Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tentang

“Pernikahan Dalam Islam “

Oleh:

LIASARIPAH

NISN : 3046770523

MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KUTAI KARTANEGARA


SMK MUHAMMADIYAH LOA JANAN

2023/2024

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapakan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karuniaNYA sehingga penulisan makalah pendidikan agama islam yang
berjudul “Pernikahan”. Shalawat beserta salam tiada henti tercurah kepada
Rasulullah SAW yang telah membimbing kita menuju zaman yang diterangi oleh
cahaya islam.

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Drs. Nur Hidayah, M.Ag
selaku dosen pembimbing mata pelajar pendidikan agama islam yang telah
memberikan arahan sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.

Namun demikian penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

SAMARINDA, 21 November 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3
A. Pengertian Pernikahan 3
B. Dalil Tentang Pernikahan 3
C. Hukum Pernikahan 4
D. Macam-macam Pernikahan Yang Diharamkan 5
E. Rukun dan Syarat Pernikahan 6
F. Hikmah Pernikahan 7
G. Penerapan Pernikahan Dalam Masyarakat 8
H. Thalaq(Perceraian) 8

BAB III PENUTUP...........................................................................................10


A. KESIMPULAN........................................................................................10
B. SARAN....................................................................................................10
DAFTRA PUSTAKA 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Muamalah artinya saling berusaha. Muamalah dalam arti syari’at
Islam berisi peraturan hubungan antara manusia,baik dalam berhubungan
dengan manusia lain atau dengan dirinya sendiri bahkan dengan alam
sekitar. Hubungan antar manusia dalam masyarakat selalu berkembang
dari waktu ke waktu seiring dengan dinamika masyarakat. Syari’at Islam
dalam muamalah tidak mengatur secara rinci jenis dan bentuknya, tetapi
meletakkan prinsip-prinsip dasar yang dijadikan acuran dasar peraturan.
Syari’at islam dalam masalah muamalah senantiasa mendorong
penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan,
mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat terhadap
pihak yang lemah. Sekitar tiga puluh persen ayat muamalah adalah
mengenai keluarga atau syari’at islam yang mengatur hubungan individu
dalam keluarga.
Keluarga adalah satuan terkecil dalam masyarakat dan anggota-
anggotanya terikat secara bathiniah danhukum karena pertalian darah dan
pertalian perkawinan. Ikatan itu memberikan kedudukan tertentu kepada
masing-masing anggota hak, kewajiban dan tanggung jawab. Ikatan
keluarga menurut islam adalah pertalian darah, namun pertalian darah
tidak menimbulkan sistem penarikan keturunan.
Kedudukan keluarga sangat penting dalam ajaran islam. Keluarga
merupakan tempat seluruh kehidupan manusia berputar. Menurut ajaran
islam pembentukkan keluarga harus dilakukan menurut jalan dan
ketentuan yang telah ditetapkan yakni melalui pernikahan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pernikahan ?
2. Apa dalil yang mendasari pernikahan?
3. Apa hukum dari pernikahan
1
4. Apa saja macam-macam pernikahan yang diharamkan?
5. Apa rukun dan syarat pernikahan?
6. Apa hikmah dari pernikahan?
7. Bagaimana pernikahan dalam masyarakat

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu pernikahan.
2. Mengetahui dalil yang mendasari pernikahan.
3. Mengetahui hukum dari penikahan.
4. Mengetahui macam-macam pernikahan yang diharamkan.
5. Mengetahui syarat dan rukun pernikahan .
6. Mengetahui hikmah dari pernikahann.
7. Mengetahui penerapan penikahan dalam masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan atau nikah artinya terkumpul dan menyatu. Menurut istilah
lain juga dapat berarti ijab qobul (akad nikah) yang mengharuskan
perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang
ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesuai peraturan yang diwajibkan
oleh islam.
Pernikahan adalah suatu lembaga. Menurut ( Anwar Haryono, 1968)
pernikahan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia.
Menurut hukum islam tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh
keturunan yang sah dan menciptakan rumah tangga yang bahagia(sakinah)
yang diliputi oleh suasana damai dan tentram karna dibina oleh rasa cinta dan
kasih sayang (mawaddah war rahmah) didalamnya.

B. DALIL TENTANG PERNIKAHAN

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-


isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.” [QS.Ar.Ruum(30):21].

“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat


kebesaran Allah.” [QS. Adz Dzariyaat (51):49].

¨Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.¨ [QS. Yaa Siin (36):36].

‘Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian


sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu

3
keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik.”
[QS. An Nahl (16):72].

“Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah


menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia
kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.”
[QS. An Nisaa (4):1].

