Disusun Oleh :
Kelompok 6 :
Iman Nurrohmat
Rahayu Arumsari
Rizal Eko Prasetio
Penyusun
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Pengertiaan Munakahat (Nikah)......................................................................................................2
Hukum Munakahat.............................................................................................................................2
Kedudukan dan Tujuan Pernikahan....................................................................................................4
Rukun dan Syarat Nikah......................................................................................................................4
Mahar(Maskawin)...............................................................................................................................6
Muhrim...............................................................................................................................................6
Tujuan Nikah......................................................................................................................................8
Kewajiban seorang suami dan kewiban seorang istri........................................................................8
Putusnya Pernikahan..........................................................................................................................9
Hikmah Pernikahan...........................................................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................................................14
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum Munakahat
Jais atau Mubah
Perkawinan hukum asalnya adalah mubah(boleh).Pada
prinsipnya,setiap manusia yang telah memiliki persyaratan
untuk menikah,dibolehkan untuk menikahi seseorang yang
menjadi pilihannya.Hal ini didasarkan atas firman allah
SWT.Dalam surat An-Nisa (4) ayat 3 .
2
َ ُسا ِء َم ْثنَى َوث
الث َو ُربَا َع فَإِنْ ِخ ْفتُ ْم َ ِّاب لَ ُك ْم ِمنَ الن
َ طَ سطُوا فِي ا ْليَتَا َمى فَا ْن ِك ُحوا َما ِ َوإِنْ ِخ ْفتُ ْم أَال تُ ْق
)٣( اح َدةً أَ ْو َما َملَ َكتْ أَ ْي َمانُ ُك ْم َذلِكَ أَ ْدنَى أَال تَ ُعولُوا
ِ أَال تَ ْع ِدلُوا فَ َو
3
Perkawinan menjadi makruh hukumnya apabila oleh orang-
orang yang belum melangsungkan perkawinan.Kepada mereka
dianjurkan untuk berpuasa.
Haram
Perkawinan menjadi haram hukumnya apabila dilakukan
oleh seorang yang bertujuan tidak baik dalam perkawinannya.
Misalnya untuk menyakiti hati seseorang.Perkawinan dengan
motiv yang demikian dilarang oleh ajaran islam dan sangat
bertentangan dengan tujuan mulia dari perkawinan itu sendiri.
4
2. Benar-benar pria
3. Tidak dipaksa
4. Bukan mahram calon istri
5. Tidak sedang ihram, haji ,atau umroh
6. Usia sekurang-kurangnya 19 tahun
b. Calon istri
Calon istri harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Benar-benar perempuan
3. Idak dipaksa
4. Hala bagi calon suami
5. Bukan mahram calon suami
6. Tidak sedanh ihram, haji,atau umroh
7. Usia sekurang-kurangnya 16 tahun
c. Wali
Wali harus mempinyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Baligh(dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tadak sedang ihram, haji,atau umroh
5. Adil(tidak fasik)
6. Mempunyai hak untuk menjadi wali
7. Laki-laki
d. Dua orang saksi
Dua orang saksi harus mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Islam
2. Baligh(dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tidak sedang ihram,haji,atau umroh
5. Adil(tidak fasik)
6. Mengerti maksud akad nikah
7. Laki-laki
5
e. Ijab dan Qabul
Ijab di ucapkan oleh wali yang berisi persyaratan
menikah, misalnya : “Bapak nikahkan ananda, dengan
putri bapak yang bernama......... dengan mas
kawin(mahar)......bebentuk......
Qabul adalah ucapan dari seorang suami yang berisi
pengakuan atau penerimaan nikah misalnya :”Saya
terima nikah denga putri bapak yang
bernama......dengan mas kawin....!
