatan jumlah reseptor menstimulasi katabolisme dari plasma dan menurunkan
kadar LDL. BAR juga mengurangi CETP, yang berkorelasi dengan konsentrasi kolesterol
total dan LDL-C, mungkin dengan mengganggu kadar kolesterol hati mikrosoma, namun
efek ini tidak begitu besar seperti dengan statin. BAR umumnya tidak efektif pada pasien
dengan hiperkolesterolemia famili homozigot karena genetik individu tidak memiliki
kemampuan untuk meningkatkan sintesis reseptor LDL. Contoh obat dari BAR: kolestipol
dan kolestiramin.

1. Mekanisme kerja:

Asam empedu yang merupakkan metabolit kolesterol, dalam keadaan normal direabsorpsi
dalam jejenum dan ileum dengan efisiensi sekitar 95%. Ekskresi meningkat sampai 10 kali
apabila resin diberikan. Peningkatan bersihan mencerminkan peningkatan konversi
kolesterol menjadi asam empedu dalam hati melalui 7α-hidroksilasi, yang dalam keadaan
normal dikontrol oleh umpan balik negatif asam empedu. Peningkatan ambilan LDL dari
plasma pada pasien yang diobati dengan resin menghasilkan peningkatan reseptor LDL
berafinitas tinggi pada membran sel terutama dalam hati. Karena itu, resin tidak
mempunyai efek pada pasien dengan hiperkolesterolemia famili homozigot yang tidak
mempunyai reseptor yang berfungsi, tetapi ia bermanfaat pada pasien heterozigot dengan
keadaan heterozigot yang dikombinasi dengan reseptor tidak sempurna.

1. Penggunaan terapi dan dosis

Kolestipol dan kolestiramin adalah preparat granular yang tersedia dalam bungkus 5 g
dan 4 g, berturut-turut, dalam bubuk atau sebagai tablet peningkatan dosis secara
bertahap dari 5 gram atau 4 gram /hari sampai 20gram/hari secara oral. Jumlah dosis 30-
32 gram/hari mungkin diperlukan untuk efek maksimum. Dosis biasa untuk anak 10-20
g/hari. Resin dicampurkan dengan sari buah atau air yang dibiarkan terhidrasi selama 1
menit. Harus diminum 2 atau 3 dosis bersama makanan.

Tabel 2.15 Obat-obat Hiperlipidemia

Kekuatan dan
Nama Obat Indikasi Dosis ADR
Sediaan

Tambahan terapi diet Remaja (10-17 tahun): Tablet 10mg,


untuk menurunkan immediate release
peningkatan serum total tablet. LDL : reduksi <
20mg, 40mg Lebih dari 10% neuro
Lovastatin dan konsentrasi LDL
20%: 10 mg per hari muskular dan skeletal
Tablet
kolesterol dan hiper- bersamaan makan extended
kolesterolemia primer, sore, release
pen-cegahan utama untuk 20mg, 40mg,
arteri koronaria (tanpa LDL : reduksi 60 \mg
adanya pe-nyakit) >20%: 20 mg per
hari bersamaan
makan sore, pada
interval minggi ke-
4.

Dewasa: 20 mg
bersamaan ma-kan
sore tamba-han
selama 4 minggu,
maksimal dosis
80mg/hari
intermediate release
tablet, extended
release 60 mg/ hari
Anak-anak: 8-13 thn
20 mg/hari

14-18 thn: 40 mg/


Menurunkan peningkatan hari
Tablet: 10 mg, Nyeri dada, sakit
dalam kolesterol total,
Pravastatin 20 mg, 40 mg, kepala, mual, muntah,
LDL-C, apoprotein B dan Dewasa: 40mg
80 mg diare
trigliserida sekali sehari ren-
tang dosis 10-80
mg.

maksimum 80mg
sekali sehari
Terapi untuk hipertri-
Dewasa: oral 1200
gliseridemia tipe IV dan V
mg/ hari terbagi Gangguan GI,
hiperlipidemia untuk
Gemfi- dalam dua dosis, Tab;et oral dyspepsia, fertigo, sakit
pasien dimana terjadi
brozil 30menit se-belum 600 mg kepala, rash, diarrhea,
peningkatan resiko yang
makan pa-gi dan nausea, konstipasi.
tidak ada respon untuk
malam.
terapi diet.

Kombinasi dengan terapi


diet untuk pengobatan Anak: >10 thn dan
utama hiperkolesterolemia dewasa: 10 mg/hari. Kelelahan, diare,
Ezetimibe Tablet
(sebagai monoterapi atau influenza.
Orang tua mengi-
dalam kombinasi dengan
kuti dosis dewasa
HMG-CoA penurunan
inhibitor).

Oral: dosis seha-


rusnya cocok un-tuk
bassline level LDL
kolesterol, tujuan
terapi reko-mendasi
dan res-pon pasien
inter-val 2-4 minggu.
Pengobatan untuk disli- Anak 10-17 thn Sakit kepala, nyeri
pidemia atau pencegahan (postmenarche) Tablet 10 mg, dada, edema perifer,
Atorva-
pertama untuk penyakit Heterozygous Familial 20 mg, 40 mg, insomnia, pusing,
statin
kardiovaskular Hiperkolesterolemia 80 mg. kelelahan, diare,
(atheroscelerotic). (HeFH): 10 mg/hari dyspepsia, nausea.
maksimum 20
mg/hari.

pasien >45%
reduksi LDL mulai
dari 40 mg/hari,
range 10-80
mg/hari.
Peningkatan LDL dalam
hiperkolesterolemia
pertama ketika diberikan
tunggal atau kombinasi
Oral dewasa: 2x
dengan HMG-CoA
Koleceve- sehari dengan makan
reduktase inhibitor, Tablet 625 mg
lam atau 6 tablet/ hari
memperbaiki control tipe 2
dengan makan
diabetes militus (non-
insulin dipenden) dalam
konjungsi dengan insulin
atau oral agen antidiabetes

Pengobatan tambahan Anak-anak: Aritmia, edema,


pada dyslipidemia (tipe 2a Kapsul ex- hipotensi, palpitasi,
dan 2b atau Pellagra: 50-100 tended takikardi, pusing, sakit
hiperkolesterolimea mg/dosis 3x/hari release: kepala, insomnia, nyeri,
Niasin
primer) untuk menurunkan 125mg, 250 kulit kering, urtikaria,
Dewasa: mg, 400mg,
resiko M.I. dan/atau rash, diare, mual,
memperlambat progresi dan 500mg muntah, kekuningan,
Pria:25-50 thn:
penyakit arteri coroner 19mg/hari; > neopati, lemah
termasuk kombinasi terapi 51thn: 15mg/hari disnepsia, reaksi
dengan agen hipersensitivitas.
antidislipedimea, Tablet: 50
pengobatan pada mg, 100mg,
hipertrigliserida pada Wanita: 25-50thn: 250 mg, dan
15mg/hari; >51thn: 500mg
pasien pada resiko
13mg/hari
pankreatitis, pengobatan
pellagra
Tablet
Hiperlipidemia: extended
release: 500
1,5-6 g/hari pada 3 mg, 750mg,
dosis terbagi 1000 mg
dengan atau se-
telah makan
(postmenarche)
heterozygous Tablet
familial controlled
hiperkolesterolemia release: 250
(HcFH): 10 mg/hari mg, 500 mg,
maksi-mum 20 750 mg
mg/hari.

Pencegahan sekunder dari


kejadian kardiovaskuler
pada pasien
hiperkolesterolemia Anak-anak:10-17 thn:
Konstipasi dyspepsia
dengan penyakit jantung HeFH: 10mg1kali/hari
pe-ningkatan
koroner pada resiko tinggi. pada sorehari. Max.
40mg/hari. transaminase, elevasi
Tablet : 5 mg, CPK, depresi, diare,
Simva- Hiperlipidemia:untuk
mengurangi elevasi 10 mg, 20 mg, pusing, lelah, sakit
statin
pada kolesterol total, 40 mg, 80 mg kepala, hipotensi,
LDL-C, apolipoprotein Dewasa: insomnia, mual,,
B, dalam tri-gliserida, trombositopenia,
dan peningkatan HDL-c HoFH: vertigo.
pada pasien dengan 40mg1kali/hari
hiperkolesterolemia pada sorehari..
primer; treatment pada
hiperkolesterolemia
familial homozigot.
2.11 Evaluasi dan Monitoring

 Evaluasi

Evaluasi jangka pendek pada terapi hiperlipidemia didasarkan pada respon terhadap
terapi obat dan diet yang didapat dengan melakukan pengukuran kolesterol total,
kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida pada laboratorium klinik. Penanganan
tergantung pada tingkat keparahan penyakit, dan pasien yang diketahui memiliki penyakit
arteri koroner atau beberapa faktor risiko harus diamati lebih intensif. Umumnya,
pengukuran laboratorium meliputi pengukuran kadar C-reaktif protein (CRP),
homosistein, apolipoprotein B, dan lipoprotein A.

Banyak pasien diterapi karena hiperlipidemia primer tidak memiliki gejala dan mungkin
tidak memiliki manifestasi klinis dari gangguan lipid genetik seperti erupsi xanthomas,
maka pemantauan berdasarkan hasil laboratorium. Pada pasien yang dirawat karena
intervensi sekunder, gejala penyakit kardiovaskular aterosklerosis, seperti angina atau
klaudikasio intermiten, dapat membaik dalam hitungan bulan atau tahun. Xanthomas
atau manifestasi eksternal hiperlipidemia lainnya dapat menurun akibat terapi.

Pengukuran lipid dilakukan dalam keadaan berpuasa untuk meminimalkan interferensi


atau gangguan dari kilomikron. Setelah kondisi pasien stabil, pemantauan cukup
dilakukan pada interval 6 bulan sampai 1 tahun. Pasien dengan berbagai faktor risiko dan
penyakit jantung koroner (PJK) harus dipantau dan dievaluasi untuk mengetahui
keberhasilan dalam pengaturan faktor risiko lain seperti kontrol tekanan darah, berhenti
merokok, kontrol terhadap olahraga dan berat badan, dan kontrol glikemik (jika
diabetes). Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan darah 130/85 mmHg atau
kurang (jika ada diabetes atau gagal ginjal), berhenti merokok, menjaga berat badan yang
ideal, berolahraga setidaknya selama 20 menit tiga kali atau lebih per minggu, dan
menjaga konsentrasi glukosa plasma di bawah 100 mg/dL (ambang batas untuk intoleransi
glukosa).

Evaluasi terapi diet menggunakan buku harian diet dan recall survey instruments
memungkinkan informasi tentang diet dikumpulkan secara sistematis dan dapat
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap diet yang direkomendasikan. Pasien pada terapi
resin asam empedu sebaiknya melakukan pengecekan puasa setiap 4-8 minggu sampai
dosis stabil tercapai, trigliserida sebaiknya diperiksa pada dosis stabil tersebut untuk
memastikan bahwa tidak terjadi peningkatan trigliserida. Niasin membutuhkan tes awal
fungsi hati dan tes untuk asam urat dan glukosa. Tes ulang sebaiknya dilakukan pada
dosis 1.000-1.500 mg/hari. Gejala miopati atau diabetes sebaiknya dicari penyebabnya dan
mungkin memerlukan penentuan kreatinin kinase atau glukosa. Pasein dengan diabetes
membutuhkan pemantauan lebih sering.

Pasien yang mendapatkan statin sebaiknya melakukan pengecekan puasa 4 sampai 8


minggu setelah dosis awal atau perubahan dosis. Tes fungsi hati harus diperoleh pada
tahap awal dan secara berkala sesudahnya berdasarkan paket informasi yang masuk. Para
ahli percaya bahwa pemantauan untuk hepatotoksik dan miopati dapat dipicu oleh gejala-
gejala tersebut.

 Monitoring

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dimonitor pada pasien dengan hiperlipidemia :

1. Menilai adanya resiko penyakit jantung koroner atau gangguan aterosklerosis lainnya pada
pasien.
2. Menilai adanya faktor resiko utama penyakit jantung koroner.
3. Untuk pasien tanpa PJK (Penyakit Jantung Koroner), namun memiliki dua atau lebih faktor
risiko PJK, lakukan penilaian risiko Framingham.
4. Memperoleh profil kolesterol pada saat puasa dan amati kadar lipid abnormal.
5. Memperoleh riwayat menyeluruh penggunaan obat resep, non-resep, dan produk alami.
Tanyakan pada pasien, perawatan yang telah digunakan (jika ada). Awasi jika pasien
menggunakan obat yang mungkin akan menyebabkan kadar lipidnya abnormal.
6. Amati penyakit lain yang mungkin berkontribusi pada ketidaknormalan kadar lipid pasien.
7. Amati faktor risiko dari sindrom metabolik.
8. Menentukan target/tujuan pengobatan kolesterol LDL berdasarkan risiko PJK pasien dan
kolesterol non-HDL jika pasien beresiko mengalami sindrom metabolik.
9. Edukasi semua pasien mengenai therapeutic lifestyle changes (TLC) dan pentingnya
melakukan aktivitas fisik secara teratur.
10. Mulailah TLC jika kadar kolesterol LDL pasien masih tinggi. Farmakoterapi dimulai pada dosis
untuk mengurangi kolesterol LDL minimal sebesar 30% hingga 40%.
11. TLC harus dilanjutkan dan intensif (dipertimbangkan untuk menambahkan sterol / stanol dan
meningkatkan serat) setelah 6 minggu jika kadar kolesterol LDL tidak mencapai target yang
diharapkan.
12. Pantau adanya efek samping obat dengan menggunakan laboratorium yang tepat. Amati
adanya penyakit potensial dan interaksi obat yang dapat mempengaruhi farmakoterapi.
13. Memantau respon, keselamatan, dan kepatuhan setelah minimal 4 sampai 6 minggu. Titrasi
terapi atau menambahkan obat kedua jika diperlukan.
14. Setelah target penurunan kadar kolesterol LDL tercapai, maka dilakukan penilaian kolesterol
non-HDL pada orang yang memiliki sindrom metabolik dan intensifkan terapi penurun LDL
atau dapat dipertimbangkan pemberian niasin atau asam fibrat.
15. Memberikan edukasi pada pasien dalam hal PJK, hiperlipidemia, TLC, terapi obat, dan
kepatuhan terapi.

 Konseling

Konseling pasien merupakan proses komunikasi dua arah antara pasien dan apoteker.
Kesuksesan dari konseling bergantung pada pengetahuan dan kemampuan dari apoteker
pemberi konseling. Apoteker tersebut sebaiknya mengetahui detail pengobatan pasiennya.
Pada lingkup rumah sakit dimungkinkan untuk melihat rekam medis dari pasien tersebut.
Pada lingkup farmasi komunitas, informasi didapatkan dari pasien dan resep yang masuk,
serta pada beberapa kasus melalui resep sebelumnya yang pernah diterima pasien. Hal
lain yang sebaiknya menjadi pertimbangan untuk memulai konseling adalah kondisi
mental dan fisik dari pasien. Jika pasien sedang tergesa-gesa, merasa sakit, tidak dapat
berkomunikasi dengan baik, maka akan sulit untuk melakukan konseling pasien dengan
efektif. Pada kondisi seperti ini, sebaiknya dipertimbangkan untuk mengatur waktu
konseling dangan pasien di waktu lain.

Tahapan-tahapan untuk melakukan konseling pasien adalah :

1. Membuka sesi konseling

Tahapan awal ini digunakan untuk menyampaikan informasi dasar dari konseling ini.
Apoteker sebaiknya memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada pasien dan menyapa
mereka dengan panggilan nama disertai dengan bapak/ibu. Seorang apoteker harus
memberitahu dengan jelas tujuan dari sesi konseling ini. Berikut ini adalah contoh
percakapannya :

“Selamat pagi, Bapak Budi! Perkenalkan nama saya Della, apoteker di apotek ini. Saya
ingin memberikan beberapa penjelasan untuk obat Bapak. Apakah bapak bersedia
meluangkan waktu sebentar?”

Jika telah mendapat persetujuan, apoteker dapat memulai sesi dengan menanyakan
kepada pasien mengenai sejauh mana pasien memahami penyakitnya, terapi pengobatan
dan terapi alternatif lainnya yang mereka ketahui. Selain itu dapat ditanyakan juga
informasi lain yang terkait seperti alergi obat yang pernah terjadi, sejarah pengobatan
sebelumnya, obat yang sedang dikonsumsi saat ini, serta kebiasaan personal seperti
merokok dan konsumsi alkohol.