“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang
perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan
sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang
berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan)
dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah
mudah.” [QS.Fathir(35):11]

“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat.” [QS.AsySyuro(42):11]

Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga


hendaknya ia kawin karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara
kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat
mengendalikanmu.
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).

C. HUKUM PERNIKAHAN
Hukum asal melakukan pernikahan dilihat dari lima kategori kaidah hukum
islam adalah :
1. Sunnah.
Menikah menjadi sunnah apabila pemuda-pemudi sudah cukup baligh
atau dinyatakan telah mampu untuk menikah, namun masih bisa menahan
keinginan dan hawa nafsunya sehingga tidak jatuh ke perbuatan zina.

4
2. Wajib.
Nikah menjadi wajib bagi seseorang yang telah mampu untuk menikah,
baik secara finansial maupun mental. Namun takut tidak dapat menahan
diri dari hawa nafsu dan terjerumus kepada zina. Cara yang dapat
dilakukan untuk menahan nafsu syahwat adalah dengan berpuasa. Namun
apabila telah berpuasa tidak bisa menahan keinginan tersebut maka wajib
hukumnya untuk menikah
3. Makruh.
Hukum nikah menjadi makruh apabila seseorang tidak memiliki
penghasilan tetap atau memiliki kekurangan secara fisik. Hal tersebut
harus diiringi dengan pengakuan kepada calon istri bahwa ia memiliki
kekurangan dan apabila calon istri menerima maka diperbolehkan untuk
menikah.
4. Mubah.
Seseorang diperbolehkan untuk menikah apabila mempunyai kemampuan
untuk menikah , tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan
berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan menelantarkan
istri.
5. Haram.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan sebuah pernikahan menjadi
haram antara lain adalah pernikahan yang diniatkan untuk menzhalimi
sang istri, dan tidak mampu memberi nafkah baik secara lahir maupun
bathin. Hal tersebut akan menjadi haram jika tidak berterus terang pada
sang istri dan memang memiliki niat untuk menyakiti hati istri.

D. MACAM-MACAM PERNIKAHAN YANG DIHARAMKAN


Berikut adalah macam-macam pernikahan yang diharamkan dalam islam:
1. Nikah badal (tukar menukar istri)
Yaitu seorang laki-laki mengadakan perjanjian untuk menyerahkan
istrinya kepada orang lain dan mengambil istri orang lain itu sebagai
istrinya dengan memberi sejumlah uang tambahan.

5
2. Nikah Mut’ath
Secara istilah mut’ah berarti seorang laki-laki menikahi seorang
wanita dengan memberikan sejumlah harta tertentu dalam waktu
tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang
telah di tentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah
atau tempat tinggal dan tanpa adanya saling mewarisi antara keduanya
meninggal sebelum berakhirnya masa nikah mut’ah itu.

3. Nikah Syighar
Nikah syighar adalah seseorang yang berkata kepada orang lain,
‘Nikahkanlah aku dengan puterimu, maka aku akan nikahkan puteriku
dengan dirimu.’ Atau berkata, ‘Nikahkanlah aku dengan saudara
perempuanmu, maka aku akan nikahkan saudara perempuanku dengan
dirimu”

E. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN


Rukun nikah adalah sebagai berikut:
1. Ada calon suami dan calon istri.
Calon suami dan istri tidak terhalang dan terlarang secara syar’i untuk
menikah. Diantaranya si wanita yang akan dinikahi oleh si lelaki karena
adanya hubungan nasab atau hubungan sepesusuan, atau si wanita dalam
masa iddah. Atau calon suami atau istri memiliki agama yang berbeda
2. Ada ijab dan qobul
Ijab adalah lafadz yang diucapkan oleh wali atau yang menggantikan
posisi wali. Misalnya dengan mengatakan, “ aku nikahkan engkau dengan
Fulanah”. Sementara qobul adalah lafadz yang diucapkan oleh suami
dengan menyatakan “aku terima pernikahan ini”
3. Wali
Wali nikah terbagi dua yaitu: wali nikah nasab adalah seorang yang
menjadi wali berdasarkan hubungan kandung atau sedarah. Wali nikah
hakim adalah wali nikah yang ada karena orang tua perempuan sudah

6
meninggal atau pihak orang tua menolak untuk menikahkan anaknya
karena berbagai sebab.
4. Dua orang saksi.
Saksi adalah orang yang menyaksikan sah atau tidaknya suatu pernikahan.
5. Ada persetujuan dari kedua belah pihak yang menikah