Mahar(Maskawin)
Al-Mahr atau al-shadaq (maskawin) dalah pemberian sesuatu
yang bernilai dari pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai
perempuan yang disebabkan terjadinya akad nikah(‘aqd al-nikah). Mas
kawin ada 2 macam yaitu al-mahr al-musamma da al-mahr al-mitsl. Al-
mahr al-musamma adalah maskawin yang disebutkan pada saat akad
nikah, yaitu maskawin yang macam dan jumlahnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama. Adapun mahr al-mitsl yaitu
maskawin yang tidak disebutkan saat akad nikah , namun tetap harus
dibayarkan dengan jumlah dan macamnya disesuaikan dengan
kebiasaan masyarakat setempat dan martabat mempelai wanita.
Muhrim
Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi.Dalam hal ini ada 14
orang sebagai berikut:
Tujuh orang karena nasab(keturunan ) yaitu
a) Ibu,nenek,dan seterusnya keatas,bapak kakek dan seterusnya
b) Anak,cucu dan seterusnya ke bawah
c) Saudara seibu dan sebapak, sebapak dan seibu saja
d) Saudara dari bapak
6
e) Saudara dari ibu
f) Anak dari saudara laki-laki dan seterusnya
g) Anak dari saudara perempuan dan seterusnya
Dua orang dari sebab menyusu, yaitu
a) Ibu yang menyusui
b) Saudara sepersusuan
Lima orang dari sebab perkawinan, yaitu
a) Ibu dari istri atau bapak dari istri(mertua)
b) Anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri(digauli)
c) Istri atau suami dari anak(menantu)
d) Orang tua tiri
e) Mengumpulkan bersama-sama antara dua orang dalam satu
waktu
Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi.Dalam hal ini ada 14
orang sebagai berikut:
Tujuh orang karena nasab(keturunan ) yaitu
h) Ibu,nenek,dan seterusnya keatas,bapak kakek dan seterusnya
i) Anak,cucu dan seterusnya ke bawah
j) Saudara seibu dan sebapak, sebapak dan seibu saja
k) Saudara dari bapak
l) Saudara dari ibu
m)Anak dari saudara laki-laki dan seterusnya
n) Anak dari saudara perempuan dan seterusnya
Dua orang dari sebab menyusu, yaitu
c) Ibu yang menyusui
d) Saudara sepersusuan
Lima orang dari sebab perkawinan, yaitu
f) Ibu dari istri atau bapak dari istri(mertua)
7
g) Anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri(digauli)
h) Istri atau suami dari anak(menantu)
i) Orang tua tiri
j) Mengumpulkan bersama-sama antara dua orang dalam satu
waktu
Tujuan Nikah
Tujuan nikah dalam agama islam adalah membentuk
keluarga(rumah tangga) yang bahagia keluarga yang merasakan
kebahagiaan lahir dan batin, keluarga yang sakinah dan sejahtera.
8
Membantu suami dalam mumimpin kesejahteraan dan
keselamatan keluarga
Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun
sedikit,serta mencukupkan nafkah yang diberi suami.
Hormat dan sopan terhadap suami dan keluarga
Memelihara,mengasuh,dan mendidik anak agar menjadi
anak yang shaleh.
Putusnya Pernikahan
Dalam proses pernikahan,selalu ada ada faktor yang menebabkan
antara suami dan istri kehilangan rasa cinta sehingga menyebabkan
pertengkaran yang amat hebat.Kalau sudah terlalu parah, hal tersebut
bisa berujung dengan perceraian. Dalam islam ada tiga hal yang
menyebabkan tali pernikahan putus yaitu:
a) Kematian
Kematian adalah faktor pertama penyebab putusnya pernikahan.
Dalam hal ini bukan berarti cerai. Putusnya pernikahan yang
diakibatkan oleh kematian adalah putusnya hukum-hukum
pernikahan antara suami istri beserta dengan hak dan
kewajibannya. Ada tiga cara menentukan bahwa seseorang telah
meninggal:
Mati Hakiki :mati yang terlihat jasadnya. Artinya jasadnya
secara biologis tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Pastinya yang meninggal tersebut tidak bisa rujam dengan
suami/istri lagi.