Kalimat tanya terbuka biasanya berguna untuk menimbulkan kepercayaan diri dari
pasien, serta jawabannya memberikan kesempatan pada apoteker untuk menilai
kebutuhan pasien akan informasi. Sebagai contoh :

“ Apa yang dikatakan dokter mengenai penyakit anda?”

“ Dapatkah anda menceritakan gejala-gejala apa yang anda alami”

“ Apa yang dikatakan dokter anda mengenai obat ini?”

Hal ini menjadi salah satu jalan bagi apoteker untuk menilai sejauh mana pasien mengerti
tentang terapi pengobatan yang didapat serta membantu apoteker untuk tidak
memberikan informasi yang kontradiktif dengan yang diberikan oleh dokter.

Pasien mungkin merasa terganggu dan terbebani oleh penyakit mereka, sehingga dapat
mengurangi kemampuan mereka dalam menerima dan memahami informasi yang
diberikan baik dari dokter ataupun apoteker. Pada situasi seperti ini, beberapa kalimat
yang menunjukan empati dan pengertian dapat digunakan dalam proses konseling. Selama
proses konseling, seorang apoteker sebaiknya menghindari pertanyaan langsung yang
dapat membuat pasien merasa malu, tidak menunjukkan rasa kecurigaan yang
berlebihan, mendiskusikan masalah personal pasien, ataupun menyelak ketika pasien
sedang berbicara.

2. Isi Konseling

Isi pembicaraan konseling menjadi inti utama dari sesi konseling. Pada tahapan ini
apoteker menjelaskan kepada pasien mengenai rencana pengobatan dan regimen dosis
yang akan diterima pasien. Perubahan pola hidup seperti asupan makanan dan olahraga
juga dapat didiskusikan. Topik yang umum untuk didiskusikan antara lain :

1. Nama dan keampuhan pengobatan


2. Alasan pemberian pengobatan tersebut, dan bagaiaman cara kerjanya.
3. Cara pemakaian obat (berapa kali sehari)
4. Misalnya untuk obat statin. Obat simvastatin ini digunakan sekali sehari. Sebaiknya digunakan
pada malam hari menjelang tidur karena pembentukan kolesterol dari hati paling tinggi pada
malam hari. Obat ini dapat diberikan sebelum atau sesudah makan.
5. Perkiraan jangka waktu terapi
6. Untuk pasien dengan gangguan hiperlipidemia dengan faktor resiko rendah dengan kadar LDL
cukup tinggi dapat diterapi dengan konsumsi simvastatin 10 mg sekali sehari selama jangka
waktu 4 minggu disertai dengan diet makanan dan olahraga teratur untuk mendukurng terapi
pengobatan pasien. Setelah terapi selama 4 minggu pasien dianjurkan untuk melakukan
pengecekan kadar kolesterolnya dan kembali kontrol ke dokter.
7. Perkiraan keunggulan terapi
8. Sebagai contoh, obat antihiperlipidemia niasin, memiliki keunggulan untuk mengobati pasien
dengan kondisi hipertrigliserdemia dan dislipidemia diabetik. Dalam bahasa sederhananya
untuk disampaikan ke pasien yaitu terapi dengan menggunakan obat ini cocok untuk pasien
yang memiliki keluhan kolesterol tinggi dan disertai juga dengan penyakit diabetes.
9. Efek samping yang kemungkinan muncul
10. Contohnya : untuk obat antihiperlipidemia golongan asam fibrat dapat menyebabkan ruam
kulit. Sehingga ketika pasien mengalami reaksi efek samping tersebut tidak panik.
11. Interaksi antar obat atau antara obat dan makanan yang mungkin muncul
12. Saran penyimpanan yang baik.
13. Sebaiknya obat disimpan dalam tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya. Selain itu jika
belum akan digunakan jangan dibongkar dari kemasannya terlebih dahulu. Penyimpanannya
sebaiknya jangan dicampur dengan obat lain agar lebih terorganisir.
14. Durasi minimum yang dibutuhkan untuk mencapai efek obat yang diinginkan.
15. Sebagai contoh untuk obat simvastatin akan memulai nampak efek terapinya setelah 2
minggu. Kemudian efek terapi maksimum akan terjadi selama 4-6 minggu. Pada minggu-
minggu berikutnya efek ini sebaiknya dipelihara dengan melanjutkan terapi.
16. Apa yang harus dilakukan bila terjadi kasus lupa meminum obat.
17. Keperluan untuk monitoring special, misalnya cek darah.
18. Untuk kasus pasien dengan gangguan hiperlipidemia sebaiknya dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan rutin untuk total kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida. Sebaiknya diberikan
informasi bahawa pengecekan ini dilakukan dalam kondisi puasa sehingga pasien dapat
mempersiapkan diri sebelum melakukan pengecekan berikutnya.
19. Pada pasien yang diberi terapi dengan obat simvastatin harus dilakukan pemeriksaan fungsi
hati. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pengobatan, setiap 8 minggu pada bulan berikutnya
dalam 1 tahun pertama dan selanjutnya secara periodik. Informasi ini sebaiknya disampaikan
kepada pasien dan dibuatkan catatan kecil agar pasien ingat untuk melakukan kontrol ke
dokter.

Bahasa yang digunakan untuk melakukan konseling oleh apoteker sebaiknya mudah
dimengerti dan tidak menggunakan istilah medis yang sulit dipahami oleh pasien. Sebagai
contoh, dibandingkan menyampaikan bahwa ‘obat ini adalah obat untuk hiperlipidemia’
akan lebih baik untuk mengucapkannya dengan ‘ ini adalah obat untuk menurunkan
kadar kolesterol dalam darah anda.

3. Penutupan sesi konseling

Sebelum menutup sesi konseling seorang apotker perlu mengverifikasi kembali apakah
pasien telah mengerti tentang pengobatan yang didapatkan. hal ini dapat dicapai melalui
pertanyaan seperti ‘Dapatkan anda mengingat kegunaan obat ini?’ atau ‘Berapa lama
anda harus meminum obat ini?’, untuk mendapatkan timbal balik yang menunjukkan
kepahaman pasien. Sebelum benar-benar menutup sesi konseling sebaiknya ditanyakan
kepada pasien apakah masi ada yang ingin ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien
telah benar-benar paham mengenai pengobatan yang didapatkan.

Contoh percakapan selama sesi konseling pasien yang dilakukan oleh seorang apoteker
pada pasien yang menderita hiperlipidemia adalah sebagai berikut :

Apoteker (A) : “Selamat Pagi, Bapak Budi Susanto!”

Pasien (P) : “ Pagi, Bu!”

A : “Perkenalkan, nama saya Della, apoteker di apotek ini. Boleh saya


meminta waktu anda sebentar, sekitar 10 menit, untuk menjelaskan obat yang akan anda
konsumsi. Apakah bapak bersedia?”

P : “ Oh, baiklah. Apakah ini dikenakan biaya tambahan?”

A : “ Tidak pak, informasi ini free. Hal ini diselenggarakan oleh apotik kami
untuk menunjang agar pasien mendapatkan service yang memuaskan dan pengobatan
berjalan dengan sesuai. Boleh saya mulai sesi konseling ini?”

P : “ Tentu saja, Bu”

A : “ Apa yang dikatakan dokter mengenai penyakit anda?”

P : “Dokter mengatakan bahwa kadar kolesterol saya tinggi, tp saya lupa


tepatnya berapa kalau tidak salah sekitar 230.”
A : “Dapatkan anda menceritakan gejala-gejala apa yang anda alami?”

P : “ Saya tidak merasa gejala apapun, tapi kemarin ini saya diajak anak saya
untuk melakukan medical check up dan baru ketawan bahwa saya mempunyai kolesterol
tinggi. Sehingga anak saya menyarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter.”

A : “Oh iya Pak, untuk kadar kolesterol total melebihi 200 mg/dl itu tergolong
cukup tinggi. Apakah bapak sedang mengkonsumsi obat lain?

P : “ Tidak saya tidak sedang sakit ataupun mengkonsusmis obat-obatan.

A : “Apakah sebelumnya Bapak pernya mempunyai masalah dengan hati?


Seperti hepatitis atau sakit kuning?”

P : “Tidak pernah, Bu.”

A : “Apa yang dikatakan dokter anda mengenai obat yang diresepkan ini?”

P : “Dokter bilang pada saya bahwa obat ini dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah saya. Dan saya harus rutin meminum obat ini.”

A : “ Ya betul. Dokter memberi anda obat Cholestat sebanyak 28 kaplet


dengan dosis 10 mg dan diminum sekali sehari pada malam hari. Obat ini mengandung
simvastatin yang berfungsi untuk menurunkan jumlah kolesterol total dan LDL serta
meningkatkan HDL. Bapak diresepkan obat oleh dokter sebanyak 28 kaplet jadi obat ini
untuk jangka waktu pemakaian selama 4 minggu.”

P : “Obat ini harus diminum sebelum makan atau sesudah makan, Bu?”

A : “Obat ini dapat diminum baik sebelum ataupun sesudah makan Pak. Jika
bapak lebih nyaman meminum obatnya sebelum makan ya diminum sebelum makan saja.
Jadi setelah bapak selesai makan tidak perlu minum obat ini lagi. Karena obat ini hanya
diminum sekali sehari ya Pak.”

P : “Baiklah. Oh ya bu tadi saya masi belum jelas mengenai HDL dan LDL
itu apa ya?”

A : “LDL diibaratkan sebagai lemak jahat yang jika keberadaannya


berlebihan maka dapat menyumbat pembuluh darah. Sedangkan HDL merupakan lemak
baik.”

P : “Wah kalau begitu bisa berbahaya donk, Bu?”

A : “Bapak tidak usah khawatir. Kadar kolesterol bapak masih dalam


kategori cukup tinggi belum masuk kategori tinggi yang mengkhawatirkan. Dengan
menjalani pengobatan ini diharapkan kadar kolesterol bapak akan turun ke ambang
normal. Disamping itu saya juga menyarankan untuk melakukan diet makanan serta
berolah raga.”

P : “ Kalau kadar kolesterol normal berapa ya, Bu? Boleh tolong dicatatkan
takut lupa.”

A : “kadar kolesterol normal adalah <200 mg/dl. Itu untuk kolesterol


totalnya. Baik nanti saya akan tuliskan nilai beserta kategorinya ya Pak. Oh ya apakah
dokter memberitahu adanya efek samping dari obat ini yang mungkin muncul?”

P : “Wah tidak Bu, dokter tidak bilang ada efek samping. Ternyata ada ya?
Berbahaya tidak ya Bu?”

A : “ Ada efek sampingnya Pak, tapi tidak berbahaya. Efek yang mungkin
muncul antara lain nyeri pada perut, susah buang air besar dan perut terasa kembung.
Jika gejala ini muncul dan terasa amat mengganggu, Bapak sebaiknya menghubungi
dokter kembali.”

P : “Hmmm.. baik saya akan mengingatnya. Oh ya untuk diet makanan,


makanan apa yang tidak boleh saya makan?”

A : “Sebenarnya ini bukan larangan tidak boleh makan sama sekali. Tapi
harus diatur porsinya. Jangan sampai berlebihan untuk makanan yang mengandung
kolesterol tinggi seperti daging, udang, ati, usus. Konsumsi untuk makan yang
mengandung serat seperti buah-buahan sebaiknya ditingkatkan.”

P : “Ya baiklah. Saya akan berusaha mengatur pola makan saya.”

A : “Oke , sepertinya penjelasan saya sudah cukup. Sekarang untuk


meyankina bahwa informasi yang saya berikan tidak ada yang terlewat, dapatkan bapak
menceritakan kembali informasi tersebut?”

P : “Obat saya ini diminum sekali sehari pada malam hari. Dapat diminum
sebelum ataupun sesudah makan tapi hanya sekali saja. Jadi kalau sudah minum sebelum
makan jangan diminum lagi ketika selesai makan. Dan harus rutin hingga obatnya habis
yaitu 4 minggu. Setelah itu saya harus kembali ke dokter untuk melakukan check up.
Disamping itu saya juga harus melakukan diet makanan, mengurangi makan makanan
berkolesterol tinggi dan juga sebaiknya berolahraga.”

A : “Ya sudah tepat. Namun ada satu yang terlewat yaitu mengenai efek
samping yang mungkin muncul dari mengkonsumsi obat ini, yaitu nyeri perut, susah BAB,
dan rasa kembung.”

P : “Oh iya saya lupa. Bolehkan tolong dicatatkan juga untuk yang satu itu?”
A : “Baiklah, saya sudah membuat catatan kecil yang akan berguna untuk
menunjang pengobatan Bapak. Apakah ada yang mau Bapak tanyakan lagi?”

P : “Oh saya rasa sudah cukup. Terima kasih banyak ya atas infonya.”

A : “Sama-sama Pak, semoga lekas sembuh ya. Bila ada keluhan bapak dapat
menghubungi saya di nomer xxxx . Saya senang dapat membantu.”

P : “Sekali lagi terima kasih ya, Bu.”

2.13 Contoh Kasus

1. Anak Putri (12 tahun) berat badan 45 kg dengan tinggi 135 cm memeriksakan diri ke rumah
sakit dengan keluhan berat badan berlebih dan badan letih. Berikut adalah data medis yang
dimiliki pasien :
2. Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
3. Riwayat pengobatan : tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga : Hiperkolesterol familial
5. Tekanan darah : 120/80 mmHg
6. Data hasil laboratorium pasien :
7. Gula darah sewaktu : 130 mg/dl
8. Trigliserida : 140 mg/dl
9. Kolesterol : 285 mg/dl
10. LDL : 250 mg/dl
11. HDL : 60 mg/dl

Diagnosa : Hiperkolesterol familial heterozigot pada anak

Analisis secara Farmakoterapi :

Berdasarkan diagnosa dari dokter bahwa anak tersebut memiliki risiko sedang terhadap
jantung. Riwayat kesehatan dari anak tersebut memiliki keluarga yang menderita
hiperkolesterol familial. Hasil perhitungan BMI dari anak tersebut diklasifikasikan
memiliki risiko rendah terhadap penyakit jantung. Tekanan darah anak tersebut juga
masih dalam batas normal sehingga risiko penyakit jantung masih dapat dikatakan
sedang.

Saran yang dapat di berikan :

Berdasarkan algoritma terapi untuk anak tindakan yang dapat disarankan adalah dengan
diawali terapi non farmakologi selama enam bulan dan apabila dalam enam bulan tidak
terjadi perubahan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium dapat digunakan terapi
farmakologi dengan pilihan obat golongan statin. Dari golongan statin tersebut dapat
disarankan dengan pemberian lovastatin 10 mg satu kali satu hari sesudah makan.
Pemilihan lovastatin dikarenakan efek samping lebih rendah dibandingkan dengan
simvastatin dan harga lebih murah dibandingkan pravastatin serta merupakan salah satu
obat yang direkomendasikan FDA sebagai terapi farmakologi pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Aronov, W. S. (2003). Hypercholesterolemia: The evidence supports use of statins.


Geriatrics,58 (8), 18-32.

CMP Media Drugs References Worldwide. 2008. MIMS Indonesia : Petunjuk Konsultasi.
Indonesia : PT. InfoMaster.

Corwin, E.J., Handbook of Pathophysiology 3rd edition. 2008. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.

Department of Health and Human Services. 2005. aidsinfo. 16 september 2012


http://www.aidsinfo.nih.gov.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, C.G., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M. (2005).
Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach Sixth Edition. New York: McGraw-Hill
Companies

Ducharme, Nicole dan Radhamma, Rani. (2008). Hyperlipidemia in the elderly. Clinics in
Geriatric Medicine, 24, 471-487.

Eapen, Danny J.A., Valiani, Kirana, Reddy, Shilpaa, dan Sperling, Laurencea. (2012).
Management of familial hypercholesterolemia during pregnancy: Case series and
discussion. Journal of Clinical Lipidology, 6 (1), 88-91.

Hong, S., Li-Quan, C., dan Jun, X. (2011). Treatment of dyslipidemia in the elderly.
Journal of Geriatric Cardiology, 8, 55-64.

