Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

tentang
INDAHNYA MEMBANGUN MAHLIGAI RUMAH TANGGA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian dan tujuan pernikahan.............................................................................3
B. Hukum Pernikahan dalam Islam.............................................................................5
C. Orang-Orang yang Tidak Boleh diNikahi................................................................6
D. Rukun & Syarat Sah Nikah.......................................................................................7
E. Pernikahan yang tidak sah................................................................................................8
F. Pernikahan menurut undang undang perkawinan indonesia ......................................9
BAB III Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita memandangnya dari
dua buah sisi. Dimana pernikahan merupakan sebuah perintah agama. Sedangkan di sisi
lain adalah satu-satunya jalan penyaluran seks yang disahkan oleh agama. Berdasarkan
sudut pandang ini, maka ketika orang melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan
mereka bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama, namun juga
memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologisnya yang secara kodrat memang harus
disalurkan.
Sebagaimana kebutuhan lainnya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis
sebenarnya juga harus dipenuhi. Agama islam telah menetapkan bahwa satu-satunya jalan
untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan pernikahan,
pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati
kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan
bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa kedamaian dalam hidup seseorang
(litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai
sarana penyaluran kebutuhan seks namun lebih dari itu pernikahan juga menjanjikan
perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat membangun surge dunia di
dalamnya. Semua hal itu akan terjadi apabila pernikahan tersebut benar-benar
dilaksanakan dengan cara yang sesuai serta jalur yang telah ditetapkan islam.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu di dibahas sedikit
tentang:
1. Apa yang dimaksud pernikahan?
2. Apa tujuan pernikahan
3. Bagaimana hukum pernikahan dalam Islam?
4. Siapa saja orang yang tidak boleh dinikahi dalam hukum Islam?
5. Apa rukun dan syarat pernikahan dalam Islam?
6. Apa yang dimaksud dengan pernikahan tidak sah?
7. Bagaimana pernikahan menurut undang undang perkawinan indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan pernikahan
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum pernikahan dalam Islam.
3. Untuk mengetahui siapa saja orang yang tidak boleh dinikahi dalam Islam.
4. Untuk mengetahui rukun dan syarat pernikahan dalam Islam.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pernikahan tidak sah
6. Untuk mengetahui bagaimana pernikahan menurut undang undang perkawinan indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan tujuan pernikahan


