Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MUNAKAHAT

Disusun Oleh :
Kelompok 6 :
 Iman Nurrohmat
 Rahayu Arumsari
 Rizal Eko Prasetio

Nama Dosen Agama Islam : Drs.H.Maskuri, M,Pd.

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN


KOMPUTER IKMI CIREBON
Jl.Perjuangan no.10 B, Majasem Cirebon Telp. (0231) 490480-4904821
e-mail: info.ikmicirebon@gmail.com, web: http://ikmi.ac.id
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang , puji syukurkami panjatkan kehadirat Allah Swt ,yang telah
melimpahkan Rahmat,Hidayah,dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
penyusunan makalah Pendidikan agama islam dengan
judul “ MUNAKAHAT ”.
Penyusunan makalah ini dapat kami upayakan dan di dukung oleh
berbagai pihak ,sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya.Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada seumua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat baik dari segi penyusunan Bahasa aspek lainnya.
Oleh karena itu, bagi para pembaca yang ingin memberi saran atau
kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah ini
dapat di ambil manfaatnya dan besar keinginananya kami dapat
menginspirasi atau para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain
yang sangat relevan.

Cirebon,16 Juni 2019

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Pengertiaan Munakahat (Nikah)......................................................................................................2
Hukum Munakahat.............................................................................................................................2
Kedudukan dan Tujuan Pernikahan....................................................................................................4
Rukun dan Syarat Nikah......................................................................................................................4
Mahar(Maskawin)...............................................................................................................................6
Muhrim...............................................................................................................................................6
Tujuan Nikah......................................................................................................................................8
Kewajiban seorang suami dan kewiban seorang istri........................................................................8
Putusnya Pernikahan..........................................................................................................................9
Hikmah Pernikahan...........................................................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................................................14

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia telah berpasang-pasangan,


seperti halnya manusia yang pertama diturunkan pertama dibumi
yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa mereka diturunkan dari surga ke
bumi karena kesalahannya sendiri yang telah memakan buah Quldi.
Mereka ditugaskan oleh Allah SWT di bumi menjadi manusia
pertama yang kemudian mempunyai keturunan yang bertambah
banyak dan berlipat-lipat jumlahnya seperti sekarang ini,karena
mereka telah melalui alur perkawinan/pernikahan karena perintah
Allah SWT.
Pernikahan atau munakahat dalam islam memiliki syarat serta
hukum tertentu karena pernikahan adalah sesuatu yang sakral
dalam hidup kita dan seharusnya hanya sekali dilakukan dalam
hidup,sehingga kita perlu memperhatikan dengan sebaik-
baiknya,janganlah kita menjadi hanya sebuah pernikahan tanpa kita
mengetahui ketentuan-ketentuannya apalagi kita sebagai kaum
muslim hendaknya kita mendambakan sebuah keluarga yang
sakinah mawadah warahmah melalui sebuah pernikahan. Oleh
karena itu langsungkanlah sebuah pernikahan dengan syarat dan
syariat yang telah di tentukan oleh hukum negara maupun agama.
Dan jadilah keluarga yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertiaan Munakahat (Nikah).


Nikah menurut bahasa berarti menghimpun,sedangkan menurut
terminologis adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki
dan perempuan yang bukn muhrim sehingga menimbulkan hak dan
kewajiban antara keduanya .
Pernikahan dalam arti luas adalah suatu ikatan lahir batin antara
laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah
tangga.pernikahan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang
dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat islam . Pernikahan
merupaka merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia untuk
mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan.Tanpa pernikahan
tidak akan terbentuk rumah tangga yang baik,teratur dan bahagia serta
akan timbul hal-hal yang tidak diinginkan dalam
masyarakat.Misalnya,manusai tadak bisa menahan nafsunya sehingga
timbul pemerkosaan.Oleh karena itu, dengan pernikahan akan timbul
kasih-mengasihi,sayang-menyayangi antara suami dan istri, saling
kenal-mengenal,tolong-menolong antar keluarga uami dengan keluarga
istri dan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.

Hukum Munakahat
 Jais atau Mubah
Perkawinan hukum asalnya adalah mubah(boleh).Pada
prinsipnya,setiap manusia yang telah memiliki persyaratan
untuk menikah,dibolehkan untuk menikahi seseorang yang
menjadi pilihannya.Hal ini didasarkan atas firman allah
SWT.Dalam surat An-Nisa (4) ayat 3 .