Howe, Carol L. dan Weiss, Barry D. (2010). Hyperlipidemia in older adults: To treat or not
to treat?. 16 September 2012. Elder Care.

http://www.clinicalgeriatrics.com/articles/Hyperlipidemia-Older-Adults

http://www.endotext.org/aging/aging4/agingframe4.htm

Ito, M.K. (2008). Hyperlipidemia. Chisholm-Burns,M.A, et al. (Ed.). Pharmacotherapy


Principles & Practice (pp. 175-194). USA: McGraw-Hill.

Kusters, D.M.,et al. (2010). Dilemmas in treatment of women with familial


hypercholesterolaemia during pregnancy. The Netherlands Journal of Medicine, 68 (7), 299-
303.

Parthasarathi, G., Hansen., K.N., Nahata, M. C. 2004. A Textbook of Clinical Pharmacy


Practice: Essential concepts and skills. India : Orient Longman Private Limited. Hal 45-47.
Royal College of General Practitioners. (2008). Identification and management of familial
hypercholesterolaemia (FH). London.

Stang, J., Story, M. 2005. Guidelines for Adolescent Nutrition Services : Hyperlipidemia.
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.shtm. Diunduh 10 September 2012 pukul
23.20 WIB.

Streja, Dan dan Streja, Elani. (2011). Management of dyslipidemia in the elderly. 16
September 2011. Endotext, The Endocrine Source.

Sukandar, Elin Yulinah, et. al. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI.

Talbert, R. (2005). Hyperlipidemia. Dalam: Pharmacotherapy : A Patophysiologic


Approach, 6th Ed. 465-467.

Talbert, R.L. (2005). Hyperlipidemia. Dipiro, J.T. et al. (Ed.). Pharmacotherapy: A


pathophysiologic approach, sixth edition (pp. 429-452). USA: McGraw-Hill.

Talbert, Robert L. (2008). Hyperlipidemia. Dalam: B. G. Wells, G. C. Yee, G. R. Matzke, J.


T. Dipiro, L. M. Posey, dan R. L. Talbert (Eds). Pharmacotheraphy A Pathophysiologic
Approach 7th ed. New York: McGraw-Hill Publication

US Departemen of Health and Human Service Public Health Service, NationalInstitut of


Health, National Health and blood Institut. 2001. National Cholesterol Education Program.

Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. (2009). Pharmacotherapy
Handbook 7th ed. New York : McGraw Hill.

Wells, B.G. (2008). Pharmacotherapy: Principles and practice. USA : The McGraw-Hill
Companies.

US Departemen of Health and Human Service Public Health Service, NationalInstitut of


Health, National Health and blood Institut. 2001. National Cholesterol Education Program.

Sukandar, Elin Yulinah, et. al. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI.

DiPiro, Joseph T., et al. 1997. Pharmacoteraphy A Pathophysiologic Approach. Stamford :


Appleton & Lange.

Herfindal, Eric T., Gourley, Dick R., Hart, Linda Llyod. 1992. Cinical Pharmacy and
Therapeutic. Baltimore : Williams & Wilkins.

Wells, Barbara G., DiPiro, Joseph T., Schwinghammer, Terry L., DiPiro, Cecily V. 2006.
Pharmacoteraphy Handbook. McGraw-Hill.
Advertisement

Advertisements

Report this ad

Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook
 Google

Related

METABOLISME DAN TRANSPORTASI LIPOPROTEINIn "farmasi"

METABOLISME DAN TRANSPORTASI LIPOPROTEIN

Standar penyimpanan vaksinIn "farmasi"

Author windira85Posted on April 24, 2017Categories Uncategorized

Leave a Reply

Post navigation
Previous Previous post: HIPERLIPIDEMIA

Next Next post: Standar penyimpanan vaksin

Recent Posts
 Amalan sebelum tidur July 31, 2017
 Evaluasi pengadaan obat di jajaran dinkes prov dki jakarta th 2017 July 14, 2017
 Shalawatan July 3, 2017
 Pengelolaan obat June 21, 2017
 Metformin June 21, 2017

Advertisements
Report this ad

Text Widget
This is a text widget. The Text Widget allows you to add text or HTML to your sidebar. You can use a text
widget to display text, links, images, HTML, or a combination of these. Edit them in the Widget section
of the Customizer.

Search for:

 Twitter
 Facebook
 Google+
 GitHub
 WordPress.com

windira85 Blog at WordPress.com.


Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Report this ad
Diuretik adalah obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui
urine. Jumlah garam, terutama natrium, yang diserap kembali oleh ginjal akan dikurangi. Natrium
tersebut akan ikut membawa cairan yang ada di dalam darah, sehingga produksi urine bertambah.
Akibatnya, cairan tubuh akan berkurang dan tekanan darah akan turun.
Diuretik umumnya digunakan untuk mengobati penyakit yang menyebabkan terjadinya
penumpukan cairan dalam tubuh (edema). Selain itu, diuretik juga efektif dalam mengobati darah
tinggi atau hipertensi. Khusus diuretik jenis karbonat anhidrase, dapat juga mengobati glaukoma
dan terkadang digunakan untuk mengobati penyakit akibat ketinggian (altitude sickness).
Kondisi lain yang juga membutuhkan diuretik adalah diabetes insipidus.

Diuretik terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Thiazide. Diuretik thiazide merupakan obat diuretik yang bekerja dengan cara mengurangi
penyerapan natrium dalam ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine. Selain itu, thiazide
dapat melebarkan pembuluh darah sehingga lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah.
Diuretik jenis thiazide ini merupakan obat yang dianjurkan sebagai lini pertama dalam mengatasi
hipertensi. Contoh obat jenis thiazide antara lain adalah chlorthalidone, hydrochlorothiazide,
dan indapamide.
 Diuretik loop. Diuretik loop merupakan obat diuretik yang bekerja pada loop (lengkung) Henle
di dalam ginjal. Obat jenis ini bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan
natrium sehingga memaksa ginjal meningkatkan jumlah urine. Dengan produksi urine yang
meningkat, tekanan darah akan turun serta kelebihan cairan yang menumpuk di dalam tubuh
dan paru-paru akan berkurang. Contoh obat jenis diuretik loop, antara lain adalah bumetanide
dan
 Diuretik hemat kalium. Ini merupakan jenis diuretik yang mengakibatkan meningkatnya volume
cairan dan natrium dalam urine tanpa ikut membawa kalium keluar dari tubuh. Diuretik hemat
kalium tepat digunakan untuk mencegah hipokalemia. Contoh diuretik golongan ini antara lain
adalah amiloride, eplerenone, spironolactone, dan triamterene.
 Penghambat karbonat anhidrase. Obat diuretik jenis ini bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang dikeluarkan dari ginjal. Penghambat
karbonat digunakan untuk menurunkan jumlah cairan di dalam bola mata dan terkadang
mengatasi penyakit akibat ketinggian. Salah satu contoh obat ini adalah acetazolamide.
 Diuretik osmotik. Obat jenis ini meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring keluar oleh
ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali oleh ginjal. Contoh obat diuretik jenis
ini adalah mannitol.

Peringatan:

Beberapa hal yang harus diperhatikan jika hendak menggunakan obat diuretik, antara lain
adalah:

 Jangan mengonsumsi obat diuretik jika mengalami permasalahan buang air kecil atau jika
memiliki alergi terhadap obat diuretik.
 Hindari mengonsumsi obat diuretik jika mengalami dehidrasi, menderita penyakit liver, penyakit
ginjal, atau gangguan irama jantung.
 Ibu hamil (terutama di trimester terakhir) sebaiknya menghindari penggunaan obat diuretik.
 Hati-hati penggunaan diuretik bila Anda berusia 65 tahun atau lebih.
 Informasikan kepada dokter bila Anda memiliki alergi terhadap obat golongan sulfonamida atau
sulfa, seperti kotrimoksazol.
 Penggunaan diuretik bersamaan dengan kemoterapi berbahan dasar platinum, seperti cisplatin
dan obat aspirin, bismuth, serta antibiotik aminoglikosida dapat memperburuk efek samping
gangguan pendengaran.

Beberapa efek samping yang dapat muncul akibat penggunaan obat diuretik, antara lain adalah:

 Pusing atau sakit kepala.


 Sering merasa haus.
 Perubahan gairah seksual atau gangguan siklus haid.
 Peningkatan kadar glukosa dan kolesterol dalam darah.
 Gatal-gatal dan ruam pada kulit.
 Kekurangan kalium, natrium, dan magnesium pada diuretik loop.
 Kram otot dan telinga berdenging pada diuretik loop.
 Hiperkalemia pada penggunaan diuretik hemat kalium.
 Ginekomastia pada laki-laki untuk penggunaan spironolactone.

Dosis Obat Diuretik

Rincian dosis obat diuretik jenis thiazide dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jenis Obat Merk Dagang Keperluan

Indapamide Natrilix SR, Aldapres, Pengobatan edema2,5-5 mg satu kali per


Bioprexum plus hari.Pengobatan hipertensi1,25-2,5 mg sekali
sehari. Dapat dikombinasikan dengan obat anti
hipertensi lain.

Pengobatan hipertensiDewasa: 12,5-50 mg


sekali sehari. Obat ini dapat dikombinasikan
dengan obat antihipertensi lainnya.Pengobatan
edema25-100 mg/hari, 1-2 kali/hari atau sesuai
anjuran dokter.Anak < 6 bulan: 1-3 mg/kg berat
badan (BB)/hari, 1-2 kali per hari. Dosis
Hydrochlorothiazide, Co- maksimum 37,5 mg/hari.
irvell, Blopress plus,
Hydrochlorothiazide
Olmetec plus, Lodoz, Irtan Anak 6 bulan sampai 2 tahun: 1-2
plus, Coaprovel mg/kgBB/hari, 1-2 kali per hari. Dosis
maksimum 37,5 mg/hari.

Anak > 2-12 tahun: 1-2 mg/kgBB/hari, 1-2


kali per hari. Dosis maksimum 100 mg/hari.

Untuk lanjut usia, dosis akan dikurangi


sesuai anjuran dokter.
Pengobatan hipertensiDewasa: 12,5-25 mg per
hari. Dapat dikombinasikan dengan
antihipertensi yang lain.Anak-anak: 0,5-1,7
mg/kgBB per 48 jam.Pengobatan diabetes
insipidusDewasa: 25-100 mg, dua kali sehari.

Chlorthalidone - Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.

Pengobatan edema dan gagal jantung

Dewasa: 25-200 mg per hari atau sesuai


dengan anjuran dokter.

Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.

Rincian dosis obat diuretik jenis diuretik loop dapat dilihat pada tabel berikut

Jenis Obat Merk Dagang Keperluan

Pengobatan edema1 mg diminum langsung


Bumetanide - pada pagi atau sore hari, dilanjutkan dengan 1
mg setelah 6-8 jam kemudian.Pemberian pada
orang tua dan dosis untuk suntikan sesuai
dengan anjuran dokter.

Pengobatan edema paru40 mg diberikan


melalui suntikan di pembuluh darah vena (IV)
lambat. Dosis dapat ditambahkan hingga 80 mg
jika diperlukan.Pengobatan edema dan gagal
jantung40 mg per hari dalam bentuk tablet
minum. Dosis dapat diturunkan hingga 20 mg
per hari atau setiap 2 hari. Khusus lansia,
dimulai dari dosis yang kecil, bila perlu dosis
Diuvar, Edemin, Farsix, dinaikkan.Dapat juga diberikan dalam bentuk IV
Furosemide pelan atau suntikan ke otot sebanyak 20-50 mg.
Lasix, Roxemid, Uresix
Dosis maksimum 1.500 mg per hari

Anak-anak: 0,5-1,5 mg/kgBB per hari. Dosis


maksimum 20 mg per hari.

Pengobatan hipertensi

40-80 mg/hari. Dapat dikombinasikan


dengan obat hipertensi lainnya sesuai
kebutuhan.

Rincian dosis obat diuretik jenis diuretik hemat kalium dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jenis Obat Merk Dagang Keperluan

Pengobatan edema2,5-10 mg/hari. Dosis


Amiloride Lorinide mite
maksimum 20 mg per hari.

Pengobatan gagal jantungsetelah serangan


jantung25-50 mg/hari, dapat disesuaikan
dengan kadar kalium dalam darah atau sesuai
Eplerenone - dengan anjuran dokter.Pengobatan
hipertensiDosis awal 50 mg/hari. Maksimum 50
mg dua kali sehari. Dapat dikombinasikan
dengan anti hipertensi lainnya.

Carpiaton 25, Carpiaton Pengobatan edema, sirosis, dan asitesDewasa:


Spironolactone 100, Spirolacton, 100-400 mg/hari, atau sesuai anjuran
Aldactone, Spirola dokter.Anak-anak: 3 mg/kgBB dibagi dalam
beberapa dosis, atau sesuai dengan respon dan
anjuran dokter.Pengobatan hipertensi50-100
mg/hari yang dapat diminum sekaligus atau
dibagi menjadi dua dosis. Dosis dapat
disesuaikan dengan anjuran dokter.

Pengobatan gagal jantung

Dewasa: 25-50 mg per hari, dapat


diturunkan menjadi setiap 2 hari.

Anak-anak: 3 mg/kgBB, atau sesuai dengan


respons obat dan anjuran dokter.

Orang tua: dimulai dari dosis rendah, dan


bila perlu dinaikkan perlahan.

Rincian dosis obat diuretik jenis penghambat karbonat anhidrase dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

Jenis Obat Merk Dagang Keperluan

Pengobatan glaukoma250-1.000 per hari dalam


bentuk oral, dibagi dalam beberapa dosis atau
sesuai dengan anjuran dokter.Pencegahan
penyakit akibat ketinggian500-1.000 mg per
Acetazolamide Glauseta
hari, dibagi dalam beberapa dosis. Diminum 24-
48 jam sebelum naik ke ketinggian.Dosis
suntikan akan diberikan sesuai dengan ajuran
dokter.

Rincian dosis obat diuretik jenis diuretik osmotik dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jenis Obat Merk Dagang Keperluan

Edema otak, peningkatan tekanan dalam otak


Manitol Infusan M20, Otsu-Manitol dan bola mata0,25-2 g/kgBB melalui infus,
diberikan dalam waktu 30-60 menit.

Lihat lebih lanjut mengenai:

 Hipertensi
May

Obat Diuretik

Diuretika adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin melalui kerja langsung
terhadap ginjal. Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau
merangsang pengeluaran urin. Diuretika ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume
urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan
air.
Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretic. Obat-
obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian
nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain Cl- memasuki urine dalam jumlah banyak dibandingkan
dengan keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotic. Jadi, diuretik meningkatkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta
komposisi ion dan didala urine dan darah. Fungsi utama diuretika adalah untuk mobilisasi cairan edema,
yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali
menjadi normal.

Capaian Pembelajaran

Mahasiswa Mampu Memahami Tentag Obat Diuretik

Kemampuan Akhir yang diharapak

Mahasisa Mampu memahami prinsip tentang obat Diuretik


Aktivitas Pembelajaran

A. Macam – macam Obat Diuretika


Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

1. Diuretik osmotic
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja : Tubuli proksimal : Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli
proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.

Ansa enle : Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.Duktus Koligentes : Diuretik osmotik ini
bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya
papillary wash out.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi
oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat
, juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah,
setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens).
Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk
golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama
digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-
obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis,
penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif
(sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan
dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium.
Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan)
oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya
mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium
dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat
pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat
kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada
udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkan Yang
termasuk diuretik kuat adalah : asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

B. Cara Kerja/Khasiat Obat Diuretik


Obat Tempat kerja Utama Cara Kerja

Diureti osmotik 1. Tubuli proksimal. Penghambat reabsorpsi natrium


dan air melalui daya osmotiknya.

2. Ansa henle Penghambatan reabsorpsi natrium


dan air oleh karena hipertonisitas
daerah medula menurun.
3. Duktus koligentes
Penghambatan reabsorpsi natrium
dan air akibat adanya papillary
wash out, kecepatan aliran filtrat
yang tinggi, atau adanya faktor
lain.

Penghambatan terhadap
Tubuli proksimal
reabsorpsi bikarbonat.
Penghambatan terhadap
reabsorpsi natrium klorida.
Penghambat enzim Hulu tubuli distal
karbonik anhidrase

Penghambatan reabsorpsi natrium


dan sekresi kalium dengan jalan
Tiazid
Hilir tubuli distal dan duktus antagonisme kompetitif
koligentes daerah korteks (spironolakton) atau secara
langsung (triamteren dan amilirid).

Penghambatan terhadap transport


Diuretik hemat kalium
elektrolit Natrium, Kalium, Klorida.

