Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HADIS AHKAM

KELOMPOK 8

(Munakahat : Nikah sebagai sunnah Nabi, Prihal wali, Nikah Muhallil)

Dosen Pengampu : Muhibbussabry, Lc., MA

Disusun oleh :

Mayra Angella Silitonga (0203182094)

Miftahul Hasanah Harahap (0203182065)

Hanif Atha (0203182118)

Putra Parlindungan Siregar (0203182055)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH) IV C

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, karena


berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Munakahat”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Hadist Ahkam”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua sumber yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya
harapkan demi sempurnanya makalah ini. 
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua
mengenai munakahat dalam artian Nikah sebagai sunnah Nabi, Perihal Wali, dan juga
Nikah Muhallil, Aamiin.

Medan, 24 Juni 2020


DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................................ii

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

Bab II : Pembahasan

A. Nikah sebagai sunnah Nabi...............................................................................2


B. Wali...................................................................................................................7
C. Nikah Muhallil...................................................................................................9

Bab III : Penutup

A. Kesimpulan.......................................................................................................11

Daftar Pustaka..............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata Munakahat dalam bahasa Arab berasal dari akar kata na – ka – ha, yang
dalam bahasa Indonesia disebut kawin atau perkawinan. Term ini ddisebut dalam
bentuk jama’mengingat bahwa perkawinan itu menyangkut dan berkaitan dengan
banyak hal, disamping perkawinan itu sendiri, juga perceraian dan akibatnya serta
kembali lagi kepada perkawinan sesudah perkawinan itu putus yang dinamakan rujuk.
Dengan demikian, “Munakahat” itu lebih tepat disebut “hal ihwal berkenaan dengan
perkawinan”.

Kata dasar pernikahan  adalah nikah. Menurut kamus bahasa Indonesia, kata


nikah berarti berkumpul atau bersatu. Pernikahan adalah suatu lembaga kehidupan yang
disyariatkan dalam agama Islam. Pernikahan merupakan suatu ikatan yang
menghalalkan pergaulan laki-laki dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga
yang bahagia dalan mendapatkan keturunan yang sah.  Nikah adalah fitrah yang berarti
sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT.  Tujuan pernikahan
adalah  untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah, serta
bahagia di dunia dan akhirat.

Dalam usaha meleburkan suatu bentuk hukum dalam dunia hukum Islam


Indonesia. Tentunya kita ingin mengetahui lebih dalam darimana asal konsep hukum
yang diadopsi oleh Departemen Agama RI tersebut yang kemudian menjadi produk
hukum yang lazim disebut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, dan diantara materi
bahasannya adalah rukun dan syarat perkawinan yang akan coba kita pelajari
perbandingannya dengan fikih munakahat.

Terpenuhinya syarat dan rukun suatu perkawinan, mengakibatkan diakuinya


keabsahan perkawinan tersebut baik menurut hukum agama/fiqih munakahat atau
pemerintah (Kompilasi Hukum Islam).Bila salah satu syarat atau rukun tersebut tidak
terpenuhi maka mengakibatkan tidak sahnya perkawinan menurut fikih munakahat atau
Kompilasi Hukum Islam, menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan salah satunya.
Berawal dari garis perbandingan antara kedua produk hukum tersebut, pemakalah
mencoba membahas perbandingan antara keduanya sehingga dapat diketahui lebih
dalam hubungan antara keduanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Nikah sebagai sunnah Nabi, dan seperti apa hadisnya?
2. Bagaimana Prihal Wali dalam pernikahan, dan seperti apa hadisnya?
3. Apa yang dimaksud dengan Nikah Muhallil?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Nikah sebagai sunnah Nabi.