2
َ ُ‫سا ِء َم ْثنَى َوث‬
‫الث َو ُربَا َع فَإِنْ ِخ ْفتُ ْم‬ َ ِّ‫اب لَ ُك ْم ِمنَ الن‬
َ ‫ط‬َ ‫سطُوا فِي ا ْليَتَا َمى فَا ْن ِك ُحوا َما‬ ِ ‫َوإِنْ ِخ ْفتُ ْم أَال تُ ْق‬
)٣( ‫اح َدةً أَ ْو َما َملَ َكتْ أَ ْي َمانُ ُك ْم َذلِكَ أَ ْدنَى أَال تَ ُعولُوا‬
ِ ‫أَال تَ ْع ِدلُوا فَ َو‬

“Dan jika kalian khawatir tidak akan dapat berlaku adil


terhadap hak-hak perempuan yatim(bilamana kalian
menikahinya)maka nikahilah wanita-wanita lain yang kalian
senangi:dua,tiga,atau empat.Kemudian jika kalian khawatir
tidak dapat belaku adil maka nikahilah seorang wanita saja
atau budak-budak perempuan yang kalian miliki. Yang
demikian itu lebih dekat untuk kalian tidak berlaku aniaya”.
(An-Nisa.3)
 Sunnah
Perkawinan hukumnya sunnah bagi mereka yang telah
mampu dan berkeinginan untuk menikah. Perkawinan yang
dilakukannya mendapat pahala dari Allah SWT. Hal ini
didasarkan pada sabda Rasulullah Saw.dalam sebuah sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh semua ahli hadis,yang artinya,
“ Hai para pemuda, barang siapa diantara kamu yang mampu
dan berkeinginan untuk menikah,hendaklah dia
menikah.Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat
menundukkan pandangan mata terhadap orang yang tidak
halal dilihat dan akan memeliharanya dari godaaan
syahwat.Dan barang siapa yang tidak mampu
menikah,hendaklah dia berpuasa.Karena dengan puasa hawa
nafsunya terhadap perempuan akan berkurang.”
 Wajib
Perkawinan yang dilakukan seseorang yang sudah memiliki
kemampuan,baik secara materi maupun mental hukumnya
wajib.Jika ia menangguhkannya, justru dikhawatirkan akan
terjerumus ke dalam kesesatan.
 Makruh

3
Perkawinan menjadi makruh hukumnya apabila oleh orang-
orang yang belum melangsungkan perkawinan.Kepada mereka
dianjurkan untuk berpuasa.
 Haram
Perkawinan menjadi haram hukumnya apabila dilakukan
oleh seorang yang bertujuan tidak baik dalam perkawinannya.
Misalnya untuk menyakiti hati seseorang.Perkawinan dengan
motiv yang demikian dilarang oleh ajaran islam dan sangat
bertentangan dengan tujuan mulia dari perkawinan itu sendiri.

Kedudukan dan Tujuan Pernikahan


Pernikahan bukan sekedar mengesahkan hubungan badan antara
laki-laki dan perempuan, atau memuaskan kebutuhan suksual semata-
mata. Dari perkawinan akan lahir generasi penerus, baik atau buruknya
mereka sangat dipengaruhi oleh peristiwa yang dimulai dalam
pernikahan.
“ Nikah itu sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia
tergolong bukan umatku “ .
“ Nikah itu adalah setengah iman “ .

Rukun dan Syarat Nikah


 Rukun Nikah

Untuk sahnya pernikahan dan dapat berlangsung dengan baik


maka hendaknya memenuhi rukun dan syarat-syaratnya.
 Rukun, ada 5 macam
a. Calon Suami
Calon suami harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Beragama islam

4
2. Benar-benar pria
3. Tidak dipaksa
4. Bukan mahram calon istri
5. Tidak sedang ihram, haji ,atau umroh
6. Usia sekurang-kurangnya 19 tahun
b. Calon istri
Calon istri harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Benar-benar perempuan
3. Idak dipaksa
4. Hala bagi calon suami
5. Bukan mahram calon suami
6. Tidak sedanh ihram, haji,atau umroh
7. Usia sekurang-kurangnya 16 tahun
c. Wali
Wali harus mempinyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Baligh(dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tadak sedang ihram, haji,atau umroh
5. Adil(tidak fasik)
6. Mempunyai hak untuk menjadi wali
7. Laki-laki
d. Dua orang saksi
Dua orang saksi harus mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Islam
2. Baligh(dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tidak sedang ihram,haji,atau umroh
5. Adil(tidak fasik)
6. Mengerti maksud akad nikah
7. Laki-laki
5
e. Ijab dan Qabul
Ijab di ucapkan oleh wali yang berisi persyaratan
menikah, misalnya : “Bapak nikahkan ananda, dengan
putri bapak yang bernama......... dengan mas
kawin(mahar)......bebentuk......
Qabul adalah ucapan dari seorang suami yang berisi
pengakuan atau penerimaan nikah misalnya :”Saya
terima nikah denga putri bapak yang
bernama......dengan mas kawin....!

