Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Indahnya Membangun Magligai Rumah Tangga (Manahakat)”
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
A. Dalil Yang Berkaitan dengan Manahakat(Pernikahan) Dalam Islam...................3
B. Hukum Pernikahan dalam Islam............................................................................5
C. Orang-Orang yang Tidak Boleh diNikahi...............................................................6
D. Rukun & Syarat Sah Nikah......................................................................................7
BAB III Penutup
A. Kesimpula .............................................................................................................10
B. Hikmah.................................................................................................................. 10
C. Saran..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita memandangnya dari
dua buah sisi. Dimana pernikahan merupakan sebuah perintah agama. Sedangkan di sisi
lain adalah satu-satunya jalan penyaluran seks yang disahkan oleh agama. Berdasarkan
sudut pandang ini, maka ketika orang melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan
mereka bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama, namun juga
memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologisnya yang secara kodrat memang harus
disalurkan.
Sebagaimana kebutuhan lainnya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis
sebenarnya juga harus dipenuhi. Agama islam telah menetapkan bahwa satu-satunya jalan
untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan pernikahan,
pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati
kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan
bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa kedamaian dalam hidup seseorang
(litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai
sarana penyaluran kebutuhan seks namun lebih dari itu pernikahan juga menjanjikan
perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat membangun surge dunia di
dalamnya. Semua hal itu akan terjadi apabila pernikahan tersebut benar-benar
dilaksanakan dengan cara yang sesuai serta jalur yang telah ditetapkan islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu di dibahas sedikit
tentang:
1. Apa Dalil yang berkaitan dengan manahakat(pernikahan)?
2. Bagaimana hukum pernikahan dalam Islam?
3. Siapa saja orang yang tidak boleh dinikahi dalam hukum Islam?
4. Apa rukun dan syarat pernikahan dalam Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Dalil yang berkaitan dengan manahakat(pernikahan).
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum pernikahan dalam Islam.
3. Untuk mengetahui siapa saja orang yang tidak boleh dinikahi dalam Islam.
4. Untuk mengetahui rukun dan syarat pernikahan dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
c. Surat An-Nahl Ay
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari
yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari
nikmat Allah?“. (QS. An-Nahl: 72)
Artinya: “Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu, memakai
wewangian, bersiwak dan menikah“. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Artinya: “Barangsiapa yang Allah beri rezeki kepadanya berupa istri shalihah, berarti Allah
telah menolongnya atas separuh agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah untuk separuh
yang lainnya“. (HR. At-Thabrani)
Artinya: “Nikah itu adalah sunnahku. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku
berarti ia bukan golonganku“. (HR. Ibnu Majah)
B. Hukum Pernikahan dalam Islam
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah menurut situasi dan
kondisi seseorang dan lingkunganya.
1. Wajib
Bagi yang sudah mampu kawin, nafsunyan telah mendesak dan takut terjerumus
dalam perzinahan.Karena menjauhkan diri dari yang haram adalah wajib, sedang untuk itu
tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali dengan jalan kawin. Dari ibnu mas’ud :
Rasulullah saw bersabda: “Hai, golongan pemuda! Jika di antara kamu ada yang mampu
kawin hendaklah ia kawin, karena nanti matanya akan lebih terjaga dan kemaluannya akan
lebih terpelihara, dan bilamana ia belum mampu kawin, hendaklah ia berpuasa, karena
puasa itu ibarat pengebiri.( HR. Jama’ah )
2. Sunnah
Bagi orang yang nafsunya telah mendesak lagi mampu kawin, tetapi masih bisa
menahan dirinya dari berbuat zina. Dari Abu Umamah: Rasulullah saw bersabda: “kawinlah
kalian, karena aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian pada umat-umat lain.
Dan janganlah kalian seperti pendeta-pendeta Nasrani” HR. Baihaqi. Ibnu Abbas
berkata:”Ibadah seseorang belum sempurna, sebelum ia kawin.”
3. Haram:
Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya kepada
istrinya serta nafsunya pun tidak mendesak.Qurthuby berkata: “ Bila seseorang laki-laki
sadar tidak mampu membelanjai istrinya atau membayar maharnya atau memenuhi hak-
hak istrinya, maka ia tidak dapat kawin, sebelum jujur menjelaskan kondisi sebenarnya.
Begitu pula kalau itu karena sesuatu hal menjadi lemah, tak mampu menggauli istrinya,
maka wajiblah ia menjelaskan dengan jujur agar perempuannya tidak tertipu olehnya.Juga
tidak bisa langsung ia menipunya dengan menyebut keturunan, harta dan pekerjaannya
secara tidak semestinya. Begitu juga sebaliknya bagi perempuan.Termasuk tidak
menyembunyikan cacat tubuh, kelainan pada alat kelamin atau hal-hal penyimpangan
kejiwaan. Bila ternyata salah satu pasangan mengetahui aib pada lawannya, maka ia berhak
untuk membatalkan, jika yang aib itu perempuannya, maka suaminya bisa
membatalkannya dan dapat mengambil kembali maharnya. Diriwayatkan bahwa Nabi
mengawini seorang perempuan Bani Bayadhah yang kemudian diketahui lambungnya
burik, lalu ia batalkan, seraya bersabda: Kalian semua (orang-orang Bani Bayadhah) telah
menipu saya.”
4. Makruh:
Bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu member belanja istrinya,
walaupun tidak merugikan istri, karena ia kaya dan tidak memiliki keinginan syahwat yang
kuat.
5. Mubah:
Bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera kawin
atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk kawin.
A. Kesimpulan
1. Pernikahan yaitu ikatan dua orang hamba berbeda jenis dengan suatu ikatan akad
2. Hukum-hukumnya nikah adalah jaiz, sunnat, wajib, makruh, haram.
3. Diantaranya rukun-rukun nikah adalah mempelai laki-laki, mempelai perempuan, wali,
dua orang saksi, sighat.
4. Tujuan adanya pernikahanan ternyata sangat banyak ditinjau dari berbagai sisi
B. Hikmah
1. Pernikahan yang sah menjadikan hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrim menjadi halal.
2. Pernikahan menjadi sah dengan rukun dan syarat nikah.
C. Saran
Akhirnya, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu di dalam menyelesaikan makalah kami ini. Disamping itu, kritik dan saran dari
siswa serta guru pengampu dan para pembaca sangat kami harapkan, demi kebaikan kita
bersama terutama bagi pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
https://aryandikaputera.blogspot.com/2016/09/makalah-tentang-indahnya-
membangun.html
http://mhraka.blogspot.com/2018/01/makalah-membangun-mahligai-rumah-tangga.html
https://www.slideshare.net/YolanMaulitaWiguna/makalah-mengenai-mahligai-rumah-
tangga
http://islammakalah.blogspot.com/p/blog-page_27.html