Anda di halaman 1dari 13

KONSEP PERNIKAHAN DALAM AL-QUR’AN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Al-Qur’an”


Dosen Pembina : Moh Syaifi

Oleh :
M. AINUL YAQIN (4011821013)
YUNUS (4011821012)
HIZKIL ROY NUROL HIDAYAH (4011921061)
KHOIRUL MUTTAQIN (4011821003)
ABDUL KARIM (4011821043)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PASURUAN


Jl. Dokter Wahidin Sudiro Husodo No.45, Petamanan, Panggungrejo,
Kota Pasuruan, Jawa Timur 67126
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya, sehingga
penulis beserta teman-teman kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah tentang “ Konsep
Pernikahan dalam Al-Qur’an”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Dosen mata kuliah Al-Qur’an yaitu Bapak Drs. Nursaman M.Pd.I. .Penulis
mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini menambah
pengetahuan dan wawasan kita tentang penelitian agama, kontruksi penelitian agama dan
model-model penelitian agama.Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
kelompok yang telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penyusun

Pasuruan, 11 Oktober 2023

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3 Tujuan ...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pernikahan ……………...............................................................5
2.2 Dasar Hukum Pernikahan ...………...............................................................6
2.3 Tujuan Pernikahan …………….……...........................................................7
2.3 Hikmah Pernikahan …………….…….......................................................10

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................14


DAFTAR PUSAKA ..........................................................................................15

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telah diketahui bahwa pernikahan adalah merupakan sunatullah, bahwa
makhluk yang bernyawa itu diciptakan berpasang-pasangan, baik laki-laki maupun
perempuan (Q.S.Dzariat :49). “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan,
supaya kamu mengingat akan kebesaran allah”.
Pernikahan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat
manusia. Dengan adanya pernikahan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai
dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat.
Hubungan antara seorang laki - laki dan perempuan adalah merupakan
tuntunan yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menghalalkan hubungan ini
maka disyariatkanlah akad nikah. Pergaulan antara laki - laki dn perempuan yang
diatur dengan pernikahan ini akan membawa keharmonisan, keberkahan dan
kesejahteraan baik bagi laki - laki maupun perempuan, bagi keturunan diantara
keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling kedua insan tersebut.
Dalam agama samawi, masalah pernikahan mendapat tempat yang sangat
terhormat dan sangat terjunjung tinggi tata aturan yang telah ditetapkan dalam kitab
suci. Negara Indonesia misalnya, masalah pernikahan merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga pemerintah
Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga sekarang menaruh perhatian yang
sangat serius dalam hal pernikahan ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pernikahan?
2. Bagaimana dasar hukum pernikahan?
3. Apa Tujuan dan Hikmah pernikahan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pernikahan.
2. Untuk mengetahui dasar hukum pernikahan.
3. Untuk mengetahui tujuan dan hikmah pernikahan.

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 4


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan

Pernikahan dalam fiqih berbahasa arab ada dua kata, yaitu nikah dan zawaj.
Kata na-kaha dan za-wa-ja terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin yang berarti
bergabung, hubungan kelamin, dan juga berarti akad.

Secara bahasa nikah adalah hubungan intim dan mengumpuli. Sedangkan arti
nikah menurut istilah adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikat
diri antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk menghalalkan suatu
hubungan kelamin antara keduanya sebagai dasar suka rela atau keridhaan hidup
keluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara yang diridhai
Allah SWT.

Menurut ulama Syafi’iyah adalah suatu akad dengan menggunakan lafal nikah
atau zawj yang menyimpan arti wati’ (hubungan intim). Artinya dengan pernikahan
seseorang dapat memiliki atau dapat kesenangan dari pasangannya.

Menurut Fiqh, nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama
dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan hanya untuk
mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga perkenalan antara suatu
kaum dengan kaum yang lainnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah


ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum pernikahan masing-


masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut
perundang-undangan yang berlaku.