"Nikah" sebagai yang pernah disabdakan oleh Rasulullah sallallahu 'alaihi wa


sallam merupakan sunnahnya, dan siapa saja yang tidak suka akan sunnahnya, maka
bukanlah termasuk dari golongannya. Inilah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari:
“Nikah adalah sebagian dari sunnahku, barangsiapa tidak suka terhadap
sunnahku maka tidak termasuk golonganku”. (H.R Imam Bukhari).
Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah melarang tiga orang sahabat yang
hendak meninggalkan nikah, karena ingin memfokuskan dirinya hanya untuk beribadah
kepada Allah saja. Dan seandainya Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam membiarkan
perbuatan ketiga sahabat ini dan tidak melarang apa yang dilakukannya yaitu
meninggalkan menikah, maka sudah tentu akan ada pendeta dikalangan ummat Islam
sebagaimana pendeta dikalangan kaum nasrani yaitu mengharamkan dirinya untuk
menikah.

Dan untuk lebih jelasnya lagi silahkan simak kisah mereka berikut ini:
"Sesungguhnya beberapa orang sahabat radiallahu 'anhu bertanya secara diam-diam
kepada istri-istri Nabi tentang amalan beliau. (setelah diberitahu) Maka diantara sahabat
tersebut ada yang berkata, saya tidak akan menikahi perempuan".
Yang lain berkata, "Saya tidak akan memakan daging". Yang lain lagi berkata, "Saya
tidak akan tidur di atas hamparan/tikar". Mendengar itu semua, Beliau sesudah memuji
Allah dan menyanjung-Nya, Beliau bersabda: "Mengapa ada beberapa orang yang
mengatakan begini... dan begini? Sesungguhnya aku shalat dan tidur, puasa dan berbuka
dan menikahi wanita. Sebab itu, siapa yang tidak menyukai sunnahku, maka orang itu
tidak termasuk ummatku" (H.R Bukhari dan Muslim).

Dan juga yang disabdakan oleh Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam:


"Empat macam perkara termasuk sunnah-sunnah para rasul, yaitu memakai pacar,
memakai wewangian, bersiwak dan menikah". (H.R Tirmidzi, ahmad dan al-Baihaqi).1

Maka sungguhlah tepat apa yang dikatakan oleh Umar bin Khattab radiallahu
'anhu kepada Abu Zawaid yang belum  juga berkeinginan untuk menikah sementara
usianya sudah cukup dan diapaun sebenarnya sudah mampu untuk itu.
"Apa yang membuat kamu tidak menikah (akan) membuat kamu naif"
1
https://almanhaj.or.id/3565-anjuran-untuk-menikah.html (diakses pada tanggal 8 Juni 2020, 15.30
WIB)
Menurut riwayat lain yang diucapkan Umar radiallahu 'anhu adalah:
"Orang belum menikah akan cenderung berbuat kotor atua zina"
Dengan demikian bagi siapa yang menolak untuk menikah tanpa adanya alasan yang
dibenarkan oleh syari'at Islam, berarti telah keluar dari fitrahnya sebagai makhluk yang
diciptakan Allah secara berpasangan.

Adapula hadis ‘Aisyah tentang nikah sebagai sunnah Nabi,

‫هللا َر ُس ْو ُل قَا َل قَال َ ْت ئِشَ َة ا َع َع ْن‬ ِ ‫ي َ ْع َم ْل ل َ ْم فَ َم ْن ُسنَّيِت ْ ِم ْن ُح َال ِِّن"!اكَ َسمَّل َ َو عَلَ ْي ِه ُهلل َص َّل‬
‫جَي ِدْ ل َ ْم َو َم ْن فَلْ َي ْن ِك ْح َذ َاط ْولٍ اَك َن َو َم ْن َم َم ْا َال ِبمُك ُ ُماكَ ِث ٌر فَ يِّن ْ اتَ َز َّو ُج ْو َو ِميِّن ْ فَلَيْ َس ب ُِسن َّ ِت‬
‫ِإ‬
(‫ )الناكح كتاب فاميجه ابن أخرجه‬.‫ِو َجا ٌء هَل ُ ا َّلص ْو َم فَ َّن اِب "! ِّلِص َيا ِم عَيَل ْ َف‬
‫ِإ‬
Artinya: “Dari ‘Aisyah, Dia berkata Rasulullah SAW bersabda: Nikah itu sebagian dari
sunahku, barang siapa yang tidak mau mengamalkan sunahku, maka dia bukan
termasuk golonganku. Dan menikahlah kalian semua, sesungguhnya aku (senang)
kalian memperbanyak umat, dan barang siapa (diantara kalian) telah memiliki
kemampuaan atau persiapan (untuk menikah) maka menikahlah, dan barang siapa
yang belum mendapati dirinya (kemampuan atau kesiapan )  maka hendaklah ia
berpuasa, sesungguhnya puasa merupakan pemotong hawa nafsu
2
baginya.” (dikeluarkan dari HR. Ibnu Majah dalam Kitab Nikah).