Mati Takdir i:mati yang dikira-kira atau dengan dugaan yang
sangat kuat. Contoh:,ketika ada sebuah bencana alam.
Seorang suami berpisah dengan istrinya dan salah satunya
hilang tidak ada kabarnya dikarenakan bencana alam
tersebut. Setelah sekian lama tidak kembali, maka
diputuskan bahwa yang bersangkutan telah mati. Mati ini
9
bersifat memutuskan dan jasadnya tidak bisa dilihat(tidak
dihadapan matanya). Mati takdir bersifat dugaan dan ada
syaratnya, yaitu yang diduga mati telah hilang dalam kondisi
tidak aman misal:bencana alam,perang,dll)dan dalam
jangka waktu yang lama,yang bersangkutan tidak ada kabar
tentang kehidupannya.
Mati Hukmi : mati yang pada dasarnya sama seperti mati
takdir, tetapi mati hukmi diputuskan oleh pengadilan.
Misalnya seperti kasus diatas. Setelah sekian lama tidak ada
kabar, maka kelurga mendatangi pengadilan dan pengadilan
memutuskan bahwa yang bersangkutan telah meninggal.
Mati hukmi sifatnya lebih formal. lalu ada kasus ketika ada
seorang suami di vonis mati karena mati takdir atau mati
hukmi, lalu istrinya menikah lagi dengan pria lain. Setelah
punya kelurga baru, akhirny si suami muncul kembali.
Pertanyaanya bagaimana dengan pernikahan baru yang
dilakukan sang wanita tersebut ? para ulama ahli fiqih
berpendapat jika terjadi kasus demikian, maka kembali ke
suami pertama sekalipun sang perempuan tersebut telah
memiliki anak dari hasil pernikahan barunya.
b) Perceraian
Perceraian adalah faktor kedua yang menyebabkan putusnya tali
pernikahan seseorang. Perceraian terjadi karena banyak hal.
dalam islam, ada yang dinamakan Syiqoq. Syiqoq adalah
pertengkaran suami atau istri yang sudah diredam. Ada 2 solusi
untuk menyelesaikanya dengan mempertemukan perwakilan dari
keluarga laki-laki dan perempuan untuk berunding untuk mencari
jalan keluar (untuk mendamaikan). Jika jalan tersebut tidak
membuahkan hasil, maka solusi kedua yang diambil yaitu Talak.
Talak adalah pemutusan tali perkawinan yang artinya melepaskan
ikatan perwakilan sesuai dengan syariat. Talak terbagi 2 macam
yaitu:
10
Talak raj’i : talak yang boleh rujuk(bersatu) lagi dalam masa
iddah. Ketika sang suami menjatuhkan talak kepada istrinya
maka putuslah tali pernikahan antara keduanya. Dalam
masa iddah ( 100 hari atau 3 bulan setelah talak dijatuhkan )
pasangan tersebut boleh rujuk kembali tanpa kembali
melakukan nikah baru untuk mentalak istri tidak bisa
sembarangan. Syarat untuk mentalak istri adalah istri harus
suci tidak dalam masa haid, bebas dari nifas, tidak hamil dan
tidak ada benih sperma dari sang suami. Jadi kalau istri
sedang haid, hendaknya suami menunggu hingga sang istri
suci katiak ingin menjatuhkan talak. Dalam masa idah
tersebut,sang istri tidak boleh membuat pernikahan baru
sampai masa iddah tersebut berakhir. Inilah manfaat dari
masa iddah, yaitu menjaga-jaga apakah di dalam rahim sang
istri masih ada benih dari suaminya atau tidak.
Talak ba’in : talak yang tidak bisa rujuk kembali. kalaupun
ingin bersatu lagi maka harus dengan proses nikah ulang.