Ansa henle bagian asenden


pada bagian dengan epitel
tebal

Diuretik kuat

C. Dosis yang Digunakan


Tabel Dosis Tipikal Agen-Agen Diuretik Loop

Obat Dosis Oral Harian Total1


Bumetanid 0.5-2 mg

Asam etakrinat 50-200 mg

Furosemid 20-80 mg

Torsemid 5-20 mg

1
sebagai dosis tunggal atau terbagi dalam dua dosis

Tabel Dosis Tiazid Dan Diuretik Terkait3

Obat Total Dosis Oral Harian Frekuensi Pemberian

Bendroflumetiazid 2.5-10 mg Dosis tunggal

Klorotiazid 0.5-2 mg Dua dosis terbagi

Klortalidon1 25-50 mg Dosis tunggal

Hidroklorotiazid 25-100 mg Dosis tunggal

Hidroflumetiazid 12.5-50 mg Dua dosis terbagi

Indapamid 2.5-10 mg Dosis tunggal

Metilklotiazid 2.5-10 mg Dosis tunggal

Metolazon1 2.5-10 mg Dosis tunggal

Politiazid 1-4 mg Dosis tunggal

Quinethazon1 25-100 mg Dosis tunggal

Triklormethiazid 1-4 mg Dosis tunggal

1
bukan suatu tiazid tapi sulfonamida yang secara kualitatif serupa dengan tiazid
Tabel Dosis Diuretik Hemat Kalium Dan Preparat Kombinasi3

Nama Dagang Diuretik Hemat Kalium Hidroklorotiazid

Aldactazid Spironolakton 25 mg 50 mg

Aldacton Spironolakton 25, 50, atau 100 mg ---

Dyazid Triamteren 37.5 mg 25 mg

Dyrenium Triamteren 50 atau 100 mg ---

Inspra1 Eplerenon 25, 50, atau 100 mg ---

Maxzid Triamteren 75 mg 50 mg

Maxzide-25 mg Triamteren 37.5 mg 25 mg

Midamor Amilorid 5 mg ---

Moduretic Amilorid 5 mg 50 mg

1
eplerenon saat ini disetujui penggunaannya hanya untuk hipertensi

Tabel Dosis Diuretik Inhibitor Karbonik Anhidrase Yang Digunakan Per Oral Dalam Terapi Glaukoma3

Obat Dosis Oral Normal

Acetazolamide 250 mg 1-4 kali sehari

Diklorfenamide 50 mg 1-3 kali sehari

Methazolamide 50-100 mg 2-3 kali sehari

D. Indikasi dan KontraIndikasi


1. Inhibitor Karbonik Anhidrase

a. Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi mental pada
penderita sirosis hepatis.

b. Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi

c. Renal mirip reaksi sulfonamid.

d. Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan.

e. obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.

Indikasi :

a. Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit glaukoma.

b. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness.

c. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi

d. Urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.

2. Loop Diuretik

Indikasi :

a. Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran cerna

b. yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem

3. Tiazid

a. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan sampai
sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada penderita yang juga mendapat
pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi
digitalis.

b. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat tunggal atau
dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
c. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria pada
penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.

4. Diuretik Hemat Kalium

Indikasi :

Antagonis aldosteron : digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter.
Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping
memperbesar diuresis. Triamteren dan Amilorid : Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien
udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya
dari golongan tiazid.

5. Diuretik Osmotik

Kontraindikasi :

Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang
berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan kraniotomi. Infus manitol
harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung
atau kongesti paru.

F. Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah:

1. Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan gagal
jantung dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini
bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung
tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Thiazida yang digunakan pada hipertensi dengan dosis
rendah, hanya sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak perlu disuplesi kalium, yang
dahulu agak sering dilakukan kombinasinya dengan suatu zat yang hemat kalium suadah mencukupi.
Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang di obati dengan digitalis harus dimonitor dengan
seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin.
Pada mereka juga d khawatirkan terjadi peningkatan resiko kematian mendadak.
2. Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida.
Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat
mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi
asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3. Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme
glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek
antidiabetika oral diperlemah olehnya.

4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total (juga LDL dan VLDL)
dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor pelindung untuk PJP justru
diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indaparmida yang praktis tidak
meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan jangka panjang
blum jelas.

5. Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat
menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi
(selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis
permulaan rendah yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4
kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam
darah).
6. Lain-lain
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang reaksi
alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.
7. Interaksi
Pada penggunaan diuretic bersama obat-obat lain, harus selalu dipikirkan adanya interaksi yang
mungkin terjadi.

Kesimpulan
Diuretik merupakan obat yang diindikasikan untuk penderita udema baik yang disebabkan oleh gagal
ginjal maupun gagal jantung, obat ini juga bias diindikasi untuk hipertensi

Daftar Pustaka

Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran

Sue Jordan. Farmakologi Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan
Terapi.2007

Posted 5th May 2017 by Eliza Arman

Add a comment

journeyofelizaarman

 Classic
 Flipcard
 Magazine
 Mosaic
 Sidebar
 Snapshot
 Timeslide

1.

May

5
Obat Diuretik

Diuretika adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin melalui kerja
langsung terhadap ginjal. Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang
berkemih atau merangsang pengeluaran urin. Diuretika ialah obat yang dapat menambah
kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan
jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.

Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretic.
Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada
bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain Cl- memasuki urine dalam
jumlah banyak dibandingkan dengan keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut
secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Jadi, diuretik meningkatkan
volume urine dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion dan didala urine dan darah.
Fungsi utama diuretika adalah untuk mobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi
normal.

Capaian Pembelajaran

Mahasiswa Mampu Memahami Tentag Obat Diuretik

Kemampuan Akhir yang diharapak

Mahasisa Mampu memahami prinsip tentang obat Diuretik

Aktivitas Pembelajaran

A. Macam – macam Obat Diuretika


Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

1. Diuretik osmotic
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja : Tubuli proksimal : Diuretik osmotik ini bekerja pada
tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.

Ansa enle : Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.Duktus Koligentes : Diuretik
osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air akibat adanya papillary wash out.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping
karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya
hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang
seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat
reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid
dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48
jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung
(dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal
dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik
yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan
indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek
obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses
ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam
keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan
diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian
bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga
ekskresi dari magnesium dihambat.
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini
berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut,
misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila
dosis dinaikkan Yang termasuk diuretik kuat adalah : asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

B. Cara Kerja/Khasiat Obat Diuretik


Obat Tempat kerja Utama Cara Kerja

Diureti osmotik 1. Tubuli proksimal. Penghambat reabsorpsi natrium


dan air melalui daya osmotiknya.

2. Ansa henle Penghambatan reabsorpsi


natrium dan air oleh karena
hipertonisitas daerah medula
3. Duktus koligentes
menurun.

Penghambatan reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya
papillary wash out, kecepatan
aliran filtrat yang tinggi, atau
adanya faktor lain.

Penghambatan terhadap
Tubuli proksimal reabsorpsi bikarbonat.

Penghambat enzim Penghambatan terhadap


karbonik anhidrase reabsorpsi natrium klorida.
Hulu tubuli distal

Tiazid Penghambatan reabsorpsi


natrium dan sekresi kalium
Hilir tubuli distal dan duktus dengan jalan antagonisme
koligentes daerah korteks kompetitif (spironolakton) atau
secara langsung (triamteren dan
amilirid).
Diuretik hemat kalium

Penghambatan terhadap
transport elektrolit Natrium,
Kalium, Klorida.
Ansa henle bagian asenden
pada bagian dengan epitel
tebal

Diuretik kuat

C. Dosis yang Digunakan


Tabel Dosis Tipikal Agen-Agen Diuretik Loop
Obat Dosis Oral Harian Total1

Bumetanid 0.5-2 mg

Asam etakrinat 50-200 mg

Furosemid 20-80 mg

Torsemid 5-20 mg

1
sebagai dosis tunggal atau terbagi dalam dua dosis

Tabel Dosis Tiazid Dan Diuretik Terkait3

Obat Total Dosis Oral Harian Frekuensi Pemberian

Bendroflumetiazid 2.5-10 mg Dosis tunggal

Klorotiazid 0.5-2 mg Dua dosis terbagi

Klortalidon1 25-50 mg Dosis tunggal

Hidroklorotiazid 25-100 mg Dosis tunggal

Hidroflumetiazid 12.5-50 mg Dua dosis terbagi

Indapamid 2.5-10 mg Dosis tunggal

Metilklotiazid 2.5-10 mg Dosis tunggal

Metolazon1 2.5-10 mg Dosis tunggal

Politiazid 1-4 mg Dosis tunggal

Quinethazon1 25-100 mg Dosis tunggal

Triklormethiazid 1-4 mg Dosis tunggal


1
bukan suatu tiazid tapi sulfonamida yang secara kualitatif serupa dengan tiazid

Tabel Dosis Diuretik Hemat Kalium Dan Preparat Kombinasi3

Nama Dagang Diuretik Hemat Kalium Hidroklorotiazid

Aldactazid Spironolakton 25 mg 50 mg

Aldacton Spironolakton 25, 50, atau 100 mg ---

Dyazid Triamteren 37.5 mg 25 mg

Dyrenium Triamteren 50 atau 100 mg ---

Inspra1 Eplerenon 25, 50, atau 100 mg ---

Maxzid Triamteren 75 mg 50 mg

Maxzide-25 mg Triamteren 37.5 mg 25 mg

Midamor Amilorid 5 mg ---

Moduretic Amilorid 5 mg 50 mg

1
eplerenon saat ini disetujui penggunaannya hanya untuk hipertensi

Tabel Dosis Diuretik Inhibitor Karbonik Anhidrase Yang Digunakan Per Oral Dalam Terapi
Glaukoma3

Obat Dosis Oral Normal

Acetazolamide 250 mg 1-4 kali sehari


Diklorfenamide 50 mg 1-3 kali sehari

Methazolamide 50-100 mg 2-3 kali sehari

D. Indikasi dan KontraIndikasi

1. Inhibitor Karbonik Anhidrase

a. Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi mental


pada penderita sirosis hepatis.

b. Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi

c. Renal mirip reaksi sulfonamid.

d. Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan.

e. obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.

Indikasi :

a. Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit glaukoma.

b. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness.

c. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi

d. Urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.

2. Loop Diuretik

Indikasi :

a. Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran cerna
b. yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem

3. Tiazid

a. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan
sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada penderita
yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang
memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis.

b. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat
tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.

c. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria pada
penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.

4. Diuretik Hemat Kalium

Indikasi :

Antagonis aldosteron : digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang
refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi
kalium, disamping memperbesar diuresis. Triamteren dan Amilorid : Bermanfaat untuk
pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila diberikan bersama
dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.

5. Diuretik Osmotik

Kontraindikasi :

Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru
yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan kraniotomi.
Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang
progresif, payah jantung atau kongesti paru.
F. Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah:

1. Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan
gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan
kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga
aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Thiazida yang digunakan pada
hipertensi dengan dosis rendah, hanya sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak
perlu disuplesi kalium, yang dahulu agak sering dilakukan kombinasinya dengan suatu zat yang
hemat kalium suadah mencukupi. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang di obati
dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat
memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin. Pada mereka juga d khawatirkan
terjadi peningkatan resiko kematian mendadak.
2. Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida.
Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam
urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk
retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3. Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya
metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal
menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.

4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total (juga LDL
dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor pelindung untuk
PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indaparmida yang praktis
tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan
jangka panjang blum jelas.
5. Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma
dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot,
haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka
sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat
diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat
dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
6. Lain-lain
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang
reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam
dosis tinggi.
7. Interaksi
Pada penggunaan diuretic bersama obat-obat lain, harus selalu dipikirkan adanya
interaksi yang mungkin terjadi.

Kesimpulan

Diuretik merupakan obat yang diindikasikan untuk penderita udema baik yang disebabkan oleh
gagal ginjal maupun gagal jantung, obat ini juga bias diindikasi untuk hipertensi

Daftar Pustaka

Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran

Sue Jordan. Farmakologi Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Farmakologi dan Terapi.2007

Posted 5th May 2017 by Eliza Arman

Add a comment
2.

May

Antibiotik

Aktivitas Pembelajaran

1. Pengertian Antibiotik
Antibiotik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Adalah
zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya(racun) terhadap
manusia relatif kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris Dr.Alexander Flemming yaitu
antibiotik Penisilin pada tahun 1982 di London. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan
digunakan dalam terapi pada tahun 1941 oleh Dr. Florey. Kemudian banyak zat dengan khasiat
antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya
beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis,
atau semi sintetis.
2. Golongan Obat Antibiotik
A. Penisilin
Penisilin merupakan antiobiotik pertama yang digunakan di klinik pada tahun 1941 yang
merupakan antibiotik spektrum sempit. Diperoleh dari jamur Pennicilium notatum dan
Pennicilium chrysogenum. Terdapat beberapa jenis penisillin, yakni Penisilin-G (Benzyl
Penicillin), yang umumnya bekerja pada bakteri gram positif (Coccus dan Bacillus). Penisilin-G
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti Gonorrhoea, Syphilis,
Diptheria, Tetanus dan gas gangren.
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis
yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling
aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943)
penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Pensilin terdiri dari :

a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin


1) Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi: hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.

b. Pensilin Tahan Penisilinase


1) Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular
fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
c. Pensilin Spectrum Luas
1) Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
d. Penisilin Anti Pseudomona
1) Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
2) Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
3) Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa
B. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding mikroba.sefalosporin diperoleh dari jamur Pennicilium acremonium.
Sefalosporin termasuk antibiotik spektrum luas dengan cakupan bakteri gram negatif yang lebih
banyak dan bersifat bakteriosid. Efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan penisilin
dan sefalosporin adalah reaksi hipersensitifitas, mual, muntah, gangguan lambung dan pada
dosis tinggi dapat menimbulkan nefrotoksis dan neurotoksis. Sefalosforin terbagi atas :

1) Sefadroksil

Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)


Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba
masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual
dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria

2) Sefrozil

Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.

3) Sefotakzim

Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.

4) Sefuroksim

Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.

5) Sefamandol

Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.

6) Sefpodoksim

Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang
kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.

C. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi. Resorbsi tetrasiklin dari usus pada lambung
kurang lebih 75% dan agak lambat baru setelah 3-4 jam tercapai kadra puncak dalam darah.
Pengecualian untuk doksisilin dan minosiklin yang diserap baik sekali yaitu 90-100%. Ekskresià
secara utuh melalui ginjal. Untuk doksisilin dan minosiklin disekresi melalui empedu dan tinja.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas) klamidia,
mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal, kadang-
kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping: pada penggunaan oral sering terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah,
diare), supra-infeksi oleh jamur Candida albicans (dengan gejala mulut dan tenggorokan nyeri,
gatal sekitar anus, diare, diabetes insipidus, kerusakan ginjal, hati.
Pada gigi berefek pada terdeposisinya perkembangan tulang dan gigi. Pemberian pada
pertengahan kehamilan sampai 5 bulan, akan memberikan efek pada gigi desidui berupa
diskolorisasi kecoklatan pada gigi yang menyerupai karies. Tetrasikilin yang diberikan antara
umur 3 bulan sampai 6 bulan akan mempengaruhi perkembangam dentin dari gigi anterior.
Sedangkan pemberian tetrasikilin yang diberikan di akhir masa kehamilan atau masa kanak-
kanak dapat menyebabkan penghambatan secara temporer dari pertumbuhan tulang.Pada
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kelainan bentuk dan pengurangan tinggi
badan.
Kontra indikasi : tidak boleh diberikan pada wanita hamil setelah bulan keempat dari kehamilan,
dan pada anak-anak sampai usia 8 tahun. tetrasiklin tidak boleh diminum bersamaan dengan
susu atau antisida, Karena tetrasiklin membentuk senyawa komplek yang tak larut dengan besi,
alumunium, magnesium dan kalsium. Ini akan menyebabkan gagalnya resorbsi dari usus-ginjal.
Tetrasiklin terbagi atas :
a. Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah
dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
b. Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis,
penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
c. Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
D. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa.
Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper
terbatas untuk tuberkalosa.
Aminoglikosida juga aktif terhadap gonococci dan sejumlah bakteri gram positif.
Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu, sehingga
biosintesa proteinnya dikacaukan.
Efek samping secara umum à pada penggunaan parenteral menyebabkan kerusakan organ
pendengaran da keseimbangan (ototoksis).Pada penggunaan oral bisa terjadi nausea, muntah,
dan diare. Pada kehamilan dan laktasi tidak dianjurkan, karena bisa menyebabkan ketulian pada
bayi.
Aminoglikosida terbagi atas:
a. Streptomisin

Mengandung satu molekul gula amino dalam molekulnya. Aktif melawan


Mycobacterium Tuberculosis. Akan tetapi karena streptomisin menyebabkan ototoksisitas yang
berkaitan dengan dosis, terutama dalam jangka waktu panjang, streptomisin sering digantikan
oleh rifampisin. Resorpsinya dari usus nihil, distribusinya ke jaringan buruk, dapat melewati
plasenta. Waktu paruhnya 2-3 jam. Ekskresinya melalui ginjal rata-rata 60 % dalam bentuk utuh.