Hukum Pernikahan.

Hukum menikah itu sesuai dengan keadaannya yaitu:


a.       Wajib yaitu bagi orang yang sudah mampu nikah, dan khawatir akan terjerumus
dalam perzinahan. Maka orang tersebut diwajibkan untuk menikah.
b.      Sunnah yaitu bagi orang yang telah mampu untuk menikah (baik fisik, mental,
maupun biaya) , tetapi tidak khawatir akan terjerumus kedalam kemaksiatan karena
mampu menjaga dirinya.
c.     Mubah artinya diperbolehkan. Mubah ini merupakan asal hukum pernikahan.
d.     Makruh yaitu orang yang akan melakukan pernikahan telah mempunyai keinginan
atau hasrat yang kuat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberi nafkah
tanggungannya. Pernikahan semacam ini dikhawatirkan mendatangkan
kemudharatan.

2
http://masriiani.blogspot.com/2012/12/hadits-tentang-pernikahan.html (diakses pada tanggal 8 Juni
2020, 15.30 WIB)
e.      Haram bagi orang yang menikah atas dorongan nafsu belaka, orang yang ingin
merenguk keuntungan materidan orang yang mempunyai niat untuk menyakiti
perempuan yang dinikahinya.3

Persiapan Sebelum Nikah


Sebelum menikah sebaiknya memperhatikan beberapa hal agar pernikahan berlangsung
dengan sebaik-baiknya dan dapat membawa manusia ke arah kesejahteraan yang
didambakan.

1.      Usia Nikah
Setiap dua insan yang ingin menikah hendaklah memiliki usia yang telah mencapai
usia nikah. Usia nikah ini meli[puti fisik dan jiwa yang dianggap sebagai orang yang
sudah matang untuk berumah tangga, karena calon pengantin akan memikul tanggung
jawab yang berat dalam membina keluarga.
Menurut UU Perkawinan RI No.1 Tahun 1974 seseorang diperbolehkan menikah bagi
laki-laki apabila telah berusia minimal 19 tahun, dan untuk perempuan minimal usia 16
tahun.
2.      Biaya Kehidupan
Bagi seorang laki-laki yang akan melaksanakan pernikahan hendaklah
mempersiapkan terlebih dahulu biaya pernikahan dan bekal hidup untuk mengarungi
kehidupan di dalam berumah tangga. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari
kehancuran, karena biasanya rumaah tangga tanpa didukung oleh biaya hidup pasti akan
mengalami kekacauan dan kehancuran.
3.      Pekerjaan
Bagi seorang laki-laki yang akan melaksanakan pernikahan hendaklah Ia terlebih
dahulu memiliki pekerjaan yang dapat membiayai keperluan rumah tangganya.
Pekerjaan yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki ini dapat berupa apa saja, asal
pekerjaan tersebut masih mengikuti norma-norma di agama Islam.

3
http://khoirul-marzuky.blogspot.com/2017/05/makalah-munakahat-pernikahan.html (diakses pada
tanggal 8 Juni 2020, 15.30 WIB)
4.      Pendidikan/Pengetahuan
Laki-laki atau perempuan yang ingin menikah hendaklah keduanya telah memiliki
pengetahuan atau pendidikan yang cukup. Yang berperan ampuh meningkatkan
martabat kemanusiaannya. Dan dengan pendidikan akan dapat memecahkan
permasalahan didalam rumah tangga.
5.      Mahar
Mahar atau maskawin ialah pemberian dari seorang laki-laki kepada seorang
perempuan baik berupa uang atau benda-benda yang berharga yang disebabkan karena
pernikahan diantara keduanya. Memberi mahar hukumnya wajib bagi mempelai laki-
laki. Allah SWT berirman:

َّ ُ ْ َّ ُ ْ َ ٰ َ َّ ُ َ ْ ُ ُ ًۗ َ ْ َ َ َ ُ ‫َ اَل‬
‫ فاتوهن ِمنهن ِب ٖه‬ ‫ اجورهن‬ ‫ ف ِريضة‬ ‫و جناح‬
ْ‫ااس َت ْم َت ْع ُتم‬ َ
ْ ‫ف َم‬.....
ْ ُ ْ َ َ َ ْ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ِۗ ْ َ ْ
(۲‫ النساء‬:٤) ..... ‫ عليكم‬ ‫ ِفيما‬ ‫تراضيتم ِب ِه ِمن‬ ‫ض‬ ِ ‫الف ِري ِض ـ ـ ـ ِـۗةبع‬ 
Artinya: “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) diantara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu kewajiban; dan
tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang telah kamu saling merelakannya,
sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.....”.(Q.S. An-Nisa’:24).4

Rasulullah SAW bersabda:

َّ َ َ ْ َ َ ّ ً َ َ َ ُ ُ َ َْ ً َ ْ ُ
(‫ ِان )داحم هروا‬ ‫ اعظم‬ ‫النك ِاح‬
ِ  ‫ بركة‬ ‫ ايسره‬ ‫مؤنة‬ 
Artinya: “Sesungguhnya nikah yang paling besar berkahnya ialah yang paling sedikit
belanjanya”(H.R. Ahmad).

4
https://tafsirweb.com/1556-quran-surat-an-nisa-ayat-24.html (diakses pada tanggal 8 Juni 2020, 15.40
WIB)
Sunnah dalam Akad Nikah
Setelah akad nikah selesai dilaksanakan maka disunnahkan melaksanakan tiga hal
sebagai berikut.

1.      Khutbah Nikah
Khutbah nikah sangat dianjurkan menurut agama Islam karena di dalam khutbah ini
banyak nasehat-nasehat yang sangat berguna bagi suami-istri dalam mengarungi
kehidupan berumah tangga sesuai dengan tuntunan Islam. Khutbah nikah ini dimulai
dengan bacaan basmalah, tahmid dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW setelah
itu nasehat-nasehat untuk kedua mempelai dan diakhiri dengan do’a.

2.      Doa untuk Kedua Mempelai


Setelah khutbah nikah disunnahkan berdoa untuk kedua mempelai. Adapun doa yang
sering dikemukakan oleh Rasulullah SAW untuk orang yang baru saja melangsungkan
pernikahan adalah:
َ ُ ََْ َ َ َ َ َ ََْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
‫باركاهلل ل ك وب ارك علي ك وجم ع بينكم ا ِفى‬
َ
)‫خ ْي ٍر(رواه أحمد والترمذى‬
Artinya: “Mudah-mudahan Allah memberikan berkah kepadamu dan mengumpulkan
kamu berdua dalam kebaikan”(H.R. Ahmad dan At Tirmidzi)

3.      Walimah
ُ َْ َ
Walimah artinya pesta, dan walimah untuk pernikahan disebut Walimah Urs‫و ِليم ة‬
ُ ‫ا‬ ْ . Walimah Urs adalah pesta atau perayaan pernikahan, yang bertujuan untuk
‫لع ْر ِس‬
menyiarkan pernikahan itu. Agar masyarakat tidak curiga ketika mereka melakukan
hubungun suami istrinantinya. Memeriahkan pernikahan sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW sebagai berikut:
‫اح‬ ّ ‫ال َا ْعل ُن ْوا َه َذ‬
َ ‫االن َك‬ َ َ َّ َّ َّ َ َ َ َ ْ َ
‫ق‬ ‫عن عا ِئش ة ان الن ِبيﷺ‬
ِ ِ
َ ْ ُ ُّ ْ ََ ُْ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َُ ْ َ
‫واجعل وه ِفى املس ِاج ِدواض ِربواعلي ِه ال دفوف (رواه‬
)‫أحمد والترمذى وحسنه‬
Artinya: “Dari Aisyah ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda: Syiarkanlah nikah ini,
adakanlah di masjid-masjid dan pukullah rebana-rebana untuk kemeriahan pernikahan
ini”.(H.R. Ahmad dan At Tirmidzi, hadis ini termasuk hadis hasan).