pengertian pernikahan Secara bahasa arti nikah berati mengumpulkan,mengambungkan
atau menjodohkan.Dalam kamus Besar Bahasa indonesia nikah diartikan sebagai perjanjian
antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri(dengan resmi) atau
pernikahan.Sedangkan menurut syari'ah, nikah beratu akad tang menghalalkan pergaulan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan
kewajiban masing-masing.
Dalam undang-undang pernikahan RI(UUPRI) Nomor 1 tahun 1974,definisi atau pengertian
perkawinan atau pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga(rumah tangga)yang berbahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Pernikahan samaartinya dengan perkawinan Allah Swt berfirman:"Dan jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil terhadap(hak-hak)perempuan yang yatim(bilamana kamu
mengawininnya),maka kawinilah jika kamu takut tidak akan dapat berlaku
adil,maka(kawinilah)seorang saja,atau budak-budak yang kamu miliki.Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya".(Q.s.an-Nisa/4:3)
tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan rasa bahagia. Di mana, sudah seharusnya suami
istri saling memberi kasih sayang serta perasaan aman satu sama lain. Menikah membuat kita
mendapatkan sahabat atau pendamping hidup, yang di dalamnya dipenuhi oleh kasih sayang
dan perasaan cinta adapun juga sebuah pernikahan dalam Islam memiliki arti yaitu jalan untuk
mewujudkan salah satu tujuan asasi dari syariat Islam, yaitu menjaga nasab. Karena dengan
pernikahan, terbentuklah sarana yang penting dengan tujuan untuk memelihara manusia agar
tidak terjatuh ke dalam perkara yang diharamkan Allah SWT
B.Hukum Pernikahan dalam Islam
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah menurut situasi dan
kondisi seseorang dan lingkunganya.
1. Wajib
Bagi yang sudah mampu kawin, nafsunyan telah mendesak dan takut terjerumus
dalam perzinahan.Karena menjauhkan diri dari yang haram adalah wajib, sedang untuk itu
tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali dengan jalan kawin. Dari ibnu mas’ud :
Rasulullah saw bersabda: “Hai, golongan pemuda! Jika di antara kamu ada yang mampu
kawin hendaklah ia kawin, karena nanti matanya akan lebih terjaga dan kemaluannya akan
lebih terpelihara, dan bilamana ia belum mampu kawin, hendaklah ia berpuasa, karena
puasa itu ibarat pengebiri.( HR. Jama’ah )
2. Sunnah
Bagi orang yang nafsunya telah mendesak lagi mampu kawin, tetapi masih bisa
menahan dirinya dari berbuat zina. Dari Abu Umamah: Rasulullah saw bersabda: “kawinlah
kalian, karena aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian pada umat-umat lain.
Dan janganlah kalian seperti pendeta-pendeta Nasrani” HR. Baihaqi. Ibnu Abbas
berkata:”Ibadah seseorang belum sempurna, sebelum ia kawin.”
3. Haram:
Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya kepada
istrinya serta nafsunya pun tidak mendesak.Qurthuby berkata: “ Bila seseorang laki-laki
sadar tidak mampu membelanjai istrinya atau membayar maharnya atau memenuhi hak-
hak istrinya, maka ia tidak dapat kawin, sebelum jujur menjelaskan kondisi sebenarnya.
Begitu pula kalau itu karena sesuatu hal menjadi lemah, tak mampu menggauli istrinya,
maka wajiblah ia menjelaskan dengan jujur agar perempuannya tidak tertipu olehnya.Juga
tidak bisa langsung ia menipunya dengan menyebut keturunan, harta dan pekerjaannya
secara tidak semestinya. Begitu juga sebaliknya bagi perempuan.Termasuk tidak
menyembunyikan cacat tubuh, kelainan pada alat kelamin atau hal-hal penyimpangan
kejiwaan. Bila ternyata salah satu pasangan mengetahui aib pada lawannya, maka ia berhak
untuk membatalkan, jika yang aib itu perempuannya, maka suaminya bisa
membatalkannya dan dapat mengambil kembali maharnya. Diriwayatkan bahwa Nabi
mengawini seorang perempuan Bani Bayadhah yang kemudian diketahui lambungnya
burik, lalu ia batalkan, seraya bersabda: Kalian semua (orang-orang Bani Bayadhah) telah
menipu saya.”
4. Makruh:
Bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu member belanja istrinya,
walaupun tidak merugikan istri, karena ia kaya dan tidak memiliki keinginan syahwat yang
kuat.
5. Mubah:
Bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera kawin
atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk kawin.

C.Orang-Orang yang Tidak Boleh di Nikahi


Kenapa ada istilah mahram dalam islam, ternyata setelah diteliti pernikahan
dengan mahram itu terkadang bisa menyebabkan hasil keturunan yang tidak normal.
Begitulah islam mengetahui tentang apa-apa sebelum adanya laboratorium gen,
sebelum adanya mikroskop,sebelum adanya sesuatu yang canggih untuk melakukan
penelitian. Islam sudah melarang hal-hal dilarang yang pastinya akan menimbulkan
bahaya.
Maka dalam islam, hal pertama yang dilakukan seseorang adalah meyakininya
terlebih dahulu hal tersebut baru kemudian membuktikannya dengan sebuah penelitian.
Bagaimana bisa orang itu bisa membenarkan kebenaran islam tanpa dia
meyakininya terlebih dahulu. Yakin itu penting dalam islam, yakin itu Iman. Mahram
adalah seorang yang haram di nilahi. Dari pihak laki-laki ada tiga yaitu :
1. Sebab Nasab (hubungan darah) ada tujuh :
 Ibu terus ke atas
 Anak terus ke bawah
 Saudara
 Saudara bapak
 Saudara ibu
 Anak saudara laki-laki
 Anak saudara perempuan
2. Sebab susuan (menyusu pada waktu kita bayi) ada enam :
 Ibu yang menyusui terus ke atas
 Seorang yang menyusu pada istri
 Saudara suami ibu susuan
 Saudara ibu susuan
 Anak saudara sesusuan
3. Sebab pernikahan ada tiga :
 Ibunya istri
 Anaknya istri
 Itrinya anak
Di samping itu ada wanita yang haram dinikah, yaitu :
 Janda-janda para nabi
 Saudara dan bibi dari istri yang masih sah.