Mahar(Maskawin)
Al-Mahr atau al-shadaq (maskawin) dalah pemberian sesuatu
yang bernilai dari pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai
perempuan yang disebabkan terjadinya akad nikah(‘aqd al-nikah). Mas
kawin ada 2 macam yaitu al-mahr al-musamma da al-mahr al-mitsl. Al-
mahr al-musamma adalah maskawin yang disebutkan pada saat akad
nikah, yaitu maskawin yang macam dan jumlahnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama. Adapun mahr al-mitsl yaitu
maskawin yang tidak disebutkan saat akad nikah , namun tetap harus
dibayarkan dengan jumlah dan macamnya disesuaikan dengan
kebiasaan masyarakat setempat dan martabat mempelai wanita.

Muhrim
Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi.Dalam hal ini ada 14
orang sebagai berikut:
Tujuh orang karena nasab(keturunan ) yaitu
a) Ibu,nenek,dan seterusnya keatas,bapak kakek dan seterusnya
b) Anak,cucu dan seterusnya ke bawah
c) Saudara seibu dan sebapak, sebapak dan seibu saja
d) Saudara dari bapak

6
e) Saudara dari ibu
f) Anak dari saudara laki-laki dan seterusnya
g) Anak dari saudara perempuan dan seterusnya
Dua orang dari sebab menyusu, yaitu
a) Ibu yang menyusui
b) Saudara sepersusuan
Lima orang dari sebab perkawinan, yaitu
a) Ibu dari istri atau bapak dari istri(mertua)
b) Anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri(digauli)
c) Istri atau suami dari anak(menantu)
d) Orang tua tiri
e) Mengumpulkan bersama-sama antara dua orang dalam satu
waktu
Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi.Dalam hal ini ada 14
orang sebagai berikut:
Tujuh orang karena nasab(keturunan ) yaitu
h) Ibu,nenek,dan seterusnya keatas,bapak kakek dan seterusnya
i) Anak,cucu dan seterusnya ke bawah
j) Saudara seibu dan sebapak, sebapak dan seibu saja
k) Saudara dari bapak
l) Saudara dari ibu
m)Anak dari saudara laki-laki dan seterusnya
n) Anak dari saudara perempuan dan seterusnya
Dua orang dari sebab menyusu, yaitu
c) Ibu yang menyusui
d) Saudara sepersusuan
Lima orang dari sebab perkawinan, yaitu
f) Ibu dari istri atau bapak dari istri(mertua)
7
g) Anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri(digauli)
h) Istri atau suami dari anak(menantu)
i) Orang tua tiri
j) Mengumpulkan bersama-sama antara dua orang dalam satu
waktu

Tujuan Nikah
Tujuan nikah dalam agama islam adalah membentuk
keluarga(rumah tangga) yang bahagia keluarga yang merasakan
kebahagiaan lahir dan batin, keluarga yang sakinah dan sejahtera.

Kewajiban seorang suami dan kewiban seorang istri


 Kewajiban Suami
 Memberi nafkah,sandang,pangan,papan,dan tempat
tinggal kepada istri dan anaknya.
 Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak agar
menjadi orang yang berguna bagi bdiri
sendiri,keluarga,agama,masyarakat serta bangsa dan
negara.
 Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik
 Memelihara istri dan anak-anak dari bencana
 Membantu istri dalam tugas sehari-hari terutama dalam
mengasuh dan mendidik anak-anak agar menjadi anak
yang shaleh.
 Kewajiban Istri
 Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai
dengan ajaran islam
 Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda
suami baik dihadapan /dibelakang

8
 Membantu suami dalam mumimpin kesejahteraan dan
keselamatan keluarga
 Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun
sedikit,serta mencukupkan nafkah yang diberi suami.
 Hormat dan sopan terhadap suami dan keluarga
 Memelihara,mengasuh,dan mendidik anak agar menjadi
anak yang shaleh.