2. Wali

Wali adalah orang yang menikahkan, seperti bapak dari calon istri.

‫أيما امرأة نكحت بغير إذن وليها فنكاحها باطل‬


Artinya:“Barangsiapa diantara perempuan yang menikah dengan tanpa izin walinya,
maka pernikahannya batal” (Riwayat Empat Ahli Hadis kecuali Nasa’I).

Adapun syarat wali yaitu:


a.       Beragama islam
b.      Dewasa atau balig
c.       Saleh (tidak fasik)
d.      Berakal dan adil
e.       Tidak dipaksa
f.       Laki-laki
g.      Mempunyai hak untuk menjadi wali
Mengenai susunan dan urutan yang menjadi wali adalah sebagai berikut :
a.       Bapak kandung.
b.      Kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan.
c.       Saudara laki-laki seibu sebapak.
d.      Saudara laki-laki sebapak.
e.       Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak.
f.       Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.
g.      Paman (saudara laki-laki bapak).
h.      Anak laki-laki paman.
i.        Anak laki-laki dari saudara bapak yang sebapak.
j.        Wali hakim.
Wali hakim berlaku apabila wali yang tersebut di atas semuanya tidak ada, sedang
berhalangan, atau menyerahkan kewaliannya kepada hakim.
Adapun yang bertindak sebagai wali hakim di Negara Indonesia adalah badan yang
ditunjuk oleh negara. Dalam hal ini yaitu Kantor Urusan Agama (KUA).5

Adapula diperlukan dua orang saksi, dua orang saksi adalah yang menyaksikan akad
nikah karena pernikahan yang dilakukan tanpa saksi tidak sah.

(‫ال نكاح إال بولي وشاهد عدل (رواه أحمد‬


Artinya: “Tidak sah nikah kecuali dengan wali dengan 2 saksi yang adil” (HR.
Ahmad)
Adapun syaratnya yaitu:
a.       Laki-laki
b.      Beragama Islam
c.       Saleh
d.      Baligh (dewasa)
e.       Berakal sehat dan adil
f.       Merdeka (tidak sedang ditahan)
g.      Kedua saksi bisa mendenagar
h.      Memahami bahasa yang digunakan ijab qabul
5
http://1001hadits.blogspot.com/2012/01/6-nikah-wali.html (diakses pada tanggal 8 Juni 2020, 15.40
WIB)
3.  Nikah Muhallil
Nikah muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap
seorang perempuan yang tidak ditalak ba’in, dengan bermaksud pernikahan tersebut
membuka jalan bagi mantan suami (pertama) untuk nikah kembali dengan bekas
istrinya tersebut setelah cerai dan habis masa iddah.

Dikatakan muhallil karena dianggap membuat halal bekas suami yang menalak
ba’in untuk mengawini bekas istrinya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW suatu kali ditanya
perihal muhallil. Maka, beliau menjawab, “Tidak, kecuali pernikahan atas dasar suka
sama suka, bukan pernikahan tipuan, dan tidak pula (pernikahan untuk) memperolok-
olok kitab Allah, hingga ia (si suami kedua) merasakan nikmatnya berhubungan badan.”

Dalam hadis lainnya, sebagaimana diriwayatkan Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW
bersabda, “Maukah kalian aku beri tahu tentang kambing pinjaman?”

Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.”

“Ia adalah muhallil. Allah melaknat muhallil dan muhallal lahu.”

Muhallal lahu adalah sebutan bagi si suami sebelumnya (dari istri yang telah ditalak
tiga) yang bermaksud agar bisa menikahi istrinya lagi setelah ditalak tiga oleh suami
kedua yang menikahinya.