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 5


B. Dasar Hukum Pernikahan.
1. Menurut Fiqh Munakahat
a. Dalil Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam surat An - Nisa Ayat 3 sebagai berikut :

‫َو ِإْن ِخ ْفُتْم َأاَّل ُتْقِس ُطوا ِفي اْلَيَتاَم ٰى َفانِكُحوا َم ا َط اَب َلُك م ِّم َن الِّنَس اِء َم ْثَنٰى َو ُثاَل َث‬
‫َو ُر َباَع ۖ َفِإْن ِخ ْفُتْم َأاَّل َتْع ِد ُلوا َفَو اِح َد ًة َأْو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ۚ َٰذ ِل َك َأْدَنٰى َأاَّل َتُعوُل وا‬
3

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.”(QS. An-Nisa’ : 3)
Ayat ini memerintahkan kepada orang laki-laki yang sudah mampu
untuk melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah
adil didalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain -
lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa islam
memperbolehkan poligami dengan syarat - syarat tertentu.

Menurut Al-Qur’an, Surat Al A’raaf ayat 189 berbunyi :

‫ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَقُك م ِّم ن َّنْفٍس َو اِح َد ٍة َو َجَعَل ِم ْنَها َز ْو َجَها ِلَيْس ُك َن ِإَلْيَها ۖ َفَلَّم ا َتَغ َّش اَها‬
‫َح َم َلْت َحْم اًل َخ ِفيًفا َفَم َّر ْت ِب ِه ۖ َفَلَّم ا َأْثَقَلت َّد َع َو ا َهَّللا َر َّبُهَم ا َلِئْن آَتْيَتَن ا َص اِلًحا‬
189 ‫َّلَنُك وَنَّن ِم َن الَّش اِكِر يَن‬

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia
menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah
dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat,
keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata:

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 6


"Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami
termasuk orang-orang yang bersyukur".

Sehingga pernikahan adalah menciptakan kehidupan keluarga anatar


suami istri dan anak-anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang
aman dan tenteram (Sakinah), pergaulan yang saling mencintai (Mawaddah)
dan saling menyantuni (Rohmah).

b. Dalil As-Sunnah
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dari Rasulullah yang bersabda :,

،‫ر‬UU‫ه أغض للبص‬UU‫اءة فليتزوج؛ فإن‬UU‫تطاع منكم الب‬UU‫ من اس‬،‫«يا معشر الشباب‬
‫ ومن لم يستطع فعليه بالصوم؛ فإنه له ِو َج اٌء‬،‫وأحصن للفرج‬
“Wahai para pemuda, barangsiapa dioantara kalian memiliki kemampuan,
maka nikahilah, karena itu dapat lebih baik menahan pandangan dan menjaga
kehormatan. Dan siapa yang tidak memiiki kemampuan itu, hendaklah ia
selalu berpuasa, sebab puasa itu merupakan kendali baginya. (H.R.Bukhari-
Muslim).

‫َتَز َّو ُجوا اْلَو ُد وَد اْلَو ُلوَد َفِإِّنى ُم َك اِثٌر ِبُك ُم اُألَمَم‬
“Nikahilah wanita yang sangat cinta dan subur. Karena aku akan berbangga
dengan kalian dihadapan umat yang lain” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)

C. Tujuan Pernikahan.
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan
dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini
dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain
sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya
ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang
telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 7


memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk
memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari
kekacauan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan
untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan
lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka
hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”.

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami


Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq
(perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas
Allah, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut :

‫وا ِمَّم ٓا‬ ۟ ‫ٱلَّطَٰل ُق َم َّرَتاِن ۖ َفِإْمَس اٌك ۢ ِبَم ْعُروٍف َأْو َتْس ِر يٌح ۢ ِبِإْح َٰس ٍن ۗ َو اَل َيِح ُّل َلُك ْم َأن َتْأُخ ُذ‬
‫َء اَتْيُتُم وُهَّن َش ْئًـا ِإٓاَّل َأن َيَخاَفٓا َأاَّل ُيِقيَم ا ُح ُد وَد ٱِهَّلل ۖ َف ِإْن ِخ ْفُتْم َأاَّل ُيِقيَم ا ُح ُد وَد ٱِهَّلل َفاَل‬
‫ُجَناَح َع َلْيِهَم ا ِفيَم ا ٱْفَت َد ْت ِبِهۦ ۗ ِتْل َك ُح ُد وُد ٱِهَّلل َفاَل َتْعَت ُد وَها ۚ َو َم ن َيَتَع َّد ُح ُد وَد ٱِهَّلل‬
229 ‫َفُأوَٰ۟ٓلِئَك ُهُم ٱلَّٰظ ِلُم وَن‬
“Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi
kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka,
kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum
Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh
istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah
orang-orang yang dhalim.” (QS. Al-Baqarah : 229)
Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari’at Allah. Dan
dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-
batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat
di atas : “Artinya : “Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang
kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan
suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak
ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 8


kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum
Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau)
mengetahui”. (QS. Al-Baqarah : 230) Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan
adalah agar suami istri melaksanakan syari’at Islam dalam rumah tangganya.
Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam adalah wajib.

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah


Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah
dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga
adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat
dan amal- amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk
ibadah (sedekah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ َقاُلوا َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأَيْأِتى َأَح ُد َنا َشْهَو َتُه َو َيُك وُن َلُه ِفيَها‬.» ‫َو ِفى ُبْض ِع َأَحِد ُك ْم َص َد َقٌة‬
‫َأْج ٌر َقاَل « َأَر َأْيُتْم َلْو َو َض َعَها ِفى َحَر اٍم َأَك اَن َع َلْيِه ِفيَها ِو ْز ٌر َفَك َذ ِلَك ِإَذ ا َو َض َعَها ِفى‬
» ‫اْلَح َالِل َك اَن َلُه َأْج ٌر‬

“Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah.. Mendengar


sabda Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya: “Wahai Rasulullah,
seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan
mendapat pahala ?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: “Bagaimana
menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya,
bukankah mereka berdosa .? Jawab para shahabat:”Ya, benar”. Beliau bersabda
lagi:“Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang
halal), mereka akan memperoleh pahala” .

5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih


Tujuan pernikahan di antaranya ialah untuk melestarikan dan
mengembangkan bani Adam, Allah berfirman :

‫َو ُهّٰللا َجَعَل َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا َّو َجَعَل َلُك ْم ِّم ْن َاْز َو اِج ُك ْم َبِنْيَن َو َح َف َد ًة َّو َر َز َقُك ْم ِّم َن‬
72 ‫الَّطِّيٰب ِتۗ َاَفِباْلَباِط ِل ُيْؤ ِم ُنْو َن َو ِبِنْع َم ِت ِهّٰللا ُهْم َيْكُفُرْو َن‬

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 9


“Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri
dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” (QS. An-Nahl : 72). Dan yang
terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi
berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak
yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang shalih tidak
akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar.

D. Hikmah Pernikahan
Allah SWT berfirman :

‫َو ِم ْن آَياِتِه َأْن َخ َلَق َلُك ْم ِم ْن َأْنُفِس ُك ْم َأْز َو اًجا ِلَتْس ُكُنوا ِإَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َم َو َّد ًة َو َر ْح َم ًة ۚ ِإَّن‬
‫ِفي َٰذ ِلَك آَل َياٍت ِلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-


isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(QS. Ar-
ruum : 21)
Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia didunia ini
berlanjut, darigenerasi ke generasi. Selain juga menjadi penyalur nafsu birahi, melalui
hubungan suami istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan.
Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan
berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan
penghormatan muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas didalam rumah
tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak, dan menciptakan suasana yang
menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk
kepentingan dunia dan akhirat.

Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :

a) Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan
berketurunan.

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 10


b) Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu
mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
c) Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan
bencrengkramah dengan pacarannya.
d) Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan
yang diciptakan.