Putusnya Pernikahan
Dalam proses pernikahan,selalu ada ada faktor yang menebabkan
antara suami dan istri kehilangan rasa cinta sehingga menyebabkan
pertengkaran yang amat hebat.Kalau sudah terlalu parah, hal tersebut
bisa berujung dengan perceraian. Dalam islam ada tiga hal yang
menyebabkan tali pernikahan putus yaitu:
a) Kematian
Kematian adalah faktor pertama penyebab putusnya pernikahan.
Dalam hal ini bukan berarti cerai. Putusnya pernikahan yang
diakibatkan oleh kematian adalah putusnya hukum-hukum
pernikahan antara suami istri beserta dengan hak dan
kewajibannya. Ada tiga cara menentukan bahwa seseorang telah
meninggal:
 Mati Hakiki :mati yang terlihat jasadnya. Artinya jasadnya
secara biologis tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Pastinya yang meninggal tersebut tidak bisa rujam dengan
suami/istri lagi.
 Mati Takdir i:mati yang dikira-kira atau dengan dugaan yang
sangat kuat. Contoh:,ketika ada sebuah bencana alam.
Seorang suami berpisah dengan istrinya dan salah satunya
hilang tidak ada kabarnya dikarenakan bencana alam
tersebut. Setelah sekian lama tidak kembali, maka
diputuskan bahwa yang bersangkutan telah mati. Mati ini

9
bersifat memutuskan dan jasadnya tidak bisa dilihat(tidak
dihadapan matanya). Mati takdir bersifat dugaan dan ada
syaratnya, yaitu yang diduga mati telah hilang dalam kondisi
tidak aman misal:bencana alam,perang,dll)dan dalam
jangka waktu yang lama,yang bersangkutan tidak ada kabar
tentang kehidupannya.
 Mati Hukmi : mati yang pada dasarnya sama seperti mati
takdir, tetapi mati hukmi diputuskan oleh pengadilan.
Misalnya seperti kasus diatas. Setelah sekian lama tidak ada
kabar, maka kelurga mendatangi pengadilan dan pengadilan
memutuskan bahwa yang bersangkutan telah meninggal.
Mati hukmi sifatnya lebih formal. lalu ada kasus ketika ada
seorang suami di vonis mati karena mati takdir atau mati
hukmi, lalu istrinya menikah lagi dengan pria lain. Setelah
punya kelurga baru, akhirny si suami muncul kembali.
Pertanyaanya bagaimana dengan pernikahan baru yang
dilakukan sang wanita tersebut ? para ulama ahli fiqih
berpendapat jika terjadi kasus demikian, maka kembali ke
suami pertama sekalipun sang perempuan tersebut telah
memiliki anak dari hasil pernikahan barunya.
b) Perceraian
Perceraian adalah faktor kedua yang menyebabkan putusnya tali
pernikahan seseorang. Perceraian terjadi karena banyak hal.
dalam islam, ada yang dinamakan Syiqoq. Syiqoq adalah
pertengkaran suami atau istri yang sudah diredam. Ada 2 solusi
untuk menyelesaikanya dengan mempertemukan perwakilan dari
keluarga laki-laki dan perempuan untuk berunding untuk mencari
jalan keluar (untuk mendamaikan). Jika jalan tersebut tidak
membuahkan hasil, maka solusi kedua yang diambil yaitu Talak.
Talak adalah pemutusan tali perkawinan yang artinya melepaskan
ikatan perwakilan sesuai dengan syariat. Talak terbagi 2 macam
yaitu:

10
 Talak raj’i : talak yang boleh rujuk(bersatu) lagi dalam masa
iddah. Ketika sang suami menjatuhkan talak kepada istrinya
maka putuslah tali pernikahan antara keduanya. Dalam
masa iddah ( 100 hari atau 3 bulan setelah talak dijatuhkan )
pasangan tersebut boleh rujuk kembali tanpa kembali
melakukan nikah baru untuk mentalak istri tidak bisa
sembarangan. Syarat untuk mentalak istri adalah istri harus
suci tidak dalam masa haid, bebas dari nifas, tidak hamil dan
tidak ada benih sperma dari sang suami. Jadi kalau istri
sedang haid, hendaknya suami menunggu hingga sang istri
suci katiak ingin menjatuhkan talak. Dalam masa idah
tersebut,sang istri tidak boleh membuat pernikahan baru
sampai masa iddah tersebut berakhir. Inilah manfaat dari
masa iddah, yaitu menjaga-jaga apakah di dalam rahim sang
istri masih ada benih dari suaminya atau tidak.
 Talak ba’in : talak yang tidak bisa rujuk kembali. kalaupun
ingin bersatu lagi maka harus dengan proses nikah ulang.
Talak ba’in dibagi menjadi 2 yaitu talak ba’in sugho dan talak
ba’in kubra. Contohnya : dari talak ba’in sughra adalah
ketika ada pasangan menikah suatu hari, namun sorenya
sudah cerai sebelum melakukan jima’(hubungan suami
istri),maka ketika akan balik lagi harus melakukan nikah
baru(tidak bisa seperti rujuk biasa). Sedangkan talak ba’in
kubro adalah talak yang jika di keluarkan, pasangan tersebut
tidak bisa bersatu lagi walaupun melalui proses nikah baru.
Contohnya, ketika sang suami menjatuhkan talak yang ketiga
kepada sang istri, maka ini termasuk talak ba’in kubro. Sang
istri tersebut tidak boleh dinikahinya lagi kecuali kalau sang
istri nikah dengan orang lain,kemudian cerai lagi dengan
orang tersebut. Artinya, jika ingin menikah ulang sang istri
harus menikah dengan orang lain terlebih dahulu,lalu
kemudian cerai. Tetapi hal ini tidak bisa dibuat main-main
misalnya menyuruh/membayar seseorang untuk menikahi
11
istri untuk sementara(dalam jangka waktu tertentu). Ada
lagi talak ba’in kubro yang tidak bisa balik lagi untuk selama-
lamanya,yaitu li’an. Contohnya, ketika pernikahan
berlangsung 3 bulan, sang istri sudah mengandung 5 bulan.
Lalu didalam rahim tersebut anak siapa? sang suami
menuding sang istri berzinah,tetapi sang istri tetap pada
pendiriannya bahwa anak dirahimnya adalah anak dari sang
suami tersebut. Akhirnya, mereka berdua datang ke
pengadilan kemudian bersumpah sebanyak 5 kali,dengan 4
kali bersumpah dengan nama Allah bahwa dirinya tidak
berzinah,1 kali bersumpah jika salah maka bersedia
menerima laknat dari Allah di dunia dan akhirat. Perceraian
seperti ini menyebabkan pasangan tersebut tidak bisa
kembali untuk selama-lamanya.
c) Keputusan Pengadilan
Yang terakhir adalah keputusan dari pengadilan. Pastinya seorang
suami dan istri yang ingin cerai mengadukan ke pengadilan dan
akhirnya pengadilan memutuskan bahwa mereka bercerai.

Hikmah Pernikahan
1. Hikmah pernikahan bagi yang menjalaninya,
 Menyelamatka diri dalam penyalahgunaan nafsu seksual
 Sebagai wadah bagi ketentraman jiwa,cinta kasih dan
sayang
 Sebagai wadah pembina tanggung jawab keluarga.
2. Hikmah Pernikahan bagi masyarakat
 Dengan adanya pernikahan berarti menyelamatkan
masyarakat dari kemungkinan maraknya perzinaan.
 Dengan adanya pernikahan aum perempuan memperoleh
kewajaran dalam derajatnya dimasyarakat
 Dengan adanya pernikahan syiar islam akan semakin
berkembang. Menyemarakkan pernikahan memang
12
dianjurkan oleh syariat, seperti yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW. Kepada Abdurrahman yang artinya,
“Adakanlah walimah (kendiri) walaupun hanya dengan
memotong seekor kambing.”(HR.Bukhari dan Muslim).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Munakahat atau menikah merupakan suatu peritiwa yang akan di
lalui manusia dengan penuh persiapan dan pemikiran yang benar-
benar,karena dimana seorang laki-laki sebelum menikah yang biasa
hidup sendiri,tanpa harus memikirkan orang lain,tanpa beban tanggung
jawab dan tanpa memikiran kehidupan keluarganya,tetapi setelah
menikah seorang laki-laki tersebut harus menjalankan syariat dan
syarat pernikahan dalam agama islam dan mau tidak mau harus
menjalankannya. Maka dari itu kita yang masih jauh perjalanan
hidupnya untuk bisa menghadapi peristiwa tersebut kita harus
memahami serta mempersiapkan untuk hal itu dari sekarang.

14

Anda mungkin juga menyukai