D. Rukun & Syarat Sah Nikah


1. Rukun nikah
 Pengantin lelaki (Suami)
 Pengantin perempuan (Isteri)
 Wali
 Dua orang saksi lelaki
 Ijab dan kabul (akad nikah)
2. Syarat Sah Nikah
a. Syarat bakal suami
 Islam
 Lelaki yang tertentu
 Bukan lelaki mahram dengan bakal isteri
 Mengetahui wali yang sebenar bagi akad nikah tersebut
 Bukan dalam ihram haji atau umrah
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Tidak mempunyai empat orang isteri yang sah dalam satu masa
 Mengetahui bahawa perempuan yang hendak dikahwini adalah sah dijadikan isteri
b. Syarat bakal isteri
 Islam
 Perempuan yang tertentu
 Bukan perempuan mahram dengan bakal suami
 Bukan seorang khunsa
 Bukan dalam ihram haji atau umrah
 Tidak dalam idah
 Bukan isteri orang
c. Syarat wali
 Islam, bukan kafir dan murtad\
 Lelaki dan bukannya perempuan
 Baligh
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Bukan dalam ihram haji atau umrah
 Tidak fasik
 Tidak cacat akal fikiran,gila, terlalu tua dan sebagainya
 Merdeka
 Tidak ditahan kuasanya daripada membelanjakan hartanya
Sebaiknya bakal isteri perlulah memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Sekiranya
syarat wali bercanggah seperti di atas maka tidak sahlah sebuah pernikahan itu. Sebagai
seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal yang wajib seperti
ini. Jika tidak di ambil kira, kita akan hidup di lembah zina selamanya.
d. Syarat-syarat saksi
 Sekurang-kurangya dua orang
 Islam
 Berakal
 Baligh
 Lelaki
 Memahami kandungan lafaz ijab dan qabul
 Dapat mendengar, melihat dan bercakap
 Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak berterusan melakukan dosa-dosa
kecil)
 Merdeka
e. Syarat ijab
 Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
 Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
 Diucapkan oleh wali atau wakilnya
 Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah(nikah kontrak
e.g.perkahwinan(ikatan suami isteri) yang sah dalam tempoh tertentu seperti yang
dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
 Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafazkan)
* Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada bakal suami:"Aku
nikahkan/kahwinkan engkau dengan Diana Binti Daniel dengan mas kahwinnya/bayaran
perkahwinannya sebanyak RM 3000 tunai".
f. Syarat qabul
 Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
 Tiada perkataan sindiran
 Dilafazkan oleh bakal suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
 Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
 Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu qabul dilafazkan)
 Menyebut nama bakal isteri
 Tidak diselangi dengan perkataan lain
* Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima
nikah/perkahwinanku dengan Diana Binti Daniel dengan mas kahwinnya/bayaran
perkahwinannya sebanyak RM 3000 tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel sebagai
isteriku".

E.pernikahan yang tidak sah


pernikahan yang tidak sah adalah pernikahan yang dimana tidak sesuai dengan syariat islam
yang dianjurkan yang dimana berikut ini ada beberapa contoh pernikahan yang tidak sah:

1.Pernikahan Mut’ah
Pernikahan mut’ah ini sering dikenal sebagai pernikahan kontrak dimana dibatasi oleh waktu,
baik sebentar ataupun lama. Sesuai dengan tujuan menikah sesungguhnya untuk menciptakan
keluarga bahagia, tanpa ikatan waktu, serta ditujukan untuk selamanya tersebut sangat tidak
sesui dengan pernikahan mut’ah ini.

2.Pernikahan Syighar
Pernikahan ini dianggap tidak sah karena mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Dimana
seorang laki-laki menikahkan saudari atau puterinya kepada lelaki lain dengan mahar nantinya
dirinya dapat dinikahkan dengan puteri atau saudari perempuan dari laki-laki tersebut.
Dalam hadist Rasulullah pun menyatakan bahwa pernikahan syighar ini tidak ada dalam islam.
Larangan ini berimplikasi pada rusaknya perkara yang dilarang. Selain itu, pernikahan ini tidak
sah karena terdapat gabungan dua akad serta menjadikan akad masing-masing sebagai
maharnya

3.Pernikahan orang ihram


Sesuai dengan hadist Rasulullah yang menyatakan bahwa orang yang sedang melaksanakan
ihram tidak boleh dinikahkan dan tidak boleh menikah. Hal tersebut berlaku untuk ihram haji
maupun ihram umrah, ataupun keduanya baik dengan akad yang sah ataupun akad yan rusak
tetap tidak diperbolehkan. Namun hal ini tidak berlaku bagi orang ihram yang boleh melakukan
rujuk atau menjadi saksi pernikahan.