BAB III
E. Kesimpulan
Nikah ialah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikat diri antara
seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk menghalalkan suatu hubungan kelamin
antara keduanya sebagai dasar suka rela atau keridhaan hidup keluarga yang diliputi
rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara yang diridhai Allah SWT. Dasar
hukum pernikahan banyak tercantum dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits, dan
pernikahan merupakan Sunnah Rasulullah. Hikmah dalam pernikahan yaitu : Mampu
menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan
berketurunan, mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan
mampu mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan,
mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 11


bencrengkramah dengan pacarannya, mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan.
Tujuan pernikahan : Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi,
untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur, untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang
Islami, untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah, untuk Mencari Keturunan Yang
Shalih. syarat dan rukun merupakan perbuatan hukum yang sangat dominan
menyangkut sah atau tidaknya perbuatan tertentu dari segi hukum. Kedua kata tersebut
mengandung yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus
diadakan. Rukun pernikahan ada lima yaitu, calon suami, calon itri, wali nikah, saksi
dan sighat (Ijab dan Qobul).

F. Penutup

Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik
disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya
salah dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sulaeman.1996. Dinamika Qiyas dalam Pembaharuan Hukum Islam: Kajian


Konsep Qiyas Imam Syafi’i. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.

Abdurrahman.1992. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo.

Asfihani, al Garib al-.Tanpa Tahun. Mufradat al Faz al-Quran. TTP : Dar al Katib al-Arabi

Baqi, Muhammad Fuad Abd al-.1987. al- Mu’jam al- Mufahras li al-Faz alQuran al-
Karim. Beirut : Dar al-Fikr.

Donohue, John J.. dan John L. Esposito.1995. Islam dan Pembaharuan Ensiklopedi
Masalah-Masalah. Kata Pengantar M. Amin

Jauziyah, Ibn al-Qayyim al. 1955. A’lam al-Muwaqi’in. Mesir: Maktabah atTijariyah.

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 12


Jaziri, Abd al- Rahman al-. Tanpa Tahun. al-Fiqh ala Mazahib al-Arba’ah. Mesir :
Maktabah al-Tijariyah al-Kubra.

Mu’allim, Amir dan Yusdani. 1999. Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam. Yogyakarta
: UII-Press.

Mudzhar, M. Atho. 1998a. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mudzhar, M. Atho’.1998. Membaca Gelombang Ijtihad : Antara Tradisi dan Liberasi.


Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Mudzhar, M. Atho’.1999. “ Dampak Gender Terhadap Perkembangan Hukum Islam”


dalam Profetika Jurnal Studi Islam, Vol.1 No.1 1999. Hlm.110-123.

Na’im, Abdullahi Ahmed. 1990. Toward an Islamic Reformation : Civil Liberties,


Human Rights and International Law. New York :Syracus University Press.

Powers, David S. 1986. Studies in Quran and Hadith : The formation of Islamic of
Inheritance, Berkley: University of California Press.

Qasimi, Muhammad Jamaluddin al-. Tanpa Tahun. Mahasin al- Ta’wil Juz XIII.
Beirut : Dar al Fikr.

Qurtubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al Ansari al-.1967. al – Jami’u li


Ahkam al- Quran Juz XIV. Kairo : Dar al Katib al-Arabi.

Rahman, Fazlur.1980. Major Themes of the Quran. Chicago : Bibliotheca Islamic.

Sabuni, Muhammad Ali as-. 1972. Rawai’ al Bayan :Tafsir Ayat al-Ahkam min
Alquran. Kuwait : Dar Alquran al-Karim.

Schacht, Joseph.1960. “Problems of Modern Islamic Legislation”. Dalam Studica


Islamica, vol. 12, hlm. 120.

Schacht, Joseph.1971. An Introduction to Islamic Law. London :Oxford at the


Clarendon Pres.

Siraj, Muhammad. 1993. “ Hukum Keluarga di Mesir dan Pakistan “ dalam Islam,
Negara dan Hukum. Seri INIS XVI Kumpulan Karangan di Bawah

Syahrur, Muhammad. 1990.al-Kitab wa Alquran Qiraah Mu’asirah. Qahirah : Sina li


al- Nasyr wa al-Ahali.

Syatibi, Asy.Tanpa Tahun. Al-Muwafaqat fi Usul asy- Syari’ah. Kairo : Mustafa


Muhammad.

Syawaf, Munir Muhammad Tahir.1993. Tahafut al-Qira’ah al-Mu’asirah. Limassol –


Cyprus.

“ Konsep Pernikahan Dalam Al-Qur’an “ | 13

Anda mungkin juga menyukai