Talak ba’in dibagi menjadi 2 yaitu talak ba’in sugho dan talak
ba’in kubra. Contohnya : dari talak ba’in sughra adalah
ketika ada pasangan menikah suatu hari, namun sorenya
sudah cerai sebelum melakukan jima’(hubungan suami
istri),maka ketika akan balik lagi harus melakukan nikah
baru(tidak bisa seperti rujuk biasa). Sedangkan talak ba’in
kubro adalah talak yang jika di keluarkan, pasangan tersebut
tidak bisa bersatu lagi walaupun melalui proses nikah baru.
Contohnya, ketika sang suami menjatuhkan talak yang ketiga
kepada sang istri, maka ini termasuk talak ba’in kubro. Sang
istri tersebut tidak boleh dinikahinya lagi kecuali kalau sang
istri nikah dengan orang lain,kemudian cerai lagi dengan
orang tersebut. Artinya, jika ingin menikah ulang sang istri
harus menikah dengan orang lain terlebih dahulu,lalu
kemudian cerai. Tetapi hal ini tidak bisa dibuat main-main
misalnya menyuruh/membayar seseorang untuk menikahi
11
istri untuk sementara(dalam jangka waktu tertentu). Ada
lagi talak ba’in kubro yang tidak bisa balik lagi untuk selama-
lamanya,yaitu li’an. Contohnya, ketika pernikahan
berlangsung 3 bulan, sang istri sudah mengandung 5 bulan.
Lalu didalam rahim tersebut anak siapa? sang suami
menuding sang istri berzinah,tetapi sang istri tetap pada
pendiriannya bahwa anak dirahimnya adalah anak dari sang
suami tersebut. Akhirnya, mereka berdua datang ke
pengadilan kemudian bersumpah sebanyak 5 kali,dengan 4
kali bersumpah dengan nama Allah bahwa dirinya tidak
berzinah,1 kali bersumpah jika salah maka bersedia
menerima laknat dari Allah di dunia dan akhirat. Perceraian
seperti ini menyebabkan pasangan tersebut tidak bisa
kembali untuk selama-lamanya.
c) Keputusan Pengadilan
Yang terakhir adalah keputusan dari pengadilan. Pastinya seorang
suami dan istri yang ingin cerai mengadukan ke pengadilan dan
akhirnya pengadilan memutuskan bahwa mereka bercerai.
Hikmah Pernikahan
1. Hikmah pernikahan bagi yang menjalaninya,
Menyelamatka diri dalam penyalahgunaan nafsu seksual
Sebagai wadah bagi ketentraman jiwa,cinta kasih dan
sayang
Sebagai wadah pembina tanggung jawab keluarga.
2. Hikmah Pernikahan bagi masyarakat
Dengan adanya pernikahan berarti menyelamatkan
masyarakat dari kemungkinan maraknya perzinaan.
Dengan adanya pernikahan aum perempuan memperoleh
kewajaran dalam derajatnya dimasyarakat
Dengan adanya pernikahan syiar islam akan semakin
berkembang. Menyemarakkan pernikahan memang
12
dianjurkan oleh syariat, seperti yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW. Kepada Abdurrahman yang artinya,
“Adakanlah walimah (kendiri) walaupun hanya dengan
memotong seekor kambing.”(HR.Bukhari dan Muslim).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munakahat atau menikah merupakan suatu peritiwa yang akan di
lalui manusia dengan penuh persiapan dan pemikiran yang benar-
benar,karena dimana seorang laki-laki sebelum menikah yang biasa
hidup sendiri,tanpa harus memikirkan orang lain,tanpa beban tanggung
jawab dan tanpa memikiran kehidupan keluarganya,tetapi setelah
menikah seorang laki-laki tersebut harus menjalankan syariat dan
syarat pernikahan dalam agama islam dan mau tidak mau harus
menjalankannya. Maka dari itu kita yang masih jauh perjalanan
hidupnya untuk bisa menghadapi peristiwa tersebut kita harus
memahami serta mempersiapkan untuk hal itu dari sekarang.
14