4.pernikahan dengan beberapa akad


pernikahan ini menjadi batal atau tidak sah karena seorang wali menikahkan seorang
perempuan dengan dua orang laki-laki. Dalam hal tersebut, dimana sang mempelai wanita
memiliki dua orang suami tanpa tau pasti lelaki mana yang akadnya didahulukan.
Jika salah satu dari laki-laki tersebut menggauli istrinya, maka wajib baginya mahar mitsli.
Mahar mitsli sendiri merupakan mahar yang dibayarkan yang disesuaikan pada sebayanya
perempuan tersebut.
Hal ini bisa diketahui dengan besaran jumlah mahar yang diterima oleh saudara perempuan
atau bibinya. Namun hal tersbut dianggap sah jika saat akad diketahui akad mana yang
dahulukan maka pernikahan tersbut tidaklah dianggap batal.

F.pernikahan menurut undang undang perkawinan diindonesia


Perkawinan merupakan perwujudan dari negara Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana
termaktub dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 dan negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa sebagaimana termuat pada Pasal 29 ayat (1) UUD 1945. Oleh karenanya pada
kehidupan masyarakat Indonesia, wajib menjalankan syariat Islam bagi orang Islam, syariat
Nasrani bagi orang Nasrani, dan syariat Hindu bagi orang Hindu. Untuk menjalankan syariat
tersebut, diperlukan perantaraan kekuasaan negara. Maka, dalam UU Perkawinan dasar hukum
yang digunakan tidak lain adalah Pasal 29 UUD 1945, sehingga setiap pasal-pasal yang ada di
dalam suatu norma harus dijiwai dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Pasal 29 UUD
1945. Artinya, semua ketentuan (termasuk perkawinan) harus sesuai dengan Pasal 29 UUD
1945 yang menjadi syarat mutlak. akad perkawinan menjadi sah setelah memenuhi syarat
perkawinan, di antaranya bagi calon mempelai laki-laki beragama Islam dan calon mempelai
perempuan beragama Islam, di antara mereka tidak terdapat halangan untuk melangsungkan
perkawinan atau halangan perkawinan karena perbedaan agama. Sehingga larangan
perkawinan karena perbedaan agama bagi orang Islam di Indonesia terdapat dalam UU
Perkawinan Pasal 2 ayat (1) yang dihubungkan dengan Pasal 8 huruf f, Pasal 40 hururf c, dan
Pasal 44 KHI.
“Menurut hukum Islam, perkawinan itu merupakan ibadah, maka perlindungan terhadap orang
Islam dalam melaksanakan ibadah melalui pelaksanaan perkawinan tersebut terdapat dalam
Pasal 28E ayat (1) UUD 1945. Perkawinan itu berkaitan dengan tatanan masyarakat. Perkawinan
itu harus seagama, sebab dengan itu maka tidak ada pemaksaan terhadap satu pada yang
lainnya untuk menjalankan agama lainnya tersebut,” jelas Neng pada Sidang Pleno yang
dipimpin Ketua MK Anwar Usman dengan didampingi delapan hakim konstitusi

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Pernikahan yaitu ikatan dua orang hamba berbeda jenis dengan suatu ikatan akad
2. Hukum-hukumnya nikah adalah jaiz, sunnat, wajib, makruh, haram.
3. Diantaranya rukun-rukun nikah adalah mempelai laki-laki, mempelai perempuan, wali,
dua orang saksi, sighat.
4. Tujuan adanya pernikahanan ternyata sangat banyak ditinjau dari berbagai sisi

B.Hikmah
5. Pernikahan yang sah menjadikan hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrim menjadi halal.
6. Pernikahan menjadi sah dengan rukun dan syarat nikah.

C.Saran
Akhirnya, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu di dalam menyelesaikan makalah kami ini. Disamping itu, kritik dan saran dari
siswa serta guru pengampu dan para pembaca sangat kami harapkan, demi kebaikan kita
bersama terutama bagi pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA

https://aryandikaputera.blogspot.com/2016/09/makalah-tentang-indahnya-
membangun.html

http://mhraka.blogspot.com/2018/01/makalah-membangun-mahligai-rumah-tangga.html

https://www.slideshare.net/YolanMaulitaWiguna/makalah-mengenai-mahligai-rumah-
tangga

http://islammakalah.blogspot.com/p/blog-page_27.html

Anda mungkin juga menyukai