Menurut Umar bin Khattab, hukum yang dapat dilaksanakan bagi pelaku
nikah muhallil dan muhallal lahu adalah rajam. Ketika Umar ditanya ihwal pernikahan
yang bertujuan menghalalkan seorang perempuan untuk si suami pertama (muhallal
lahu), maka ia menjawab, “Itu perzinaan.”

Imam adz-Dzahabi dalam kitabnya, al-Kabaair, menggolongkan perbuatan


nikah muhallil sebagai salah satu dosa besar.

Pernikahan semacam ini termasuk salah satu di antara dosa-dosa besar dan perbuatan
keji. Hukumnya adalah haram, baik keduanya mensyaratkan pada saat akad, atau
keduanya telah sepakat sebelum akad atau dengan niat salah satu di antara keduanya.
Dan orang yang melakukannya akan dilaknat.

Dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, ia berkata:

ُ‫الل ُه َع َل ْيه َو َس َّل َم املُ َح ِّل َل َوامْل ُ َح َّل َل َله‬


َّ َّ َ
‫هللا صلى‬ ُ ْ ُ َ َ َ َ
ِّ ِ ِ ‫لعن رسول‬.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat al-Muhallil (laki-laki yang menikahi
seorang wanita dengan tujuan agar perempuan itu dibolehkan menikah kembali dengan
suaminya yang pertama) dan al-Muhallal lahu (laki-laki yang menyuruh muhallil untuk
menikahi bekas isterinya agar isteri tersebut dibolehkan untuk dinikahinya lagi).

Dan dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

َ:‫ َقال‬،‫هللا‬ َ ْ ُ َ َ ََ ْ َُ َ َ ْ ُ ‫َ َ ُ ْ ُ ُ ْ َّ ْ مْل‬


ِ ‫ بلى يا رسول‬:‫س ا ستع ِار؟ قالوا‬ ِ ‫أال أخ ِبركم ِبالتي‬
ُ‫هللا املُ َح ِّل َل َوامْل ُ َح َّل َل َله‬ُ ‫ َل َع َن‬،‫ه َو امْل ُ َح ِّل ُل‬.ُ
ِّ ِّ
‘Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang at-Taisil Musta’aar (domba pejantan yang
disewakan)?” Para Sahabat menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah” Beliau kemudian
bersabda, “Ia adalah al-Muhallil, Allah akan melaknat al-Muhallil dan al-Muhallal
lahu.’”6

BAB III
6
https://almanhaj.or.id/1194-pernikahan-yang-dilarang-nikah-dengan-niat-talak.html (diakses pada
tanggal 17 Juni 2020, pukul 20.00 WIB
KESIMPULAN

Pernikahan adalah suatu lembaga kehidupan yang disyariatkan dalam agama


Islam.  Pernikahan merupakan suatu ikatan yang menghalalkan pergaulan laki-laki
dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga  yang bahagia
dan  mendapatkan  keturunan yang sah.  Nikah adalah fitrah yang
berarti   sifat  asal  dan  pembawaan  manusia sebagai   makhluk    Allah SWT.

Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan  rumah tangga yang sakinah,


mawaddah, warahmah, serta bahagia di dunia dan akhirat. Hukum nikah pada  dasarnya
adalah mubah, artinya boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian,
hukum, nikah dapat     berubah menjadi sunah, wajib,makruh,atau haram.   

Tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia (prig
terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang
bahagia sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam.

Daftar Pustaka
https://almanhaj.or.id/3565-anjuran-untuk-menikah.html

http://masriiani.blogspot.com/2012/12/hadits-tentang-pernikahan.html

http://khoirul-marzuky.blogspot.com/2017/05/makalah-munakahat-pernikahan.html

https://tafsirweb.com/1556-quran-surat-an-nisa-ayat-24.html

http://1001hadits.blogspot.com/2012/01/6-nikah-wali.html

https://almanhaj.or.id/1194-pernikahan-yang-dilarang-nikah-dengan-niat-talak.html

Anda mungkin juga menyukai