Syarat sah nikah


1.) Syarat untuk calon suami
Syarat untuk calon suami diantaranya: beragama islam, bukan lelaki
mahram dengan calon istri, tidak dalam umrah atau haji, tidak
memiliki 4 orang istri saat menikah, mengertahui calon istri dan tidak
dalam paksaan
2.) Syarat calon istri
Syarat untuk calon istri diantaranya: beragama islam, bukan wanita
mahram dengan calon suami, bukan penyuka sesama jenis, tidak
dalam ihram umrah atau haji, tidak dalam masa iddah, dan tidak
sedang dalam posisi istri orang.
3.) Syarat wali nikah
Syarat untuk wali nikah diantaranya: beragama islam, laki-laki, sudah
baligh, tidak terpaksa, tidak dalam ihram umrah atau haji, tidak gila
dan merdeka
4.) Syarat saksi
Syarat saksi diantaranya: berjumlah sekurangnya 2 orang, beragama
islam, laki-laki, berakal, baligh, memahami ijab dan qobul, melihat,
mendengar dan berbicara,adil, tidak fasik dan merdeka.

F. HIKMAH PERNIKAHAN
a) Menghindarkan diri dari zina.
b) Memperbanyak keturunan dan kelestarian hidup
c) Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling lengkap
melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh
pula perasaan-perasaan ramah, cinta dan sayang.

7
d) Menyadari tanggung jawab sebagai suami atau istri, sehingga
bersemangat dalam bekerja.
e) Pernikahan akan menjaga pandangan yang penuh syahwat terhadap
apa yang tidak dihalalkan untuknya.
f) Pernikahan akan memelihara keturunan serta menjaganya.
Didalamnya terdapat faedah yang banyak, antara lain memelihara hak-
hak dalam warisan.
g) Saat manusia meninggal maka terputuslah seluruh amal perbuatannya.
Keturunannyalah yang akan menjadi amal jariyah darinya.

G. PENERAPAN PERNIKAHAN DALAM MASYARAKAT


Penerapan pernikahan dalam masyarakat pada umumnya sudah sesuai
dengan syariat islam. Namun pada beberapa kasus terdapat penyimpangan.
Diantaranya pernikahan beda agama. Contohnya lelaki kafir dengan
perempuan muslim. Pernikahan beda agama dilarang dalam islam dan sudah di
atur dalam Al quran. Pernikahan beda agama dapat mendatangkan
kemudaratan dan merugikan.
Contoh penyimpangan lainya adalah anak dari hubungan zina yang
dinikahkan oleh wali nasab. Pernikahan tersebut tidaklah sah karena, anak dari
hubungan zina tidaklah memiliki wali nasab, maka anak tersebut harus
dinikahkan oleh wali hakim.

H. THALAQ(PERCERAIAN)
Perceraian atau thalaq adalah pemutusan hubungan suami istri dari
hubungan pernikahan yang sah menurut syariat islam. Perceraian adalah hal
yang menyedihkan dan memiliki implikasi sosial yang tidak kecil terutama
bagi pasangan yang telah memilki keturunan. Namun islam memberi jalan
keluar apabila perceraian menjadi solusi terbaik bagi keduanya.
“Talak(yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yak ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi
kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan

8
hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya(suami istri) tidak
dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah
hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah merka itulah orang-orang zalim.
Talak menjadi wajib apabila suami istri tidak dapat didamaikan lagi. Ada
dua faktor dalam perceraian yaitu suami dan istri. Rukun talak bagi suami
adalah: berakal, baligh, dengan kemauan sendiri. Rukun talak bagi istri
adalah: akad nikah sah, belum diceraikan dengan talak tiga oleh suami.
Perceraiaan ada dua macam yaitu cerai talak oleh suami kepad istri, dan gugat
cerai oleh istri kepada suami.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut hukum islam tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh
keturunan yang sah dan menciptakan rumah tangga yang bahagia(sakinah)
yang diliputi oleh suasana damai dan tentram karna dibina oleh rasa cinta
dan kasih sayang (mawaddah war rahmah) didalamnya.
Hukum pernikahan adalah wajib, sunah, makruh, mubah dan
haram. Rukun nikah adalah adnya calon suami dan calon istri, ada wali,
ada saksi, dan adanya ijab dan qobul. Pernikahan bertujuan untuk
menghindarkan diri dari zina dan meperoleh keturunan yang sah.

B. SARAN
Penulis menyarankan agar menjauhi zina dan melaksankan
pernikahan sesuai dengan syariat islam

10
DAFTAR PUSTAKA

Rustam,Rusyja.2015.Pendidikan Agama Islam di PerguruanTinggi.Padang:Unand

Syahrur,Mahmud.1994.Akidah dan Syahria’ah Islam.Jakarta:Bumi Aksara

11

Anda mungkin juga menyukai