Efek samping : Terhadap ginjal dan organ pendengar. Bisa menyebaban ketulian. Dosis :
tergantung dari usia. 1 dd 0.5-1 g maksimum 2 bulan, selalu dikombinasi dengan obat-obat lain.

b. Gentamisin

Mengandung 2 molekul gula yang dihubungkan oleh sikloheksan Spektrum kerjanya


melawan Pseudomonas, Proteus, dan stafilokokus yang resisten untuk penisilin dan metisilin.
Tidak aktif terhadap mycobacterium.

Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier,
pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis (bersama
penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi ginjal,
pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguan vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada
pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.
Dosis : Dosis à 3-5 mg/kg/hari dalam 3 dosis (garam sulfat). Krem 0.1 %, salep mata dan tetes
mata 0.3 % : 4-6 dd 1-2 tetes. (Garamycin).

c. Paramomisin
Penggunaannya Oral
Indikasi : infeksi usus dan mensterilkan usus sebelum pembedahan
Dosis à disentri amoeba oral 35 mg/kg/hari dalam 3 dosis selama 5-10 hari, crystosporidiosis
oral 4x sehari 500-750 mg

E. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat
ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid,
meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat ini
tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia aplastik (
dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual,
muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.
F. Makrolid
Makrolida digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang sensitif penisilin,
terutama pada infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, stafilokokus, pneumococcus, dan
clostridium. Rute pemberian secara oral, tetapi eritromisin dan klaritromisin dapat diberikan
intravena bila perlu.
Efek samping dari mekanisme kerja semua makrolida dapat mengganggu fungsi hati.
Penggunaan makrolida tidak efektif pada meningitis. Kondisi resistensi pada pengguna antibiotic
ini bisa terjadi karena adanya perubahan yang dikendalikan oleh plasmid pada reseptornya
dalam subunit 50S ribosom bakteri.
Makrolid terbagi atas:
a. Eritromisin
Aktivitasnya bekerja bakteriostatis. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversible pada
ribosom kuman, sehingga menghambat sintesis protein
Indikasi : infeksi paru-paru oleh Mycoplasma pneumonia, infeksi usus dengan Campilobacter
jejuni. Untuk infeksi saluran nafas dijadikan alternatif kedua bilaman terdapat resistansi atau
hipersensitivitas oleh penisilin atau sefalosporin. sebaiknya diminum saat perut kosong. 80 %
terikat pada protein. Kadar dalam intraseluler tinggi. Metabolismenya, semua makrolida
diuraikan dalam hati, sebagian oleh system sitokrom-P450. Ekskresinya melalui empedu dan
tinja serta kemih, terutama dalam bentuk inaktif.
Efek samping : gangguan lambung-usus, diare, nyeri perut,nausea,muntah.
Dosis : Oral 2-4 dd 250-500 mg pada saat perut kosong, untuk anak-anak 20-40 mg/kgBB/hari
selama maksimum 7 hari.
b. Spiramisin

Indikasi :Infeksi di jaringan mulut, tenggorokan, dan saluran napas Resorpsinya tidak konstan,
PP-nya hanya 30 %, waktu paruhnya 4-8 jam tergantung dari dosis.

Efek samping: Wanita hamil dapat meminum obat ini, tetapi tidak dianjurkan selama laktasi
karena kadarnya dalam ASI tinggi sekali.

Dosis : Oral 4 dd 0,5-1 g, anak-anak 50-100 mg/kg/hari selama 5 hari, pada toxoplasmaosis
selama 3-4 minggu.

G. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin,
dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan
antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa
bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas,
basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel
diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada keadaan membelah
tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika bakteriostatik seperti
kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral
untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat
ginjal. Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka
penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan munculnya
antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).

Daftar Pustaka
1. Farmakologi Therapi Edisi 4, Universitas Indonesia, 1995 (BU 1)

2. Prinsip umum dan dasar farmakologi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta

3. The Midwifes Pharmacopia, Banister, 1997

Posted 5th May 2017 by Eliza Arman

Add a comment

3.

May

Obat Uterotonika/ pendarahan pasca pesalinan

Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu penyebab kematian
ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita Indonesia. Berbagai kebijakan telah
dicanangkan antara lain Gerakan Sayang Ibu maupun Making Pregnancy Saver yang salah satu
pesan kuncinya adalah penanganan masalah kegawat daruratan kebidanan dimana salah satu
focus gerakannya adalah pencegahan dan penanganan perdarahan pasca persalianan.
Untuk pencegahan perdarahan pasca persalinan saat ini setiap petugas kesehatan dituntut
harus melaksanankan asuhan persalinan normal dengan salah satu terobosan adalah
penatalaksanaan aktif kala tiga dimana penggunaan uterotonika secara tepat guna harus
diterapkan Baik dalam hal induksi persalinan, maupun masalah pencegahan dan penanganan
perdaran pasca persalinan sangat berkaitan dengan penggunaan oksitosin. Setiap petugas
kesehatan yang menangani masalah ini dituntut mempunyai pengetahuan memadai tentang
uterotonika, baik tentang cara kerjanya, cara pemberianya maupun tentang efek yang tidak
diinginkan. Seperti yang telah kita ketahui bersama, obat merupan salah satu penunjang sarana
kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat.

Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan tertentu karena obat dalam
penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meracuni sedangkan racun
yang digunakan dalam jumlah sedikit justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita.. Salah satu dari
obat yang sudah sering dipergunakan adalah uterotonik dan anti perdarahan. Obat – obat
uterotonika dan anti perdarahan tidak pernah lepas dari segala masalah kesehatan yan
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan

Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang riskan karena sangat erat
dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila terjadi kesalahan walau
hanya sedikit saja. Hal – hal yang perlu diketahui adalah mengenai nama obat, tujuan
penggunaan, mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara pemakaian serta
dosis yang digunakan. Uterotonika Adalah Zat Yanag Digunakan Untuk meningkatkan kontraksi
uterus.Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum, penegndapan perdarahan akibat abortus inkompletikus
dan penanganan aktif pada Kala III persalinan.

Aktivitas Pembelajaran
A. Pengertian Uterotenika
Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan
untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum,
pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala
persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan
pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak
dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi
perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan
dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud,
adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalina. riwayat persalinan
yang kurang baik, misalnya:

1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.

2. Grande multipara (lebih dari empat anak).

3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).

4. Bekas operasi Caesar.

5. Pernah abortus sebelumnya.

Uterotonika adalah obat yang dapat meningkatkan kontraksi otot polos uterus. Banyak obat
memeperlihatkan efek oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dab
dapat berguna dalam praktek keperawatan. Obat yanng bermanfaat itu ialah oxytocin(oksitosin)
dan derivatnya, alkaloid ergot dan derivatnya, dan beberapa prostaglandin semisintetik. Obat-
obat tersebut memperlihatkan respons bertingkat (graded respons) pada kehamilan, mulai dari
kontraksi uterus spontan, ritmis sampai kontraksi tetani. Meskipun obat ini mempunyai efek
farmakodinamik lain, tetapi manfaat dan bahayanya terutama terhadap uterus. Derivat
prostaglandin merupakan obat yang baru dikembangkan tahun tujuh puluhan. Pembicaraan di
sini terbatas pada efek Prostaglandin E dan F terhadap uterus serta penggunaannya sebagai
abortivum, dan oksitosin untuk induksi partus. Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik,ibu
sebaiknya melahirkan dirumah sakit,dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu
bersalin, misalnya:

1. Persalinan atau kala II yang terlalu cepat, (ekstraksivakum, atau forsep).

2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, dan anak besar.

3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.


4. Uterus yang lembek akibat narkosa.

5. Inersia uteri primer dan sekunder.

Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan Ergometrin. Caranya,
disuntikkan intra muskuler atau intravena ( bila diinginkan kerja cepat ), setelah anak lahir.

B. Macam-Macam Obat Uterotonika:


1. Alkaloid Ergot

Sumber alkaloid ergot ialah claviceps purpurea suatu jamur yang hidup sebagai parasit
dalam butir rye dan gandum, banyak terdapat di Eropa dan Amerika. Penyebaran penularan
terjadi melalui perantaraan serangga dan angin yang memindahkan spora ke kepala putik yang
sudah di buahi. Selanjutnya spora mengeluarkan miselium yang akan menembus putik,
kemudian membentuk jaringan padat berwarna ungu dan menjadi keras. Substansi ini dinamai
sklerosium. Sklerosium inilah yang merupakan sumber ergot. Zat- zat dalam ergot. Ergot
mengandung zat yang penting yaitu alkohol ergot dan zat lain seperti zat organik, karbohidrat,
gliserida, steroid, asam amino, amin dan basa amonium kuatener. Beberapa amin dan basa
memiliki efek farmakologi penting, misalnya histamin, tiramin, kolin, dan asetilkolin. Jamur
Claviceps purpurea dibiak in vitro, seperti jamur penghasil antibiotik.

Alkaloid ergot terdapat sebagai isomer 1 dan d.Isomer 1 merupakan zat aktif (penamaan
dengan akhiran -in), sedangkan isomer d tidak aktif sama sekali (penamaan dengan akhiran -
inin). Yang pertama merupakan alkaloid alam, sedangkan yang kedua merupakan hasil
perubahan oleh pengaruh zat kimia sewaktu isolasi. Alkaloid pertama yang berhasil di isolasi
dalam bentuk kristal dan aktif ialah ergotoksin, yang waktu itu dianggap sebagai alkaloid murni.
Sekarang terbukti bahwa ergotoksin merupakan campuran 4 zat, yaitu ergokristin,ergokornin,α-
ergokriptin, dan β- ergokriptin. Ergotamin. Ergotamin yang paling kuat dari kelompok alkaloid
asam amino yang aktif, dan ergotamin yang tidak aktif merupakan alkaloid ergot murni yang
pertama ditemukan.
Kemudian ditemukan zat uterotonik larut air dinamakan ergonovin (ergometrin. Ergonovin
dan turunannya menghasilkan asam lisergat dan amin pada hidrolisis, maka disebut juga alkaloid
amin. Alkaloid dengan berat molekul tinggi yang mengandung asam lisergal, amonia, asam
piruvat, prolin dan asam amino lainnya dikenal juga sebagai alkaloid asam amino atau
ergopeptin. Salah satu derivat ergopeptin adalah bromokriptin

Farmakodinamik

Berdasarkan efek dan struktur kimianya alkaloid ergot dibagi menjadi 3 kelompok :

1. Alkaloid asam amino dengan prototip ergotamin

2. Derivat dihidro alkaloid asam amino dengan prototip dihidro-Ergotamin.

3. Alkaloid amin dengan prototip ergonovin

Farmakokinetik

Alkaloid asam amino, yaitu ergotamin di absorpsi secara lambat dan tidak sempurna
melalui saluran cerna. Obat ini mengalami metabolisme lintas pertama, sehingga kadarnya
dalam darah sangat rendah. Kadar puncak plasma dicapai dalam 2 jam. Pemberian 1 mg
ergotamin bersama 100 mg kafein akan meningkatkan kecepatan absorpsi dan kadar puncak
plasma ergotamin sebesar dua kali, namun biovailibitasnya tetap di bawah 1 persent.

Indikasi

Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus, yaitu :

1. Induksi partus aterm

2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.

3. Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus lainnya

4. Induksi abortus terapeutik


5. Uji oksitoksin

Kontra Indikasi

Persalinan kala I dan II :

1. Hipersensitif

2. Penyakit vascular

3. Penyakit jantung parah

4. Fungsi paru menurun

5. Fungsi hati dan ginjal menurun

6. Hipertensi yang parah

7. Eklampsi

Pada Uterus

Semua alkaloid ergot alam meningkatkan kontraksi uterus dengan nyata. Dosis kecil
menyebabkan peninggian amplitudo dan frekuensi, kemudian diikuti relaksasi. Dosis besar
menimbulkan kontraksi tetanik, dan peninggian tonus otot dalam keadaan istirahat. Dosis yang
sangat besar menimbulkan kontraktur yang berlangsung lama. Sediaan ergot alam yang paling
kuat adalah ergonovin.

Cara Pakai Dan Dosis

a. Oral: mulai kerja setelah sepuluh menit

b. Injeksi: intravena mulai kerja 40 detik

c. IM : mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping lebih
sedikit.
Dosis :

Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari

IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat.

Contoh obat

Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat

Nama paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin.

EFek samping

1. Ergotamine merupakan ergotamin merupakan alkaloid yang paling toksik.

2. Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat,
bingung dan tidak sadar

3. Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg
parenteral

4. Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan dan tangan
jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan
atau kenaikan tekanan darah

5. Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas

2. Oksitosin

Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang
menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada
awal kelahiran. (Ismania.2001). Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar mama.
Fungsi perangsangan ini bersifat selektif dan cukup kuat. sehingga pada akhir kehamilan kadar
oksitosin meninggi dimana berikatan dg reseptor oksitosin yg terletak di dlm miometrium yaitu
dlm membran plasma sel otot polos uterus , oksitosin adalah golongan obat yang digunakan
untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan, pencegahan
perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan , Oksitosin merangsang otot polos
uterus dan mammae → selektif dan cukup kuat Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan
payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan oksitosin. Sensitivitas uterus meningkat
dng pertambahan usia kehamilan. Stimulus sensoris pada serviks, vagina, dan payudara secara
refleks melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior. Sensitivitas uterus terhadap oksitosin
meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur kehamilan.

Pada kehamilan tua dan persalinan spontan, pemberian oksitosin meningkatkan kontraksi
fundus uteri meliputi peningkatan frekuensi, amplitudo dan lamanya kontraksi. Partus dan
laktasi masih tetap berlangsung meskipun tidak ada oksitosin, tetapi persalinan menjadi lebih
lama dan refleks ejeksi susu (milk ejection) menghilang. Oksitosin dianggap memberikan
kemudahan dalam persalinan serta memegang peranan penting dalam refleks ejeksi susu.

Mekanisme Cara Kerja

Oksitosin diabsorsi denagn cepat melalui mukosa mulut sehingga memungknkan oksitosin
diberkan secara tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap did / cadangan untuk
penggunaan pasca persalinan, selama kehamilan kadar amino peptidase dalam plama ( oksitosin
atau vasopresinase ) meniongkat 10x dan menurun setelah persalinan. Enzim mengaktifkan
oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida enzim meregulasi kosentrasi oksitosin.

Meskipun sudah lazim di gunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetric rumah
sakit, namun potensi oksitoksin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekana darah
membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia aau
penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3 tahun. Pemberian infuse
oksitoksin merupakan kontraindikasi pada ibu hamil yang menghadapi resiko karena melahirkan
pervaginam, misalnya kasus dengan melpresentasi atau solosio plasenta atau denagn resiko
rupture uteri yang tinggi. Pemberian infuse oksitoksin yang terus-menerus pada kasus dengan
resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.
Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa maupun oksigen. Jika
pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini
mungkin terjadi karena starvasi atau pemberian oksitoksin tidak akan adekuat sehingga
pemberian oksitoksin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih cenderung di
jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhn ya terhadap eliminasi
kadar oksitosin dalam plasma.

Farmakologi

a. Uterus
Oksitosin merangasang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus. Efek ini tergantung
pada konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi estrogen yang rendah, efek oksitosin terhadap
uterus juga berkurang. Progestin digunakan secara luas di klinik untuk mengurangi aktivitas
uterus pada kasus abortus habitualis meskipun efektivitasnya tidak jelas. Pada kehamilan
trimester I dan II aktivitas motorik uterus sangat rendah, dan aktivitas ini secara spontan akan
meningkat dengan cepat pada trimester III dan mencapai puncaknya pada saat persalinan.
Oksitosin dapat memulai atau meningkatkan ritme kontraksi uterus pada setiap saat, namun
pada kehamilan muda diperlukan dosis yang tinggi. Oksitosin menyebabkan pengelepasan
prostaglandin pada beberapa spesies, tetapi tidak jelas apakah ini merupakan efek primernya
atau berhubungan dengan kontraksi uterus.

b. Kelenjar Mama

Bagian alveolar kelenjar mama dikelilingi oleh jaringan otot polos, yaitu mioepitel. Kontraksi
mioepitel menyebabkan susu mengalir dari saluran alveolar ke dalam sinus yanng besar,
sehingga mudah dihisap bayi. Fungsi ini di namakan ejeksi susu. Mioepitel sangat peka terhadap
oksitosin. Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, bila oksitosin endogen
tidak mencukupi. Juga berguna untuk mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan.

c. Sistem Kardiovaskuler

Apabila oksitosin diberikan dalam dosis besar akan terlihat relaksasi otot polos pembuluh darah
secara langsung. Terjadi penurunan tekanan sistolik dan terutama penurunan tekanan sistolik
dan terutama penurunan tekanan diastolik, warna kulit menjadi merah, dan aliran darah ke
ekstermitas bertambah. Bila dosis besar diberikan terus menerus secara infus, maka penurunan
tekanan darah akan diikuti sedikit penggian tekanan darah tetapi menetap. Dosis oksitosin
untuk indikasi obstetrik, tidak jelas menimbulkan penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan
darah jelas terjadi pada penderita yang mendapat dosis besar, yang diberikan selama anestesia
dalam. Otot polos yang sensitif terhadap oksitosin hanyalah uterus, pembuluh darah dan
miopitel kelenjar payudara.

Fafrmakokinetik

Oksitosin memberikan hasil baik pada pemberian parenteral. Pemberian oksitosin


intranasal, meskipun kurang efisien lebih disukai daripada pemberian parenteral. Oksitosin
diabsorpsi dengan cepat melalui mukosa mulut dan bukal sehingga memungkinkan oksitosin
diberikan sebagai tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap dicadangkan untuk
penggunaan pasca-persalinan.

Selama kehamilan, kadar aminopeptidase dalam plasma(oksitosinase atau sistil


aminopeptidase) meningkat sepuluh kali dan menurun setelah persalinan. Enzim ini
menginaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida. Enzim ini diduaga
meregulasi konsentrasi oksitosin lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhnya terhadap eliminasi
kadar oksitosin dalam plasma. Di duga sumber oksitosinase ini adalah plasenta. Waktu paruh
oksitosin sangat singkat, antara 12-17 menit. Penurunan kadar plasma sebagian besar
disebabkan ekskresi oleh ginjal dan hati. Penggunaan klinik adalah :

1. Untuk diagnosa janin mengalami gangguan atau tidak, terjadinya sirkulasi pada placenta.

2. Untuk terapi; Mempercepat proses persalinan, tidak mungkinnya keluar janin secara
sempurna, meningkatkan pancaran air susu ibu, perdarahan setelah melahirkan,dan sulitnya air
susu keluar.

Mempunyai efek samping,yaitu kematian janin karena adanya hipertensi , sobeknya uterus
karena kontraksi kuat, afibrinogeremia ( menurunnya fibrin dalam darah). Dan mempunyai
kontra indikasi,prematur dan keadaan janin abnormal. Pada janin yang tidak normal tdk boleh
diberi oxytocin.
Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

1. Indikasi oksitosik.

2. Induksi partus aterm

3. Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan

4. Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar

5. Uji oksitoksik

6. Menghilangkan pembengkakan payudara.

b. Kontra Indikasi

1. Kontraksi uterus hipertonik

2. Distress janin

3. Prematurisasi dan gawat janin

4. Letak bati tidak normal

5. Disporposi sepalo pelvis

6. Predisposisi lain untuk pecahnya rahim

7. Obstruksi mekanik pada jalan lahir

8. Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang berusia 35 tahun

9. Resistensi dan mersia uterus

10. Uterus yang starvasi


11. Cara pakai dan dosis

Penggunaan Dan Dosis

Untuk induksi persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan menjadi 5-20 m U / menit
sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca partus,
ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi untuk
mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara
intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu, 1satu tiupan ( puff
) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum
menyusui.

Efek Samping :

adapun Efeksamping dari pemakaian Oksitosin yaitu :

1. Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )


2. Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
3. Kontraksi pembuluh darah tali pusat
4. Aritmia jantung
3. Misoprostol / Prostagladin

Prostaglandin pertama kali diketemukan dari cairan semen manusia pada sekitar tahun
1930 oleh Ulf von Euler dari Swedia. Oleh karena diduga berasal dari kelenjar prostat, sang
penemu memberinya nama prostaglandin. Prostaglandin, seperti hormon, berfungsi layaknya
senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel tempat mereka tersintesis. Rumus bangun
prostaglandin adalah asam alkanoat tak jenuh yang terdiri dari 20 atom karbon yang
membentuk 5 cincin. Prostaglandin tersintesis dari asam lemak dan asam arakidonat.
Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan MMP-1 dan MMP-3.

Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prostaglandin (PG) dan tempat kerjanya berbeda-
beda, serta saling mengadakan interaksi dengan autakoid lain, neurotransmitor, hormon serta
obat- obatan. Prostaglandin ditemukan pada ovarium, miometrim dan cairan menstrual dengan
konsentrasi berbeda selama siklus haid. Sesudah senggama ditemukan PG yang berasal dari
semer; dalam sistem produksi wanita. PG (prostaglandin) ini diserap dari vagina dan cukup
untuk menghasilkan kadar dalam darah, yang menimbulkan efek fisiologis. Walaupun PG
(prostaglandin) ini sudah dipastikan sebagai oksitosik, namun status peranan fisiologiknya pada
saat menstruasi dan kehamilan masih diperdebatkan.

Dalam hal ini haruslah dibedakan antara efek fisiologik dan efek farmakologik; dosis
farmakologik relatif tinggi dan lebih nyata. Pada manusia PG berperan penting dalam peristiwa
persalinan. Berlainan dengan oksitosin, PG dapat merangsang terjadinya persalinan, pada setiap
usia kehamilan. Pada saat persalinan spontan, konsentrasi PG dalam darah perifer dan cairan
amnion meningkat.

Prostaglandin dapat dianggap sebagai hormon lokal, karena kerjanya terbatas pada organ
penghasil dan segera diinaktifkan di tempat yang sama. Prostaglandin yang terdapat pada
uterus, cairan menstrual dan cairan amnion ialah PGE dan PGF. Di bidang keperawatan
penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan PGF2α . Semua PGF merangsang kontraksi uterus baik
hamil maupun tidak. Sebaliknya PGE2 merelaksasi jaringan uterus tidak hamil in vitro, tetapi
memperlihatkan efek oksitosik lebih kuat dari PGF2α . Prostaglandin memperlihatkan kisaran
dosis- respons yang sempit dalam menimbulkan kontraksi fisiologik, dan ini memudahkan
terjadinya hipertoni uterus yang membahayakan.bahaya ini dapat dicegah dengan pengamatan
yang cermat dan meningkatkan kecepatan infus secara sedikit demi sedikit.

Untuk mengakhiri kehamilan pada trimester II pemberian PGE2 DAN PGF2α ke dalam
rongga uterus dengan menggunakan kateter atau suntikan memberikan hasil yang baik, disertai
efek samping yang ringan. Sebaliknya untuk menghentikan kehamilan muda(menstruasi yang
telat beberapa minggu); diperlukan dosis yang sangat besa, sehingga menyebabkan efek
samping yang berat, dan derajat keberhasilan yang rendah.

PGE2 dan 15- metil PGF2α meningkatkan suhu tubuh sekilas dan diduga kerjanya melalui
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Dosis besar PGF2α menyebabkan hipertensi melalui
kontraksi pembuluh darah, sebaliknya PGE2 menimbulkan vasodilatasi. Prostaglandin terdapat
merata di dalam miometrium dan bekerja secara sinergis dengan oksitosin terhadap kontraksi
uterus. Pemberian prostaglandin lokal pada serviks, menyebabkan serviks matang tanpa
mempengaruhi motilitas uterus.
Indikasi Dan Kontra Indikasi

a. Indikasi

1. Induksi partus aterm

2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan

3. Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya

4. Induksi abortus terapeutik

5. Uji oksitosin

6. Menghilangkan pembengkakan mamae

b. Kontra Indikasi

1. Terdapat ruptura membran amnion

2. Adanya riwayat sikatris

3. Apabila telah ada perdarahan antepartum yang signifikan (perdarahan vagina selama
kehamilan) atau dimana terdapat plasenta previa dengan atau tanpa perdarahan, prostaglandin
tidak digunakan

4. Dalam kondosi mata yang dikenal sobagai glaukoma

5. jika ada infeksi pada jalan lahir

6. Pada kehmilan melintang sungsang atau miring

Mekanisme Cara Kerja


Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin yang berlainan. Substansi ini
mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan berbagai efek samping

Dosis Dan Cara Pakai

1. Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml

2. Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg

3. Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)

4. Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV

Efek samping

1. Hiperstimulasai uterus

2. Pireksia

3. Infalamasi

4. Sensitisasi terhaap rasa nyeri

5. Diuresis+kehilangan elektrolit

6. Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang terjadi )

7. Pelepasan hormon hipofise renin steroid adrenal

8. Sakit persisten pada punggung bwah dan perut

C. Cara Menghindari Efek Samping Obat


Sebagai konsumen kesehatan, Anda sendirilah yang harus waspada terhadap potensi efek
samping obat. Beberapa tips berikut dapat menjadi panduan Anda :
1. Baca dosis dan aturan pakainya.
2. Lihat tanda peringatan.
3. Ketahui efek samping obat.
4. Jangan sembarangan memberikan obat bebas kepada anak.
5. Bacalah kandungan isi dan tanggal daluwarsa obat.
6. Beritahu dokter bila ada gejala komplikasi
7. Mintalah dokter mengevaluasi pengobatan jangka panjang Anda.
8. Yang paling Utama belilah obat ke Apotik yang resmi.

Daftar Pustaka

1. Farmakologi Therapi Edisi 4, Universitas Indonesia, 1995 (BU 1)

2. Prinsip umum dan dasar farmakologi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta

3. The Midwifes Pharmacopia, Banister, 1997


Posted 5th May 2017 by Eliza Arman

Add a comment

4.

May

Pengantar Farmakologi

1. Penjelasan Tentang Farmakologi


Farmakologi merupakan ilmu yang menjelaskan interaksi obat dan orang yang menggunakannya
dapat d bagi menjadi empat tahap :

a. Memasukan Obat ke dalam tubuh-Farmaseutika


b. Mendistribusikan obat di dalam serta di seluruh tubuh dan keluar dari tubuh- Farmakokinetik
c. Kerja Obat pada tubuh- Farmakodinamik
d. Efek obat pada orang tersebut-Terapeutik
A. Farmaseutik : memasukan obat ke dalam tubuh
Ada dua hal yang akan di bahas :

1. Kepatuhan
Kepatuhan dalam menggunakan obat adalah taraf di mana pasien mengikuti semua aturan yang
dituliskan dalam resep dokter dan mematuhui petunjuk professional yang menyertainya.

Faktor-faktor yang mempengarui ketidak patuhan minum obat adalah:

1. Ibu hamil yang menggap dirinya dalam keadaan sehat


2. Ketakutan membahayakan bayi yang ada dalam kandunganya
3. Hidup sendiri
4. Menggunakan lebih dari tiga macam obat
5. Meminum obat lebih dari dua kali dalam sehari
6. Berkurangnya motilitas esophagus, misalnya dalam keadaan deidrasi
7. Formulasi obat
2. Formulasi Obat
Persyaratan dalam menyimpan sediian obat tergantung preparat obatnya, karena itu membaca
tata cara penyimpanan sediaan obat sangat di perlukan dalam tatacara penyimpanan sediaan
obat.

B. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap
obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme
(M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk
aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).

1.1 Absorpsi

Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung
pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum),
kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara
ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat
luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili )(Gunawan, 2009).

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,melalui jalurnyahingga
masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapametode,
terutama transport aktif dan transport pasif.

Metode absorpsi
- Transport pasif

Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah.
Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan
berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.

- Transport Aktif

Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi
obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi

b. Kecepatan Absorpsi

Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat
dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.

- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi

- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot

- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.

c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan

1. Aliran darah ke tempat absorpsi

2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi

3. Waktu kontak permukaan absorpsi

d. Kecepatan Absorpsi

1. Diperlambat oleh nyeri dan stress

Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster
2. Makanan tinggi lemak

Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat
waktu absorpsi obat

3. Faktor bentuk obat

Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)

4. Kombinasi dengan obat lain

Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis
obat

Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus
banyak.

1.2 Distribusi

Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan
tubuh. Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:

a. Aliran darah

Setelah obat sampai ke aliran darah,segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah alirandara
hnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan
distribusi keorgan lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat

b. Permeabilitas kapiler

Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat


c. Ikatan protein

Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau bebas.
Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat
memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein

1.3 Metabolisme

Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga


menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.

Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:

a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;

b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme
lanjutan.

Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru
menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran
endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain
(ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon
(oleh flora usus). Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini
obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang
aktif, atau menjadi toksik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:

1. Kondisi Khusus

Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti sirosis.

2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan cepat,
sementara yang lain lambat.

3. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress, Penyakit
lama, Operasi, Cedera

4. Usia

Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.

1.4 Ekskresi

Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari
tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin
(keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.

Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk
utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi
glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan,
dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui
empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk
eliminasi gas anastetik umum(Gunawan, 2009).

Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:

a. Waktu Paruh

Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh.
Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi.

Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi

Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat tergantung rute
pemberian dan farmakokinetik obat

Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh
semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon

Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi

A. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi
obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti
efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respons yang terjadi (Gunawan, 2009).

B. Mekanisme Kerja Obat


kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel organism.
Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan biokimiawi yang
merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen di
sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan
menghambat kerja suatu agonis disebut antagonis.

1. Reseptor Obat
protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat merupakan
reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor dapat berupa ikatan
ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat,
misalnya perubahan stereoisomer dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat
farmakologinya.

2. Transmisi Sinyal Biologis


penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler
yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor yang terdapat di permukaan
sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan
fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain.
Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi
yang menyebabkan efek perangsangan.

3. Interaksi Obat-Reseptor
ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan ion,
hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan enzim, jarang terjadi
ikatan kovalen.

4. Antagonisme Farmakodinamik

a. Antagonis fisiologik

Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.

b. Antagonisme pada reseptor

Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek farmakologi
secara instrinsik

5. Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor

a. Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran

b. Perubahan sifat osmotic

c. Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate glomerulus


sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek diuretic

d. Perubahan sifat asam/basa

Posted 5th May 2017 by Eliza Arman

0
Add a comment

5.

May

Konsep Dasar Farmakologi

Pokok Bahasan 1

Konsep Dasar Farmakologi

1. Penjelasan Tentang Farmakologi


Farmakologi merupakan ilmu yang menjelaskan interaksi obat dan orang yang menggunakannya
dapat di bagi menjadi empat tahap :

a. Memasukan Obat ke dalam tubuh-Farmaseutika


b. Mendistribusikan obat di dalam serta di seluruh tubuh dan keluar dari tubuh- Farmakokinetik
c. Kerja Obat pada tubuh- Farmakodinamik
d. Efek obat pada orang tersebut-Terapeutik
A. Farmaseutik : memasukan obat ke dalam tubuh
Ada dua hal yang akan di bahas :

1. Kepatuhan
Kepatuhan dalam menggunakan obat adalah taraf di mana pasien mengikuti semua aturan yang
dituliskan dalam resep dokter dan mematuhui petunjuk professional yang menyertainya.
Faktor-faktor yang mempengarui ketidak patuhan minum obat adalah:

1. Ibu hamil yang menggap dirinya dalam keadaan sehat


2. Ketakutan membahayakan bayi yang ada dalam kandunganya
3. Hidup sendiri
4. Menggunakan lebih dari tiga macam obat
5. Meminum obat lebih dari dua kali dalam sehari
6. Berkurangnya motilitas esophagus, misalnya dalam keadaan deidrasi
7. Formulasi obat
2. Formulasi Obat
Persyaratan dalam menyimpan sediian obat tergantung preparat obatnya, karena itu membaca
tata cara penyimpanan sediaan obat sangat di perlukan dalam tatacara penyimpanan sediaan
obat.

B. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap
obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme
(M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk
aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).

1.1 Absorpsi

Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung
pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum),
kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara
ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat
luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili )(Gunawan, 2009).

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,melalui jalurnyahingga
masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapametode,
terutama transport aktif dan transport pasif.

Metode absorpsi
- Transport pasif

Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah.
Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan
berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.

- Transport Aktif

Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi
obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi

b. Kecepatan Absorpsi

Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat
dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.

- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi

- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot

- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.

c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan

1. Aliran darah ke tempat absorpsi

2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi

3. Waktu kontak permukaan absorpsi

d. Kecepatan Absorpsi

1. Diperlambat oleh nyeri dan stress

Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster
2. Makanan tinggi lemak

Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat
waktu absorpsi obat

3. Faktor bentuk obat

Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)

4. Kombinasi dengan obat lain

Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis
obat

Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus
banyak.

1.2 Distribusi

Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan
tubuh. Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:

a. Aliran darah

Setelah obat sampai ke aliran darah,segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah alirandara
hnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan
distribusi keorgan lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat

b. Permeabilitas kapiler

Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat


c. Ikatan protein

Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau bebas.
Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat
memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein

1.3 Metabolisme

Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga


menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.

Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:

a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;

b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme
lanjutan.

Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru
menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran
endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain
(ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon
(oleh flora usus). Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini
obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang
aktif, atau menjadi toksik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:

1. Kondisi Khusus

Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti sirosis.

2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan cepat,
sementara yang lain lambat.

3. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress, Penyakit
lama, Operasi, Cedera

4. Usia

Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.

1.4 Ekskresi

Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari
tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin
(keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.

Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk
utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi
glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan,
dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui
empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk
eliminasi gas anastetik umum(Gunawan, 2009).

Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:

a. Waktu Paruh

Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh.
Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi.

Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi

Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat tergantung rute
pemberian dan farmakokinetik obat

Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh
semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon

Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi

A. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi
obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti
efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respons yang terjadi (Gunawan, 2009).

B. Mekanisme Kerja Obat


kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel organism.
Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan biokimiawi yang
merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen di
sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan
menghambat kerja suatu agonis disebut antagonis.

1. Reseptor Obat
protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat merupakan
reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor dapat berupa ikatan
ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat,
misalnya perubahan stereoisomer dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat
farmakologinya.

2. Transmisi Sinyal Biologis


penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler
yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor yang terdapat di permukaan
sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan
fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain.
Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi
yang menyebabkan efek perangsangan.

3. Interaksi Obat-Reseptor
ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan ion,
hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan enzim, jarang terjadi
ikatan kovalen.

4. Antagonisme Farmakodinamik

a. Antagonis fisiologik

Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.

b. Antagonisme pada reseptor

Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek farmakologi
secara instrinsik

5. Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor

a. Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran

b. Perubahan sifat osmotic

c. Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate glomerulus


sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek diuretic

d. Perubahan sifat asam/basa

Posted 5th May 2017 by Eliza Arman

Add a comment

6.
May

Rencana Perkuliahan Semester

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

I. IDENTITAS MATA KULIAH :

1. Nama Mata Kuliah : Farmakologi

2. Kode Mata Kuliah : MKK-PO3

3. Penempatan : Semester II

4. Beban / Jumlah SKS : 2 SKS (1T, 1P)

5. Tim dosen pengampu : Eliza Arman, M.Farm, Apt

II. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan obat yang
berhubungan dengan praktek kebidanan sesuai dengan standar dan wewenangnya, dengan
pokok bahasan : konsep farmakologi yang meliputi farmako-dinamika, farmakogenetik dan
kefarmasian, obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan, yang meliputi
jenis, khasiat, efek samping obat dan faktor-faktor yang mempengaruhi obat dan tata cara
pemberian dan pengelolaan obat.
III. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mengetahui prinsip farmakologi secara umum dan obat-obatan dasar yang berkaitan
dengan praktik kebidanan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan di tatanan
kebidanan komunitas.

IV. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu memahami prinsip farmakologi dan


obat-obatan dasar yang berkaitan dengan praktik kebidanan meliputi:

1. Mahasiswa mampu memahami konsep farmakologi

2. Mahasiswa mampu memahami obat-obat yang lazim digunakan dalam pelayanan


kebidanan

3. Mahasiswa mampu memahami khasiat masing-masing obat yang lazim digunakan dalam
pelayanan kebidanan

4. Mahasiswa mampu memahami cara mengatasi efek samping obat

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang imunisasi

6. Mahasiswa mampu mahasiswa untuk memahami dan menjelaskan tentang vitamin dan
mineral

7. Mahasiswa mampu memahami tentang hormon dan fungsinya

8. Mahasiswa mampu k memahami, mengelola dan memberikan obat sesuai dengan


kebutuhan

9. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan aspek legal dalam pemberian obat oleh
bidan

10. Mahasiswa mampu memahami dan mendemonstrasikan pemberian obat


V. BAHAN KAJIAN

1. Konsep dasar farmakologi


2. Obat – obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan
3. Khasiat (Efek klinis/terapi) masing –masing obat yang lazin digunakan dalam pelayanan
kebidanan dan cara mengatasi efek samping obat
4. Konsep Imunisasi
5. Vitamin dan Mineral
6. Konsep hormone dan fungsinya
7. Pengelolaan obat dan pemberian obat yang rasional serta demonstrasinya
8. Aspek legal dalam pemberian obat oleh bidan

VI. METODA PEMBELAJARAN

1. Discovery learning

2. Demontrasi

3. Diskusi

4. Audio visual

VII. URAIAN BEBAN STUDI

Rincian untuk T: 1 SKS:

- Kegiatan belajar dengan tatap muka 50 menit/mgg/semester:

1 SKS x 50 menit x 16 mgg = 800 menit/16 mgg = 50 menit / minggu

Perhitungan untuk P: 1 sks

– kegiatan belajar tatap muka 100 menit / mgg/ semester:


1 SKS x 100 menitx 16 mgg = 1600 jam/ 16 mgg = 100 / mgg

Total jam MK Anatomi dab fisiologi = 2.5 jam/ mgg selama 16 mgg efektif (diluar
UTS dan UAS)

VIII. EVALUASI

1. Kehadiran : 5%

2. Penugasan : 25%

3. UTS Teori : 40%

4. UAS Teori : 30%

IX. DAFTAR PUSTAKA

Buku Utama :

1. Farmakologi Therapi Edisi 4, Universitas Indonesia, 1995 (BU 1)

2. Prinsip umum dan dasar farmakologi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta

3. The Midwifes Pharmacopia, Banister, 1997

Buku Anjuran :

Narkoba Psikotropik onat-obat berbahaya, Yayasan Mitra Bimtibimas Jakarta


RINCIAN JADWAL KEGIATAN PEMBELAJARAN

MATA KULIAH : Farmakologi Kebidanan

KODE MATA KULIAH : MKK-PO3

BEBAN STUDI : 2 SKS (1T, 1P)

MATERI
CAPAIAN POKOK METODE YANG
HARI/
NO. WAKTU PEMBELA (POKOK SUB POKOK BAHASAN PEMBELA- DILAKUKAN D
TGL
-JARAN BAHASAN JARAN MAHASISWA
)

1. Tatap Muka Mahasisw Konsep Konsep dasar  Ceramah  Mencari dan  Me


a dapat dasar farmakologi, mengumpulka sum
1x50’=50’ memaham farmakolo farmakodinamik dan  Diskusi n informasi yan
i dan gi farmakokinetik dari berbagai dig
 Tanya
menjelask sumber dan ma
1. Fakmakologi jawab
an konsep media yang
1x100= 100
dasar telah  Me
a. Pengertian farmakologi kel
farmakolo disiapkan
gi b. Beberapa istilah penting dosen
 Me
dalam farmakologi
ma
c. Ruang lingkup farmakologi unt
1. Membentuk bel
d. Macam-macam obat kelompok
2. Studi  Me
e. Perundang-undangan obat Literatur pen
(mencari ker
2. Farmakodinamik informasi)
3. Kerjasama  Me
a. Pengertian dis
dalam
kelompok kel
b. Macam-macam resep obat
4. Diskusi antara tut
c. Proses yang dialami obat anggota
dalam tubuh yang sakit kelompok
maupun sehat Mendengarka
n pendapat
3. Farmakokinetik kelompok lain
a. Pengertian

b. Absorpsi dan Biovabilitas

c. Distribusi

d. Biotransformasi

e. Ekskresi

f. Dosis

g. Efek obat dan efek samping

2. Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask pelayanan1. Uterotonika sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
a. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
b. Macam-macam obat
digunakan uterotonika dosen

dalam
c. Cara kerja/khasiat obat ma
pelayanan
uterotonika unt
kebidanan
1. Membentuk bel
d. Indikasi/kontaindikasi kelompok
2. Studi 
e. Dosis yang digunakan Literatur pen
(mencari ker
f. Efek samping dan cara
informasi)
mengatasinya 
3. Kerjasama
dis
dalam
kel
kelompok
4. Diskusi antara tut
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

3. Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask pelayanan2. Obat antibiotik sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
a. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
b. Macam-macam obat
digunakan antibiotik dosen

dalam
ma
pelayanan c. Cara kerja/khasiat obat
unt
kebidanan anti perdarahan
1. Membentuk bel
d. Indikasi/kontaindikasi kelompok
2. Studi 
e. Dosis yang digunakan Literatur pen
(mencari ker
g. Efek samping dan cara informasi)
yang mengatasinya 
3. Kerjasama
dis
dalam
kel
kelompok
tut
4. Diskusi antara
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain
4. Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100 1. Obat Diuretik
menjelask pelayanan sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
a. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
b. Macam-macam obat
digunakan diuretik dosen

dalam
ma
pelayanan c. Cara kerja/khasiat
unt
kebidanan
d. Indikasi/kontraindikasi 1. Membentuk bel
kelompok
e. Dosis yang digunakan 2. Studi 
Literatur pen
f. Efek samping dan cara (mencari ker
mengatasinya informasi)

3. Kerjasama
2.Obat anti jamur dis
dalam
kel
a. Pengertian kelompok
tut
4. Diskusi antara
b. Macam-macam obat anti anggota
jamur kelompok
Mendengarka
c. Cara kerja/khasiat obat n pendapat
anti jamur kelompok lain
d. Indikasi/ kontraindikasi

e. Dosis yang digunakan

h. Efek samping dan cara


mengatasinya
5. Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100 1.Obat analgetik
menjelask pelayanan sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
f. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
g. Macam-macam obat
digunakan diuretika dosen

dalam
h. Cara kerja analgetik ma
pelayanan
unt
kebidanan
i. Indikasi/ kontraindikasi 1. Membentuk bel
kelompok
j. Dosis yang digunakan 2. Studi 
Literatur pen
k. Efek samping dan cara ker
(mencari
mengatasinya
informasi)

3. Kerjasama
dis
dalam
kel
kelompok
tut
4. Diskusi antara
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

6. Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask pelayanan3. Obat anemia sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
a. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
b. Macam-macam obat
digunakan anemia dosen

dalam
c. Cara kerja/khasiat obat ma
pelayanan
kebidanan anemia unt
bel
d. Indikasi/kontaindikasi 1. Membentuk
kelompok 
e. Dosis yang digunakan pen
2. Studi
Literatur ker
i. Efek samping dan cara
mengatasinya (mencari
informasi) 
3. Kerjasama dis
dalam kel
kelompok tut
4. Diskusi antara
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

7. Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask pelayanan4. Obat anestesi sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
a. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
b. Macam-macam obat
digunakan anestesi dosen

dalam
c. Syarat penggunaan ma
pelayanan
anestesi unt
kebidanan
1. Membentuk bel
d. Cara kerja/khasiat obat kelompok
anestesi 2. Studi 
Literatur pen
e. Indikasi/kontraindikasi (mencari ker
f. Dosis yang digunakan informasi) 
3. Kerjasama dis
j. Efek samping dan cara dalam kel
mengatasinya kelompok tut
4. Diskusi antara
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
8. 1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask pelayanan5. Obat pre dan eklampsia sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
a. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
b. Macam-macam obat
digunakan anemia dosen

dalam
c. Cara kerja/khasiat obat ma
pelayanan
anemia unt
kebidanan
1. Membentuk bel
d. Indikasi/kontaindikasi kelompok
2. Studi 
e. Dosis yang digunakan Literatur pen
(mencari ker
k. Efek samping dan cara
informasi)
mengatasinya 
3. Kerjasama
dis
dalam
kel
kelompok
4. Diskusi antara tut
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

UTS

9. Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask pelayanan6. Obat anti piretika sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
a. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
b. Individual
digunakan dosen
c. Interaksi obat selama 
dalam
metabolisme ma
pelayanan
unt
kebidanan
d. Faktor-faktor yang 1. Membentuk bel
mempengaruhi kelompok
metabolisme obat 2. Studi 
Literatur pen
(mencari ker
informasi)

3. Kerjasama
dis
dalam
kelompok kel
4. Diskusi antara tut
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

10. Tatap Muka Mahasisw obat-obat Obat-obatan yang lazim Ceramah  Mencari dan 
a dapat yang lazim digunakan dalam mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham digunakan pelayanan kebidanan Diskusi n informasi yan
i dan dalam dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask pelayanan7. Anti konvulsi sumber dan ma
an obat- kebidanan media yang
a. Pengertian Tanya
obat yang telah  Me
jawab
lazim disiapkan kel
b. Mekanisme kerja
digunakan dosen
c. Efek samping dan cara 
dalam
mengatasinya ma
pelayanan
unt
kebidanan
d. Contoh obat 1. Membentuk bel
kelompok
8. Obat anti hipertensi 2. Studi 
Literatur pen
a. Pengertian ker
(mencari
b. Khasiat dan penggunaan informasi)

3. Kerjasama
dis
c. Jenis-jenis obat dan dalam
kel
pengelolaannya kelompok
tut
4. Diskusi antara
d. Contoh obat anggota
kelompok
l. Efek samping dan cara
Mendengarka
mengatasinya
n pendapat
kelompok lain
11 Tatap Muka Mahasisw Vitamin Vitamin dan mineral Ceramah  Mencari dan 
a dapat dan mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham Mineral e. Pengertian Diskusi n informasi yan
i dan serta dari berbagai dig
1x100’=100 f. Pengelolaan
menjelask fungsinya sumber dan ma
an vitamin g. Fungsi media yang
Tanya
dan telah  Me
jawab
mineral h. Penyakit akibat defesiensi disiapkan kel
serta vitamin dan mineral dosen

fungsinya
m. Contoh vitamin dan ma
mineral unt
5. Membentuk bel
kelompok
6. Studi 
Literatur pen
(mencari ker
informasi)
7. Kerjasama 
dalam dis
kelompok kel
8. Diskusi antara tut
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

12 Tatap Muka Mahasisw Konsep Imunisasi Ceramah  Mencari dan 


a dapat imuniasi mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham dan i. Pengertian Diskusi n informasi yan
i dan obatnya dari berbagai dig
1x100’=100 j. Imunisasi aktif
menjelask sumber dan ma
an k. Jenis-jenis vaksin media yang
Tanya
imunisasi telah  Me
jawab
l. Imunisasi pasif disiapkan kel
dosen
m. Immunosupresiv 
ma
unt
1. Membentuk bel
kelompok
2. Studi 
Literatur pen
(mencari ker
informasi)

3. Kerjasama
dis
dalam
kel
kelompok
tut
4. Diskusi antara
anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

13 Tatap Muka Mahasisw hormon Identifikasi mengenai Ceramah  Mencari dan 


a dapat dan hormon mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham fungsinya Diskusi n informasi yan
i dan 1. Hormon dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask sumber dan ma
a. Pengertian
an media yang
Tanya
hormon telah  Me
b. Macam-macam hormon jawab
dan disiapkan kel
fungsinya c. Antagonis hormon dosen

1. penggunaan terapi
ma
d. Interaksi obat unt
1. Membentuk bel
2. Hormon pertumbuhan kelompok
2. Studi 
Literatur pen
a. Pengertian (mencari ker
informasi)
b. Macam-macam hormon 3. Kerjasama 
pertumbuhan dalam dis
kelompok kel
c. Mekanisme kerja tut
4. Diskusi antara
Indikasi dan kontraindikasi anggota
kelompok
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

14. Tatap Muka Mahasisw hormon Identifikasi mengenai Ceramah  Mencari dan 
a dapat dan hormon mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham fungsinya Diskusi n informasi yan
i dan 3. Hormon prolaktin dari berbagai dig
1x100’=100
menjelask sumber dan ma
a. Pengertian
an media yang
Tanya
hormon telah  Me
b. Fungsi jawab
dan disiapkan kel
fungsinya c. Mekanisme kerja dosen

2.
d. Indikasi dan kontraindikasi ma
unt
4. Hormon tiroid dan anti 5. Membentuk bel
kelompok
tiroid 6. Studi 
Literatur pen
a. Pengertian (mencari ker
informasi)
b. Fungsi dari masing-masing
7. Kerjasama 
hormon dis
dalam
kelompok kel
c. Mekanisme kerja
8. Diskusi antara tut
d. Indikasi dan kontraindikasi anggota
kelompok
5. Hormon estrogen, Mendengarka
progesteron, dan androgen n pendapat
kelompok lain
a. Pengertian

b. Fungsi dari masing-masing


hormon

c. Mekanisme kerja

Indikasi dan kontraindikasi


15 Tatap Muka Mahasisw Pengelolaa Pengelolaan dan Ceramah Mencari dan 1.
a dapat n obat dan pemberian obat sesuai mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham pemberian kebutuhan Diskusi n informasi yan
in dan obat dari berbagai dig
1x100’=100 1. Cara pemberian obat Praktikum
menjelask sumber dan ma
an media yang
2. Cara penyimpanan obat 2. Me
pengelolaa telah
n obat dan disiapkan kel
3. Prosedur tetap pemberian
pemberian obat dosen
3.
obat yang
dis
rasional 4. Pencatatan dan pelaporan
kel
1. Membentuk
macam-macam obat yang tut
kelompok
lazim digunakan dalm 2. Studi
pelayanan kebidanan Literatur
(mencari
informasi)
3. Kerjasama
dalam
kelompok
4. Diskusi antara
anggota
kelompok
5.
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

16 Tatap Muka Mahasisw aspek Aspek legal dalam Ceramah Mencari dan 1.
a dapat legal pemberian obat mengumpulka sum
1 x50’= 50 memaham dalam Diskusi n informasi yan
i dan 1.
pemberian Resep dari berbagai dig
1x100’=100 Tanya
menerapk obat oleh sumber dan ma
a. Pengertian Jawab
an aspek bidan media yang
legal telah 2. Me
b. Unsur resep
dalam disiapkan kel
pemberian c. Penggunaan obat berlabel dosen
3.
obat oleh dan tak berlabel
dis
bidan
2. Aspek legal kel
1. Membentuk
tut
kelompok
Kewenangan bidan dalam
2. Studi
pemberian obat selama Literatur
memberikan pelayanan (mencari
kebidanan pada masa informasi)
kehamilan, persalinan, 3. Kerjasama
nifas, neonatus, bayi dan dalam
balita kelompok
4. Diskusi antara
anggota
kelompok
5.
Mendengarka
n pendapat
kelompok lain

UAS

Posted 5th May 2017 by Eliza Arman

Add a comment

7.

May

kontrak perkuliahan

KONTRAK PERKULIHAN

Farmakologi Kebidana
I. IDENTITAS MATA KULIAH :

1. Nama Mata Kuliah : Farmakologi

2. Kode Mata Kuliah : MKK-PO3

3. Penempatan : Semester II

4. Beban / Jumlah SKS : 2 SKS (1T, 1P)

5. Tim dosen pengampu : Eliza Arman, M.Farm, Apt

II. Manfaat Mata Kuliah

Setelah mempelajari matakuliah ini mahasisa di harapkan mampu menguasai prinsip obat-
obat yang digunakan dalalam bidang kebidanan.

III. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan obat yang
berhubungan dengan praktek kebidanan sesuai dengan standar dan wewenangnya, dengan
pokok bahasan : konsep farmakologi yang meliputi farmako-dinamika, farmakogenetik dan
kefarmasian, obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan, yang meliputi
jenis, khasiat, efek samping obat dan faktor-faktor yang mempengaruhi obat dan tata cara
pemberian dan pengelolaan obat.

IV. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mengetahui prinsip farmakologi secara umum dan obat-obatan dasar yang berkaitan
dengan praktik kebidanan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan di tatanan
kebidanan komunitas.
V. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu memahami prinsip farmakologi dan


obat-obatan dasar yang berkaitan dengan praktik kebidanan meliputi:

1. Mahasiswa mampu memahami konsep farmakologi

2. Mahasiswa mampu memahami obat-obat yang lazim digunakan dalam pelayanan


kebidanan

3. Mahasiswa mampu memahami khasiat masing-masing obat yang lazim digunakan dalam
pelayanan kebidanan

4. Mahasiswa mampu memahami cara mengatasi efek samping obat

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang imunisasi

6. Mahasiswa mampu mahasiswa untuk memahami dan menjelaskan tentang vitamin dan
mineral

7. Mahasiswa mampu memahami tentang hormon dan fungsinya

8. Mahasiswa mampu k memahami, mengelola dan memberikan obat sesuai dengan


kebutuhan

9. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan aspek legal dalam pemberian obat oleh
bidan

10. Mahasiswa mampu memahami dan mendemonstrasikan pemberian obat

VI. BAHAN KAJIAN

1. Konsep dasar farmakologi


2. Obat – obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan
3. Khasiat (Efek klinis/terapi) masing –masing obat yang lazin digunakan dalam pelayanan
kebidanan dan cara mengatasi efek samping obat
4. Konsep Imunisasi
5. Vitamin dan Mineral
6. Konsep hormone dan fungsinya
7. Pengelolaan obat dan pemberian obat yang rasional serta demonstrasinya
8. Aspek legal dalam pemberian obat oleh bidan

VII. Oraganisasi Materi

Organisasi materi dapat dilihat pada jadwal perkuliahan

VIII. Stateri Perkulihan

1. Discovery learning : mempelajari materi secara teoritis di perkuliahan secara mandiri atau
berkelompok yag didapatkan melalui buku, jurnal dan informasi dari dosen.

2. Demontrasi : untuk pertemuan pratikum dilaksanakan di laboratorium dengan


mempraktekan secara langsung oleh masing-masing mahasisa

3. Diskusi : pelaksanaaan diskusi dapat dilaksanakan didalam kelas atau dilaksanakan secara
berkelompok oleh mahasisa secra mandiri dilua perkuliahn

4. Audio visual : menyajikan audio visual untuk pertemuan kuliah yang membutuhkan
penjelasan teori yang susah dipahasi hanya dengan membaca.

IX. URAIAN BEBAN STUDI

Rincian untuk T: 1 SKS:

- Kegiatan belajar dengan tatap muka 50 menit/mgg/semester:


1 SKS x 50 menit x 16 mgg = 800 menit/16 mgg = 50 menit / minggu

Perhitungan untuk P: 1 sks

– kegiatan belajar tatap muka 100 menit / mgg/ semester:

1 SKS x 100 menitx 16 mgg = 1600 jam/ 16 mgg = 100 / mgg

Total jam MK Anatomi dab fisiologi = 2.5 jam/ mgg selama 16 mgg efektif

X. Tugas

Dalam perkuliahan, diberikan beberapa tugas sebagai berikut:

a. Materi perkuliahan sebagaimana disebutkan dalam jadwal perkuliahan harus sudah dibaca
sebelum mengikuti tatap muka. Apabila ada, handout sudah akan diserahkan pada
mahasiswa sebelum hari kuliah.

b. Evaluasi mahasiswa dilakukan dengan mengadakan kuis diadakan 3 kali, setiap beberapa
kali pertemuan, dengan format soal pilihan ganda atau essay.

Penugasan sesuai pokok bahasan, yang harus sudah diselesaikan sesuai tanggal yang
ditentukan.

XI. KRITERIA PENILAIAN DAN EVALUASI

1. Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria PAP sebagai berikut:

Nilai dalam Point Rentang skor


huruf

A 3,50 80100

B 2,75 65-79

C 1,75 50-64

D 1,00 40-49

E 0,00 00-39

2. Bobot nilai adalah sebagau berikut :

1. Kehadiran : 5%

2. Penugasan : 25%

3. UTS Teori : 40%

4. UAS Teori : 30%

3. Bagian Farmakologi tidak mentolerir adanya kecurangan dalam ujian. Ujian Kuis, Mid dan akhir
semester adalah instrumen untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam memahami mata
kuliah Farmakologi Dasar. Apabila mahasiswa menunjukkan gerak-gerik mencurigakan selama
tes-tes tersebut, atau ditemukan mencontek/memberikan contekan, akan mendapatkan
pengurangan nilai 25% dari nilai yang diperolehnya untuk tes tersebut. Apabila mahasiswa
ditemukan membawa/membuat (walaupun tidak membuka) catatan selama tes-tes tersebut,
baik berupa kertas, coretan di kursi, dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan mendapat
nilai 0 untuk tes tersebut.

4. Selama Perkulihan berlangsung mahasisa yang terlambat 15 menit akan mendapatkan


tugas tambahas seperti penugasan paper jurnal
XII. JADWAL PERKULIAHAN

MATERI
POKOK
Pertemuan SUB POKOK BAHASAN
(POKOK
BAHASAN)

Konsep dasar Konsep dasar farmakologi, farmakodinamik dan


farmakologi farmakokinetik
1
1. Fakmakologi

a. Pengertian farmakologi

b. Beberapa istilah penting dalam farmakologi

c. Ruang lingkup farmakologi

d. Macam-macam obat

e. Perundang-undangan obat

2. Farmakodinamik

a. Pengertian

b. Macam-macam resep obat

c. Proses yang dialami obat dalam tubuh yang sakit maupun


sehat

3. Farmakokinetik

a. Pengertian

b. Absorpsi dan Biovabilitas

c. Distribusi

d. Biotransformasi

e. Ekskresi

f. Dosis

g. Efek obat dan efek samping


2 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan
lazim kebidanan
digunakan
dalam 1. Uterotonika
pelayanan
a. Pengertian
kebidanan
b. Macam-macam obat uterotonika

c. Cara kerja/khasiat obat uterotonika

d. Indikasi/kontaindikasi

e. Dosis yang digunakan

f. Efek samping dan cara mengatasinya

3 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan


lazim kebidanan
digunakan
dalam 2. Obat antibiotik
pelayanan
a. Pengertian
kebidanan
b. Macam-macam obat antibiotik

c. Cara kerja/khasiat obat anti perdarahan

d. Indikasi/kontaindikasi

e. Dosis yang digunakan

g. Efek samping dan cara yang mengatasinya

4 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan


lazim kebidanan
digunakan
dalam 1. Obat Diuretik
pelayanan
a. Pengertian
kebidanan
b. Macam-macam obat diuretik

c. Cara kerja/khasiat

d. Indikasi/kontraindikasi

e. Dosis yang digunakan

f. Efek samping dan cara mengatasinya


2.Obat anti jamur

a. Pengertian

b. Macam-macam obat anti jamur

c. Cara kerja/khasiat obat anti jamur

d. Indikasi/ kontraindikasi

e. Dosis yang digunakan

h. Efek samping dan cara mengatasinya

5 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan


lazim kebidanan
digunakan
dalam 1.Obat analgetik
pelayanan
f. Pengertian
kebidanan
g. Macam-macam obat diuretika

h. Cara kerja analgetik

i. Indikasi/ kontraindikasi

j. Dosis yang digunakan

k. Efek samping dan cara mengatasiny

6 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan


lazim kebidanan
digunakan
dalam 3. Obat anemia
pelayanan
a. Pengertian
kebidanan
b. Macam-macam obat anemia

c. Cara kerja/khasiat obat anemia

d. Indikasi/kontaindikasi

e. Dosis yang digunakan


i. Efek samping dan cara mengatasinya

7 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan


lazim kebidanan
digunakan
dalam 4. Obat anestesi
pelayanan
a. Pengertian
kebidanan
b. Macam-macam obat anestesi

c. Syarat penggunaan anestesi

d. Cara kerja/khasiat obat anestesi

e. Indikasi/kontraindikasi

f. Dosis yang digunakan

j. Efek samping dan cara mengatasinya

8 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan


lazim kebidanan
digunakan
dalam 5. Obat pre dan eklampsia
pelayanan
a. Pengertian
kebidanan
b. Macam-macam obat anemia

c. Cara kerja/khasiat obat anemia

d. Indikasi/kontaindikasi

e. Dosis yang digunakan

k. Efek samping dan cara mengatasinya


9 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan
lazim kebidanan
digunakan
dalam 6. Obat anti piretika
pelayanan
a. Pengertian
kebidanan
b. Individual

c. Interaksi obat selama metabolisme

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat

10 obat-obat yang Obat-obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan


lazim kebidanan
digunakan
dalam 7. Anti konvulsi
pelayanan
a. Pengertian
kebidanan
b. Mekanisme kerja

c. Efek samping dan cara mengatasinya

d. Contoh obat

8. Obat anti hipertensi

a. Pengertian

b. Khasiat dan penggunaan

c. Jenis-jenis obat dan pengelolaannya

d. Contoh obat

l. Efek samping dan cara mengatasinya

11 Vitamin dan Vitamin dan mineral


Mineral serta
fungsinya e. Pengertian

f. Pengelolaan
g. Fungsi

h. Penyakit akibat defesiensi vitamin dan mineral

m. Contoh vitamin dan mineral

12 Konsep Imunisasi
imuniasi dan
obatnya i. Pengertian

j. Imunisasi aktif

k. Jenis-jenis vaksin

l. Imunisasi pasif

m. Immunosupresiv

hormon dan Identifikasi mengenai hormon


fungsinya
1. Hormon

a. Pengertian

b. Macam-macam hormon

c. Antagonis hormon penggunaan terapi

d. Interaksi obat

2. Hormon pertumbuhan

a. Pengertian

b. Macam-macam hormon pertumbuhan

c. Mekanisme kerja

Indikasi dan kontraindikasi

13 hormon dan Identifikasi mengenai hormon


fungsinya
3. Hormon prolaktin

a. Pengertian

b. Fungsi

c. Mekanisme kerja
d. Indikasi dan kontraindikasi

4. Hormon tiroid dan anti tiroid

a. Pengertian

b. Fungsi dari masing-masing hormon

c. Mekanisme kerja

d. Indikasi dan kontraindikasi

5. Hormon estrogen, progesteron, dan androgen

a. Pengertian

b. Fungsi dari masing-masing hormon

c. Mekanisme kerja

Indikasi dan kontraindikasi

14 Pengelolaan Pengelolaan dan pemberian obat sesuai kebutuhan


obat dan
pemberian obat1. Cara pemberian obat

2. Cara penyimpanan obat

3. Prosedur tetap pemberian obat

4. Pencatatan dan pelaporan

macam-macam obat yang lazim digunakan dalm pelayanan


kebidanan

15 Pengelolaan Faktor-faktor yang mempengaruhi khasiat obat


obat dan
pemberian obat1. Pengaruh umum

2. Pengaruh faktor genetik

3. Rekasi idiosinkrosi

Interaksi obat

16 aspek legal Aspek legal dalam pemberian obat


dalam
pemberian obat1. Resep
oleh bidan
a. Pengertian

b. Unsur resep
c. Penggunaan obat berlabel dan tak berlabel

2. Aspek legal

Kewenangan bidan dalam pemberian obat selama


memberikan pelayanan kebidanan pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, neonatus, bayi dan balita

17 Cara Cara Pemberian obat yang sesuai kebutuhan dan aspek


pemberian legal dari semua materi tentang obat-obat ynag lazin
obat digunakan dalam kebidanan komunitas

XIII. DAFTAR PUSTAKA

Buku Utama :

1. Farmakologi Therapi Edisi 4, Universitas Indonesia, 1995 (BU 1)

2. Prinsip umum dan dasar farmakologi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta

3. The Midwifes Pharmacopia, Banister, 1997

Demikian kontrak perkuliahan ini dibuat, agar disetujui dan ditaati oleh semua pihak.

Padang, Oktober 2016

Dosen Penanggungjacwab Mahasiswa

(Eliza Arman, M.Farm) (…………………..)


Posted 5th May 2017 by Eliza Arman

Add a comment

Loading

Anda mungkin juga menyukai